Anda di halaman 1dari 6

WEDA II

“MITHOLOGI DEWA BERKAITAN DENGAN TEMPAT SUCI”

DOSEN
Dra. Ni Made Sukerni M.Ag

OLEH:
Nama : Ni Wayan Nik Suniasih
NIM : 2011011049
Kelas : PAH 3 Bangli
Absen : 04

PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
Mithologi Dewa Berkaitan Dengan Tempat Suci

• Mitologi dewa
Kata “dewa” (deva)berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam
bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan.
Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis
“dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama
dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”.
Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah
sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita.

Jadi “Dewa” (deva) adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi.
Sesuai dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk menyinari, menerangi alam
semesta agar selalu terang dan terlindung.

Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata). Dalam kitab
suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana
ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan
Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Waruna
dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran
agama Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur
alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di
bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat
dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu
sendiri.

Dalam kitab-kitab Veda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak
bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan
sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang
lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan.
Dalam kitab suci Bhagawad Gita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa
saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para
Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para
Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Sri
Krishna bersabda:
sa tayā śraddhayā yuktas
tasyārādhanam īhate
labhate ca tatah kaman
mayaiva vihitān hi tān
(Bhagavad Gītā, 7.22)
Arti:
setelah diberi kepercayaan tersebut,
mereka berusaha menyembah Dewa tertentu
dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya
hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.

Pada zaman Weda umat Hindu memohon anugerah dari para Dewa,
sedangkan pada zaman Brahmana para Dewa memiliki kedudukan yang penting
terutama dalam sistem upacara. Zaman Purana merupakan perkembangan dari
kebudayaan terdahulu. Zaman ini merupakan masa-masa ketika mitologi Hindu
dihimpun. Pada zaman tersebut, Dewa-Dewi tersebut memiliki karakter khusus
dan dilukiskan secara detail. Pada zaman ini pula, terjadi kisah epos Ramayana
dan Mahabharata, yang dipercaya sebagai kejadian bersejarah. Pada epos
Ramayana, dikisahkan bahwa Sri Rama dan bala tentaranya membangun sebuah
jembatan dari India menuju Alengka (kini Sri Lanka). Reruntuhan jembatan
kuno yang menghubungkan antara India dan Sri Lanka yang kini terpendam di
dasar laut dianggap dan diyakini sebagai bukti sejarahnya. Bukti arkeologi
sangat dibutuhkan untuk meyakinkan apakah cerita tersebut merupakan bagian
dari sejarah atau mitologi belaka.
Pada zaman modern, selama agama Hindu masih memiliki penganut,
mitologi Hindu masih eksis dan diceritakan, tetapi sebagian belum terkenal dan
jarang diketahui. Mitologi Hindu mudah beradaptasi dengan budaya lokal tanpa
melupakan format aslinya (Weda, Purana, Itihasa). Pada masa penyebaran
agama Hindu ke wilayah Asia Tenggara, seperti: Thailand, Kamboja, Laos,
Vietnam, Nusantara (terutama Semenanjung Malaka, Sumatra, Kalimantan,
Jawa, Bali dan lain-lain), beberapa bagian dari mitologi Hindu yang asli dari
India telah bercampur dengan budaya lokal dan diadaptasi agar lebih mudah
dicerna.

• Para Dewa – dewa yang bersatan di masing – masing Pura


- Dewa Wisnu
Dewa Wisnu Adalah Dewa yang berada disebelah utara dengan
warna Hitam berfungsi sebagai pemelihara. Dewa wisnu
dilambangkan dengan aksara Ang dan dipuja di Pura Ulun Danu
Batur. Dewa Wisnu memakai senjata Cakra dengan urip 4, panca
Wara Wage, Sapta Wara, Soma. Dewa Wisnu dikenal mengendarai
Burung Garuda. Jika dibuat dalam diagram terlihat seperti dibawa:
Arah : Utara/Uttara
Pura : Batur
Aksara : Ang
Senjata : Cakra
Warna : Hitam
Urip : 4
Panca Wara : Wage
Sapta Wara : Soma
Sakti : Dewi Sri
Wahana : Garuda
Fungsi : Pemelihara
- Dewa Sambhu merupakan dewa penguasa Arah : Timur
Laut/Airsanya, Pura : Besakih, Aksara : Wang, Senjata : Trisula,
Warna : Biru/Abu-Abu, Urip : 6, Panca Wara : Sapta Wara : Sukra,
Sakti : Dewi Mahadewi, Wahana : Wilmana
- Dewa Iswara merupakan dewa penguasa Arah : Timur/Purwa, Pura
: Lempuyang, Aksara : Sang, Senjata : Bajra, Warna : Putih, Urip :
5, Panca Wara : Umanis, Sapta Wara : Redite, Sakti : Dewi Uma,
Wahana : Gajah Putih.
- Dewa Maheswara merupakan dewa penguasa Arah :
Tenggara/Ghnenya, Pura : Goa Lawah, Aksara : Nang, Senjata :
Dupa, Warna : Dadu/Merah Muda, Urip : 8, Panca Wara : Sapta
Wara : Wrhaspati, Sakti : Dewi Laksmi, Wahana : Merak.
- Dewa Brahma merupakan dewa penguasa Arah : Selatan/Daksina,
Pura : Andakasa, Aksara : Bang, Senjata : Gada, Warna : Merah,
Urip : 9, Panca Wara : Paing, Sapta Wara : Saniscara, Sakti : Dewi
Saraswati, Wahana : Angsa, Fungsi : Pencipta.
- Dewa Rudra merupakan dewa penguasa Arah : Barat Daya/Nairiti,
Pura : Uluwatu, Aksara : Mang, Senjata : Moksala, Warna : Jingga,
Urip : 3 Panca Wara :-, Sapta Wara : Anggara, Sakti : Dewi Samadhi,
Wahana : Kerbau Putih.
- Dewa Mahdewa merupakan dewa penguasa Arah : Barat/Pascima
Pura : Batukaru, Aksara : Tang, Senjata : Naga Pasa, Warna :
Kuning, Urip : 7, Panca Wara : Pon, Sapta Wara : Buda, Sakti : Dewi
Sanci, Wahana : Naga.
- Dewa Sangkara merupakan dewa penguasa Arah : Barat
Laut/Wayabhya, Pura : Puncak Mangu, Aksara : Sing, Senjata :
Angkus, Warna : Hijau/Welis, Urip : 1, Panca Wara :, Sapta Wara :
Sukra, Sakti : Dewi Rodri, Wahana : Singa.
- Dewa Siwa merupakan dewa penguasa Arah : Tengah/Madya, Pura
: Besakih, Aksara : Ing/Yang, Senjata : Padma, Warna : Panca
Warna, Urip : 8, Panca Wara : Kliwon, Sapta Wara :, Sakti : Dewi
Durga, Wahana : Lembu, Fungsi : Pelebur.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2020.https://id.wikipedia.org/wiki/Dewa_(Hindu)#:~:text=Dewa%20y
ang%20banyak%20disebut%20adalah,bawah%20derajat%20Tuhan%20yang%20
agung. diakses pada tanggal 30 oktober 2021, pukul 17.30 wita
Wikipedia.2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi_Hindu,diakses pada
tanggal 30 oktober 2021, pukul 17.40 wita
Mantarahindu.2021.https://www.mantrahindu.com/11dewata-nawa-sanga-dalam-
agama-hindu/, diakses pada tanggal 30 oktober 2021, pukul 17.45 wita
Blogsphot.2020. https://hindualukta.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-
bagian-bagian-dewata.html?m=1, diakses pada tanggal 30 oktober 2021, pada
pukul 17.50 wita

Anda mungkin juga menyukai