Anda di halaman 1dari 8

RAGAM SENI ARCA CANDI BOROBUDUR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

Oleh: Rahman*
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang

ABSTRAK

Makna ragam seni arca candi Borobudur pada hakikatnya tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia
yang dibentuk menyerupai manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan. Arca yang berwujudan seorang dewa
yang disembah para penganutnya untuk tujuan pemujaan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah nilai sejarah apakah pada ragam seni arca candi Borobudur yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pembelajaran sejarah dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai sejarah ragam arca
candi Borobudur yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Metode dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi,
observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penerikan
kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disampaikan bahwa candi Borobudur merupakan
suatu banguan yang termegah di Indonesia dan di temukan sekitar abad ke VIII Masehi, sekaligus
peninggalan agama Budha terbesar yang terdapat di pulau Jawa.

Kata Kunci: Ragama Seni Arca, Candi Borobudur, Sumber Pembelajaran Sejarah.

A. PENDAHULUAN pertimbangan Secara simbolis, letak


Sistem religi sebagai salah satu unsur Borobudur yang berdekatan dengan dua
kebudayaan mengandung tiga wujud sungai, yaitu sungai Elo dan sungai Praga,
kebudayaan yang mengandung ide atau seolah berorientasi ke dua sungai suci dan
gagasan, aktivitas atau tindakan, dan hasil indah, Sungai Yamuna dan Sungai Gangga.
karya manusia. Dalam sistem religi, tiga Di pertemuan kedua sungai tersebut dirikan
wujud kebudayaan ini mempunyai kaitan bangunan-bangunan suci. Candi Borobudur
satu sama lainnya. Sistem religi adalah dibangun sekitar 800 M. Namun, sejak
salah satu dari tujuh kebudayaan yang dinasti Mataram Hindu memindahkan pusat
bersifat universal, dapat ditemukan pada pemerintahannya dari Jawa Tengah ke
seluru suku di dunia (Rahardjo, 2006:46). Jawa Timur sekitar 930 M, tidak ada lagi
Candi Borobudur adalah mahakarya berita tentang candi Borobudur. Hanya ada
budaya putra nusantara yang telah diakui berita singkat temuan dalam kitab
dunia. Candi ini berlatar belakang agama Nagarakartagama (1365 M) pupuh 77
Budha tersebar di pulau Jawa. Bila melihat tentang nama “budur” yang disebut sebagai
letak candi Borobudur di desa Borobudur, salah satu tempat suci sekte Vajradhara
kecamatan Borobudur, kabupaten Buddha. Yang dimaksud dengan “Budur”
Magelang, provinsi Jawa Tengah dan mungkin Candi Borobudur. Dalam kitab
secara astronomis berada di 70 36’ 28’’ LS Badad Tanah Jawi disebutkan bahwa
1100 12’ 13’’BT. Lingkungan geografis candi sekitar tahun 1710 seorang pemberontakan
Borobudur berada di daerah dataran Kedu seorang Ki Mas Dana bersembunyi di Redi
yang dikelilingi oleh gunung Merapi dan Borobudur (Bukit Borobudur) namun
Merbabu di sebelah Timur, gunung Sindoro akhirnya tertangkap (Rahardjo, 2006:2).
dan Sumbing di sebelah utara, dan
pegunungan Menoreh di sebelah Selatan.
tentu lokasi dipilih berdasarkan

75
B. METODE PENELITIAN mengisyaratkan sikap berbincang-bincang
Berdasarkan rumusan masalah, atau memberi pengajar (Prasetyo, 1993:39).
penelitian ini menggunakan metode Budha Vara Mudra
deskriptif kualitatif. Sumber Data. Informan, Vara Mudra (kadang disebut juga
Dokumen. Tempat penelitian di candi vara mudra) berarti “memberikan berkah”.
Borobudur dan SMA PGRI 1 Palembang. Mudra ini dapat dilakukan dengan tangan
Teknik Pengumpulan Data: Wawancara kanan atau tangan kiri. Dalam arca dengan
Mendalam, Kajian Dokumen, Observasi posisi berdiri, figur berdiri tegak dan tangan
Langsung. Teknik Cuplikan. penelitian ini yang melakukan mudra tergantung ke
menggunakan teknik cuplikan purposive bawah dengan telapak tangan terbuka
sampling. Validitas Data. Validitas data mengarah ke depan. Dia arca dengan posisi
sangat penting dalam proses pemaparan duduk, tangan ditekuk dan diletakkan di
hasil penelitian, pembahasan dan penarikan lutut, telapak tangan terbuka dan mengarah
simpulan. Dengan adanya validitas data ke depan. Varada mudra berarti
triangulasi yang digunakan: triangulasi data, “memberikan hadiah”, “memberikan berkah”,
triangulasi metode. “mengabulkan harapan”. Sikap tangan ini
melambangkan keinginan Budha dan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Bodhisattva untuk bekerja demi
Hasil Penelitian keselamatan untuk manusia. Mudra ini
1. Pengarcaan Budha di candi melambangkan sifat murah hati, welas asih,
Borobudur dan terkabulnya keinginan. Bodhisattva
Budha Bhumisparcamudra yang melambangkan sifat welas asih seperti
Budha Bhumisparcamudra. Avalokiteshvara, misalnya, populer
Bhumisparsha artinya “menunjuk sebagai digambarkan dengan varada mudra
saksi”, atau “memanggil bumi sebagai (Panyadewa, 2014:98).
saksi”. Dalam mudra ini, Budha Budha yang terletak pada sisi arah
digambarkan duduk dalam posisi Selatan pagar langkan tingkat 1 sampai 4
padmasana (posisi duduk seperti bunga ditempatkan Budha Ratnasambhawa. Sikap
teratai) dan tangan kanannya turun melintasi tangannya Varamudra, yaitu telapak tangan
lutut kanan menyentuh tanah. Tangan kiri kanan menghadap ke atas diletakkan pada
biasanya dalam posisi dhyana mudra/ paha kanan, jari-jari menunjuk ke bawah
meditasi di pangkuan. Ini adalah gerakan dan tangan kiri diletakkan di pangkuan,
tangan yang merujuk pada sebuah adegan mengisyaratkan kedermawanan atau
dalam riwayat hidup Budha pencerahan”. mengabulkan suatu permohon (Prasetyo,
Mara dibilang perlambangan hawa nafsu, 1993: 40).
sehingga ada juga yang mengatakan arti Bodhisattva lainnya ialah
mudra ini adalah “melepaskan nafsu Samantabhradra, figur yang sangat
duniawi”. Mudra ini umumnya ditampilkan di berperan dalam Gandavyuha-Sutra, yang
arca Budha Gautama karena terhubung juga telah membuat banyak Maha-
langsung kisah kehidupan beliau pranidhana. Di Tibet, Nepal, dan Mongolia,
(Panyadewa, 2014:94). tiada terdapat perubahan wujud seperti itu,
Budha kelima menempati zenith, oleh barangkali dikarenakan adanya Tara suatu
karena itu, arca-arca Dhyani Budha yang kelompok dari 21 dewi yang berasal
terdapat dalam relung pagar langkan tingkat Avalokitesvara. Dari 21 Dewi Tara ini yang
5 adalah Dhyani Budha Wairocana, sikap paling populer adalah White-Tara (Tara
tangannya vitarkamudra, yaitu meletakkan Putih) dan Green-Tara (Tara Hijau)
ibu jari kanan pada telunjuk, yang (Suwarto, 1995: 399-400).

76
Vidyarajah berarti Raja yang dari dan ujung jempol kedua tangan
tubuhnya keluar cahaya yang terang- bersentuhan. Ini adalah posisi tangan untuk
benderang. (istilah ini digunakan dalam bermeditasi di India bahkan sebelum zaman
ajaran Esoteric atau rahasia atau yang Budha hidup. Sampai sekarang umat Budha
mementingkan segi batiniah). Vidyarajah jika bermeditasi masih memposisikan
mempunyai dua arti, yakni: (a) menunjukkan tangan seperti ini. Mudra ini kadang disebut
Dharani, (b) menunjukkan Manifestasi dari juga samadhi mudra (Panyadewa, 2014:95).
Budha Shakyamuni, Yang mempunyai Mudra ini melambangkan
wajah marah untuk maksud mengalahkan ‘’kesempurnaan spiritual pencerahan’’.
mahkluk-makhluk hidup yang jahat. Dalam Mengendalikan pikiran‘’, dan ‘’kestabilan
ajaran Esoteric terdapat Vidyarajah: (1) /keseimbangan batin’’. Tangan kanan
Vidyarajah-Acalanathah, (2) Vidyarajah- melambangkan usaha atau aktivitas, tangan
Trailoka-Vijayah, (3) Vidyarajah-Kundali, (4) kiri melambangkan kebijaksanaan. Tangan
Vidyarajah-Yamantaka, (5) Vidyarajah-Vajra kanan selalu di atas tangan kiri, artinya
Yaksah. Vidyarajah Maha-Mayuri-Rajni atau bahwa usaha dan aktivitas selalu harus
Vidyarajah yang terdapat dalam Sutra didukung oleh kebijaksanaan. Mudra ini
Maha-Mayuri-Vidya-Rajni. Menurut ajaran dapat dilakukan dengan hanya tangan kiri,
Esoteric di wilayah Timur, diterangkan sementara tangan kanan melakukan mudra
bahwa salah satu dari empat kewajiban yang lain. Kadang-kadang arca Budha yang
Dharma yang Dharma yang utama adalah melakukan dhyana mudra dengan tangan
percaya kepada Vidyarajah Maha-Mayuri- kiri ini juga membawa mangkuk biksu di
Vidya-Rajni. Di Jepang, ajaran esoteric tangan kiri (Panyadewa, 2014:96).
sangat menilai tinggi ajaran beliau, yakni Budha yang terletak pada sisi arah
Sekte Yamabusi Ha Sekte Jukendo (jalan Barat. Terletak pada pagar langkan tingkat 1
untuk membina diri dan untuk menempuh sampai 4. Sikap tangannya dhyanamudra,
ujian spiritual) (Suwarto, 1995:399-400). yaitu kedua telapak tangan menghadap ke
atas, diletakkan di atas pengakuan,
Budha Dhyanamudra mengisyaratkan ketika sang Budha
Budha Amitabha, dengan gelar bermeditasi di bawah pohon bodhi
Budha Yang Bercahaya Tidak Terbatas atau (Prasetyo, 1993:41). Meditasi adalah
Yang Berkehidupan Tak Terbatas mencapai pengembangan batin. Melalui meditasi,
ke-Budha-an atau samyak-Sambudha atau batin dan seluruh kehidupan kita bertumbuh
kesadaran Agungnya pada suatu kalpa yang secara spiritual-karena kesadaran kita
tidak terhitung. Sukhavativyuha-Sutra (teks menjadi semakin berkembang.
panjang) menjelaskan bahwa beliau adalah
Budha yang transendental atau di luar Budha Abhaya Mudra
pengetahuan dan pengalaman manusia. Abhaya artinya ‘’tanpa ketakutan’’.
Budha yang telah mengatasi alam duniawi, Dalam mudra ini, tangan kanan diangkat
dihormati dan dipuji di India, Nepal, Tibet, setinggi bahu atau lebih rendah, dengan
dan Mongolia sebagai salah satu dari tangan ditekuk dan telapak tangan
Panca-Dhyani-Budha (terdapat reliefnya di mengarah ke luar. Mudra ini sangat populer
dalam candi Borobudur). di semua tradisi Budhis dan dapat
Dhyana artinya meditasi. Dalam ditampilkan di arca yang berdiri, berjalan,
mudra ini, Budha digambarkan duduk dalam atau duduk. Abhaya mudra adalah sebuah
posisi padmasana dengan kedua tangan sikap tangan yang tua, yang menandakan
berada di pangkuan setinggi perut. Tangan persahabatan dan perdamaian. Karena
kanan di atas tangan kiri, telapak kedua mengangkat tangan yang kosong tanpa
tangan menghadap ke atas, jari diluruskan, senjata. Mudra ini menyimbolkan

77
perlindungan, tanpa bahaya, rasa aman, sang Budha pertama kali memberikan
tidak rasa takut. Mudra ini juga memberikan kotbah. Semua arca di dalam stupa
rasa tanpa takut itu kepada orang lain, berlubang pada teras melingkar tingkat 1
sehingga juga berarti ‘’jangan takut’’. Ini sampai 10 mempunyai sikap tangan
berhubungan dengan kekuatan spiritual dharmacakramudra. Sedangkan sebuah
Budha yang sudah bebas dari rasa takut arca yang tersembunyi di dalam stupa induk
dan dapat memberikan perlindungan dari berada sikap bhumisparcamudra (Prasetyo,
ketakutan kepada makhluk lain. Selain 1993:44).
Budha, figur bodhisattva juga ditampilkan
dengan mudra ini (Panyadawe, 2014:9). 2. Zenith Budha
Budha yang terletak pada sisi arah Khotbah Hyang Budha Shakyamuni
Utara diduduki oleh Budha Amoghasidhi, yang pertama kali kepada lima pertapa
terletak pada pagar langkan tingkat 1 bekas teman sewaktu bertapa menyiksa diri
sampai 4. Sikap tangannya abhayamudra, di hutan Uruval selama enam tahun
yang berarti jangan takut, dengan telapak lamanya. Khotbah pertama laki ini di taman
tangan kanan terbuka ke atas. Perlu Rusa Isipatana, di Mrigadava, Veranasi,
diketahui bahwa sistem Dhyani Budha di atau dikenal dengan nama pemutaran Roda
candi Borobudur terdiri dari lima Budha, Dharma (Dharmacakra Pravartana Sutra)
empat Dhyani Budha menduduki empat yakni mengenai 4 (delapan) Julan Utama
penjuru mata angin (Prasetyo, 1993:42). atau jalan benar dan suci sebagai jalan
tengah (Arya Astangika Marga).
Budha Vitarku Mudra
Vitarku mudra artinya “menyakinkan”, 3. Arca Manusia yang Perwujudan
“menjelaskan”, “diskusi dharma”, dan Dewa
melambangkan bahwa Budha sedang Para Dewa Pelindung Dharma; Para
berkhotbah. Mudra ini dilakukan dengan Dewa Dharmapala; Dewa Deva, Dewa
cara membuka tangan lalu menyentuhkan Naga, Dewa Yaksa, Dewa Gandharva,
ibu jari dan jari telunjuk. Ibu jari dan jari Dewa Asura, Garuda, Dewa kinnara, dan
telunjuk membentuk lingkaran yang Mahoraga. Catur-Maharaja (empat Raja
melambangkan kesempurnaan atau Dewa; adalah panglima wilayah luar Alam
pencerahan. Mudra ini digunakan baik di Dewa Indra dan sebut Lokapala atau
arca yang duduk maupun arca yang berdiri. pelindung Alam Dunia, masing-masing
Mudra ini juga bisa dilakukan dengan Dewa melindung satu Dvipa atau dunia).
jari selain jari telunjuk misalnya pada arca a. Dewa Dhrtarasta: pelindung benua
Bodhisattva Tara yang menyentuhkan ibu Timur (Pura-Videha). Warna putih.
jari dengan jari manis. Selain itu, pertemuan Panglima dengan anak buahnya
ibu jari dan jari lain juga tangan yang terdiri dari Gandharva dan Pisacah.
digunakan untuk memegang suatu objek b. Dewa Virudhaka: Pelindung benua
sehingga kadang tangan yang melakukan Selatan (Jambudvipa). Warna biru.
varada mudra memegang sesuatu. Misalnya Panglima yang anak buahnya terdiri
Bodhisattva Manjushri yang memegang dari Kumbhanda dan Preta.
tangkai bunga teratai di tangan kiri dalam c. Dewa Virupaka: Pelindungan benua
vitarka mudra (Panyadewa, 2014:99). Barat (Apara-Godanya). Warna
Budha pagar langkan kelima terdapat Merah. Panglima yang anak buahnya
Budha dengan sikap tangan terdiri dari Naga dan Putana
dharmacakramudra, yang mengisyaratkan d. Dewa Vaisravana: (Dhanada), disebut
pergerakan roda dharma (ajaran), yaitu pula kuvera atau kubera. Pelindung
sikap tangan yang menggambarkan waktu benua Utara (kuru). Warna kuning

78
Dewa Rejeki. Panglima yang anak tentang Sutra-sutra tersebut, antara lain:
buahnya terdiri dari Yaksa dan Dewa Samudra, Dewa Bumi, Dewa Siang
Raksasa. Hari, Dewa Tumbuhan-tumbuhan, Dewa
Dewa Skandha; Senapati Dewa Rumah, Dewa Kota, Dewa Api, Dewa Angin,
Skanda/Skandha (Dewa Dharma pala). Dewa Sungai, Dewa Padi-padian, Dewa
Dewa Sangharamapala Malam Hari, Dewa Tumbuhan-tumbuhan
a. Tubuh dan mukanya berwarna hitam, Obat, Dewa istana, Dewa Air, Dewa Tanah,
wajahnya seram menakutkan, tangan Dewa Batu, Raja Setan Pertengkaran, Raja
kanan mengacungkan gada berduri Setan Kejahatan, Raja Setan Berhati Kasih
dan tangan kirinya memegang ular. Sayang, Raja Setan Yang Memiliki Rejeki
Ada yang tubuh dan wajahnya dicat Dan Bahagia, Raja Setan Macam Putih,
dengan warna kuning emas atau Raja Setan Macan Darah, dan Raja Setan
dilapasi kertas kuning emas yang Pengurus Nyawa. Di antara Raja Setan itu
tipis, dengan maksud mengurangi sebenarnya bukan setan melainkan makhluk
keseraman wajahnya. mulia yang memperlihatkan diri atau
b. Kuan Tie Kun (Hok Mo Tay Tee- menjelma sebagai Raja Setan. Banyak
Kuan Se Tie Kun-Tay Pie Guan-Tay Preta atau Setan yang ‘berhasil’ atau
Sin Tay Cu-Cin Guan Hian Hien Ciau bahagia pada hakekatnya adalah Yaksa
Beng le Han Tay Thian Cun). Dewa atau Maharddhika. Raja Setan pada
pelindung Dharma. hakekatnya adalah Raja Yaksa.
c. Dewa-dewa vimsati Deva (ada 20 Raja Naga (ada Raja Naga), Dasa
Dewa), Caturvismsati Deva (ada 24 Raksasi (10 Raksasa Perempuan), Dvadasa
Dewa), Dvadasa Deva (sete Mahayaksa Senapatyah (12 Senopati
Mantrayana; sekte Shingon; ada 12 Yaksa). Setiap Senopati Yaksa mempunyai
Deva), Vimsat vajradeva (20 Vajra 7000 Yaksa sebagai anak buahnya. 12
Deva), Vidya Raja (lebih dari 10 Senopati Yaksa ini menjadi ‘pelindung
Raja), Jambhala (dewa Rejeki), Dharma’ sebagaimana dijelaskan dalam
Mahakala (Bermata tiga bertangan Bhaisajyaguru Vaiduryaprabhasa Tathagata
empat), Danda Mahakal, Dakini, Purva Pranidhana Sutra. Beliau
Mahasri atau Sri Maha Devi (Dewi mengucapkan 12 Nalar Besar. Bagi siapa
keberuntungan), Vajrapani atau saja yang menyebut nama Bhaisajyaguru
Vajradhara, Heruka, Kumaraka Deva, Vaiduryaprab Tathagata, orang yang
Nata (Putra sulung Vaisravana), menghormati dan memberi puja kepadanya,
Nirvisi, Atri Kurukula, Uma, orang yang membaca Sutra tersebut atau
Vajrakirna, Guhya Samaya, Cakra membaca mantranya akan dikabulkan oleh
Samvara, dan Nava Kumara mereka 12 Senopati Yaksa; Kumbhira,
Aryamatr (Deva Puspa dan Devi Mihara, Anila, Indra, Mahoraga, Catura,
Puspa). Vajra, Andira, Sandila, Pajra, Kinnara, dan
Vikarala.
Bhumya Deva atau Bhumya Devata Dewa-dewa lainnya dan makhluk lain
(Dewa Bumi) (amanusya; manusyamanusya) yang mulia-
Dalam sutra-sutra Mahayana, yaitu Pratima-pratima lain (Manusya) Nagarjuna:
Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana orang India, yang hidup pada pertengahan
Sutra, Buddhavacana Maitreya Bodhisattva abad ke 2. Pendiri Sekte Mahyamaka
Abhisambuddha Sutra, Maha Karuna Agama Budha Mahayana. Beliau disebut-
Dharani Sutra, disebutkan bahwa banyak sebut juga sebagai the Second Founder of
Dewa, Naga, dan Setan yang hadir Budhism. Filsafat Agama Budha yang
mendengarkan khorbah Shakyamuni Budha dirintis oleh Nagarjuna merupakan pusat

79
doktrin Sunyata dari semua konsep empiris, ekor. Singa arca yang berukuran lebih kecil
seperti Dharma, atau unsur pokok yang duduk di atas lapik yang sama dengan arca
terakhir mengenai eksistensi, ditegaskan di singa yang berukuran lebih besar
dalam Abhidharma. Nagarjuna dengan (Depdikbud, 2012:13-14).
ajaran Prajnaparamita yang begitu
mendalam. Beliau dianggap salah satu Durga Mahisasuramardani
genius spiritual terbesar dan pemikir yang Arca Dewi Durga sebagai istri Siwa.
paling brilian di dunia yang pernah ada. Digambarkan durga berdiri di atas banteng
Nandi yang sudah dikalahkan. Banteng
Arca Budha yang dihubungkan dengan tersebut sebetulnya adalah makhluk jahat
Agama Budha yang menyamar dan sesudah dikalahkan
Permulaan Agama Budha makhluk jahat tersebut ditarik dari badan
menanamkan ide rangkap mengenai banteng, lalu menunjukkan sifat yang
arhatva (PI. arahatta) dan nirvana (PI. sesungguhnya. Durga adalah Dewi
nibbana). Kematian, oleh karena itu ditempatkan di
kamar yang menghadap ke utara dan
Makara merupakan mata angin kematian. Patung
Makara adalah hewan mitologis Durga ini maksud menggambarkan
yang hidup setengah di air dan setengah di permaisuri raja Balitung (Soetarno, 1987:
darat berdasarkan cerita India; candi sering 19). Patung Durga oleh penduduk di
kali digambarkan dengan singa kecil yang sekitarnya juga disebut patung Lara
berdiri di mulutnya yang terbuka. makara Jonggrang. Disebut Jonggrang, itu menurut
adalah kendaran Dewi Hindu Gangga dan Legenda penduduk Prambanan yang
lambang Dewa Hindu Kamadeva dan dewa- akhirnya berkembang menjadi cerita rakyat.
dewi Hindu lainnya. Kuil Hindu dan Budha di
India maupun di kawasan lain yang Kala
menerima pengaruh budaya India sering kali Kala adalah hiasan berupa kepala
mempunyai Makara sebagai dekorasi. raksasa yang digambarkan dengan mata
Makara sebagai lambang kerajaan Dinasti melotot dengan hiasan stilir (disamarkan).
Syailendra dari Prasasti Nagapattana di Kala melambangkan waktu, maut, dan
abad ke-11 (Panyadewa, 2014:53). hitam. Dalam arsitektur candi biasanya
diletakkan pada bagian atas pintu masuk
Singa atau ambang atas tangga candi. Kala dapa
Menurut agama Budha singa adalah digambarkan dengan rahang bawah atau
kendaraan Sang Budha pada awal waktu tanpa rahang bawah dengan ukiran tangan
naik ke surga dan simbol kekuatan pengusir seperti akan menerkam. Kala pada doorpel
pengaruh jahat untuk menjaga kesucian (ambang atas pintu masuk) pada candi
candi (Balai Konservasi, 2016:43). Arca borobudur digambarkan tanpa rahang
singa digambarkan dalam posisi duduk bawah. Selain pada ambang atas pintu
dengan kedua kaki depan lurus, dan kaki tangga candi, kala pada candi Borobudur
belakang dilipat. Adapun surai singa berupa juga digunakan sebagai jaladwara (saluran
hiasan simbolik berupa sulur-suluran yang air) (Balai Konservasi, 2016:43).
mengitari bagian kepala sampai ke leher
singa dalam hal ini digambarkan dalam
posisi duduk, kedua kaki belakangnya
dilipat, sementara kaki depan tegak. Bagian
belakang tubuh singa telah aus dan tidak
terdapat adanya indikasi penggambaran

80
Jaladwara yaitu K13 di mata pelajaran sejarah kelas X
semester ganjil adapun untuk lebih jelasnya
sebagai berikut:
Kompetensi Inti: 3. Memahami, menerapkan
dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
Dokumentasi Rahman Talang Ubi yang spesifik sesuai bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
Di beberapa tempat di sepanjang Kompentensi Dasar 3.6. menganalisis
dinding luar langkan terdapat jaladwara atau karakteristik kehidupan masyarakat,
saluran untuk membuang air dari selasar. pemerintahan dan kebudayaan pada masa
Jaladwara terdapat di kebanyakan candi di kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
Jawa Tengah dan Yogyakarta Jaladwara di dan menunjukan contoh bukti-bukti yang
candi Mendut lebih ramping dan lebih kecil masih berlaku pada kehidupan masyarakat
dibandingkan dengan Jaladwara dengan Indonesia masa kini.
Jaladwara pada candi Borobudur Materi: teori-teori masuk dan
(Depdikbud, 2014:38). berkembangnya Hindu-Budha kerajaan-
kerajaan Hindu-Budha Bukti- bukti
Pembahasan kehidupan pengaruh Hindu-Budha yang
Nilai Sejarah Ragam Seni Candi masih ada pada saat ini.
Borobudur Sebagai Sumber Kendala guru yang di hadapi pada
Pembelajaran Sejarah di SMA PGRI 1 saat mengajarkan sejarah pada siswa ialah
Palembang. minat belajar yang kurang dikarenakan
. Dalam arsitektur tradisonal Hindu, sering menggunakan HP atau gedjet dari
ruang, waktu, dan zat adalah manifestasi pada belajar, biar siswa tertarik dalam
dari pencipta, ruang kebendaan dan zat belajar sejarah gurunya juga harus kreatif
kebendaan menjadikan ruang ideasional contohnya membuat pembelajaran memakai
terlihat: model kosmologisnya menekankan media infokus dan gambar-gambar biar
pada: (1) Kemurnian ritual di dalam rona; (2) anak tertarik untuk belajar sejarah (hasil
Pusat dan keterpusatan hal terpenting catatan wawancara Bapak Amiril Mukminin,
secara sosial dan secara arsitektur; dan (3) S.Pd pada tanggal 08 Mei jam 09.30 WIB).
Ruang ideasional yang diejawantahkan
melalui lambang-lambang. Ruang diubah D. SIMPULAN
oleh lambang-lambang dan ritual-ritual Setelah melakukan penelitian dan
sehingga sifat kedewaan jadi terlihat dan pembahasan tentang ragam seni arca candi
arsitektur disebut ‘Wastu Vidya’ ilmu Borobudur sebagai sumber pembelajaran
persemayaman para dewa selain itu ragam sejarah, maka penulis dapat menyimpulkan
seni hias bisa dijadikan sumber hasil penelitian sebagai berikut: Makna
pembelajaran sejarah. ragam seni arca candi Borobudur pada
Sedangkan keberadaan candi hakikatnya tak bisa dipisahkan dari
Borobudur sangat relevan dengan materi kehidupan manusia. yang dibentuk
yang tercantum dalam kurikulum terbaru menyerupai manusia, hewan, tumbuhan-

81
tumbuhan. Arca yang berwujudan seorang
dewa yang disembah para penganutnya
untuk tujuan pemujaan. Oleh karena itu
masyarakat setempat mendirikan sebuah
bangunan suci yang disebut candi untuk
tempat sembyang yang merupakan tempat
dihormati para penganut agama Budha.
Nilai sejarah ragam arca candi
Borobudur yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Dalam pembelajaran sejarah memberikan
pengetahuan sejarah (kognitif) tetapi juga
memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa
(apektif). Ini akan memiliki arti penting bagi
kehidupan peserta didik pada masa
sekarang dan pada masa yang akan
mendatang, apabila peserta didik tidak
mampu memahaminya. Mengingat setiap
peserta didik memiliki kemampuan yang
tidak sama untuk menangkap makna yang
ada dibalik cerita sejarah, maka setiap
pengajar sejerah selalu menekankan pada
arti dan makna dari setiap peristiwa yang
yang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Konservasi Borobudur. 2016.


Kearsitekturan Candi Borobudur.
Magelang: Balai Konservasi
Borobudur.
Depdikbud. 2012. Pasca Pemugaran Candi
Borobudur. Magelang: Balai
Koservasi Borobudur.
Panyadewa, Seno. 2014. Misteri Borobudur.
Jakarta: Dolphin.
Prasetyo, Bambang. 1993. Borobudur,
Pawon dan Mendut. Yogyakarta:
KANISIUS.
Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban
Jawa dari Mataram Kuno sampai
Majapahit Akhir. Jakarta: Yayasan
Kertagama dan Komunitas Bambu.
Suwarto. 1995. Budha Dharma Mahayana.
Palembang: Majelis Agama Budha
Mahayana.

82

Anda mungkin juga menyukai