akan Adi-Buddha sebagai Tuhan YME adalah penting. Umat perlu mengenal dan
memahami dengan sebaik-baiknya segala hal yang berkaitan dengan sebutan Adi
Indonesia sendiri.
Buddha adalah salah satu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha.
Sebutan ini berasal dari tradisi Aisvarika dalam aliran Mahayana di Nepal yang
menyebar lewat Benggala hingga dikenal pula di Jawa. Sedangkan Aisvarika adalah
sebutan bagi para penganut paham ketuhanan dalam Agama Buddha. Kata ini berasal
dari Isvara yang berarti Tuhan atau Maha Buddha atau Yang Maha Kuasa, dan ika
Istilah ini hidup di kalangan Buddhis aliran Svabhavavak yang ada di Nepal.
Aliran ini merupakan salah satu percabangan dari aliran Tantrayana yang tergolong
Mahayana. Sebutan bagi Tuhan YME dalam aliran ini adalah Adi-Buddha. Paham ini
Para ahli sekarang mengenal pengertian ini melalui karya tulis B.H.Hodgson. Ia adalah
Menurut paham ini, seseorang dapat menyatu (moksa) dengan Adi-Buddha atau
Isvara melalui upaya yang dilakukan dengan jalan bertapa (tapa) dan bersamadhi
(dhyana).
pada dasarnya Tuhan YME dalam agama Buddha tidak dinyatakan sebagai suatu
Paramadi Buddha (Buddha yang Pertama dan Tiada Terbandingkan). Sebutan lain
manjusryadi-buddha-nama-sadhana.
Sumber Doktrin
sekalipun embrio konsepsi dapat ditelusuri jauh sebelumnya. Tulisan yang dianggap
paling awal adalah Kitab Namasangiti yang diperkirakan merupakan karya abad ke-7.
Konsep Kepercayaan
Buddha Gautama atau Sakyamuni mengakhiri kehidupan di bumi ini pada usia
80 tahun. Menurut sabdanya sendiri yang tercatat dalam Maha Parinibbhana Sutta,
kalau dikehendaki, Ia, yakni Tathagata, dapat hidup terus sebagai manusia sepanjang
satu masa yang tak terkirakan lamanya (kalpa). Di nirwana Ia melampaui jangkauan
segala pengetahuan dewa dan manusia, tak dapat diterangkan dan di luar batas daya
akal, namun jelas bukan kenihilan atau ketiadaan. Nirwana sebagai Ketuhanan
(Godhead) yang bersifat mahaesa itu tidak dilahirkan, tidak terjelma, tidak tercipta,
Yang Mutlak, merupakan pembebasan dari penderitaan. Sabda tentang Ketuhanan
YME yang tercantum dalam Udana ini khususnya mendasari keyakinan dari penganut
aliran Theravada.
Dalam aliran Mahayana, paham dan kepercayaan ini berkembang lebih jauh.
dimana-mana, bukan realitas perseorangan, esa, bebas dari pasangan yang berlawanan,
ada dengan sendirinya (svabhava-kaya). Terdapat banyak Buddha, tetapi hanya ada
Kitab yang terakhir adalah karya Asvagosha, seorang bhiksu yang hidup sekitar abad
ke-1 Masehi.
sebagai Manusia Buddha atau Sakyamuni sebenarnya adalah wujud yang mewakili
jauh di masa silam yang tak terbilang lamanya, Sakyamuni asalnya sudah Buddha.
Ia timbul dari ‘kekosongan’ (sunyata) dan dapat muncul dalam berbagai bentuk
sehingga disebut Visvarupa serta namaNya pun tidak terbilang banyaknya. Dengan
kekuatan gaibNya Ia menghasilkan lima Dhyani-Buddha: Vairocana, Aksobhya,
musnah yang satu, muncul lagi yang baru. Dunia sekarang ini, yang keempat, tercipta
sebagai ‘Ibu para Buddha’, atau Vajradhara, Pemangku Kekuatan Gaib yang tak dapat
Vajradhara adalah gelar yang diberikan kepada Aksobhya. Dalam kitab sastra Kunjara
Karna, yang dijunjung adalah Vairocana. Namun dinyatakan bahwa semua bentuk
identifikasi tersebut, termasuk bahkan Siwa dan Buddha sekali pun, tunggal adanya.
Adi-Buddha di Indonesia
pernyataan tertulis dari kalangan agama Buddha sendiri tentang diakuinya Adi-Buddha
dalam agama Buddha di Indonesia sebagai bagian penegasan tentang agama Buddha
yang menerima asas Pancasila (terutama dalam kaitannya dengan Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa) sudah muncul pada masa yang cukup dini (lihat Dhamavadi, 1972; Hendro,
pertanyaan yang mempersoalkan ketuhanan dalam agama Buddha yang mencuat pada
waktu itu setelah pemerintah Indonesia (sebagai akibat peristiwa menyangkut PKI di
tahun 1965) menyatakan menolak dan melarang pengembangan semua paham berbau
komunisme atau atheism. Berikut ini beberapa cuplikan tulisan yang dimaksud:
yang sekara pun masih dianut oleh kita sekalian, terdapat konsepsi apa yang
disebut Sang Hyang Adhi Buddha. Kata adi berarti: yang pertama, yang
terutama, yang abadi, yang besar, yang agung, kesadaran agung atau
penerangan sempurna. Jadi, dalam hal ini Sang Hyang Adhi Buddha bukanlah
seperti Sang Buddha Gautama (Pelajaran dalam buku Borobudur). Sang Adhi
Buddha ini adalah awal dari segala sesuatu dan tidak berbentuk. Sang Adhi
tanpa akhir, tanpa bentuk dan meliputi seluruh Jagat Raya, hanya dapat diselami
oleh mereka yang telah mencapai samasambuddha (Kesadaran Teragung).
Tidak ada suatu tempat pun dalam jagat raya dimana Sang Adhi Buddha
(Dharmakaya) tidak berkuasa. Alam semesta tercipta tetapi Sang Adhi Buddha
tetap kekal untuk selama-lamanya. Dharmakaya bebas dari semua benda untuk
manunggal dengan Sang Hyang Adhi Buddha atau dengan kata lain bahwa
Sang Buddha Gautama adalah pengejawantahan dari Sang Adhi Buddha. Oleh
karena itu, sebutan Sang Adhi Buddha maka itu adalah Sang Buddha yang tidak
Gautama. – Dijelaskan bahwa Sang Adhi Buddha dan Sang Buddha Gautama
sebagai Buddha Gautama, Dharma dan Sangha atau lambang dari kaya (energi),
wak (ucapan) dan cita (pikiran). Ratnatraya inilah yang kelak akan melahirkan
tata susila yang luhur yang disebut sih (cinta-kasih), punya (pengorbanan) dan
bakti (kebaktian). Karena adanya energi dan pikiran, maka terjadilah mahluk-
tersebut dijelaskan bahwaPanca Tathagata (Lima Buddha) itu tidak lain adalah
lambang dari Panca Skanda. Panca Skanda berkaitan dengan Hukum Sebab-
2) Ketuhanan Yang Maha Esa Sendi Mutlak dalam Agama Buddha (Girirakkhito,
falsafah Pancasila, setiap rakyat Indonesia harus percaya kepada Tuhan YME,
setiap rakyat harus beragama. Agama Buddha mutlak bersendikan kepada Ke-
Tuhan-an YME, oleh karena itu agama Buddha pun berhak untuk tumbuh dan
pepatah agung yang berbunyi “Kenalilah alam semesta ini, kenalilah diri
sendiri, maka engkau akan mengenal Tuhan.” Di dalam ajaran Sang Buddha,
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, yaitu benda-benda (materi), gejala-
yaitu segala sesuatu yang ada dan dapat dipikirkan – disimpulkan dalam satu
kata: Dhamma atau Dharma. – Disimpulkan bahwa Tuhan YME adalah tidak
terbatas, karena itu tidak dapat dipikirkan oleh manusia biasa dengan alam
pikiran yang serba terbatas. – Pernah ada pertanyaan: Apakah agama Buddha
itu ber-Tuhan? Jawabannya adalah ya, agama Buddha mutlak bertuhan, yaitu
Sang Adi Buddha. Apakah agama Buddha mempunyai Trisakti (Hukum Lahir-
Indonesia pada waktu itu telah disadari dengan penuh keyakinan bahwa agama
Buddha yang berkembang kembali di persada Ibu Pertiwi ini adalah agama
Buddha lanjutan daripada agama Buddha yang pernah berkembang pada zaman
yang lampau, yaitu pada zaman Kedatuan Sriwijaya dan zaman Keprabuan
yang ada di persada Ibu Pertiwi.—Dan kita akan menggali kembali kepribadian
Presiden No.1 tahun 1965, pemerintah telah dengan tegas mengakui agama
Buddha secara sah dan sejajar dengan agama-agama lain di Indonesia. – Dalam
filsafat Pancasila barangkali belum tentu agama Buddha akan dapat kesempatan
untuk bangkit di persada Ibu Pertiwi Indonesia. Selain memiliki sasaran pokok
Indonesia adalah jelas berkepribadian Indonesia kendati para biksu awal telah
ditahbiskan di Burma (seperti Sthavira Ashin Jinarakkhita, Bhikkhu Sumangalo
Muang Thai, India, dan di Singapura, ada juga yang mulai ditahbiskan di
Idonesia pada tahun 1959 (oleh para bhiksu internasional). Namun ini tidak
menerima setiap sumbangan daripada duta Dhamma, tetapi kita dengan tegas
yang dari luar manapun, yang akan mau membelokkan kiblat kita daripada
kitab suci lontar Sutasoma menuliskan kalimat yang keramat yang sampai kini
jadi lambang negara, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yaitu bahwa kita ini
(1972) menyebutkan tentang Adi Buddha yang tampaknya antara lain dikutip
dari Udana dalam Khuddaka Nikaya (Woodward, 1948), dan Sang Hyang
cuplikan-cuplikannya:
a. Dalam Kitab Guna Karanda Vyuha (naskah Sanskerta) tertera: Sewaktu
belum ada apa-apa, Sambhu sudah ada: Inilah yang disebut Svyambhu
Sang Hyang Adi Buddha berada di dalam segala sesuatu, akan tetapi Ia
tidak berbentuk, ialah intisari kekal dan segala sesuatu (di dalam
amah (AM Ah?), itulah yang dianggap Sang Hyang Adwaya namanya
dan tenang tidak goyah, itulah yang dianggap Sang Hyang Adwaya
Kesimpulan suara amah (Am Ah?) dan bathin tentang tenteram itu
hakikat ajaran dwaya itu inti dari ilmu tarka wyakarana. – Hasil dari
adalah suara keramat yang diambil dari sumber hidup yang menghidupi
konsepsi Adi Buddha di Borobudur juga seperti yang tertera pada entri
esensi atau dunia dalam atau dharmadatu. Adi Buddha atau Maha
agregat kemelekaan, empat dartah, enam alam, dan lima obyek indria.
Ke-20 bagian ini dikuasai oleh lima Buddha, dan karena tiap Buddha
sebenarnya dari tubuh (kaya), ucapan (vak) dan pikiran (cit). Tiga vajra
ini bergabung jadi satu dalam kepribadian yaitu Vajradhara Buddha atau
tanpa akhir, tak berujud dan tak kelihatan. Menurut Toganoo, dalam
konsep Adi-Buddha ini terkandung ajaran spiritual tertinggi, dan
merupakan asal dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, dan
Kesimpulan
mengenai hal itu sudah dicoba digali oleh banyak penulis, termasuk oleh
merupakan sumber primer dan naskah suci agama Buddha produk Indonesia
zaman lampau telah memberikan kuta bagi hadirnya konsepsi Ketuhanan YME
candi tersebut, dan walaupun sumber berupa candi ini bukan naskah tertulis
yang langsung bisa dibaca artinya, ini akan semakin memperkuat dugaan dan
memberi tambahan bukti bahwa Agama Buddha Indonesia sudah sejak awal
perkembangannya percaya dan yakin kepada adi Buddha sebagai Tuhan Yang
Maha Esa.