22743073
Brahmavidya adalah Ilmu yang mempelajari tentang tuhan dinamakan brahma vidya atau brahma
tattva jnana. Brahma diartikan Tuhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang
memberikan kehidupan pada semua ciptaanNya, Yang Maha Kuasa. Vidya atau Jnana kedua-duanya
artinya sama yaitu ilmu.
1.1 Tujuan
a. Mengetahui pemahaman tentang ajaran Brahmavidya
b. Agar mampu mejabarkan dalam kehidupan bermasyarakat yang berbeda keyakinan
c. Menambah wawasan keagamaan
BAB II TINJUAN PUSTAKA
Dalam ilmu agama khususnya dalam bidang brahmavidya atau yang dalam agama laindisebut
dengan teologi dikenal berbagai ajaran (isme) yang oleh Panitya Tujuh Belas dijelaskan sebagai
paham yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia dengan Tuhan, seperti monoteisme,
politeisme, panteisme, monisme, dan henoteisme, Isme artinya kepercayaan atau ajaran. Imam
Suprayogo dan Tobroni, mengatakan bahwa monoteisme adalah paham yang berpendapat Tuhan itu
hanya satu, Esa, tunggal, dan tak terbilang. Politeisme adalah paham yang mengimani, menyembah,
dan memuja banyak Tuhan. Di dalamnya terdapat animisme, dinamisme, dan paganisme yang
intinya berpendapat bahwa ada penguasa-penguasa lain di dunia ini selain Tuhan yang berupa
benda-benda alam, roh-roh halus, dewa-dewa, makhluk halus, bahkan manusia. Menurut Rahardjo
(dalam Imam Suprayogo dan Tobroni, bahwa henoteisme adalah paham yang mengkonsentrasikan
diri pada Tuhan yang tunggal, tetapi dalam mitos.masih mengakui adanya Tuhan-Tuhan lain.
Menurut Bagus teologi (brahmavidya) adalah ilmu tentang Tuhan. Sesungguhnya brahmavidya
merupakan bagian dari metafisika yang menyelidiki hal eksistensi menurut aspek dari prinsipnya
yang terakhir suatu prinsip yang luput dari indrawi tunggal. Objeknya adalah Tuhan: eksistensi-Nya,
esensi-Nya, dan aktivitas-Nya. Dikatakan pula jelaslah bahwa ilmu tentang Tuhan tidak memberikan
pengetahuan tentang Tuhan yang dalam setiap hal sama dengan pengetahuan yang diperoleh dari
ilmu tentang objek-objek pengalaman inderawi sehari-hari. Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan
tidak memberikan suatu pengetahuan yang memadai tentang Dia, tetapi semata-mata pengetahuan
yang bersifat analogis.
Syukur (dalam Suprayogo dan Tobroni) mengatakan bahwa brahmavidya adalah pengetahuan
adikodrati yang metodis, sistematis, dan koheren tentang apa yang diwahyukan Tuhan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa brahmavidya adalah refleksi ilmiah tentang Tuhan. Artinya,
brahmavidya adalah ilmu yang 'subjektif' yang timbul dari dalam, yang lahir dari jiwa yang beriman
dan bertakwa berdasarkan wahyu.
Wahono mengatakan bahwa ada empat pilar dalam teologi (brahmavidya) pembebasan, yaitu
kemerdekaan, keadilan sosial, dan kerakyatan dalam arti cinta kepada kemanusiaan. Melalui
keempat pilar tersebut, Wahono mengantarkan teologi (brahmavidya) Kristiani kepada
keterjangkauan dalam bentuknya yang lebih bersifat praktis sehingga umat Kristiani dapat
mengembangkan suatu kehidupan baru yang lebih damai dan sejahtera yang diterangi iman.
Sebagai ilmu yang mempelajari ketuhanan brahmavidya tentu tidak mungkin mampu mempelajari
dan mengungkap secara tuntas mengenai hakikat Tuhan karena gajala-Nya tidak tampak dan tak
terukur. Oleh karena itu Pedikso (dalam Suprayogo dan Tobroni), mengatakan bahwa brahmavidya
sebagai upaya seluruh orang beriman dalam menangkap, memahami, dan memberlakukan
kehendak Tuhan melalui konteksnya. Dapat juga dikatakan bahwa brahmavidya adalah refleksi orang
beriman tentang bagaimana bentu atau nilai-nilai kualitas iman yang dimilikinya.
Sementara itu, Dharmaputera (dalam Suprayogo dan Tobroni) mengemukakan bahwa brahmavidya
adalah upaya untuk mempertemukan secara dialektis, kreatif serta eksistensial antara "teks" dan
"konteks", antara "kerygma" yang universal dan kenyataan hidup yang kontekstual. Secara lebih
sederhana dapat dikatakan bahwa brahmavidya adalah upaya untuk merumuskan penghayatan
iman pada konteks ruang dan waktu tertentu. Dengan cara lain dapat juga dikatakan^ bahwa
brahmavidya adalah pengkajiar penghayatan (internalisasi), dan perwujudan (aktualisasi) nilai-nilai
iman (ketuhanan) dalam memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.
Sementara itu, Pudja mengatakan brahmavidya atau brahma jnana tattva adalah ilmu tentang
Tuhan. Jadi, dalam kitab suci Hindu ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dinamakan brahma vidya
atau brahma tattva jnana. Brahma diartikan Tuhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai
unsur yang memberikan kehidupan pada semua ciptaanNya, Yang Maha Kuasa. Vidya atau Jnana
kedua-duanya artinya sama yaitu ilmu. Tattva berarti hakikat tentang tat atau "itu", yaitu Tuhan
dalam bentuk Nirguna Brahman. Tattvn jnana artinya sama dengan ilmu tentang hakikat, yaitu ilmu
tentang Tuhan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
brahmavidya dalam agama Hindu adalah brahma tattwa jnana, yaitu ilmu tentang Tuhan. Ajaran
Hindu adalah bersifat monoteistis, yaitu menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan demikian
karena di dalam Chandogya-Upanisad, IV.2.1 ditegaskan "Ekam Eva Advityam Brahman", (Hanya ada
satu Tuhan (Brahman) tidak ada yang kedua"). Pada mantram Trisandhya dikatakan "Eko Narayanaa
na dwityo'sti kaccit". (Tuhan hanya satu, sama sekali tidak ada duanya (yang kedua)'). Di dalam Rg.
Weda. 1.164.46. disebutkan "Ekam Sat Viprah bahudha vadanti", ("Hanya terdapat satu Kebenaran
Yang Mutlak, orang bijaksana (resi) menyebut dengan banyak nama"). Dalam Kakawin Arjuna
Wiwaha disebutkan, "Wahyadhyatmika sembahing hulun i jong ta tan hana ivatieh". (Lahir batin
sembah hamba ke hadapan Tuhan tak ada yang lainnya'). Demikian pula dalam mantra, Tuhan Yang
Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa) diwujudkan sebagai pranawa dengan suku kata suci OM.
Dalam Siwa Tattwa disebutkan bahwa Tuhan dalam agama Hindu Indonesia adalah Sang Hyang
Widhi Wasa. Nama ini berarti Yang Menakdirkan, Yang Maha Kuasa, yang dalam bahasa Bali
diterjemahkan dengan Sang Hyang Tuduh atau Sang Hyang Titah. Dalam sastra-sastra, baik lontar
maupun dalam puja astawa saat upacara keagamaan Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa disebut
dengan Bhatara Siwa. Artinya, umat Hindu di Indonesia termasuk di Bali yang telah memeluk agama
Hindu secara turun-temurun adalah memuja Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Bhatara
Siwa.
Di dalam Siwa Tattwa dijelaskan pula bahwa ajaran-ajaran seperti tersebut di atas sering disebut
ajaran Saivasiddhanta. Di Indonesia Saivasiddhanta ini tampak jalinannya dengan ajaran Upanisad
(terutama Svetasvatara), kitab-kitab Purana, Samkya, Yoga, Vedanta, dan dari kitab-kitab Tantra.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa semua ajaran-ajaran itu mengalir dari kitab suci Weda.
Artinya, Weda adalah sumber pertama ajaran agama Hindu walaupun wujud dan peaksana-annya
dalam kehidupan beragama Hindu berbeda-beda, tetapi hakikatnya jiwa dan semangatnya adalah
sama.
Di dalam Weda Tuhan disebut Brahman. Dikatakan bahwa Brahman itu yang pertama ada, satu
adanya, bersifat abdi, tak terbinasakan, pencipta, pemelihara, pelebur, raja alam semesta, cahaya
tertinggi, pelindung, dan sebagai insti alam semesta. Demikian pula kitab-kitab Upanisad
menyatakan realitas dari Brahman Tertinggi sebagai satu tanpa yang kedua, tanpa atribut atau
penetapan-penetapan, yang identik dengan sang diri terdalam dari manusia. Ia merupakan subjek
mumi yang eksistensinya lak dapat ditolak menjadi dunia eksternal atau objektif. Dalam hal ini dapat
dikatakan Brahman memiliki dua aspek, yaitu Saguna Brahman dan Nirguna Brahman (Oleh: I Wayan
Sukarma Source: Warta Hindu Dharma NO. 510 Juni 2009)
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
4. Pantheisme, yaitu keyakinan bahwa di mana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam
digambarkan dikuasai oleh Tuhan.
5. Monotheisme, yaitu keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan Yang Satu).
Keyakinan ini dibedakan atas monotheisme transcendent, yaitu keyakinan yang memandang Tuhan
Yang Maha Esa berada jauh di luar ciptaan- Nya. Tuhan Yang Maha Esa maha luhur, tidak terjangkau
oleh akal pikiran manusia; dan monotheisme immanent, yaitu keyakinan yang memandang bahwa
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, tetapi Tuhan Yang Maha Esa
itu berada di luar dan sekaligus di dalam ciptaan- Nya. Hal ini dapat diibaratkan dengan sebuah gelas
yang penuh berisi air, kemudian sebagian air tumpah, ternyata keadaan air dalam gelas tidak
berubah.
6. Monisme, yaitu keyakinan terhadap adanya Ke-Esa-an Tuhan Yang Maha Esa
merupakan hakikat alam semesta. Esa dalam segala. Segalanya berada di dalam yang Esa. Sebuah
kalimat Brhadaranyaka Upanisad, menyatakan: satvam khalvidam Brahman, artinya segalanya
adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Demikianlah berbagai pandangan tentang Brahmavidya (teologi) yang dikaji melalui pendekatan
historis dan filosofis.
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Setiap orang punya keyakinan nya masing-masing dalam melakukan yadjna(pemujaan kepada tuhan
yang mereka yakini/sembah) dan Agama hindu meyakini adanya PUNARBAWA (kelahiran
berulang)maka untuk mencapai kehidupan yang layak umat hindu wajib berYADJNA
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dimas,wayan.2022,Ajaran brhamavidya.lampung
I Wayan ,Sukarma Source: Warta Hindu Dharma NO. 510 Juni 2009