Anda di halaman 1dari 3

I.

PENGERTIAN TEOLOGI HINDU


Teologi hindu adalah sistem keyakina dan filsafat yang mendasari agama hindu.
Didalam teologi hindu terdapat kepercayaan akan adanya subjek yang tertinggi yang dalam
agama hindu disebut Brahman, yang dianggap sebagai sesuatu yang transenden dan
melampaui segala pehaman manusia yang mencakup apapun dalam alam semesta ini,
diyakini tidak terwujud dan tak terbatas.

1.Teologi Kitab Veda

Kitab Veda dikenal sebagai Weda yang merupakan salah satu teks suci yang tertua
didalam agama hindu. Kata Veda berasal dari Bahasa sansekerta yang awalnya “Vedis” yang
berarti pengetahuan, Teologi Veda mencakup pemahaman tentang konsep-konsep keagamaan
dalam Veda, termasuk pemikiran tentang Tuhan atau dewa-dewa dalam agama Hindu,
kosmologi Hindu, etika, dan praktik ibadah. Teologi Veda juga mempelajari interpretasi dan
penafsiran terhadap teks-teks suci Veda oleh para cendekiawan, tokoh agama, dan praktisi
spiritual. Veda terdiri dari 4 bagian utama, yaitu Rigveda, Samaveda, Yayurveda, dan
Atharvaveda yang masing-masing memiliki himpunan mantr, doa, pujian dan lagu-lagu suci.

Teologi Brahman

Merupakan dasar abadi dari semesta raya dari mana dharma yang “abadi”
berkembang, atau martabat rohani dari kasta Brahmana yang merupakan batu penjuru
atas seluruh tata kehidupan sosial Hindu dibangun, dan Brahman secara lebih umum
berartikan “kekuatan, ucapan suci”. 1 Diyakini sebagai sumber segala sesuatu yang
tidak nampak, tidak terbatas dan tidakn terikat pada batasan apapun. 2

Teologi Moksha

Moksha, atau pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian (samsara) dan
penyatuan jiwa individu dengan Brahman, merupakan tujuan sentral dalam teologi
Hindu. Moksha dapat dicapai melalui pemahaman mendalam tentang esensi nyata
alam semesta dan praktik spiritual dunia lain untuk mencapai kesatuan dengan
Brahman. Dalam mencapai moksha, setiap orang harus hidup lebih baik, adil,
bermoral dan mencapai kesadaran spiritual yang mendalam. Diyakini juga dalam

1
Rober C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme”, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). xv
2
Rober C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme”, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). 53
reinkarnasi, kehidupan Kembali sangatlah penuh dengan kebahagiaan yang sempurna
dan menyenangkan3.

Teologi Tuhan

Tuhan dianggap sebagai kekuatan yang transenden dan imanen. Konsep Tuhan Hindu
dikenal dengan berbagai nama dan manifestasi, termasuk Brahman, Ishvara, dan
berbagai dewa dan dewi yang diberi penghormatan. Hinduisme mengakui adanya satu
Tuhan yang maha kuasa dan tak terbatas, yang mewakili kekuatan universal dan
keberadaan yang mutlak. Tuhan dianggap sebagai sumber segala ciptaan dan
penghancuran, dan dalam banyak tradisi Hindu, Tuhan dianggap sebagai akar dan
esensi dari semua bentuk kehidupan

Dharma merupakan perkembangan kata dari Brahman “Abadi” yang berarti dasar semesta
yang bersifat abadi atau dipahami juga sebagai fondasi bagi tatanan kehidupan sosial hindu
dibangun. Maka, timbullah tata hubungan yang kuat dan erat antara Brahma yang abadi yang
menjadi dasar dari segala yang ada, dan Brahma dipandang sebagai dewa-dewa di dunia.
Oleh karena itu, Brahma dianggap juga sebagai “yang suci” diantaranya ialah : rumusan suci,
nyanyian suci, serta tindakan suci.4

Bhakti merupakan hal yang terpenting yang merupakan aliran-aliran yang cocok pada
monoteistis pada satu pihak dalam Hinduisme dan kristalisasi serta pembekuan sistem kasta
pada pihak lain. Adanya keinginan pembebasan jiwa dari ikatan waktu dan materi pembuka
jalan kepada pemujaan terhadap Tuhan, Tuhan dalam hal ini yaitu : Vishu dan Siva, yang
merupakan dewa besar dari tradisi yang sejak itu dinggap sebagai kenyataan tertinggi oleh
para pemujanya serta sebagai Tuhan yang mutlak. Bhakti adalah agama pemujaan yang
penuh kemesraan yang menjadi agama sejati dari masyarakat umum dan sejak itu tetap
bertahan. 5

Perjumpaan merupakan adanya mitos-mitos lama, dimana kehilangan keharumannya dan


munculnya konsep impersonal sebagai gantinya, seperti Brahman yang diartikan baik sebagai
dasar semesta serta apa yang baka dari jiwa manusia. Pada Kitab Upanishad yang merupakan
3
Rober C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme”, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). 57
4
Robert C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme” Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). 15
5
Robert C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme” Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). 17
bagian dari interpretasi teistis dari semesta alam mulai kelihatan, namun hanya Mahabharata
saja dan lebih khusus dalam Bhagavad-Gita, bahwa Tuhan secara pelan-pelan melepaskan
diriNya dari dari semesta, meski masih tetap dianggap sebagai pencipta dan sebagai sumber
yang ada. Itulah yang menjadi perjumpaan Tuhan dengan manusia sebagai pribadi dengan
pribadi. 6

Yudhisthira Kembali

Yudhisthira merupakan putera dan keturunan dari dewa Dharma, yang berwenang atas
kejujuran dan kebenaran. Hal yang tidak ditemukan dalam buku lain, bukan karena
pembahasannya semata-mata tentang keagamaan, tetapi karena pahlawannya yaitu
Yudhisthira sendiri, yang membahas terkait dilema Hindu yang berkaitan dengan dua
Dharma. Adaya kontra yang mengakibatkan perlawanan dengan kehendak serta putusan yang
baik, sehingga ia terpaksa melakukan hal yang menurut pengetahuannya keliru, dengan
alasan bahwa hal demikian merupakan bagian dari kewajiban agamanya sebagai seorang
prajurit, ataupun ia yang disuruh oleh Krishna untuk melakukan hal itu, sementara ia adalah
Tuhan yang maha tinggiyang menjelma bahkan perintahnya pantang diingkari, jika hal itu
tidak dilakukan maka ia dinggap penghujat. 7

6
Robert C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme” Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). 21
7
Robert C. Zaehner, “Kebijaksanaan dari Timur : Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisme” Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama (1992). 22

Anda mungkin juga menyukai