Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AGAMA BRAHMA HINDU DAN AGAMA BUDHA

Disusun Oleh :
Kelompok IV
Khusnatul Qomarah
Farhat Zulham Salma
Sidiq Nurrosyid

PROGRAM STUDI S1 STUDI AGAMA-AGAMA


FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan judulnya “Agama Brahma Hindu dan Agama
Buddha”, yang merupakan tugas pada mata kuliah Pengantar
Studi Agama. Dalam makalah ini kami menggunakan metode
kualitatif, yaitu dengan pengumpulan data dan teknik analisis
data melalui media online. Secara garis besar penjelasan
tentang agama Brahma Hindu dan agama Buddha, meliputi
pengertian, Fase Perkembangan, Konsep ketuhanan, Upacara
Keagamaan, dan Tempat suci.
Asal-usul agama Hindu dimulai dari masuknya bangsa Arya
ke India sejak 1500 SM, yang membuat membuat pengaruh
dalam tatanan kehidupan sosial masyarakatnya.
Perkembangan agama Hindu di India terbagi dalam empat
fase, sebagai berikut, zaman Weda, zaman Brahmana, zaman
Uphanisad, zaman Budha. Dalam konsep ketuhanan agama
Hindu keesaan Tuhan juga dibedakan antara Brahmana
Nirwana, yakni Tuhan yang sama sekali tidak punya atribut
dan bentuk tertentu (nirupam) dan belum terpengaruh oleh
apapun juga, termasuk kekuatan belenggu maya serta
berkedudukan pada alam utama Satyaloka Yang Maha
Sempurna (Paramasiwa). Adapun enam tempat suci bagi
orang Hindu yakni, Indus, Gangga, Godafari, Narmada,
Jumpa, Saraswati.
Agama Budha lahir pada abad ke-5 s.M di wilayah India dan
hingga sekaranga masih berpengaruh di sebagian wilayah di
dunia. Siddharta Gautama, seorang pangeran yang lahir di
Lumbini, Nepal, pada tahun 563 SM. Ia meninggalkan
kehidupan kerajaannya dan mencari kebenaran melalui
meditasi dan kontenplasi. Gautama menyebarkan ajarannya
hingga ia meninggal dunia pada 486 SM. Sepeninggalan
Gautama, tidak ada penerus yang meneyebarkan ajarannya
karena muncul banyak aliran agama Budha dalam waktu 400
tahun. Konsep keesaan Tuhan dalam agama Buddha
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Sutta Pitaka, Udana
VIII: 3, keesaan Tuhan diistilahkan dengan Atthi Ajatam
Abhutam Akatam Asamkhatam dengan arti sesuatu yang tak
dilahirkan, tak dijelmakan, tak diciptakan, dan bersifat Maha
Mutlak. Bagi orang buddha ada 6 tempat suci di seluruh
dunia, Bodhgaya (India), Sarnath (India), Lumbini (Nepal),
Kushinagar (India), Kandy (Sri Lanka), Borobudur
(Indonesia). Dengan demikian untuk lebih jelasnya, kami
akan memaparkan tentang agama Brahma Hindu dan agama
Buddha sebagai berikut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses perkembangan Hindu dan Buddha?
2. Apa saja yang menjadi simbol-simbol pada ajaran Hindu
dan Buddha?
3. Bagaimana konsep ketuhanan dalam agama Hindu dan
Buddha?
1.3 Tujuan
1. Dengan tulisan makalah ini, kami berharap para mebaca
dapat memahami apa itu agama Brahma Hindu dan
Buddha.
2. Juga dari tulisan ini, kami berharap kedepannya dapat
menambah wawasaan para pembaca tentang agama
Brahma Hindu dan agama Buddha.

Pembahasan
1. Bagaimana proses perkembangan Hindu dan Buddha
Agama Hindu
Asal-usul agama Hindu dimulai dari masuknya bangsa Arya ke
India sejak 1500 SM, yang membuat membuat pengaruh dalam
tatanan kehidupan sosial masyarakatnya. Pengaruh itu akibat
integrasi antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida, yang
melahirkan sebuah kebudayaan dalam agama Hindu. Bangsa
Arya juga menulis kitab sebagai pedoman keyainan dan
kepercayaan dari agama Hindu, seperti Reg Weda, Sama Weda,
Yajur Weda, danAtharwa Weda. Adapun dalam Hindu,
kepercayaan bersifat Politeisme atau memuja banyak dewa,
seperti Dewa Wisnu, Siwa, dan masih banyak lainnya. Selain itu,
para pemeluk Hindu memepunyai suatu kepercayaan dalam hal
bersuci, di mana mereka menganggap air Sungai Gangga dapat
membersihkan segala dosa. Seiring berjalannya waktu, ajaran
Hindu mengalami perkembangan yang cukup pesat di India.1
Fase perkembangan dalam agama Hindu sendiri meliputi; zaman
Weda, zaman Brahmana, zaman Uphanisad, zaman Budha. Zama
Weda merupakan zaman kehidupan kegamaan orang Hindu
didaskan atas kitab-kitab yang disebut Weda Samhita, yang
berarti pengumpulan Weda.2 Sebagai wahyu yang tertinggi maka
Weda-weda tersebut disebut sruti, yang secara harfiah berarti apa
yang di dengar dari dewa yang tertinggi.
Agama Buddha
Agama Budha lahir pada abad ke-5 s.M di wilayah India dan
hingga sekaranga masih berpengaruh di sebagian wilayah di
dunia. Lahirnya agama Budha merupakan reaksi beberapa
golongan atas ajaran kaum brahmana. Agama ini dipimpin oleh
Sidharta Gautama. Adapun Sidharta Gautama (563-486 SM)
yang merupakan anak dari Raja Suddidhana dari kerajaan Kosala
di Kapilawastu, India. Pendiri agama Budha adalah Sidharta
Gautama yang merupakan anak Raja Suddidhana dari kerajaan
Kosala di Kapilawastu, India.3 Semenjak kecil, Gauthama hidup
di istana dengan segala kemewahan dan perlindungan ayahnya
yang seorang raja. Selama di istana, Gautama tidak pernah
melihat bagaimana keadaan rakyat yang hidup di luar benteng
istana.
2. Apa saja yang menjadi simbol-simbol pada ajaran
Hindu dan Buddha?

1
DR. HARUN HADIWIJOYO “AGAMA HINDU dan BUDDHA” Hal: 17.

2
DR. HARUN HADIWIJOYO “AGAMA HINDU dan BUDDHA” Hal: 17
3
Kompas.com, Diakses pada 14/05/2023.
Agama Hindu
Dalam Agama Hindu, ada tiga hal yang secara umum sering
digunakan dalam melaksanakan ritual/upacara agama, yakni:
Mantra, Yantra, dan Tantra. Selain itu, ada ada tiga simbol yang
sering digunakan umat Hindu, yaitu: Tapak Dara, Swastika, dan
Padwa. Ketiganya, satu dengan lainnya, berkaitan dalam
filosofisnya.
1. Tapak Dara
Tapak dara atau sering juga disebut Tampak dara atau Tatorek,
merupakan simbol umum yang digunakan di Bali. Ini adalah
simbol sederhana dari swastika yang digambarkan dengan tanda
tambah, biasanya ditulis dengan media bahan kapur mentah atau
dalam bahasa Bali disebut “Pamor” (limestone) sehingga
warnanya menjadi putih. Tapak Dara merupakan simbol
penyatuan dualitas kehidupan (Rwabhineda).
Lambang saling menyilang ini di Bali dikenal dengan tanda
Tapak Dara, tanda tambah (+). Gambar tapak dara di Bali
biasanya digunakan untuk menolak marabahaya atau memberi
ketenangan kepada seseorang setelah terjadi sesuatu yang
mengejutkan.
Tapak Dara biasanya digunakan saat melaksanakan suatu upacara
keagamaan dan juga dipasangkan atau dituliskan pada rumah,
digoreskan di beberapa tiang rumah dengan pamor, tentunya
ketika dilaksanakan upacara pemlaspas (ritual selametan untuk
rumah yang baru dibangun).
Tapak Dara yang digunakan dalam banten Pejati sebagai sarana
yajna, merupakan simbol dari keseimbangan antara alam makro
dan mikrokosmos. Tapak Dara juga sering digunakan untuk
menghilangkan wabah yang disebut dengan Gering, Sasab, dan
Merana. Gering adalah wabah yang menimpa manusia. Sasan
adalah penyakit yang menimpa ternak. Sedang Merana adalah
wabah yang menimpa tumbuh-tumbuhan.
Sebelum wabah itu muncul, umat Hindu di Bali Umumnya
mengenakan simbol Tapak Dara di depan pintu masuk rumah
masing-masing yang disertai juga dengan daun pandan berduri
(pandan wong). Selain itu, disertai juga dengan benang tri dhatu
yaitu benang merah, putih dan hitam yang dililitkan menjadi satu.
Dalam pengobatan tradisional, tanda Tapak Dara dari pamor atau
kapur sirih sering digoreskan oleh balian pada bagian tubuh
yang dirasakan sakit. Tujuannya, untuk memperoleh
kesembuhan, dan kembalinya keseimbangan fungsi tubuh
sebagaimana mestinya.
Selain itu, Tapak Dara juga merupakan salah satu simbol dalam
agama Hindu yang selalu mengingatkan kita untuk selalu
menjaga keseimbangan dalam hidup dan kehidupan kita.
2. Swastika
Swastika adalah dasar kekuatan, keselamatan, dan kebahagiaan
seluruh alam semesta. Sebagai simbol agama Hindu, Swastika
juga memiliki makna perputaran dunia yang dijaga oleh
manifestasi kemahakuasaan Tuhan di delapan penjuru mata angin
(asthadala) dan berpusat pada Siwa di titik tengah. Kesembilan
manifestasi Kemahakuasaan Tuhan itu kemudian disebut
Dewata Nawa Sanga.
Swastika simbol suci agama Hindu, sebagai dasar kekuatan dan
kesejahteraan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Swastika sebagai
lambang keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh
alam semesta.
Sebagai lambang keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan
alam semesta, swastika dalam sastra-sastra di Bali ditumpngi
dengan ajaran-ajaran etika yang mengarah pada makna swastika
itu sendiri. Makna simbol swastika adalah catur dharma, yaitu:
empat tugas yang patut didharmabhaktikan, baik untuk
kepentingan pribadi maupun umum, demi terciptanya
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kedamaian alam dan manusia itu
sendiri.
3. Padma
Padma sebagai sthana yang suci dari Ida Sang Hyang Widhi
dengan semua manfestasinya. Menurut lontar Dasanama Padma
atau Dasanama Bunga, kata Padma berasal dari bahasa Kawi
yang artinya tunjung atau bunga teratai.
Bunga teratai adalah rajanya bunga. Sebab, bunga ini dapat hidup
dalam tiga alam, yaitu: tanah, air, dan udara sebagai simbol
Triloka Stana Ttuhan Yang Maha Esa. Kelopak bunga teratai
berjumlah sembilan atau yang lazim disebut dengan Dewata
Nawasanga. Dan masih banyak hal lainnya kalau dikaji secara
spiritual. Dalam agama Hindu, bunga teratai dipilih sebagai
simbol yang tepat untuk menggambarkan kesucian dan
keagungan Ida Sang Hyang Widhi karna memenuhi unsur-
unsur :
Pertama, helai daunnya yang berjumlah 8, sesuai dengan jumlah
manifestasi Ida Sang Hyang Widhi di arah delapan penjuru mata
angin sebagai kedudukan horizontal.
Kedua, puncak mahkota sebagai sari bunga yang
menggambarkan kedudukan Ida Sang Hyang Widhi secara
vertikal dalam berbagai manifestasi-Nya. Demikianlah dari
konsep catur lawa (Tapak Dara) dan asta dala (asta eswarya), Ida
Sang Hyang Widhi berdiri di atas bunga Padma dengan segala
shaktinya, memutar alam semesta beserta isinya, sehingga semua
makhluk berbahagia. Hal ini lebih sering disebut Cakra
prawartana, atau cakra gilingin.
Jadi, Tapak Dara, Swastika, dan Padma adalah suatu rangkaian
proses. Pertama Tapak Dara, lalu Swastika, dan terakhir menjadi
Padma. Dalam pengamalan ajaran Hindu, Padma dapat diamati
dalam berbagai bentuk seperti: bangunan, lukisan, sesajen,
puja/mantra, dan juga mudra.4
Agama Buddha

4
kemenag.go.id, Diakses pada 14/05/2023, 15:13.
Simbol-simbol dalam agama Buddha dapat dibedakan atas
beberapa bagian menurut jenis, bentuk, dan kegunaannya. Di
antaranya seperti stupa dan candi, sarana puja, binatang, dan
tumbuhan, dan lain sebagainya.
1. Pohon Bodhi (FicusReligiosa)
Pohon Bodhi adalah pohon tempat naungan Sang Buddha
Pertapa Gautama ketika dia mencapai penerangan sempurna
menjadi Sang Buddha. Saat ini, pohon Bodhi dihormati sebagai
pencerminan keagungan dan kebijaksanaan Sang Buddha. Pohon
Bodhi ini dilambangkan sebagai pohon kehidupan. Menghormati
pohon Bodhi merupakan salah satu cara menunjukkan rasa
penghormatan dan syukur umat Buddha atas ajaran Sang
Buddha.
2. Jejak Kaki Sang Buddha (Siripada atau Buddhapada)
Jejak kaki Sang Buddha ini sangat dihormati di seluruh Negara
Buddhis. Secara garis besar, jejak kaki yang sangat skematis ini
memperlihatkan seluruh jari kaki yang sama panjang dan
terpahat di atas batu. Biasanya, jejak kaki ini memperlihatkan
tanda-tanda,, baik itu Dharmachakra atau Chakra di tengah
telapak kaki, maupun menunjukkan tiga puluh dua (32), seratus
delapan (108), atau seratus tiga puluh dua (132) dari tanda-tanda
istimewa Sang Buddha. Jejak kaki Sang Buddha ini digunakan
sebagai perlambangan atas diri Sang Buddha sebelum
perlambangan Sang Buddha dalam bentuk patung manusia
(Buddha Rupang) dibuat.
3. Roda Dhamma (Dharmachakra)
Semejak Sang Buddha membabarkan kebenaran (Dhamma)
untuk pertama kalinya, Dhamma akan terus menerus menyebar
ke seluruh duna hingga semua makhluk terbabas dari Dukkha.
Roda Dhamma merupakan simbol perputaran ajaran Sang
Buddha yang terus berlanjut demi kebahagiaan semua makhluk.
Selain itu, roda Dhamma juga dilambangkan sebagai senjata
yang dapat menghancurkan ketidaktahuan dan kegelapan batin
dalam diri manusia.
Simbol ini juga menggambarkan khotbah Sang Buddha yang
pertama kalinya di Taman Rusal Sipatana, Sarnath, India.
4. Swastika (Svastika)
Swastika (Svastika) berasal dari bahasa Sansekerta su yang
artinya menjadi dan ka sebagai akhiran. Jadi swastika memiliki
arti keadaan menuju baik. Swastika terdiri atas sebuah palang
dengan panjang keempat lengan yang sama. Ujung setiap
tangannya mengarah ke arah kanan. Terkadang beberapa titik
ditambahkan pada masing-masing lengan. Swastika merupakan
simbol kuno yang telah digunakan oleh berbagai budaya untuk
melambangkan kehidupan, matahari, kekuasaan, kekuatan, dan
keberuntungan. Begitu pula dalam tradisi ajaran Buddha,
swastika melambangkan hal-hal yang baik dan positif. Selain itu,
swastika juga merepresentasikan jejak kaki Sang Buddha.
Swastika kerap kali digunakan sebagai tanda atau ikon dalam
sebuah teks Buddhis. Di China dan Jepang, swastika
digambarkan sebagai simbol kemajemukan, kebahagiaan,
kesejahteraan, dan umur yang panjang.
5 Bunga Teratai (Padma atau Lotus)
Bunga teratai merupakan simbol dari kemurnian dan kelahiran
yang mulia, sebagaimana ia tidak tercemar oleh endapan-
endapan lumpur di mana ia tumbuh. Mereka yang telah
mengikuti ajaran Sang Buddha diharapkan dapat menjadi seperti
teratai ini, tetap murni dalam kehidupan duniawai yang penuh
dengan godaan.
3. Bagaimana konsep ketuhanan dalam agama Hindu dan
Buddha?
Agama Hindu
Konsep agama Hinduadalah Panteisme yaitu agama universal
(satu Tuhan untuk semuanya).5 terdapat perbedaan dalamproses
tata cara penyembahan dan bahkan perbedaan nama Beliau
yangdisembah sesuai dengan alirannya tetapi sebenarnya mereka

5
https://id.scribd.com/document/428283704/Konsep-Ketuhanan-Dalam-Agama-Hindu#
tetap menyembahsatu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dikarenakanBeliau mempunyai banyak
gelar.6 Dalam agama Hindu, keesaan Tuhan juga dibedakan
antara Brahmana Nirguna, yakni Tuhan yang sama sekali tidak
punya atribut dan bentuk tertentu (nirupam) dan belum
terpengaruh oleh apapun juga, termasuk kekuatan belenggu maya
serta berkedudukan pada alam utama Satyaloka Yang Maha
Sempurna (Paramasiwa).7
Agama Buddha
Konsep keesaan Tuhan dalam agama Buddha, sebagaimana
disebutkan dalam kitab Sutta Pitaka, Udana VIII: 3, keesaan
Tuhan diistilahkan dengan Atthi Ajatam Abhutam Akatam
Asamkhatam dengan arti sesuatu yang tak dilahirkan, tak
dijelmakan, tak diciptakan, dan bersifat Maha Mutlak.8
Keesaan Tuhan dalam agama Buddha lebih ditekankan pada
konsep Impersonal Good atau dalam agama Hindi lebih dikenal
dengan Brahma Nirguna. Dia yang dilukiskan sebagai Annata,
sesuatu yang berwujud tanpa sosok dan tidak bisa dibandingkan
atau disamakan dengan sesuatu apa pun. Dia yang ada di mana-
mana dan tidak ke mana-mana.9

Kesimpulan
Agama Hindu dan Buddha memiliki beberapa kesamaan yang
cukup banyak, diantara fakta bahwa kedua agama ini tumbuh
pertama kali di India. Selain itu agama Hindu dan Buddha
merupakan agama tertua di dunia. Adapun kesamaan lainnya
yaitu dalam hal definisi, ialah: Samadhi Berasal dari bahasa
sanskerta yaitu “sam” yang berarti kumpulan, persamaan,
gundukan, timbunan. Sedangkan “dhi” yang berarti pikiran, ide-
ide atau budhi. Secara etimologi samadhi berarti pemusatan atau
kumpulan pikiran yang ditujukan pada objek tertentu.
6
https://id.scribd.com/document/428283704/Konsep-Ketuhanan-Dalam-Agama-Hindu#
7
UIN Syarif Hidayatullah. Diakses pada 14/05/2023, (15:18.
8
https://www.uinjkt.ac.id/konsep-keesaan-tuhan-perspektif-agama-buddha-
9
https://www.uinjkt.ac.id/konsep-keesaan-tuhan-perspektif-agama-buddha
samadhi dalam agama Budha ditujukan untuk membebaskan diri
dari dukkha atau penderitaan, menghapuskan sifat sifat negatif,
mencapai ketenangan batin (samatha bhavana), mendapatkan
pandangan terang (vipassana bhavana), menghancurkan
kekotoran batin serta untuk mencapai arahat. Sedangkan dalam
agama Hindu samadhi ditujukan untuk mencapai moksha
(kebebasan abadi), menyatu dengan Tuhan. Selain itu juga
ditujukan untuk mengikis sifat-sifat buruk, menumbuhkan
kemurnian hati, membebaskan diri dari keterikatan keduniawian
dan karma buruk serta ketenangan atau hening dalam kesadaran
atma.

Penutup
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna,
dan penelitian ini masih bisa untuk dikembangkan lebih lanjut
dengan penelitian yang lebih umum maupun lebih detail. Karena
itu untuk menambah wawasan yang lebih tentang samadhi dalam
agama Hindu dan Budha maupun meditasi dalam agama-agama
lainnya, penulis menyarankan untuk membaca lebih banyak buku
dari sumber utama agama-agama tersebut.

Daftar Pustaka
1. “AGAMA HINDU BUDDHA”, DR. HARUN HADI
WIJOYO, Jakarta-Gunung Mulia, 2008.
2. Kompas.com, “Mengenal Agama Hindu dan Buddha”
3. Kemenag.go.id, “Simbo-simbol ajaran Hindu dan Budha”
4. https://id.scribd.com/document/428283704/Konsep-
Ketuhanan-Dalam-Agama-Hindu.
5. UIN Syarif Hidayatullah, Konsep agama Hindu.
6. https://www.uinjkt.ac.id/konsep-keesaan-tuhan-perspektif-
agama-buddha

Anda mungkin juga menyukai