Anda di halaman 1dari 30

Candi Borobudur

terletak di
Kabupaten
Magelang, eks
Karesidenan Kedu,
Jawa Tengah.
Candi
Borobudur
Arti Borobudur sebenarnya ??
Belum diketahui secara jelas hingga sekarang.

Nama itu berasal dari bangunan kata Bara dan Budur.


Bara : Wihara (Sansekerta) kompleks candi, biara,
asrama.
Budur : (beduhur) di atas.

BOROBUDUR??
Asrama atau bihara (Kelompok candi) yang terletak di atas bukit
750 – 842 M
Dibangun oleh dinasti Sailendra (Sanmaratungga) yang pada
waktu itu menganut agama Budha Mayahana. Sehingga sampai
saat ini Candi Borobudur dianggap bersifat Budha Mayahana.
1814 : ditemukan oleh Sir Thomas Stanford Raffles
dalam keadaan hancur dan terkubur.
1815 : Sir Thomas Stanford Raffles menugasi H.C.
Cornelius untuk menggali candi yang terkubur
berabad-abad ini.
1905 – 1910 : Pembokaran besar besaran oleh Dr. Tb. Van
Erp
Agustus 1913 – 1983 : Pembongkaran kedua dengan bantuan
UNESCO
4 TAHAPAN PEMBONGKARAN CANDI BOROBUDUR
Struktur bangunan Candi Borobudur
sendiri adalah lambang dari semangat
Budhis, dimana Budhis menekankan
perubahan yang ditempa pada diri
seseorang berupa pembangunan
karakter dengan jalan meditasi.
Borobudur melambangkan kedamaian dan
ketenangan.
• Keseluruhan tinggi nya 42 m tapi setelah
diadakan perombakan hanya tinggal 34.5 m
• Luasnya 123 x 123 m = 15. 129 m2
• Terdiri dari 10 tingkat yang dinamakan
Hhumtcambharabudara, gunungan dari
akumulasi dari kesalehan dalam tingkatan
Bodhisatva.
- 9 tingkat berbentuk bujur sangkar.
- 1 puncak berbentuk lingkaran.
Pada th. 1929 Prof. Dr. W.F. Stutterheim
telah mengemukakan teorinya bahwa candi
Borobudur itu hakekatnya merupakan
“tiruan” dari alam semesta yang menurut
ajaran agama Budha terdiri atas 3 bagian
besar, yaitu:
a. Kamadhatu
b. Rupadhatu
c. Arupadhatu
1. Kamadhatu (bagian kaki)
dunia yang masih dikuasai karma atau nafsu yang rendah,
yaitu dunia manusia biasa seperti dunia kita ini.Tersusun
atas 13.000 m3 batu dengan 160 relief terpendam.
2. Rupadhatu
dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari ikatan
nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk, yaitu
dunianya orang suci dan merupakan “alam antara “ yang
memisahkan “alam bawah” (kamadhatu) dengan “alam atas”
(arupadhatu). Terdapat 4 lorong dengan 1300 relief.
3. Arupadhatu
“alam atas” atau nirwana, tempat para Budha bersemayam,
dimana kebebasan mutlak telah tercapai, bebas dari
keinginan dan bebas dari ikatan bentuk dan rupa. Karena
itu, bagian ini digambarkan polos, tidak ber-relief.Memiliki
induk stupa raksasa yang polos padat berdiameter 9,90
dan tingginya 7m.
Pada relief candi terdapat sebelas seri relief dengan
1460 buah adegan. Untuk mengikuti jalannya pada
relief-relief, orang memulai dari pintu gerbang borobudur
sebelah timur dan tiap-tiap tingkat berjalan ke kiri, jadi
monumen selalu berada di sebelah kanan kita. Pada
tembok kaki asli yang sekarang tertutup, terdapat relief-
relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di
dunia dan tentang hukum karma, contohnya neraka bagi
yang jahat dan surga bagi yang baik. Untuk mencapai
tujuan surga itu ialah dengan mengikuti ajaran-ajaran
sang Budha Gautama, yang terdapat pada relief di
lorong-lorong Borobudur tingkat berikutnya.
Lorong 1
1. Pagar Langkan : memuat 2 deret relief (atas dan bawah).
Keduanya melukiskan tentang kehidupan sang Budha di
masa lalu (awadana dan jantaka) sampai dengan adengan
ke-135 deret atas, dikenal dari naskah Sansekerta
Jarakamala).
2. Tembok Induk : memuat 2 deret cerita (atas dan bawah).
Deret atas menggambarkan riwayat hidup sang Budha
Gautama, dimulai pada saat ia berada di Surga Tushita
sampai untuk pertama kali mengajarkan pengetahuannya di
Taman Lumbini.Riwayat ini dikenal dari naskah Sansekerta
Laitawisatara. Deretan bawah menggambarkan kehidupan
Sang Budha di masa-masa yang dikenal kembali atau
awadana dan jantaka.
Lorong 2
1. Pagar langkan : memuat lanjutan kehidupan sang Budha
di masa lalu. Antara lain Bodhisatwa menjelma sebagai
burung merak dan tertangkap memberikan ajarannya.
2. Tembok induk : memuat relief yang menggambarkan
cerita dari naskah Gandawyuha. Menurut riwayat,
Bodhisatwa Sudhana yang mencapai pengetahuan
tertinggi dengan berkelana kian kemari menemui
bermacam-macam orang untuk berguru. Pertama-tama
ia datang kepada Manjucri dan setelah mengunjungi
berbagai orang serta dewa-dewa, akhirnya kembali
lagi ke Manjucri (berakhir).
Relief-relief 15, merupakan prolog dari cerita
Gandawyuha. Relief 16 relief 127, Sudhana di hadapan
Manjucri. Ia dikenal, dibawahnya dipahatkan kantung-
kantung uang (menurut cerita karena ayahnya kaya
raya). Relief 128 (terakhir) menemui Maitreya. Di sini
ternyata adegan terakhir menemui Maitreya, sedangkan
menurut naskah masih ada 2 adegan lagi, yaitu pada
waktu kunjungannya kepada Bodhisatwa,
Samantabhadra dan Manjucri.

Lorong 3
1. Pagar Langkan : seluruh lorong ini memuat
riwayat Bodhisatwa Maitreya sebagai calon Budha
yang akan datang. Ia selalu dikenal dengan
adanya stupa kecil pada mahkotanya.
2. Tembok Induk : sama dengan adegan di atas.
Lorong 4
1. Pagar Langkan : separuh bagian ini masih
memuat riwayat Bodhisatwa Maitreya,
sedangkan relief selanjutnya memuat adegan-
adegan yang sampai sekarang masih belum
dikenal.
2. Tembok Induk : memuat riwayat hidup seorang
Bodhisatwa (Samantabhadra), yang di Jawa
dianggap sebagai Calon Budha terakhir masa
mendatang.
Adegan-adegan pemujaan pada candi Borobudur :
1. Biksu
2. Wanita pemeluk Budha yang memberi sesaji makanan.
3. Memuliakan stupa.
4 & 5. Perbuatan jahat dan hukumannya di neraka.
6. Upacara pembaiatan biksuni Budha.
1. Bumisparsa Mudra
2. Abhaya Mudra
3. Dhyana Mudra
4. Vara Mudra
5. Virtaka Mudra
6. Dharmacakra Mudra
Mudra ini dengan sikap tangan
kanan menyentuh bumi,
diletakkan di atas lutut kanan,
dengan jari-jari menunjuk ke
bawah, yang melambangkan
permintaan Budha kepada Dewa
Bumi untuk menyaksikan
perilakunya yang benar ketika
menyangkal tuduhan Mara.
Budha ini adalah ciri khas bagi
Dhyani Budha Aksobhya. Mudra
ini menghadap ke arah timur.
2. Abhaya Mudra
Mudra ini dengan sikap tangan
Budha dimana tangan kanan
diletakkan di atas paha kanan,
dengan telapak tangan
menghadap ke atas, sebuah
posisi yang melambangkan
upaya penghalauan terhadap
rasa takut atau kegentaran.
Mudra ini merupakan Dhyani
Budha Amoghasiddi yang
semua arcanya menghadap ke
utara.
3. Dhyana Mudra
Atau “meditasi”, dengan
sikap kedua tangan terbuka
dan diletakkan di pangkuan,
dimana tangan kanan berada
diatas tangan kiri, dan kedua
ibu jari saling menyentuh
satu sama lain. Mudra ini
dianggap berasal dari
Amitabha, Dhyani Budha
barat. Arca ini menghadap ke
Barat.
4. Vara Mudra
Arca ini dilambangkan
dengan sikap tangan kanan
diputar ke atas dan jari-jari
ke bawah dan diletakkan di
lutut kanan. Dhyani Budha
tersebut adalah
Ratnasambhava, posisi letak
arca menghadap ke selatan.
Mudra ini memiliki arti
memberi anugerah.
5. Virtaka Mudra
Ke segala penjuru angin
tangan Budha mengisyaratkan
untuk menimbang keputusan
secara matang dengan sikap
mengangkat tangan kanan
diatas lutut kanan, dengan
telapak tangan menghadap ke
atas, dan ujung jari telunjuk
menyentuh ibu jari. Dhyani
Budha yang dimaksud adalah
Budha dari semua arah atau
menghadap ke 4 penjuru.
6. Dharmacakra Mudra
Atau “perputaran roda
Hukum”, yang melambangkan
kotbah pertama Sakyamuni di
Taman Rusa di Benares dengan
sikap kedua tangan ditahan di
dada, tangan kiri dibawah
tangan kanan, & diputar keatas
dengan jari manis menyentuh
ibu jari, & jari manis tangan
kanan menyentuh jari
kelingking kiri. Arca ini
menghadap ke 4 penjuru.

Anda mungkin juga menyukai