Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa perkembangan Hindu-Buddha adalah salah satu babak dalam sejarah


bangsa Indonesia yang dibawa oleh para agamawan India. Hindu-Buddha sampai
di Indonesia pada abad ke-5 Masehi.Agama Budha mengalami perkembangan dan
kejayaan paling pesat pada masa kerajaan Sriwijaya. Agama Budha banyak
mempengaruhi kehidupan dan pemikiran masyarakat indonesia, seperti
masyarakat yang menyembah Tuhan melalui media patung dalam berbagai
bentuk. Selain itu masyarakat juga mengenal baik gotong royong.

Pada masa Hindu-Buddha banyak bermunculan karya-karya bernuansa


Buddha seperti kitab-kitab sastra, patung, dan bangunan-bangunan yang berwujud
candi. Salah satu adanya peninggalan Hindu-Buddha yang terkenal hingga kini
adalah Candi Borobudur dan pernah menjadi keajaiban dunia. Candi Borobudur
terkenal akan keindahan alam dan kemegahannya. Candi Borobudur sampai saat
ini masih menjadi pusat perhatian masyarakat baik dalam bidang pariwisata,
keagamaan, arkeologi dan sejarah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses masuknya Agama Buddha ke Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan dan pengaruh Agama Buddha pada
masyarakat di Indonesia?
3. Bagaimana peninggalan Agama Buddha di Indonesia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui proses masuknya agama Buddha ke Indonesia.

2. Untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh Agama Buddha pada


masyarakat di Indonesia.

3. Untuk mengetahui peninggalan Agama Budha di Indonesia


BAB 2

PEMBAHASAN

1. Proses masuk Agama Buddha ke Indonesia.

Banyak yang mengatakan bahwa proses masuknya agama Budha ke


indonesia dibawa oleh orang-orang Indonesia yang belajar agama Budha di India.
Di India Agama Budha diajarkan oleh Sidharta Gautama kurang lebih pada tahun
531 sebelum masehi. Buddha sendiri artinya orang yang telah sadar dan
menginginkan untuk terlepas dari samsara. India mulai menjalin hubungan
kebudayaan dengan indonesia sekitar abad ke IV dengan bukti ditemukannya arca
Budha bergaya Amarwati dari Jember, Sulawesi tengah, dan Palembang.
Indonesia yang ikut serta dalam perdagangan dengan India mengakibatkan
budaya-budaya yang ada di India masuk termasuk agama. Agama Budha masuk di
Indonesia diperkirakan kurang lebih pada abad ke 2 Masehi. Dalam penyebaranya
ada misi penyiaran agama yang disebut Dharmadhuta.

Kitab Agama Budha adalah kitab Tripitaka yang berarti “tiga keranjang”.
Tiga keranjang memiliki maksud atau arti sebagai berikut:

1. Winayapittaka yang berisi tentang peraturan-peraturan ataupun


hukum yang harus dipatuhi oleh orang Budha.
2. Sutrantapittaka yang berisi tentang ajaran dari sang Budha
3. Abhidarmapitaka yang berisi tentang pengertian dan penjelasan
Agama Budha.

2. Perkembangan Agama Budha di Indonesia dan pengaruhnya untuk


masyarakat Indonesia.

Selain berpengaruh dalam bidang kepercayaan untuk masyarakat indonesia,


masuknya Agama Budha dan Hindu telah memberikan pengaruh dalam berbagai
bidang kehidupan masyarakat, seperti dalam bidang kesenian, pemerintahan, dan
agama.
a. Bidang Kesenian
Pada bidang kesenian agama Budha dan Hindu memberikan
pengaruh dalan seni bangunan, sastra, dan seni pahat. Seni
bangunan terlihat dari candi Borobudur yang merupakan
peninggalan dari Agama Budha. Seni sastra terlihat pada masa
kerajaan Majapahit dan kerajaan Hindu Budha yang telah
banyak pujangga telah menulis sastra. Selanjutnya untuk seni
pahat terlihat pada relief yang ada di Candi Borobudur yang
memiliki arti dan filosofi tersendiri.
b. Bidang Pemerintahan
Pada bidang pemerintahan masuknya agama Budha dan Hindu
menyebabkan terbentuknya banyak kerajaan yang bercorak
Budha maupun Hindu. Selanjutnya pada masa sebelum
masuknya Agama Budha dan Hindu pemerintahan tertinggi
yang dipegang oleh kepala suku atau kepala adat, setelah
masuknya pengaruh Budha dan Hindu kepala suku atau kepala
adat dirubah menjadi raja ataupun maharaja. Sebenarnya
perubahan tersebut sama saja karena tetap menjadi pemimpin
tertinggi di pemerintahan dan masih tergantung pada kasta
ataupun keturunan.
c. Bidang Agama
Sebelum Agama Budha dan Hindu masuk di Indonesia
masyarakat telah memiliki sistem kepercayaan dinamisme
yang mempercayai adanya kekuatan gaib/magis pada benda
mati, contohnya rambut, patung, dan batu. Selanjutnya pada
saat itu masyarakat juga telah mengenal kepercayaan
animisme, yaitu kepercayaan adanya roh pada tempat tertentu
dan adanya pemujaan pada roh nenek moyang.
3. Peninggalan Agama Buddha di Indonesia.

Agama Budha memiliki beberapa peninggalan yang ada di Indonesia,


salah satu peninggalannya yang sangat terkenal baik di Indonesia maupun luar
Negeri yaitu candi Borobudur. Candi Borobudur terletak di Jawa Tengah tepatnya
di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Candi Borobudur merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno


pada dinasti sailendra pada saat kepemimpinan raja Samaratungga. Candi
borobudur ditrmukan pertama kali oleh Raflfles dan disempurnakanoleh
pemerintah Indonesia pada tahun 1982. Pembangunan candi Borobudur pada abad
ke 7 M masih menjadi misteri pada saat ini, belum ada para peneliti yang
mengetahui misteri pembangunan candi Borobudur. Hal yang masih menjadi
pertanyaan para peneliti sampai saat ini batu yang digunakan untu membangun
asalnya dari mana, walaupun pembangunanya pada abad ke 7 akan tetapi
arsitektur pembangunan sudah sangat baik.

Bangunan Candi Borobudur merupakan bangunan punden berundak terdiri


dari 6 tingkat yang berbentuk bujur sangkar. Tiga tingkat berbentuk bundar elips
atau bujur sangkar dengan sudut dilengkungkan dan sebuah stupa induk sebagai
puncaknya. Semua bangunan itu merupakan satu kesatuan. Stupa di candi
Borobudur merupakan lambang tertinggi untuk agama Budha. Candi Borobudur
adalah perwujudan dari makrokosmos yang terbagi menjadi tiga bangunan yaitu
kamadatu, rupadatu, dan arupadatu. Kamadatu diletakkan dibawah kaki candi
Borobudur yang menggambarkan alam bawah atau disebut bhurloka. Kamadatu
menggambatkan tentang alam antara atau disebut bhurloka yang diletakkan pada 4
tingkat setelah kaki candi, dan yang terakhir atupadatu menggambatkan tentang
alam atas atau swahloka tempatnya para dewa diletakkan 3 tingkat, di atasnya
disertai dengan stupa induk.

Jumlah seluruh arca yang di candi Borobudur ada 92 arca yang diletakkan
pada relung pagarlangkah tingkat perta yang menghadap keluar. Pada tingkat ke 5
di letakkan arca Budha Wairocana yang menghadap di segala arah dan Budha
Wajrasatwa yang menempati stupa-stupa berlubang. Arca Budha sangat mudah
untuk dikenal karena selalu berwujud manusia dan tidak memiliki anggota badan
seperti arca yang ada pada Agama Hindhu. Di setiap arah telah di tempati oleh
manusia Budha. Kanakamuni di sebelah Timur, Kacipa di sebelah Selatan,
Saciamuni di sebelah Barat, dan yang terakhir ada Maetreya di sebelah Utara. Ada
beberapa arca juga yang telah ditemua belum selesai dalam pembuatanya, akan
tetapi hal tersebut digambarkan jika ada beberapa arca Budha yang memiliki
wujud sempurna sehingga memang tidak sigambarkan dengan jelas.

Candi Borobudur memiliki kaitan dengan candi yang ada pada sekitarnya
yaitu canndi Mendut dan candi Pawon, artinya ada ritual Budha yang berkaitan
antara 3 candi tersebut. Candi Mendut sebagai awalan, lalu persiapan di candi
Pawon, dan puncaknya pada candi Borobudur.

Pada Candi Borobudur, dalam tiap tingkatannya terdapat relief. Relief


tersebut terdapat pada panel-panel dibagian dinding candi. Relief yang ada pada
Candi Borobudur mengisahkan Karmawibhangga. Secara harafiah Karma berarti
perbuatan, sedangkan Wibhangga berarti alur atau gelombang. Dari asal katanya,
Karmawibhangga dapat diartikan sebagai alur perbuatan atau gelombang
perbuatan. Alur yang dimaksudkan disini adalah alur kehidupan manusia,
perbuatan yang dilakukan manusia, baik pada masa manusia itu hidup maupun
setelah ia mati. Cerita ini berkaitan dengan ajaran Buddha Mahayana. Baik
buruknya kehidupan seorang manusia ditentukan oleh perbuatanya. Inilah yang
disebut dengan karma, dimana suatu perbuatan pasti ada akibatnya.

Relief Karmawibhangga pada Candi Borobudur terletak pada tingkatan


candi paling bawah, yaitu Kamadhatu. Tingkatan kamadhatu memiliki arti nafsu
rendah, dimana bagian ini menggambarkan tahap kehidupan manusia yang masih
terikat dengan rupa dan nafsu. Alur cerita harus diamati berkeliling dengan arah
putar pradaksina atau searah jarum jam. Terdapat sebanyak 160 panel yang
menceritakan kisah Karmawibhangga ini.
Empat lantai diatas Kamadhatu adalah tingkatan Rupadhatu. Tingkatan ini
menggambarkan alam antara, yaitu alam ditengah alam bawah dengan alam atas.
Di alam ini manusia sudah melepaskan nafsu tetapi masih terikat pada wujud.
Pada tingkatan ini terdapat relief yang menceritakan Lalitavistara, Jataka-
Awadana, dan Gandawyuha.

Lalitavistara mengisahkan riwayat hidup Siddharta Gautama dari lahirnya


beliau hingga beliau mencapai boddhi atau kebenaran tertinggi. Cerita ini diambil
dari kitab Lalitavistara yang merupakan religious literature agama Buddha. 27
bab dalam Lalitavistara menceritakan peristiwa-peristiwa di sekeliling kelahiran
Buddha, masa kecil dan bagaimana kehidupannya di istana sang ayah, raja di
kerajaan Sahya. Sang Buddha pergi meninggalkan kehidupan istana dan menjalani
hidup dalam tahun-tahun yang berat. Tahun-tahun itulah yang membawa Buddha
pada kebangkitan spiritual. Kebangkitan sang Buddha terjadi dibawah pohon
Bodhi dan menjadi cikal bakal munculnya roda Dharma dan formasi awal Sangha.

Cerita kedua ialah Jataka-Awadana. Jataka mengisahkan kehidupan sang


Buddha sebelum terlahir sebagai Siddharta Gautama. Jataka berarti kisah binatang
yang menceritakan reinkarnasi sang Buddha dan penjelmaannya sebagai binatang
berbudi luhur karena pengorbanannya. Kisah antara relief Jataka dengan Awadana
tidak jauh berbeda. Dua kisah ini sama-sama mengisahkan penjelmaan menjadi
binatang. Dalam kisah Awadana, diceritakan seorang raja bernama Raja Sipi
mengorbankan dirinya untuk dimangsa burung elang karena seekor burung kecil
meminta pertolongan dari sang raja.

Cerita ketiga ialah Gandawyuha. Gandyawuha menceritakan seorang


tokoh bernama Sudhana yang ingin mengetahui tentang boddhi atau kebenaran
tertinggi, serta pertemuannya dengan dua Boddhisatwa terkemuka dalam agama
Buddha—Manjusri dan Samantabhadra.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Agama Buddha masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan.
Hubungan antara India sebagai asal agama Buddha dengan Indonesia
dimulai pada sekitar abad ke-4 Masehi. Tidak hanya dibawa oleh
pedagang India, agama Buddha juga diperkirakan dibawa oleh orang
Indonesia yang telah belajar dari India dan kembali ke Indonesia dengan
membawa bekal agama tersebut sehingga mampu melakukan penyebaran.
Masuknya agama Buddha tentu saja memengaruhi kehidupan bangsa
Indonesia. Pengaruh itu masuk kedalam berbagai aspek-aspek kehidupan
seperti bidang pemerintahan, agama maupun kesenian. Buddha
meninggalkan banyak hasil kebudayaan dan yang dapat dilihat secara fisik
adalah peninggalan berupa benda-benda atau bangunan. Salah satu
peninggalan Buddha yang terbesar di Indonesia adalah Candi Borobudur
yang pernah menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Candi Borobudur adalah peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno pada
masa pemeritahan Raja Samaratungga. Proses pembangunan candi yang
megah ini masih menjadi misteri bagi para peneliti sekalipun. Pada candi
terdapat arca-arca dan relief. Pada tingkat paling bawah (Kamadhatu)
relief menceritakan Karmawibhangga. Pada Rupadhatu relief mengisahkan
Lalitavistara, Jataka-Awadana, dan Gandawyuha. Pada tingkatan
Arupadhatu tidak terdapat relief.
DAFTAR PUSTAKA

Dharmachakra Translation Committee. 2013. “The Play in Full”. Translation


Journal vol 46. https://aryanthought.files.wordpress.com/2014/05/lalitavistara-
sutra.pdf.

Davinci145. Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha di Indonesia, (online),


(https://www.scribd.com/doc/245838853/Proses-Masuknya-Agama-Hindu-Dan-
Budha-Ke-Indonesia. Diakses 28 Oktober 2017).

Hendra, dkk. 2008. Bhadra Bodhi: Media Komunikasi KMB Dhammanano ITB.
Bandung.

Winovista. Perkembangan dan Pengaruh Agama Hindu-Budha di Indonesia,


(online), (https://www.scribd.com/doc/31097065/Proses-Masuk-Dan-
Berkembangnya-Pengaruh-Agama-Hindu-Budha-Di-Indonesia. Diakses 28
Oktober 2017)

Wirjomartono, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Arsitektur. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

SEJARAH AGAMA BUDDHA DI INDONESIA BESERTA


PENINGGALANNYA

Disusun Oleh :

1. Ayu Krisnawati (17406244012)


2. Dina Istiana (17406241032)
3. Dona Syah Azizah (17406241050)
4. Galuh Widyastuti (17406221042)

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017

Anda mungkin juga menyukai