Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN TRADISI

HINDU-BUDHA

KELOMPOK 3 ( XI IPS I )
Anggota :
Aisyah Pipit Pujiana Fajar Gumilang
Rima Melati Siti Nurmelianti Awan
Ai Novia Rivaldi Winandar Firda
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat

Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan


bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan
di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi
dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya
dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut :

1. Periode Awal (Abad V-XI M)


Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol
sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak
ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-keraja
seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut
disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali
menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan
dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur
seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu
suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha. Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan
keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.

3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)


Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan
politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura
tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang
Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari
Bali bukan lagi dari India.
AKULTURASI

Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya


Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan
bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan
unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang
masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan
penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi
sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah
unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di
Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih
terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses
pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi
tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial
masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian
masyarakat atas kasta.

2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan
perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan
oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika
dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk
maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara
turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki
kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk
memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan
sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia
dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum
mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian
masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :

Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam


kehidupan
sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di
kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa
Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta.

Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan


sekolah
sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan
tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan
yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang
merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.

Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi


pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut
menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai
sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat
Indonesia saat ini. Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada
rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang.
Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan
yang dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat
pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh
masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan
berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian
menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke
tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan
melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama
menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat asal. Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat
guru besar agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti,
Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus untuk
pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)

5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek
moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha
mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha
walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap
arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi
semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme,
dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan
Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan
terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan
mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan
1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

6. Seni dan Budaya


Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada
bidang-bidang dibawah ini:

A. Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran
antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan
bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi
merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi
Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur
yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan
semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat
pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar
candi dalam bangunan stupa.
B. Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di
Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending
(Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi
seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta
suasana alam Indonesia.
Periode Patung Relief
Periode Awal Patung para dewa Hindu-Budha seperti Berciri Naturalis (alami) misalnya relief candi
Brahma, Wisnu, Siwa Borobudur menggambarkan kehidupan
Sidharta Gautama. Sedangkan relief
Prambanan mengambarkan Ramayana dan
Kresnayana.

Periode Tengah Di Jawa Timur dibuat patung raja-raja di Di Jawa Timur unsur Indonesia semakin
Indonesia yang merupakan titisan para kuat tamapk pada relief Candi Panataran
dewa. Contoh Patung Tribuana sebagai yang tidak naturalis melainkan bergaya
Parwati/Kertanegara sebagai Siwa. wayang. Menunjukkan pada kepercayaan
memuja roh nenek moyang.

Periode Akhir Patung di Bali sudah banyak Di Bali relief yang mencolok berupa candi-
menggambarkan makhluk-makhluk candi yang dibuat di tebing sungai
seram (demon) merupakan makam raja seperti yang ada di
Gunung Kawi (Tampak Siring)
C. Seni Sastra dan Aksara

Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.


Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya
India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu
Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara
Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya
merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf
Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra
India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa
Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan
selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno.
Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
7. Bidang Teknologi

Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha


sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya
pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi
yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha
terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang
kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota
pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu,
bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat
transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia
terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari
agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-
Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam
penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan
keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan
perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi
yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-
Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang menggambarkan teknologi
irigasi pada zaman Majapahit.

8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan
adanya : Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan
sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari,
tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1
tahun ada 365 hari.

Anda mungkin juga menyukai