Anda di halaman 1dari 8

AGAMA HINDU

Fungsi dan Manfaat Tantra, Yantra, dan Mantra dalam


Kehidupan dan Penerapan Ajaran Hindu
Agus Pranata Giri (02). Ari Dipratari (06), Dewi Lestari (15), Satya Wibawa (32),
Shellin Melinda (33) – XII MIA 3

2015/2016
SLOKA-SLOKA

Mantram:

OM ADITYASYAPARAM JYOTI

RAKTA TEJO NAMO’STUTE

SVETAPANKAJA MADHYASTHAH

BHASKARAYO NAMO’STUTE

Artinya:

Om Sanghyang Widhi Wasa, Sinar Surya Yang Maha Hebat, Engkau bersinar merah, hormat
pada-Mu, Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih, hormat pada-Mu pembuat sinar.

Mantram:

OM NAMO DEVAYA, ADHISTHANAYA, SARVA VYAPI VAI SIVAYA, PADMASANA


EKAPRATISTHAYA, ARDHANARESVARYAI NAMO NAMAH SVAHA

Artinya:

Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat kami kepada dewa yang bersemayam di tempat utama
kepada Siwa yang sesungguhnya berada dimana – mana, kepada Dewa yang bersemayam pada
tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba menghormat.

Mantram:

OM NUGRAHAKA MANOHARA,

DEVA DATTANUGRAHAKA,

ARCANAM SARVA PUJANAM,

NAMAH SARVANUGRAHAKA,

OM DEVA DEVI MAHASIDDHI,


YAJNANGGA NIRMALATMAKA,

LAKSMI SIDDHISCA DIRGHAYUH

NIRVIGHNA SUKHA VRDDHISCA.

Artinya:

Om Sanghyang Widhi Wasa, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah. Anugerah
pemberian Dewa, pujaan dalam semua pujian, hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.
Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud Yajna, pribadi suci, kebahagiaan, kesempurnaan,
panjang umur, kegembiraan dan kemajuan.

TANTRA
Menurut ajaran tantra disebutkan ada tiga urat saraf manusia yang paling penting, yaitu;
Sushumna, Ida dan Pinggala. Keberadaannya dimulai dari muladhara chakra, yang bertempat
didasar tulang belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf atau nadi. Urat
saraf atau nadi manusia tidak kelihatan secara kasat mata karena bersifat sangat halus. Ia
bergerak melalui jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik paling atas
dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari
saraf tulang belakang. Ida dan Pinggala bertemu dengan sushumna di ajna chakra, titik yang
terletak diantara alis mata. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri dan kanan
hidungTantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara
total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun
Budhisme.
Definisi tantra dijelaskan dalam kaliamat ini; shasanat tarayet yastu sah shastrah
parikirtitah, yang berarti ”yang menyediakan petunjuk jelas memotong dan oleh karena itu
menuntun ke jalan pembebasan spiritual dan pengikutnya disebut sastra”. Beberapa sarjana
mencoba membagi tantra menjadi dua bagian utama, yaitu “jalan kanan” dan “ jalan kiri”. Bernet
Kemper berpendapat, tantra “jalan kanan” (menghindari praktek ekstrem, mencari-cari
pengertian yang mendalam, dan pembebasan melalui asceticism) harus dibedakan dari “jalan
kiri”(black magic dan ilmu sihir). Ia kemudian menegaskan, di dalam “jalan kanan”, bhakti atau
penyerahan diri memegang peranan yang sangat penting. Lebih dari itu, bhakti cenderung
menolak dunia material. Sedangkan “jalan kiri” mempunyai kecenderunganyang sangat berbeda.
Ia berusaha keras untuk menguasai aspek-aspekkehidupan yang menggangu dan mengerikan
seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut eksistensi dari kekuatan
keraksasaan (demonic)“jalan kiri” membuat kontak langsung di tempat-tempat yang
mengerikanseperti di pekuburan. Pandangan kalangan akademis ini sangat berbeda dengan
pandangan daripraktisi tantra.
Para praktisi tantra pada umumnya menolak pembagiantantra atas tantra positif dan
negatif dan menekankan pada metode untukmentransformasoikan keinginan. Lama Thubten
Yeshe, seorang praktisitibetan mengatakan tantra menggunakan energi dari khyalan
sepertiketerikatan kepada keinginan adalah sumber dari penderitaan dan oleh karenaitu harus di
atasi namun ia juga mengajarkan keahlian untuk menggunakanenergi dari khayalan tersebut
untuk memperdalam kesadaran kita hinggamengahasilkan kemajuan spiritual. Seperti mereka
yang dengan keahliannya mampu mengangkat racun tumbuh-tumbuhan dan menjadikan obat
yang mujarab, seperti itu pula seorang yang ahli dan terlatih dalam praktek tantra, mampu
memanipulasi energi keinginan bahkan kemarahan menjadi mapan.Ini sungguh-sungguh sangat
mungkin dilakukan. Dalam arti tertentu tantra merupakan suatu teknik untuk mempercepat
pencapaian tujuan agama atau realisi sang diri dengan menggunakan berbagai medium seperti
mantra, yantra, mudra, mandala pemujaan terhadap berbagai Deva-Devi termasuk pemujaan
kepada mahluk setengah Deva dan mahluk-mahluk lain, meditasi dan berbagai cara pemujaan,
serta praktek yoga yangkadang-kadang dihubungkan dengan hubungan seksual. Elemen-
elementersebut terdapat dalam tantra Hindu maupun Buddha. Kesamaan teologi inimenjadi
faktor penting yang memungkinkan tantra menjadi salah satu mediumpenyatuan antara Sivaisme
dan Buddhisme di Indonesia. Dalam tantra Buddha yangberdasarkan prinsip-prinsip Mahayana
dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan tertinggi baik tantra Hindu maupun Buddha, adalah
tercapainya keadaan sempurna dengan penyatuan antara dua praktek serta merealisasikan sifat
nondualis dari realitas tertinggi. H.B. Sarkar menyatakan hubungan seksual dalam tantra lebih
diarahkan untuk mengontrol kekuatan alam dan bukan untuk mencapai kebebasan. Di Indonesia
dikenal ada tiga jenis tantra yaitu; Bhairava Heruka di PadangLawas, Sumatera Barat; Bhairava
Kalacakra yang dipraktikkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari dan Adtityavarman dari
Sumatera yang sezamandengan Gajah Mada di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali.
ArcaBharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu, Gianyar Bali.
Menurut prasasti Palembang, Tantrayana masuk ke Indonesia melalui kerajaan Srivijaya
di Sumatera pada adab ke-7. Kalacakratantra memegang peranan penting dalam unifikasi
Sivaisme dan Buddhaisme, karena dalam tantra ini Siva dan Buddha, diunifikasikan menjadi
Siva-budha. Konsep Ardhanarisvari memegang peranan yang sangat penting dalam
Kalacakratantra. Kalacakratantra mencobamenjelaskan penciptaan dan kekuatan alam dengan
penyatuan Devi Kali yangmengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga
dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai nama dalam sekta tantrayang
lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava,Yamari, Candama
harosama dan berbagai bentuk Heruka.Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk
merealisaikan kebenaran Tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni
keagamaan.Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan
intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan
perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Sebagai suatu cara, mana kebenaran
religius ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh
pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana
untukbeberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidakterbatas hanya
untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religiussebagai alat pikiran yang
ditransformasikan dan di sucikan.Masab siva-buddha dengan pengaruh khusus Kalacakratantra
dapat dilihatpada peninggalan-peninggalan arkeologi seperti di Candi Jawi.
Dalam tantra Hindu prinsipmetafisika Siva-Shakti dimanifestasikan di dunia material ini
dalam wujudlaki-laki dan perempuan sedangkan dalam tantra Buddha pola sama diikutidimana
prinsip-prinsip metaphisik Prajna dan Upaya termanifestasikan dalamwujud perempuan dan laki-
laki. Tujuan tertinggi dari kedua masab tantra iniadalah penyatuan sempurna yaitu penyatuan
antara dua aspek dari realitas danrealisasi dari sifat-sirat non-dualis dari roh dan non-roh.

YANTRA
Fungsi dan manfaat Yantra, dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma
adalah:
a. Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja.
b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya.
c. Media memusatkan pikiran.
Yantra adalah bentuk “niyasa” (simbol, pengganti yang sebenarnya) yang diwujudkan oleh
manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti
dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. Setiap yantra baik dari
segi bentuk maupun goresan yang tertera pada yantra mempunyai arti yang berbeda serta tujuan
yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda sehingga
bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern. Yantra tidak lagi
terlihat seperti barang seni atau seperti sebuah perhiasan tertentu. Bentuk yantra sudah
disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini,
banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang
sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu,
maka energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan.
Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus
mempengaruhi pemakainya.

MANTRA
Berdasarkan sumbernya “veda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis
besar dapat dibedakan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Puranik mantra. Sedangkan
berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Sattvika mantra (mantra yang diucapkan
guna untuk pencerahan, kebijaksanaan, dan cinta kasih Tuhan tertinggi), Rajasika mantra
(mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi), Tamasika mantra (mantra yang diucapkan
guna mendamaikan roh-roh jahat, ataupun melakukan perbuatan kejam/vama marga/ilmu hitam).
Disamping itu mantra juga diklasifikasikan menjadi sebuta antara lain; mantra, yang berupa
sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata; stotra, doa-
doa yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan
kehendakNya; kavaca mantra, mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari
berbagai rintangan.

Adapun makna dari mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai
berikut.

a. Untuk mencapai kebebasan

b. Memuja manifestasi Tuhan Yang Maha Esa

c. Memuja para devata dan roh-roh

d. Berkomunikasi dengan para Deva

e. Berkomunikasi dengan roh-roh atau hantu-hantu

f. Mencegah pengaruh negatif

g. Mengusir roh-roh jahat

h. Mengobati penyakit

i. Menyucikan badan manusia.

Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma
adalah :

1. Memuja Tuhan Yang Maha Esa : dalam ajaran agama hindu, Ida Sang Hyang Widhi Wasa
sebagai pencipta semua yang ada ini. Jadi kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan
memuja-Nya, sebagaimana diajarkan agama yang tersurat dan tersirat dalam kita suci Veda.

2. memohon kesucian : Ida Sang Hyang Widhi bersifat Mahasuci. Bila kita ingin memperoleh
kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan
seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat.

3. memohon keselamatan : mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk
memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya
dalam kitab suci menjadi kewajiban umat sedharma. Keselamatan dalam hidup ini
merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam keadaan selamat kita dapat melaksanakan
pengabdian hidup ini menjadi lebih baik.

4. memohon pencerahan dan kebijakan : dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi
menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, seperti; Paroksa Mantra, mantra yang
memiliki tingkat kesukaran yang paing tinggi; Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang
memilik tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra; Pratyaksa Mantra,
mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan Adyatmika
Mantra.

5. melestarikan ajaran “dharma” : Sumber ajaran agama Hindu adalah Veda. Veda adalah
wahyu Tuhan yang diterima oleh para maharsi baik secara langsung maupun berdasarkan
ingatannya. Sedangkan mantra atau Dhvanyatma Sabda, yang merupakan nada atau
perwujudan dari pikiran melalui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata
yang diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan
keperluan, kemampuan serta motif pelaksana.

PEMBAHASAN SOAL-SOAL

Anda mungkin juga menyukai