Filsafat Hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang
amat luhur, mulia, khas dan sistematis yang didasarkan oleh pengalaman spiritual mistis. Sad darsana
yang merupakan 6 sistem filsafat hindu, merupakan 6 sarana pengajaran yang benar atau 6 cara
pembuktian kebenaran. Adapun bagian-bagian dari Sad Darsana adalah :
Nyaya, pendirinya adalah Gotama dan penekanan ajarannya ialah pada aspek logika.
Waisasika, pendirinya ialah Kanada dan penekanan ajarannya pada pengetahuan yang dapat
menuntun seseorang untuk merealisasikan sang diri.
Samkhya, menurut tradisi pendirinya adalah Kapita. Penekanan ajarannya ialah tentang proses
perkembangan dan terjadinya alam semesta.
Yoga, pendirinya adalah Patanjali dan penekanan ajarannya adalah pada pengendalian jasmani dan
pikiran untuk mencapai Samadhi.
Wedanta (Uttara-Mimamsa), kata ini berarti akhir Weda. Wedanta merupakan puncak dari filsafat
Hindu. Pendirinya ialah Sankara, Ramanuja, dan Madhwa. Penekanan ajarannya adalah pada
hubungan Atama dengan Brahma dan tentang kelepasan.
Catur Asrama juga dapat diartikan sebagai 4 (empat) tahapan hidup manusia yang harus di capai.
Adapun ke empat bagian-bagian dari catur asrama adalah sebagai berikut:
A. BRAHMACARI ASRAMA
Brahmacari Asrama Adalah tingkat masa menuntut ilmu/masa mencari ilmu. Masa Brahmacari
diawali dengan upacara Upanayana dan diakhiri dengan pengakuan dan pemberian Samawartana
(Ijazah).
B. GRHASTA ASRAMA
Grhasta Asrama Adalah tingkat kehidupan berumahtangga. Masa Grehasta Asrama ini adalah
merupakan tingkatan kedua setelah Brahmacari Asrama. Dalam memasuki masa Grehasta diawali
dengan suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan) yang bermakna sebagai
pengesahan secara agama dalam rangka kehidupan berumahtangga (melanjutkan keturunan,
melaksanakan yadnya dan kehidupan sosial lainnya).
C. WANAPRASTA ASRAMA
Wanaprastha Asrama Merupakan tingkat kehidupan ketiga. Dimana berkewajiban untuk menjauhkan
diri dari nafsu keduniawian. Pada masa ini hidupnya diabdikan kepada pengamalan ajaran Dharma.
Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami
arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan/moksa dipraktekkannya dalam
kehidupan sehari- hari.
D. SANYASIN ASRAMA
Sanyasin Asrama (bhiksuka) Merupakan tingkat terakhir dari catur asrama, di mana pengaruh dunia
sama sekali lepas. Mengabdikan diri pada nilai-nilai dari keutamaan Dharma dan hakekat hidup yang
benar. Pada tingkatan ini, ini banyak dilakukan kunjungan (Dharma yatra, Tirtha yatra) ke tempat
suci, di mana seluruh sisa hidupnya hanya diserahkan kepada Sang Pencipta untuk mencapai Moksa.
Ksatria merupakan orang orang yang bekerja / bergelut di bidang pertahanan dan
keamanan/pemerintahan yang bertugas untuk mengatur negara dan pemerintahan serta rakyatnya.
Atau seseorang yang memilih fungsi sosial menjalankan kerajaan: raja, patih, dan staf - stafnya. Jika
dipakai ukuran masa kini, mereka itu bertindak sebagai kepala pemerintahan (guru wisesa), para
pegawai negeri, polisi, tentara dan sebagainya.
Waisya merupakan orang yang bergerak dibidang ekonomi, yang bertugas untuk mengatur
perekonomian atau seseorang yang memilih fungsi sosial menggerakkan perekonomian. Dalam hal
ini menjadi pengusaha, pedagang, investor dan usahawan (Profesionalis) yang dimiliki Bisnis / usaha
sendiri sehingga mampu mandiri dan mungkin memerlukan karyawan untuk membantunya dalam
mengembangkan usaha / bisnisnya.
Sudra merupakan orang yang bekerja mengandalkan tenaga/jasmani, yang bertugas untuk memenuhi
kebutuhan hidup dengan menjadi pelayan atau pembantu orang lain atau seseorang yang memilih
fungsi sosial sebagai pelayan, bekerja dengan mengandalkan tenaga. seperti: karyawan, para pegawai
swasta dan semua orang yang b
Sama Veda ; Memuat kumpulan mantra-mantra tentang ajaran umumnya mengenai lagu-lagu pujaan,
terdiri dari 1875 Sakha. Bagian Samhita ini ditulis oleh Bhagawan Jaimini.
Yayur Veda ; Weda ini berisikan mantra-mantra dalam bentuk prosa, terdiri dari 109 Sakha, 1.975
mantra. Bagian ini membentangkan tentang tata cara yadnya keagamaan yang harus dilakukan oleh
setiap umat Hindu. Yayur Weda disusun oleh Bhagawan Waisampayana.
Atharva Veda ; Membentang soal sihir, mantra-mantra dan pengobatan. terdiri dari 50 Sakha, 5.987
mantra. Di samping itu diuraikan juga Ilmu Bintang dan Ilmu Pasti. Atharva Veda ditulis oleh
Bhagawan Sumantu.
Karma Marga : Mengamalkan agama dengan berbuat Dharma atau kebajikan seperti mendirkan
tempat suci (pura) dan merawatnya, menolong orang yang kesusahan, melaksanakan kewajiban
sebagai anggota keluarga/ anggota masyarakat dan berbagai kegiatan sosial (subhakarma) lainnya
yang dilandasi dengan ikhlas dan rasa tanggung jawab. Itulah pengalaman agama dengan kerja
(karma).
Raja Marga : Mengamalkan agama dengan melakukan Yoga, bersemadi, tapa atau melakukan Brata
(pengendalian diri) dalam segala hal termasuk upawasa (puasa) dan pengendalian seluruh indria.
7. Sungai Yang Diyakini Sebagai Tempat Para Rsi Menerima Wahyu Dari “Sang Hyang Widhi” (Tuhan)
Dan Diabadikan Ke Dalam Bentuk Kitab Suci Veda
Sungai Sindhu
Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya. Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche
Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui
penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India. Mookerjee
(ahli - India tahun 1912). Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia
dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa
(Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan
usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang
berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Moens dan Bosch (ahli - Belanda) Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar
pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh
kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
9. Tri Kerangka Agama Hindu
* Tattwa (Filsafat)
Tattwa dalam agama Hindu dapat diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara
dan pendekatan yang disebut Pramana. Ada 3 (tiga) cara penyerapan pokok yang disebut Tri
Pramana. Tri Pramana ini, menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima
kebenaran hakiki dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan.
Kepercayaan dan keyakinan dalam Hindu disebut dengan sradha. Dalam Hindu, sradha dibagi
menjadi 5 (lima) esensi, disebut Panca Sradha.
* Susila (Etika)
Susila memegang peranan penting bagi tata kehidupan manusia sehari-hari. Realitas hidup bagi
seseorang dalam berkomunikasi dengan lingkungannya akan menentukan sampai di mana kadar budi
pekerti yang bersangkutan. la akan memperoleh simpati dari orang lain manakala dalam pola
hidupnya selalu mencerminkan ketegasan sikap yang diwarnai oleh ulah sikap simpatik yang
memegang teguh sendi- sendi kesusilaan.
* Upacara (Yadnya)
Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa atau rohani
dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada (Weda). Yadnya
dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik (kebajikan),
pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas) berupa apa yang dimiliki demi
kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Karmaphala memberi optimisme kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran
ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang
akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, dan efeknya kepada orang lain. Karma Phala
adalah sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep
Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan
melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Kalau
perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya.
Sancita Karma Phala (Phala/Hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di
kehidupan sebelumnya)
Prarabdha Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehikupan saat ini dan Phalanya
akan diterima pada kehidupan saat ini juga)
Kryamana Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun Phalanya
akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang)
Bhagavad-gita mengajarkan bagaimana caranya agar para makhluk hidup bisa bebas lepas dari ikatan
alam material ini dan pulang ke alam spiritual, alam asli dari para jiwa, alam kekal di mana Tuhan
bisa dilihat secara langsung tentu saja dengan mata spiritual sehingga berbahagia. Anda dapat
temukan rahasianya dalam buku ini. Bhagavad-gita membahas secara mendalam tentang materi dan
sang jiwa atau roh serta Tuhan, penguasa atau pengendali dari keduanya (alam material dan para
jiwa). Inilah sesungguhnya pengetahuan yang paling sempurna atau pengetahuan sejati. Orang baru
bisa dikatakan berpengetahuan jika ia jika menguasai pengetahuan ini dengan sebenarnya. Bhagavad-
gita juga membahas tentang waktu, karma dan yang paling rahasia, yaitu; rasa cinta kepada Tuhan.
Dewa Wisnu Dewa tertinggi dalam agama Hindu selanjutnya adalah Dewa Wisnu. Dewa Wisnu
dianggap sebagai dewa pemelihara semesta dan segala ciptaan Dewa Brahma. Dewa Wisnu akan
turun ke dunia bila kejahatan merajarela. Dewa Wisnu adalah dewa berkulit hitam-kebiruan,
mempunyai sakti Dewi Sri, beraksara Ung, bersenjatakan Cakra dan berwahanakan Burung Garuda.
Dewa siwa dianggap sebagai dewa pelebur yang akan menghancurkan semua ciptaan brahma yang
sudah usang jika waktunya sudah tiba. Dewa Siwa diwujudkan sebagai seorang dewa bermata tiga
(trinetra), menggunakan ikat pinggang kulit haimau, hiasan leher berupa ular kobra, dan
berwahanakan lembu Nandini. Dewa Siwa memiliki sakti Dewi Durga, bersenjatakan trisula, dan
memiliki 4 buah tangan yang masing-masing memegang tri wahyudi, kendi, cemara, dan tasbih.
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu
bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam
lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan
dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan
materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong
konsumerisme, pertikaian dan gejolak.