Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Putu Adnya Puspita Dewi

Kelas : XII MIPA 3


No : 25
TUGAS AGAMA
1. Deskripsi bentuk-bentuk Tantra, Yantra dan Mantra.
Tantra
Tantra ialah konsep pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa pada mana manusia kagum di
sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sebagai akibatnya ada cita-cita buat menerima sedikit kesaktian.
Tantra merupakan suatu kombinasi yg unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total.
dia merupakan kepercayaan dan jua filosofi, yg berkembang baik pada Hinduisme juga
Budhisme. Tantra adalah cabang dari kepercayaan Hindu. Kebanyakan buku-buku Tantra masih
dirahasiakan asal arti sebenarnya serta yang telah diketahui masih merupakan teka-teki.
Yantra
Di dalam pemujaan, yantra ialah sarana daerah memusatkan pikiran. Yantra adalah
sebuah bentuk geometrik. Bentuk yantra yg paling sederhana ialah sebuah titik (Bindu) atau segi
tiga terbalik. Disamping terdapat bentuk yantra yang sederhana, terdapat pula bentuknya yg
sangat rumit (simetris serta non-simetris) yg semuanya itu bisa diklaim Yantra. Yantra tersebut
digunakan buat melambangkan para Deva mirip Siwa, Wishnu, Ganesha, dan yang lainnya
termasuk Sakti. Keadaan mantra dan yantra artinya saling terkait. Pikiran dinyatakan dalam
bentuk halus menjadi satu mantra dan pikiran yang sama dinyatakan dalam bentuk gambar
sebagai sebuah Yantra serta terdapat lebih asal sembilan ratus Yantra. salah satu dari Yantra yg
terpenting merupakan Sri Yantra, atau Navayoni Chakra, melambangkan Siwa dan Sakti. Yantra
itu dapat dilihat asal aneka macam praktik peredaran atau pengikut Sakti. Adapun bentuk-bentuk
yantra yg bisa dikemukakan menggunakan;
1) Banten
Banten artinya salah satu bentuk Yantra, sebagaimana dinyatakan pada Lontar Yadnya
Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian dalam dan universal. Banten dalam upacara
kepercayaan Hindu adalah wujudnya sangat lokal, tetapi pada dalamnya terkandung nilai-nilai
yang universal. Banten itu adalah bahasa buat menyebutkan ajaran kepercayaan Hindu dalam
bentuk simbol. Banten berdasarkan Lontar Yadnya Prakerti menyatakan sebagai simbol
aktualisasi diri diri manusia. contohnya; banten caru menjadi lambang penetralisir kekuaan
negatif, banten peras sebagai lambang permohonan buat hidup sukses menggunakan menguatkan
Tri Guna ‘Peras Ngarania Prasidha Tri Guna Sakti’ artinya hayati sukses itu menggunakan
memproporsikan serta memposisikan menggunakan sempurna dinamika Tri Guna (Sattwam
Rajas Tamas) sampai mencapai Sakti.
2) Susastra
dalam tradisi Hindu, yantra umumnya dipergunakan buat melakukan upakara puja menggunakan
mengikut-sertakan bija mantra sinkron yantra tadi. Banyaknya jenis puja dan setiap puja
memakai yantra maka penggunaan mantra pula menjadi tidak sama. Adapun bentuk-bentuk
yantra dalam kesusteraan Hindu antara lain:
• Bhu Pristha yantra; merupakan yantra yg umumnya didesain secara muncul atau dipahat di
suatu bahan tertentu. Bhu Pristha yantra umumnya hanya ditulis pada selembar kertas atau kain.
• Meru Pristha yantra; merupakan yantra yang berbentuk mirip gunung atau piramid dimana di
bagian dasar penampangnya dirancang lebar atau akbar semakin keatas semakin mengecil
misalnya bentuk meru pada bangunan pelinggih yg ada pada Bali.
• Meru parastar yantra; artinya bentuk yantra yg dipotong sesuai garis yantra tersebut atau
dipotong bagian eksklusif.
• Ruram Pristha yantra; artinya yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi empat
serta diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau mirip pundak kura-kura.
• Patala yantra: artinya yantra yang pada permukaan bentuknya lebih besaran berasal di bentuk
bagian bawahnya yang ‘mungil’. Bentuk ini kebalikan berasal meru Pristha yantra.
Doa (Mantra)
Maharsi Manu yg dianggap menjadi peletak dasar hukum yg digambarkan sebagai orang
yg pertama memperoleh mantra. dia mengajarkan mantra itu kepada umat manusia menggunakan
menyebutkan korelasi antara mantra menggunakan objeknya. Demikianlah mantra adalah bahasa
kreasi yang pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam bentuk yg sangat halus berasal sesuatu,
bersifat kekal, berbentuk formula yg tidak bisa dihancurkan yg artinya asal dari semua bentuk
yang tidak kekal. istilah mantra berarti “bentuk pikiran”.
Bentuk tak berbentuk yang dimanifestasikan itu dari serta diidentikkan dengan para deva
(devata). Mantra adalah sifat alami dari deva-deva serta tidak dapat dipisahkan (keduanya) itu.
Kekuasaan para Deva merupakan satu kesatuan dengan nama-Nya. Aksara suci dan mantra, yg
menjadi kendaraan mistik para deva bisa menghubungkan penyembah dengan devata yang
dipuja. menggunakan mantra yg memadai mahluk-mahluk halus dapat dimohon kehadirannya.
Mantra, oleh karena itu adalah kunci yg penting pada kegiatan ritual asal semua kepercayaan
serta juga digunakan dalam aktivitas bentuk-bentuk kekuatan mistik.
“Sebuah mantra; dinamakan demikian sebab membimbing pikiran (manana) dan hal itu ialah
pengetahuan tentang alam semesta dan proteksi (trana) asal perpindahan jiwa, bisa dicapai”
(Pingala Tantra) “diklaim menjadi sebuah mantra sebab pikiran terlindungi” (Mantra Maharnava,
dikutip sang Devaraja Vidya Vacaspati).
Mantra disusun menggunakan memakai aksara-aksara eksklusif, diatur sedemikian rupa
sebagai akibatnya menghasilkan suatu bentuk suara, sedang alfabet -alfabet itu menjadi
perlambang-perlambang berasal bunyi tersebut. untuk membuat impak yg dikehendaki, mantra
harus disuarakan menggunakan cara yg sempurna, sinkron menggunakan “svara” atau ritme,
serta varna atau suara. Mantra mempunyai getaran atau suara tersendiri, karena itu jika
diterjemahkan ke alam bahasa lain, mantra itu tidak memiliki rona yg sama, sebagai akibatnya
terjemahannya itu hanya sekedar kalimat (Avalon, 1997: 85).
contoh mantra
Doa, bangun pagi:
Om jagrasca prabhata kalasca ya namah swaha.
Terjemahan:
Oh Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, bahwa hamba sudah bangun pagi dalam keadaan selamat.

2. Cara-cara mempraktikkan ajaran Tantra, Yantra dan Mantra


Tantra
Bagaimana praktik ajaran tantra, berikut ini dapat dipaparkan, antara lain;
 Memuja shakti
Tantra disebut Saktiisme, karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah shakti.
Shakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. Dengan demikian Tantrisme lebih
sering didefinisikan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk
shakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan
lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati, maupun antara
Buddha dan Devi Tara.
 Meyakini pengalaman mistis
Praktisi tantra memanfaatkan prana (energi semesta) yang mengalir di seluruh alam semesta
(termasuk dalam badan manusia) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa
tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya. Para penganut tantra
meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin
keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran
seorang guru yang mahir untuk membimbing kemajuan siswa tantra.
 Simbol-simbol erotis
Dalam perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbol-simbol material
termasuk simbol-simbol erotis. Tantra sering kali diidentikkan dengan ajaran kiri yang
mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan makan daging. Padahal
beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan
pantangan mabuk-mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam
meniti jalan tantra. Beberapa orang Indolog beranggapan bahwa ada hubungan antara Konsep-
Devi (Mother- Goddes) yang bukti-buktinya terdapat dalam suatu zeal di Lembah Sindhu
(sekarang ada di Pakistan), dengan Konsep Mahanirwana Tantra. Konsep ini berpangkal pada
percakapan Devi Parwati dengan Deva Siva yang menguraikan turunnya Devi Durga ke Bumi
pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku.
 Penyelamat dunia dari kehancuran
Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Dari sinilah pada mulanya
muncul istilah “candi” (candikaghra) untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja
Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran
moral dan perilaku disebut kalimosada. Kalimosada (Kali-maha-usada), yang artinya Devi Durga
adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan
misi Beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma
 Mewarnai kebudayaan dan keagamaan
Dalam perkembangannya, praktik tantra ini juga selalu mewarnai kebudayaan dan
keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan
prasasti, candi dan arcaarca bercorak tantrik. Karakteristik tantrisme di India secara alami ajaran-
ajarannya yang berpedoman pada Veda, mengalir ke Indonesia. Konsekuensinya, bahwa ajaran-
ajaran Tantra yang bersumber pada Veda, di Indonesia berkembang sebagaimana yang
diharapkan oleh para pengikutnya.

Yantra
Ada beberapa jenis Yantra yang utama, yang dapat kita kenal dalam praktiknya dimasyarakat,
antara lain sebagai berikut:
 Yantra-raja (raja Yantra)
Raja dari yantra digambarkan di dalam Mahanirvana Tantra. “Gambar segi tiga dengan di
tengah-tengahnya ditulis bija mantra Hrim (wujud ilusi). Tujuan dari yantra ini untuk
menciptakan hubungan dengan dunia supranatural. Dengan bantuan-Nya, penyembah
mendapatkan semua pahala kedunawian dan kekuatan supranatural. Di dalamnya adalah yantra
dengan karakter Hrim, sebagai lambang dari Devi keberuntungan Laksmi. Di luarnya terdapat
segi tiga yang berapi-api yang menuju gerakan ke atas dari energi yang bergelung (Kundalini).
Enam belas kawat pijar menggambarkan pencapaian kesempurnaan (16 adalah angka yang
sempurna), delapan kelopak bunga teratai menggambarkan yang meresapi segala menuju ke atas,
yang tidak lain adalah Visnu. Lingkaran luar adalah penciptaan, bundaran yang bergerak dari
padanya segala sesuatu lahir. Kekuatan mengatasi dunia yang nampak diperlihatkan dengan
persegi empat bujur sangkar, simbol bumi. Di empat sisi adalah 4 pintu yang mengantarkan
seseorang dari alam duniawi ke alam atas (spiritual). Ke utara (yakni sebelah kiri) adalah pintu
menuju Deva-Deva (devayana). Keselatan (yakni sebelah kanan) menuju kealam leluhur
(pitrayana), ke Timur (sisi atas) jalan menuju ke Surya (kepanditaan), dan ke Barat (sisi bawah)
adalah jalan keagungan, jalan menuju penguasa air (Varuna). Empat pintu tersebut mengantar ke
empat penjuru angin, membentuk tanda tambah, simbol keuniversalan. Tanda tambah
berkembang menjadi dua buah svastika yang menunjukan bahwa ada dua jalan utama, yaitu kiri
dan kanan.
 Yantra-Sarvatobhadra (Yantra penjaga seluruh penjuru)
Yantra ini dijelaskan di dalam kitab Gautamiya Tantra (30.102-108). Yantra ini dikatakan
saran untuk dapat memenuhi semua keinginan, sekarang dan yang akan datang, di dunia nyata
dan di dunia yang gaib. “Namanya, berarti bujur sangkar yang rata”, dan juga berarti kendaraan
Deva Visnu. Menunjukkan keadaan yang seimbang antara aktivitas dan istirahat, keterikatan dan
penyangkalan. Ia yang dari segala sisi seimbang dengan dirinya, di dalam atau di luar, kesuburan
dan buah yang dihasilkan. Ia yang dengan teguh duduk dalam kereta hidupnya, dijaga dari segala
sisi, sempurna dari seluruh sisi, bebas dari bencana (Danielou 1964:356). Yantra ini terdiri dari 8
bujur sangkar setiap sisinya, oleh karenanya adalah Visnu Yantra, berhubungan dengan sikap
sattvam, jalan kanan.
 Yantra-Smarahara (pengusir keinginan)
Uraian tentang Yantra ini dijelakan dalam kitab Syamastava Tantra, sloka 18, dibentuk dari
5 buah segi tiga, merupakan Siva yantra, angka 5 berhubungan dengan sebagai bapak dan dasar
pemusnah. Segi tiga yang melambangkan lingga yang tajam, phallus api. “Melalui kekuatan
yantra ini, seseorang dapat menundukkan nafsu (Kama). Seorang sadhaka yang menggapai
pelajaran ini senantiasa dijaga dengan baik, tidak ada musuh yang mendekatinya, musuh yang
menggunakan senjata nafsu (seksual), kemarahan, ketamakan, khayalan, penderitaan dan
kekuatan. (hal ini merupakan instrumen untuk menyelesaikan kekuatan magis) dan para
penyembah dapat pergi kemana saja dengan menyenangkan dan juga ke dunia yang lain tanpa
menemukan halangan. Sesungguhnya yantra ini menolong seseorang untuk memadamkan
kekuatan nafsu (seksual) dan khayalan hidup” (Danielou, loc.cit).
 Yantra-Smarahara (bentuk yang ke-2)
Yantra ini adalah yantra smarahara dalam bentuknya yang lain (bentuk ke 2), dijelaskan di
kitab Kali Tantra. “Ini juga yantra 5 segi tiga, tetapi berada di dalam yang satu dan yang lain.
Dua segi tiga adalah lambang wanita (satu ujungnya menghadap ke atas) berair, tiga buah segi
tiga lainnya adalah lambang laki-laki (satu ujungnya menhadap ke bawah) berapi. Setiap
tindakan manifestasi-Nya adalah sebagai pengganti api dan upacara persembahan, melalap dan
dilalap, laki-laki dan wanita. Yantra ini adalah benar-benar lampiran kulit berturut-turut yang
menutupi roh individu yang menjadikan mahluk hidup. Lingkaran dalam adalah energi yang
bergelung (kundalini) yang bila dibangunkan, akan naik melintasi 5 angkasa manifestasi ke
dalam maupun ke luar. Lingkaran luar menunjukkan kekuatan kreatif dari api yang
membangkitkan untuk bermanifestasi di tengah-tengah air di samudra purba. Delapan kelopak
daun bunga teratai adalah prinsip pemeliharaan alam semesta, Juga adalah Visnu yang secara
stabil memanifest di bumi. Di luar itu bujur sangkar, bumi, dengan 4 buah pintu dan dua buah
svastika.
 Yantra-Mukti (Yantra untuk mencapai kebebasan)
Yantra ini dijelaskan dalam kitab Kumarikalpatantra. Dibuat dari bujur sangkar, dan sebuah
segi tiga yang tajam, sebuah segi tiga yang berair, sebuah segi enam dan sebuah lingkaran, di
dalamnya terdapat satu yang lain. seluruhnya dikelilingi persegi delapan dan sebuah bujur
sangkar dengan 4 pintu. Di tengah-tengah adalah Bija Maya (Hrim menunjukkan prinsip yang
lain yang mana setiap makhluk hidup dapat menguasainya untuk mencapai tujuannya yakni
mencapai kebebasan.
 Yantra Sri Cakra (Yantra untuk memperoleh keberuntungan)
Sri Cakra atau Roda Keberuntungan, yang melambangkan Devi Ibu Alam Semesta, salah
satu yantra yang utama digunakan untuk menghadirkan para devata.
 Yantra Ganapati (Yantra untuk memperoleh perlidungan)
Ganapati yantra merupakan titk-titik untuk identitas dari makro dan mikro kosmos.
 Yantra Visnu (Yantra untuk memperoleh kemakmuran)
Visnu yantra diekspresikan dengan meresapi segalanya dan sifat sattva, sifat menuju kearah
atas.Langkah-langkah pendahuluan ditetapkan sebelum melakukan pemujaan melalui yantra,
atau pratima. Pertama, pemuja harus memusatkan pikiran kepada devata, lalu di-nyasa-kan di
dalam diri sendiri. Selanjutnya devata itu di-nyasa-kan ke dalam yantra. Ketika devata sudah
bersthana di dalam yantra, prana devata itu telah merasuk ke dalamnya dengan prana pratistha,
mantra dan mudra. Devata saat itu telah bersthana di dalam yantra, yang menjadikan yantra itu
tidak lagi sekedar benda mati, tetapi setelah upacara ritual, diyakini oleh sadhaka dan buat
pertama kaliya Ia disambut dan dipuja. Mantra itu sendiri adalah devata dan yantra adalah jasad
dari devata yang adalah (tidak lain) mantra (Avalon, 1997: 95).

Mantra
Mantra-mantra akan berhasil (siddhi) tergantung pada kualitas (kesucian) dari pemuja,
dalam hal ini orang yang megucapkan mantra tersebut (Danielou, 1964: 338-349). Membaca
mantra bermanfaat dalam proses pembinaan spiritual, dan sekaligus menerima berkah dari para
mahluk suci. Seperti halnya pembinaan spiritual lainnya, membaca mantra mempunyai berbagai
macam tingkatan tergantung dari tingkat kehidupan spiritual masingmasing para pembacanya.
Berikut dapat diuraikan “tata cara singkat membaca Mantra Suci” sebagai berikut
Kedua tangan harus dibersihkan dengan air bersih; Mulut harus dikumur bersih dengan
air bersih; sebaiknya meminum segelas air putih bersih; Jika memungkinkan ambil posisi lotus
(meditasi); Ambil nafas dalam-dalam hingga keperut, lalu hembuskan perlahan-lahan hingga
habis. Ulangi 3x; Katupkan kedua ibujari dengan posisi menempel dekat dengan hulu hati, atau
bila mempergunakan ‘mala’ letakan mala ditangan kiri, pegang dengan 4 jari (kecuali ibu jari);
Bayangkan kehadiran mahluk suci dihadapan kita memancarkan sinar hingga menyinari seluruh
tubuh kita; Ibu jari lalu menarik satu butir mala kedalam sambil mengucapkan mantra dalam
hati, dan seterusnya hingga beberapa putaran mala.
Dalam membaca mantra suci yang perlu diketahui dan diperhatikan adalah:Jangan
membaca mantra terlalu cepat, Jaga irama tempo yang seirama, sehingga dapat dihayati
maknanya satu persatu. Usahakan jangan berhenti di tengah putaran mala, selesaikan dahulu
putaran mala hingga tuntas.

Anda mungkin juga menyukai