Anda di halaman 1dari 12

YADNYA

A. PENDAHULUN
Yadnya adalah yang tulus iklas tanpa pamrih, yang dilandasi atas cinta
kasih.beryadnya merupakan kewajiban yang mutlak bagi umat Hindu. Bahwa eksistensi alam
semesta beserta isisnyaini di ciptakan berkat yadnya,yang dilakukan oleh Sang Hyang Widhi.
Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia memiliki hutang yang harus kita bayar melalui
yadnya pula. Tujuannya adalahsebagai sarana untuk mendekatkan dirikepa Hyang Widhi,
sebagai pencipta alam semesta ini, semoga selalu memperoleh perlindunganya.

B. PENGERTIAN DAN HAKEKAT YADNYA


Yadnya pada hakekatnya merupakan bagian ketiga dari Tri Kerangka agama hindu
(tattwa, susila,dan upacara) . dasar keyakinan kepada thus selain yadnya, dikembangkan pula
ajaran Panca Sradha sebagai nama yang terdapat dalam buku panca sradha.
Secara etimologi yadnya berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata yaj yang
berartimemuja,memberi penghomatan , menjadikan suci, dan mempersembahkan.
Pengertian secara umum yadnya disamakan dengan ritual,sedangkan dalam bahasa seharihari, yadnys dimaksudkan sebagai upacara keagamaan. Dalam arti sempit di samakan dengan
samskara
atau
sangaskara
yang
artinya,
dengan
melihat
mensucikan,
membiasakan,menjadikannya sempurna, memberi bentuk,melengkapi, memperindah,
membentuk, dan membudayakan.
HAKEKAT YADNYA
Bhagavadgita III.14 menyatakan bahwa yadnya berasal dari karma. Ini berarti
bahwa dalam yadnya perlu adanya kerja, karena dalam yadnya menuntut adanya perbuatan.
Tuhan menciptakan alam beserta isinya diciptakan dengan yadnya maka patutlah manusia
pun melaksanakan yadnya untuk memelihara kehidupan didunia ini. Tanpa adanya yadnya
maka perputaran roda kehidupan akan berhenti. Yadnya merupakan salah satu wujud dari Tri
Kerangka Agama Hindu yaitu termasuk dalam Upacara/ Ritual. Hal ini dikarenakan
penerapan yadnya dikaitkan dengan Upacara Agama Hindu yaitu dalam bentuk Ritual.
Karena yadnya berasal dari karma dalam dalam pelaksanaan yadnya pun terkait
dengan perbuatan maka Yadnya termasuk Karma kanda/karma sanyasa/prawerti atau jalan
perbuatan. Ini berarti bahwa yadnya merupakan salah satu bentuk penerapan ajaran Agama
Hindu dengan cara melakukan perbuatan. Artinya ajaran Weda dapat diaplikasian dengan
melaksanakan yadnya yaitu dengan
melakukan persembahan/ pemujaan kehadapan Ida Hyang Widdhi Wasa.

Di dalam pelaksanaan yadnya, Agni berkedudukan sebagai perantara yg


menghubungkan antara manusia dengan Tuhan. Karena agni merupakan penghubung, maka
biasanya dalam pelaksanaan Upacara ritual tidak bisa dipisahkan dengan penggunaan api
baik dalam bentuk Pasepan ataupun dupa. Agni pun dikatakan sebagai pelengkap atau
penyempurna segala kekurangan yang ada pada prosesi pemujaan yang dilakukan.
Sesungguhnya yadnya tidaklah hanya dalam bentuk Ritual atau melaksanakan
upacara keagamaan saja, tetapi dapat pula dilakukan dengan melaksanakan perbuatan yang
didasari atas hati yang tulus dan ikhlas. Sehingga dengan demikian maka dapat diartikan
bahwa Yadnya merupakan segala bentuk pemujaan/persembahan dan pengorbanan yg
tulus iklas yang timbul dari hati yang suci demi maksud-maksud mulia dan luhur
Bila dilihat dari berbagai pelaksanaan yadnya, sesungguhnya didalam yadnya
terdapat beberapa unsure yang pasti ada. Unsur-unsur mutlak dalam yadnya yaitu: karya
(kerja), sreya (ketulusan), budhi (kesadaran), bhakti (Persembahan). Unsur karya yang
terdapat dalam yadnya dapat dilihat bahwa setiap yadnya yang dilakukan adalah dengan
perbuatan / kerja. Unsur Sreya (ketulusan) pada yadnya yaitu bahwa dalam setiap yadnya
selalu dilakukan dengan dasar ketulusan dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Dalam melaksanakan yadnya, umat tidak merasa terbebani karena yadnya muncul dari
ketulusan hati. Dengan melaksanakan yadnya, manusia akan senantiasa teringat dengan
kebesarannya Tuhan dan memahami segala kekurangan yang ada dalam dirinya. Sehingga
pelaksanaan yadnya dapat membangkitkan kesadaran dalam diri setiap manusia. Kesadaran
yang dimaksud adalah terbebasnya manusia dari kebingungan, kegelapan sang jati diri
(atman) dari belenggu segala kepalsuan didunia (maya). Dengan sadarnya manusia pada jati
dirinya ia akan dapat melakukan hubungannya dengan Tuhan. Dalam pelaksanaan yadnya
pada umumnya dilakukan dengan memberikan persembahan dan melaksanakan pemujaan
yang didasari atas ketulusan hati.
Bhagavadgita III.9 menyatakan bahwa :para dewa akan memelihara manusia dg
memberikan kebahagiaan, karena itu manusia yg mendapatkan kebahagiaan bila tidak
membalas pemberian itu dg yadnya pada hakekatnya dia adalah pencuri. Ini berarti bahwa
antara manusia dengan para dewa harus ada hubungan yang harmonis sehingga terwujud
suatu kebahagiaan. Sebagai manusia yang diberikan kelebihan dari mahluk ciptaannya yang
lain yaitu idep(pikiran), seharusnyalah manusia bisa mengucapkan rasa syukur dan terima
kasihnya kepada Tuhan atas segala kebahagiaan yang ia rasakan melalui pelaksanaan yadnya.
Bila manusia tidak pernah bersyukur artinya bahwa manusia ini adalah seorang pencuri.
Selanjutnya Sri Kresna bersabda yaitu: orang yang terlepas dari dosa adalah
orang yang makan sisa dari persembahan/yadnya. Ini berarti bahwa dalam kehidupan ini
manusia harus senantiasa menikmati makanan hasil persembahannya kepada Tuhan.
Bilamana manusia memakan yang bukan hasil persembahan pada Tuhan berarti dia memakan
dosa. Agar terhindar dari dosa itu, manusia sebelum makan haruslah mempersembahkannya
terlebih dahulu pada Tuhan. Sehingga makan hasil persembahan yang dimakan adalah
anugerah dari Tuhan yang disebut dengan Prasadham yang istilah balinya disebut dengan
Lungsuran. Yadnya Sesa (matur saiban) merupakan salah satu bentuk yadnya yang
dilakukan sehari-hari setelah memasak. Setelah memasak hendaknyalah kita menghaturkan
2

sedikit dari masakan itu pada Tuhan sehingga masakan yang dibuat dapat dikatakan sebagai
anugerah dari Tuhan.
Dalam Atharwa veda XII.1 dikatakan bahwa yadnya merupakan salah satu pilar
penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Jadi bilamana yadnya tidak dilakukan lagi akan
menjadikan alam beserta kehidupannya tidak akan dapat berlangsung.

C. DASAR DAN TUJUAN YADNYA


DASAR YADNYA
Pelaksanaan yadnya tidak hanya begitu saja dilaksanakan oleh umat Hindu. Akan
tetapi yadnya yang dilaksanakan sesungguhnya memiliki dasar yang kuat baik yang berupa
sabda suci tuhan maupun ajaran smerti. Yang menjadi pokok dasar dilaksanakannya yadnya
adalah sesuai dengan sastra suci veda yang merupakan wahyu Tuhan. Adapun weda yang
memuat adanya pelaksanaan yadnya adalah pada
Rg.veda X.90 yang kemudian ditegaskan pada kitab upanisad dan diperjelas lagi
dalam Bhagawadgita serta diajarkan dalam beberapa susastra Hindu lainnya.
Pada Rg.veda X.90 yang memberikan ide pertama dilaksanakannya yadnya
menyatakan bahwa alam ini ada berdasarkan yadnya-Nya (Maha Purusa), dg yadnya dewa
memelihara manusia & dg yadnya manusia memelihara Dewa. Ini berarti bahwa yang
menjadi dasar adanya alam semesta beserta isinya ini adalah adanya yadnya Tuhan dalam
manifestasinya sebagai Maha Purusa. Selanjutnya para dewa yang merupakan sinar suci dari
Tuhan pun memelihara kehidupan dialam semesta ini dengan yadnya, sehingga dengan
demikian manusia pun harus melaksanakan yadnya untuk memelihara dewa. Adanya
hubungan timbal balik antara manusia dan dewa serta dengan terjaganya saling memelihara
ini akan menciptakan kebahagiaan bagi semua mahluk, seperti apa yang tersurat dalam
Bhagawad gita III.11 yang isinya adalah saling memelihara satu sama lain maka manusia
akan mencapai kebahagiaan. Ketika hubungan timbal balik ini tidak dilaksanakan niscaya
alam semesta ini akan hancur. Kita tahu bahwa Tuhan melingkupi serta menyusupi semua
yang ada, jadi ketika kita tidak bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama
manusia dan dengan alam yang notabene adalah bagian dari kemahakuasaan Tuhan akan
menimbulkan kesengsaraan. Misalnya saja kita tidak menghormati lingkungan maka pastinya
alam pun akan tidak bersahabat dengan manusia itu sendiri.
Selain daripada itu kelahiran manusia ke mayapada (dunia yang penuh dengan
ketidak kekalan) ini sesungguhnya telah berbekal hutang yang harus dibayar dengan
melaksanakan yadnya. Hal ini termuat dalam kitab Manawa dharma sastra VI.35 yang
menyebutkan bahwa pikiran (manah) yang ada dalam diri kita masing-2 baru dapat
diarahkan pada kelepasan setelah melunasi 3 hutang yang kita miliki. Jadi sebelum kita
dapat melunasi hutang-hutang itu, kita tidak akan mencapai tujuan akhir agama Hindu yang
disebut Moksartham jagadhita ya ca iti dharma (Kelepasan dan kebahagiaan sejati didunia)
Mengenai tiga hutang yang dibawa sejak lahir disebut dengan Tri Rna yang bagianbagiannya adalah :Dewa rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna.
TUJUAN YADNYA
Adapun tujuan dari pelaksanaan yang dilakukan umat adalah sebagai berikut:
1. untuk mengamalkan ajaran veda
3

dengan melaksanakan yadnya berarti bahwa umat telah menjalankan ajaran Weda.
Karena dalam weda diajarkan bahwa dengan adanya yadnya alam beserta isinya ini ada dan
umat manusia pun harus melaksanakan yadnya. Hal ini dijelaskan dalam beberapa kita suci
seperti Rg.veda X.71, 11 dan Bhagavadgita VII.16
2. Untuk meningkatkan kwalitas diri
Semua mahluk dan khususnya juga manusia dilahirkan kedunia dikarenakan oleh
karmawasana nya. Kelahiran sebagai manusia dikatakan bersifat utama karena terlahir
sebagai manusia kita dapat menolong diri kita dari lembah kesengsaraan dengan
memanfaatkan kelebihan yang diberikan yaitu Idep (pikiran). Dengan pikiran inilah kita
dapat mempertimbangkan segala gerak tingkah laku kita apakah sudah sesuai dengan ajaran
etika agama ataukah tidak.
Kadang kala manusia sering lupa dengan jati dirinya, maka melalui yadnya manusia
akan bisa eling (ingat) dengan jati dirinya sehingga ia bisa berbuat yang lebih baik dan
meningkatkan kwalitas dirinya sebagai mahluk dan pada akhirnya mencapai Tuhan. Kitab
yang menjelaskan tentang tujuan yadnya untuk meningkatkan kwalitas diri terdapat dalam
Sarasamusccaya, 81.
3. Untuk penyucian
Pelaksanaan yadnya yang dilakukan umat akan dapat memberikan kesucian pada
pikiran, perkataan dan perbuatan manusia serta dapat pula mensucikan alam semesta dan
mengangkat kwalitas mahluk hidup lainnya. Contoh dimana yadnya dapat memberikan
kesucian pada umat adalah ketika umat melaksanaan yadnya sudah barang tentu umat
tersebut (yajamana) harus bisa mengendalikan dirinya agar terhindar dari kekotoran (mala).
Alam semesta dapat disucikan dengan salah satu bentuk yadnya yang berupa ritual yang
disebut dengan Butha yadnya dan dapat pula dilakukan dengan cara pelestarian alam melalui
cara memelihara lingkungan karena yadnya bukan hanya sebatas ritual tapi juga dalam
bentuk perbuatan, pemujaan serta persembahan. Yadnya dapat memberikan penyucian
dijelaskan dalam kitab Bhagavadgita XIV.16 dan Manawa dharma sastra V.109
4. Sarana berhubungan dengan tuhan
Hindu mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan yang Nirguna tattwam dan saguna
tattwam. Konsep Tuhan yang Nirguna berarti bahwa Tuhan itu satu dan tidak ada yang kedua
serta keberadaan Tuhan tidak dapat digambarkan karena sifat Tuhan yang Acintya (tak
terpikirkan). Sehingga untuk berhubungan dengan Tuhan harus dengan cara melaksanakan
yadnya. Tanpa yadnya manusia tidak akan bisa berhubungan dengan tuhan karena manusia
telah dipengaruhi oleh Awidya(kegelapan, kebodohan, ketidak tahuan). Dengan
melaksanakan yadnya umat akan dapat merasakan kehadiran Tuhan walaupun sebenarnya
Tuhan itu ada dimana-mana (wyapi wyapaka nirwikara). Mengenai hal ini dejelaskan dalam
kitab Rg.weda III.54.5 dan Bhagawadgita VII.8
5. Mencetuskan rasa terima kasih
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa alam semesta beserta segala isinya
diciptakan oleh Tuhan dengan yadnya-Nya. Tuhan juga memberikan segala anugerah kepada
umat manusia dan semua mahluk. Jadi untuk menunjukan rasa terima kasih yang mendalam
atas segala anugerah Tuhan maka patutlah sebagai umat manusia melaksanakan yadnya
4

dengan cara melakukan pemujaan serta mempersembahkan sebagian kecil dari anugerah-Nya
dengan hati yang tulus dan ikhlas. Jangan sampai ketika kita diberikan kebahagiaan, lalu kita
lupa dengan kebesaran Tuhan dan hanya ingat bila mendapatkan kesusahan saja. Pada intinya
manusia harus bisa berterima kasih pada Tuhan dengan yadnya. Mengenai tujuan yadnya
untuk mencetuskan rasa terima kasih dijelaskan dalam Sarasamusccaya I.4, Bhagawadgita
III.11, Bhagawadgita III.16 dan Rg.veda Viii.69.9
Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya yang
dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta beserta
isinya. Hal tersebut dapat kita lihat dari sloka dibawah ini:
sahayajnah prajah srishtva, paro vacha pajapatih,
Anema prasavish dhvam, esha yostvisha kamaduk
Artinya:
Pada zaman dulu kala Praja Pati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan
Yadnya dan bersabda. Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamanduk
(memenuhi) dari keinginanmu.
Dari sloka di atas dapat kita lihat secara jelas, bahwa kita melaksanakan Yadnya atas dasar
Tuhan mengawali menciptakan dunia besrta isinya berdasarkan Yadnuhan itu diteruskan agar
kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya.
Bukankah akibat dari Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan Rnam (hutang). Kemudian
agar tercipta hokum keseimbangan, maka rnam itu harus dibayar dengan Yadnya (Tri Rna).
Tri Rna ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dibayar dengan melaksanakan Panca Yadnya.
Dimana Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan dibayar dengan Bhuta Yadnya,
kemudian Rsi Rna dibayar dengan Rsi Yadnya, dan yang terakhir yaitu Pitra Rna dibayar
dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.
Memang konsep Agama Hindu adalah mewujudkan keseimbangan. Dengan terwujudnya
keseimbangan berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang
di dunia ini. Untuk terwujudnya keseimbangan tersebut dalam Umat Hindu diajarkan Tri Hita
Karana yaitu tiga factor yang menyebabkan terwujudnya suatu kebahagiaan.
Berkaitan dengan itu, dalam Bhagawadgita III.2 menyebutkan:
ishtan bhogan hivodeva, donsyante yajna bhavitah,
tair dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah
Artinya:
Dipelihara oleh Yadnya Para Dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu
inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanya adalah
pencuri.

Selanjutnya seloka Bhagawadgita III.13 menyebutkan:


yajna sisyah sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,
bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat
Artinya:
Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari segala dosa,
akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri, mereka itu
adalah makan dosanya sendiri.
Jadi dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa Yadnya itu bertujuan untuk
melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara:

Membayar Rna (hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup.


Melebur dosa untuk mencapai kebebasan yang sempurna.

D. BENTUK BENTUK PELAKSANAAN YADNYA DALAM


KEHIDUPAN SEHARI - HARI
Agama Hindu, atau Agama Veda, tidak hanya sekedar suatu Agama. Ia adalah jalan
spiritual dan cara hidup. Veda diwahyukan bersamaan dengan kesadaran manusia akan
kemampuannya berpikir. Hyang Widhi yang dalam Rg-Veda disebut sebagai Prajapati, telah
ber-Yadnya menciptakan semesta dengan inti manusia sebagai ciptaan-Nya yang utama.
Diantara mahluk-mahluk hidup, manusialah yang mempunyai kemampuan berpikir
sehingga kepada manusia ajaran-ajaran Veda diwahyukan agar kehidupan semesta dapat
terwujud sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia.
Hyang Widhi telah melakukan Yadnya sebagai suatu bentuk pengorbanan yang suci
dan tulus ikhlas. Dengan demikian maka manusia pun melakukan yadnya dengan
mengorbankan dirinya sendiri. Pengorbanan itu dapat berwujud dan dapat pula tidak
berwujud.
Pengorbanan yang berwujud berupa benda-benda dan kegiatan, sedangkan
pengorbanan yang tidak berwujud adalah berupa tapa atau pengekangan indria dan
pengendalian diri agar tidak menyimpang dari ajaran Veda.
Pentingnya ber-yadnya bagi manusia, tersirat dari Bhagawadgita Bab III.9:
Yajnarthat karmano nyatra, loko yam karmabandhanah, tadartham karma kaunteya,
muktasangah samacara
Selain kegiatan yang dilakukan sebagai dan untuk yadnya, dunia ini juga terikat oleh
hukum karma. Oleh karenanya lakukan tugasmu ber-yadnya, bebaskan diri dari semua
ikatan; lakukan yadnya tanpa memikirkan hasil, dengan tulus ikhlas dan untuk Tuhan.
Juga dalam Bhagawadgita Bab IV pasal 19 ada disebutkan tentang hal ini:
Yasya sarve samarambhah, kamasamkalpavarjitah, jnanagnidagdhakarmanam, tam ahuh
panditham budhah
Ia yang segala perbuatannya tidak terikat oleh angan-angan akan hasilnya dan ia yang
kepercayaannya dinyalakan oleh api pengetahuan, diberi gelar Pandita oleh orang-orang
yang bijaksana.
Berbagai bentuk yadnya dan nilai-nilai symbolisnya ditemukan dalam Bhagawadgita
Bab IV pasal 23 sampai 30 di mana disimpulkan bahwa tiap-tiap usaha yang berakibat
6

mengurangi rasa keakuan dan mengurangi nafsu rendah semata-mata untuk mewujudkan
bhakti kepada Hyang Widhi, adalah pengorbanan.
Oleh karena itu maka bentuk yadnya dapat digolongkan kedalam empat besar, yaitu:
Widhi Yadnya, Druwya Yadnya, Jnana Yadnya, dan Tapa Yadnya.
1.WIDHI YADNYA
Widhi Yadnya adalah bentuk yadnya yang diadakan dengan berlatar belakang pada
kehidupan manusia yang mempunyai hutang-hutang atau Rnam. Rnam itu ada tiga, yaitu
Dewa Rnam, Rsi Rnam, dan Pitra Rnam.
Dewa Rnam adalah hutang manusia kepada Hyang Widhi, karena berkat anugrah-Nya
atman atau roh dapat ber-reinkarnasi menjadi manusia; Rsi Rnam adalah hutang manusia
kepada para Maha-Rsi yang telah menyebarkan ajaran Veda sebagai pangkal ilmu
pengetahuan sehingga manusia mempunyai kemampuan meningkatkan kualitas
kehidupannya; Pitra Rnam adalah hutang manusia kepada leluhur sebagai yang
mengembangkan keturunan.
Manusia yang berbudi hendaknya menyadari adanya Tri Rnam ini serta melakukan yadnya
sebagaimana disebutkan dalam Manawa Dharmasastra Buku ke-IV (Atha Caturtho Dhayah)
pasal 21:
Rsi yajnam devayadnam bhuta yajnam ca sarvada, nryajnam pitryajnam ca yathacakti na
hapayet
Hendaknya janganlah sampai lupa, jika mampu melaksanakan yadnya untuk para Rsi, para
Dewa, kepada unsur-unsur alam (Bhuta), kepada sesama manusia dan kepada para leluhur.
Ajaran ini berkembang di Nusantara sebagai Panca Yadnya dengan urutan: Dewa
Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya.
Tri Rnam dibayar dengan Panca Yadnya, sebab ada yadnya-yadnya yang bermakna
atau bertujuan sama dalam kaitan Rnam, yaitu: Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya ada dalam
kaitan Dewa Rnam; Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya ada dalam kaitan Pitra Rnam, dan Rsi
Yadnya khusus untuk Rsi Rnam.
2.DRUWYA YADNYA
Druwya Yadnya adalah pengorbanan dalam bentuk materi yang diberikan kepada
seseorang yang membutuhkan. Dalam keseharian Druwya Yadnya ini dikenal dengan
kegiatan me-Dana Punia. Dana Punia yang dilakukan tanpa mengharap balas jasa itulah yang
utama sebagaimana disebutkan dalam Bhagawadgita XVII pasal 20:
Datavyam iti yad danam, diyate nupakarine, dese kale ca patre ca, tad danam sattvikam
smrtam
Pemberian dana yang dilakukan kepada seseorang tanpa harapan kembali, dengan
perasaan sebagai kewajiban untuk memberi kepada orang yang patut dalam waktu dan
tempat yang patut itulah yang disebut sattvika (baik).
3.JNANA YADNYA
Jnana Yadnya adalah pengorbanan dalam bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran.
Bhagawadgita VII membedakan antara Vijnana dengan Jnana sebagai berikut: Vijnana adalah
pengetahuan yang berdasarkan pemikiran dan kecerdasan, sedangkan Jnana adalah
pengetahuan mengenai ke-Tuhan-an.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa Jnana tidak mungkin diperoleh tanpa Vijnana,
karena Vijnana adalah dasar yang kuat untuk meningkatkan pengetahuan rohani. Jnana
Yadnya tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri, karena sangat
membantu upaya manusia dalam pendakian kesadaran spiritual.
7

Kegiatan belajar dan proses pembelajaran adalah contoh Jnana Yadnya yang disebut
sebagai bentuk Yadnya yang lebih agung, dalam Bhagawadgita IV pasal 33:
Sreyan dravyamayad yajnaj, jnanayajnah paramtapa, sarvam karma khilam partha, jnane
parisamapyate
Persembahan korban berupa ilmu pengetahuan adalah lebih agung sifatnya dari korban
benda yang berupa apa juapun, sebab segala pekerjaan dengan tiada kecuali memuncak
dalam kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengetahuan.
4.TAPA YADNYA
Tapa Yadnya adalah pengorbanan atau yadnya yang tertinggi nilainya karena
berwujud sebagai pengendalian diri masing-masing individu. Tapa Yadnya juga disebut
sebagai kegiatan pendakian spiritual seseorang dalam upaya meningkatkan kualitas
beragama.
Tahapan-tahapan peningkatan kualitas beragama, menurut Lontar Sewaka Dharma
adalah:
1.
Ksipta, seperti perilaku ke-kanak-kanakan yang cepat menerima sesuatu yang
dianggapnya baik tanpa pertimbangan yang matang.
2.
Mudha, seperti perilaku pemuda: pemberani, selalu merasa benar, kurang
mempertimbangkan pendapat orang lain.
3.
Wiksipta, seperti perilaku orang dewasa, mengerti hakekat kehidupan, memahami
subha dan asubha karma.
4.
Ekakrta, seperti perilaku orang tua, yaitu keyakinan yang kuat pada Hyang Widhi,
mempunyai tujuan yang suci dan mulia.
5.
Nirudha adalah perilaku orang-orang suci, penuh pengertian, bijaksana, segala
pemikiran perkataan dan perbuataannya terkendali oleh ajaran-ajaran Agama yang kuat, serta
mengabdi pada kepentingan umat manusia.
Setelah melalui proses belajar dan pembelajaran dalam filosofi Veda, manusia akan dapat
membuat perubahan kualitas kehidupan yang nyata dapat dirasakan, dan juga meluasnya
lingkaran pengaruh individu kepada lingkungannya. Dikaitkan dengan prinsip-prinsip
Sanatana Dharma, maka kualitas kehidupan manusia dari zaman ke zaman akan semakin
membaik seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dilihat dari waktu
pelaksanan yadnya, maka yadnya dapat dibedakan menjadi :

1.
2.
3.
4.

A. SEHARI-HARI ( NITYA KARMA ).


Pelaksanaan Hari Raya Sehari-Hari Jenisnya Adalah :
- Surya sewana ( pemujaan setiap hari kepada Dewa Surya ).
- Ngejot ( upacara saiban, biasanya setelah memasak hidangan ). Yadnya sesa yang
dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, setelah
memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya adalah menyampaikan rasa syukur
dan trimakasih kepada-Nya.
Adapun tempat tempat melaksanakan persembahyangan yadnya sesa adalah sebagai
berikut:
Diatas atap rumah, diatas tempat tidur (pelangkiran), persembahan ini ditujukan kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam prabhawa beliau sebagai ether.
Di tungku atau kompor, dipersembahkan kehadapan dewa Brahma
Di tempat air dipersembahkan kehadapan Dewa Wisnu.
Di halaman rumah, dipersembahkan kepada Dewi Pertiwi
8

a.
b.
c.
d.
e.

Disamping tempat tempat tersebut ada juga yang menyebutkan mebanten saiban dilakukan di
tempat tempat seperti berikut :
ditempat beras
di tempat sombah
ditempat menumbuk beras
di tungku dapur
di pintu keluar pekarangan (lebuh)
- Melaksanakan Puja Tri Sandya ( tiga kali sehari ), yaitu tiga kali menghubungkan
diri (sembahyang)kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Puja Tri Sandya merupakan
bentuk yadnya yang dilaksanakan setiap hari, dengan kurun waktu pagi hari, tengah hari, dan
pada waktu senja hari. Guna untuk memohon anugrah Nya.
- Jnana yadnya , persembahan ini dalam bentuk pengetahuan. Jnana yadnya
merupakan bagian dari panca maha yadnya. Persembahan ini ditujukan kehadapan para maha
rsi yang menerima wahyu veda dari Tuhan dan beliau yang menyebarkan ajaran-ajaranNya.
B. SEWAKTU-WAKTU ( NAIMITIKA KARMA )
Adalah persembahan atau yadnya yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu
berdasarkan tempat, waktu, dan keadaan desa, kala dan patra . Naimitika yadnya
merupakan yadnya yang dipersenbahkan atau yang dilakukan oleh umat hindu, hanya pada
hari atau waktu-waktu tertentu saja.
Adapun jenisnya antara lain :
A. BERDASARKAN PERHITUNGAN SASIH ATAU BULAN
Yadnya yang dilaksanakan atau dipersembahkan berdasarkan perhitungan sasih atau bulan
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya antara lain : purnama tilem, siwa
ratri, nyepi atau tahun baru saka
B. BERDASARKAN ADANYA PERISTIWA ATAU KEJADIAN YANG DIPANDANG
PERLU UNTUK MELAKSANAKAN YADNYA.
Yang dimaksud peristiwa atau kejadian dalam hal ini adalah suatu kejadian yang terjadi
dengan keanehan-keanehan tertentu, sangat tidak diharapkan, lalu semua itu terjadi. Dalam
bentuk dan kehidupan ini banyak peristiwa-peristiwa penting yang sulit diharapkan bisa
terjadi. Adapun bentuk-bentuk pelaksanaan yadnya yan dipersembahkan antara lain : upacara
ngulapin untuk orang jatuh., yadnya rsi gana, yadnya sudi-wadani dan yang lainnya.
C. BERDASARKAN PERHITUNGAN WARA
yaitu perpaduan antara tri wara dengan panca wara, seperti hari kajeng kliwon.
Kemudian perpaduan antara sapta wara dengan panca wara, seperti buda wage, buda kliwon,
dan anggara kasih.

D. BERDASARKAN ATAS PERHITUNGAN WUKU


seperti Galungan, Kuningan, Saraswati, dan Pagerwesi
Selain hal tersebut perlu juga diketahui bahwa pada prinsipnya yadnya harus dilandasi
oleh Sradha, ketulusan, kesucian, dan pelaksanaannya sesuai sastra agama serta
dilaksanakannya sesuai dengan desa, kala, dan patra (tempat, waktu, dan keadaan)
Dilihat dari kuantitasnya maka yadnya dibedakan menjadi berikut :
1. Nista, artinya yadnya tingkatan kecil. Tingkatan nista ini dibagi menjadi 3, yaitu :
a.
Nistaning nista adalah terkecil di antarayang kecil
b. Madyaning niasta adalah sedang di antara yang kecil
9

c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.

Utamaning nista adalah terbesar diantara yang kecil


Madya, artinya sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan :
Nistaning madya adalah terkecil di antarayang sedang
Madyaning madya adalah sedang di antara yang sedang
Utamaning madya adalah terbesar diantara yang sedang
Utama , artinya besar, yang terdiri dari 3 tingkatan :
Nistaning utama adalah terkecil di antara yang besar
Madyaning utama adalah sedang di antara yang besar
Utamaning utama adalah yang paling besar
Keberhasilan sebuah yadnya bukan dari besar kecilnya materi yang dipersembahkan, namun
sangat ditentukan oleh kesucian dan ketulusan hati.
Selain itu juga ditentukan oleh kualitas dari yadnya itu sendiri. Dalam Kitab
Bhagawadgita, XVII. 11, 12, 13 menybutkan ada tiga pembagian yadnya ynag dilihat dari
kualitasnya, yaitu :
1. Tamasika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk
sastra, mantra, kidung suci, daksina dan sradha.
2. Rajasika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya
dan bersifat pamer serta kemewahan.
3. Satwika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan beradasarkan sradha, lascarya, sastra
agama, daksina, mantra, gina annasewa, dan nasmita.
Berikut adalah kutipan kitab Bhagawadgita XVII. 12, sebagai berikut :
Abhisandhaya tu phalam dambhartham api cai vayat ijyate bharasrestha tam yajnan
Viddhi rahasam
tetapi yang dipersembahkan dengan harapan pahala, dan semata mata untuk keperluan
kemegahan semata, ketahuilah, wahai putra terbaik dari keturunan Bharata, itu adalah
merupakan yadnya yang bersifat rajas
Selanjutnya kutipan sloka kitab Bhagawadgita XVII. 11, sebagai berikut :
Aphalakankshibhir yajno vidhidritoya ijyate,yashtavyam eveti manah, samadhya sa
sattvikah
yadnya menurut petunjuk petunjuk kitab suci, dilakukan orang tanpa mengharapkan
pahala, dan percaya sepenuhnya upacara ini, sebagai tugas kewajiban adalah sattwika
Dari tiga kuliatas pelaksanaan yadnya diatas, dijelaskan ada tujuh syarat yang wajib
dilakasakan untuk mewujudkan sattwika yadnya, yaitu :
1. Sradha, artinya melaksanakan yadnya dengan penuh keyakinan.
2.
3.
4.

Lascarya, artinya yadnya yang dilaksanakan dengan penuh keiklasan.


Sastra, artinya melaksanakan yadnya dengan berlandaskan sumber sastra, yaitu Sruti, Smrti,
Sila, Acara dan Atmanastuti
Daksina, artinya pelaksanaan yadnya dengan sarana upacara (benda dan uang)

5.

Mantra dan gita artinya yadnya yang dilaksdanakan dengan melantunkan lagu lagu suci
untuk pemujaan

6.

Annasewa, artinya yadnya yang dilaksanakan dengan persembahan jamuan makan kepada
para tamu yang menghadiri upacara

7.

Nasmita, artinya yadnya yang dilaksanakan denagn tujuan bukan untuk memamerkan
kemewahan dan kekayaan.
Selanjutnya di dalam kitab Sarasamscaya dijelaskan tentang pelaksanaan punia atau
persembahan yang berkualitas adalah sebagai berikut :
10

Sarwaswaswamapi yo dadyat kalusenantaratmana, na tena swargamapnoti cittahmawarta


karanam
Ndatan pramana kwehnya yadyapin sakwehaning drbyanikang wwang, punyakenanya,
ndan yana angelah buddinya, kapalangalang tan tulus tyaga, tan paphala ika, sang
ksepanya, sraddhaning manah prasiddha karananing phala
(Sarasmuscaya 207)
bukan besar jumlahnya, walaupun semua miliknya seseorang yang ada dipuniakan, namun
jika tidak sesuai dengan buddinya, bimbang dan tidak tulus iklas (melepaskannya, itu tidak
berpahala, singkatnya keyakinan pikiran yang menyebabkan berhasilnya pahala itu
Dari unsur sarana atau benda upacara juga telah dijelaskan dalam kitab Bhagwadgita,
IX. 26, sebagai berikut:
Pattram pusapam phalam toyam, yo me bhaktya prayacchati,tad aham bhaktyupahrtam
asnami prayatatmanah
siapa yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daum, sekuntum bunga, sebiji
buah buahan atau seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang
berhati suci.

E. POKOK POKOK AJARAN PANCA YADNYA


Panca Yadnya adalah lima jenis karya suci yang diselenggarakan oleh umat Hindu di dalam
usaha mencapai kesempurnaan hidup. Adapun Panca Yadnya atau Panca Maha Yadnya
tersebut terdiri dari:
A. Kitab Sathapata Brahmana (Rg. Veda)
1. Bhuta Yadnya
= Ditujukan pada para Bhuta
2. Manusa Yadnya = Ditujukan kepada sesame manusia
3. Pitra Yadnya
= Ditujukan kepada leluhur
4. Dewa Yadnya
= Ditujukan kepada Dewa
5. Brahma Yadnya = Dilaksanakan dengan pengucapan weda
B. Kitab Bhagawadgita, IV. 28
1. Drvya Yadnya
= Persembahan dengan dana punia
2. Tapa Yadnya
= Pantangan untuk mengendalikan indria
3. Yoga Yadnya
= Persembahan dengan astangga yoga
4. Swadyaya Yadnya
= Persembahan dengan belajar langsung dengan Tuhan
5. Jnana Yadnya
= Persembahan berupa ilmu pengetahuan

11

C. Kitab Manawa Dharmasastra, III.70


1. Brahma Yadnya = Persembahan dengan belajar dan mengajar dengan ikhlas
2. Pitra Yadnya
= Persembahan dengan menghaturkan tarpana dan air kepada leluhur
3. Dewa Yadnya
= Persembahan menghaturkan minyak dan susu kepada dewa
4. Bhuta Yadnya
= Persembahan yang dilaksanakan dengan upacara Bali kepada para
bhuta
5. Nara Yadnya
= Yadnya berupa menerima tamu dengan ramah tamah
D. Kitab Manawa Dharmasaatra,III.74
1. Ahuta
= Persembahan mengucapkan doa-doa suci Weda
2. Huta
= Persembahan dengan api homa
3. Prahuta
= Persembahan upacara Bali kepada para Bhuta
4. Brahmahuta
= yadnya dengan menghormati para brahmana
5. Prasita
= Yadnya dengan mempersembahkan tarpana kepada pitara
E. Kitab Manawa Dharma sastra,III.81
1. Swadyaya yadnya
= Persembahan berupa pengabdian kepada guru suci
2. Dewa yadnya
= Persembahan buah masak kepada para dewa
3. Pitra yadnya
= Menghaturkan persembahan upacara sradha kepada leluhur
4. Nara yadnya
= Memberikan makanan kepada masyarakat
5. Bhuta yadnya
= Menghaturkan upacara Bali karma kepada para Bhuta

F. MENGAPLIKASIKAN NILAI NILAI YADNYA DALAM


KEHIDUPAN NYATA DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT
SETEMPAT
Pelaksanaan Panca Yadnya mengandung nilai nilai luhur yang di terapkan dalam
kehidupan sehari hari. Nilai nilai yang terkandung dalam pelaksanaan yadny adalah nilai
pendidikan etika, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, disiplin, dan sebagiannya.
Dalam yadnya terkandung aspek pendidikan, seperti pendidikan dibidang sosial,
pendidikan dibidang ekonomi, pendidikan dibidang pertanian dan perkebunan, pendidikan
dibidang peternakan, kesenian, pendidikan dibidang kerajinan rumah tangga, pendidikan
dibidang kesehatan baik jasmani dan rohani.

12

Anda mungkin juga menyukai