BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
warna, aksara, urip, bhuta, senjata, wahana dan shakti yang akan muncul secara acak
pada jawaban setiap levelnya.
Penjelasan dari masing – masing Dewa yang ada pada Dewata Nawa Sanga
beserta gambarnya, sebagai berikut :
ajaran agama Hindu, Dewa Wisnu merupakan dewa yang memelihara atau
memperbaiki yang ada di alam semesta ini.
Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara (uttara), shaktinya (pasangan)
Dewi Sri, wahananya (kendaraan) garuda, senjatannya chakra, warnanya hitam,
bhutanya taruna, aksara sucinya "A", uripnya 4, di Bali dipuja di Pura Batur.
Pura Batur, Dewa Wisnu dipuja untuk menguatkan spiritual umat dalam
membangun kemakmuran ekonomi. Tenang secara rohani dan makmur secara
ekonomi merupakan dambaan universal setiap umat manusia di dunia ini. Mengapa
disebut Pura Purusa dan Predana. Hal ini diceritakan dalam Lontar Usana Bali.
Dalam Lontar Usana Bali itu diceritakan secara mitologis bahwa Gunung Mahameru
di India sangat tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh maka
hancurlah alam ini. Karena itu Sang Hyang Pasupati mengambil puncak Gunung
Mahameru di India dengan kedua tangannya. Bongkahan Gunung Mahameru itu
diterbangkan ke Bali.
11
tersebut dikelola dengan nafsu keserakahan justru akan membawa bencana bagi
manusia. Perpaduan Pura Ulun Danu Batur, Gunung Batur, Danau Batur dan hutan di
kawasan Kintamani merupakan keindahan yang amat memukau. Upacara keagamaan
Hindu dan sembahyang di Pura Ulun Danu Batur itu hendaknya diarahkan untuk
mencerahkan umat agar menjaga keindahan tersebut. Keberadaan Pura Ulun Danu
Batur di kawasan Kintamani itu harusnya dijadikan pusat penguatan jiwa untuk
memotivasi umat dalam memelihara lestarinya perpaduan proses alam yang indah
memukau (Gobyah, 2014).
Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18
Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal
inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya,
cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya.
Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di
antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran
Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya,
terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di
komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama
simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan
Dewa Siwa. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia
UNESCO sejak tahun 1995.
Asal mulanya ada Pura Besakih, konon sebelum ada apa-apa hanya terdapat
kayu-kayuan serta hutan belantara di tempat itu, demikian pula sebelum ada Segara
Rupek (Selat Bali). Pulau Bali dan pulau Jawa dahulu masih menjadi satu dan belum
dipisahkan oleh laut. Pulau itu panjang dan bernama Pulau Dawa. Di Jawa Timur
yaitu di Gunung Rawang (sekarang dikenal dengan nama Gunung Raung) ada
seorang Yogi atau pertapa yang bernama Resi Markandeya.
Beliau berasal dan Hindustan (India), oleh para pengiring-pengiringnya
disebut Batara Giri Rawang karena kesucian rohani, kecakapan dan kebijaksanaannya
(sakti sidhi ngucap). Pada mulanya Sang Yogi Markandeya bertapa di
gunung Demulung, kemudian pindah ke gunung Hyang (konon gunung Hyang itu
adalah “DIYENG” di Jawa Tengah yang berasal dan kata “DI HYANG”). Sekian
lamanya beliau bertapa di sana, mendapat titah dari Hyang Widhi Wasa agar beliau
dan para pengikutnya merabas hutan di pulau Dawa setelah selesai, agar tanah itu
dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Sang Yogi Markandeya melaksanakan titah itu dan segera berangkat ke arah
timur bersama para pengiring-pengiringnya kurang lebih sejumlah 8000 orang.
Setelah tiba di tempat yang dituju Sang Yogi Markandeya menyuruh semua para
14
mana yang pernah dialami dahulu. Demikianlah sedikit kutipan dari lontar
Markandeya Purana tentang asal mula adanya desa dan pura Besakih yang seperti
disebutkan terdahulu bernama Basuki dan dalam perkembangannya kemudian sampai
hari ini bernama Besakih.
Pengalaman tersebut, dan juga berdasarkan apa yang tercantum dalam ajaran-
ajaran agama Hindu tentang Panca Yadnya, sampai saat ini setiap kali umat Hindu
akan membangun sesuatu bangunan baik rumah, warung, kantor-kantor sampai
kepada pembangunan Pura, demikian pula memulai bekerja di sawah ataupun di
perusahaan-perusahaan, terlebih dahulu mereka mengadakan
upakara yadnya seperti “Nasarin atau Mendem Dasar Bangunan”. Setelah itu barulah
pekerjaan dimulai, dengan pengharapan agar mendapatkan keberhasilan secara
spiritual keagamaan Hindu di samping usaha-usaha yang dikerjakan dengan tenaga-
tenaga fisik serta kecakapan atau keahlian yang mereka miliki. Selanjutnya
memperhatikan isi lontar Markandeya Purana itu tadi dan dihubungkan pula dengan
kenyataan-kenyataan yang dapat kita saksikan sehari-hari sampai saat ini tentang tata
kehidupan masyarakat khususnya dalam hal pengaturan desa adat dan subak di
persawahan. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa Besakih adalah tempat
pertama para leluhur kita yang pindah dari gunung Raung di Jawa Timur mula-mula
membangun suatu desa dan lapangan pekerjaan khususnya dalam bidang pertanian
dan peternakan. Demikian pula mengembangkan ajaran-ajaran agama Hindu.
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat
pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menurut kepercayaan Agama Hindu
Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar
belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang
dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang
menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau
di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia,
Pura Besakih yang bermakna filosofis (Galang, 2000).
16
Memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Iswara sebagai pelindung arah timur arah
terbitnya matahari. Dewa sinar matahari itu disebut juga Dewi Savita atau Dewi
Savitri. Pemujaan pada Sang Hyang Iswara untuk mengarahkan diri agar
mendapatkan sinar pencerahan hidup.
Pura Lempuyang Luhur dan Pura Sad Kahyangan lainnya didirikan pada abad
ke-11 Masehi saat Mpu Kuturan mendampingi Raja Udayana memerintah Bali
bersama permaisurinya. Pura Sad Kahyangan didirikan untuk melindungi Bali agar
masyarakatnya tetap melakukan hal-hal yang dibenarkan menurut ajaran agama.
Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul dinyatakan Sang Hyang
Parameswara membawa gunung-gunung yang ada di Bali dari Jambhudwipa (India),
dari Gunung Mahameru. Potongan Gunung Mahameru itu dibawa ke Bali dan
17
dipecah menjadi tiga bagian besar dan juga bagian-bagian kecil. Bagian tengahnya
dijadikan Gunung Batur dan Gunung Rinjani, sedangkan puncaknya menjadi Gunung
Agung. Pecahannya yang lebih kecil menjadi leretan gunung-gunung di Bali yang
berhubungan satu sama lainnya. Gunung-gunung tersebut antara lain Gunung
Tapsahi, Pengelengan, Siladnyana, Beratan, Batukaru, Nagaloka, Pulaki, Puncak
Sangkur, Bukit Rangda, Trate Bang, Padang Dawa, Andhakasa, Uluwatu, Sraya dan
Gunung Lempuhyang. Dalam bahasa Jawa Kuno Lempuhyang artinya ''gamongan''.
Dibawanya leretan gunung-gunung yang mengelilingi Pulau Bali ini oleh Sang
Hyang Parameswara sebagai stana para dewa manifestasi Tuhan untuk menjaga Bali.
Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul itu juga dinyatakan bahwa Sang
Parameswara menugaskan putranya Sang Hyang Agnijayasakti turun ke Bali dan
menjaga kesejahteraan Bali dan berstana di Gunung Lempuyang atau Gunung
Gamorangan bersama dengan dewa-dewa lainnya.
Prasasti Sading C tahun 1072 Saka dinyatakan bahwa Gunung Lempuyang
juga bernama Gunung Adri Karang. Di Gunung Adri Karang inilah Raja Jayasakti
bersemadi, karena itulah gunung itu juga bernama Karangsemadi. Raja Jayasakti
diperintahkan oleh ayah beliau Sang Hyang Guru untuk turun ke Bali membangun
pura agar menjadi daerah yang aman dan sejahtera. Raja Jayasakti mengajak para
pandita dan para pembantunya serta rakyat untuk mewujudkan perintah Sang Hyang
Guru membangun Bali dengan diawali pembangunan pura di Gunung Lempuhyang
sebagai stana pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Iswara. Sebelumnya Raja
Jayasakti melakukan semadi sebagai langkah awal membangun kehidupan yang aman
sejahtra di Bali.
Wrehaspati Tattwa dinyatakan bahwa citta atau alam pikiran itu memiliki
empat kekuatan yaitu dharma, jnyana, variragia dan aiswaria. Jadi, aiswaria itu adalah
salah satu kekuatan untuk terus mendorong hati nurani umat manusia agar terus
meningkatkan pencerahan diri sebagai sinar suci menuntun hidup menuju yang
semakin suci untuk mewujudkan kebenaran dan keharmonisan. Karena itulah Iswara
sering juga diartikan pemimpin. Idealnya pikiran yang cerah itulah ibarat sinar yang
18
menerangi hidup manusia sehingga bisa hidup mengatasi kegelapan hati. Karena itu
di Pura Besakih ada Pura Gelap untuk memuja Sang Hyang Iswara di arah timur Pura
Penataran Agung Besakih. Kata ''gelap'' atau ''kilap'' dalam bahasa Jawa Kuno artinya
sinar. Bukan berarti gelap seperti dalam bahasa Indonesia. Karena itulah dari Pura
Lempuyang inilah Raja Jayasakti mendapatkan sinar terang kerohanian untuk
memimpin di Bali bersama dengan para pembantu dan rakyatnya dengan
waranugeraha Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Iswara, pemelihara
dan pelindung arah timur alam semesta (Gobyah, 2014).
Sinar matahari dengan panasnya menyinari bumi termasuk air laut dengan
sangat teratur. Itulah hukum alam ciptaan Tuhan. Air laut yang terkena sinar matahari
19
menguap ke langit biru. Air laut yang kena sinar matahari itu menguap menjadi
mendung. Karena hukum alam itu juga mendung menjadi hujan. Air hujan yang jatuh
di gunung akan tersimpan dengan baik kalau hutannya lebat. Dari proses ala ciptaan
Tuhan inilah ada kesuburan di bumi. Bumi yang subur itulah sumber kehidupan
semua makhluk hidup di bumi. Semuanya itu terjadi karena rta yaitu hukum alam
ciptaan Tuhan. Alangkah besarnya karunia Tuhan kepada umat manusia. Itulah
hutang manusia kepada Tuhan. Manusia akan sengsara kalau proses alam berdasarkan
rta itu diganggu.
Untuk menanamkan sikap hidup tidak merusak proses alam itulah Tuhan
dipuja sebagai Dewa Laut. Dalam tradisi Hindu di Bali Tuhan sebagai Dewa Laut itu
disebut ''Bhatara Tengahing Segara''. Di Bali Pura Goa Lawah merupakan Pura untuk
memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Pura Goa Lawah di Desa Pesinggahan
Kecamatan Dawan, Klungkung inilah sebagai pusat Pura Segara di Bali untuk
memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.
Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan Dewa Siwa mengutus Sang
Hyang Tri Murti untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi
Naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki. Dewa Iswara
menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki penjelmaan Dewa Wisnu itu kepalanya ke laut
menggerakan samudara agar menguap menjadi mendung. Ekornya menjadi gunung
dan sisik ekornya menjadi pohon-pohonan yang lebat di hutan. Kepala Naga Basuki
itulah yang disimbolkan dengan Pura Goa Lawah dan ekornya menjulang tinggi
sebagai Gunung Agung. Pusat ekornya itu di Pura Goa Raja, salah satu pura di
kompleks Pura Besakih. Karena itu pada zaman dahulu goa di Pura Goa Raja itu
konon tembus sampai ke Pura Goa Lawah. Karena ada gempa tahun 1917, goa itu
menjadi tertutup.
Keberadaan Pura Goa Lawah ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti
Lontar Usana Bali dan juga Lontar Babad Pasek. Dalam Lontar tersebut dinyatakan
Pura Goa Lawah itu dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan
kembali dipugar untuk diperluas pada abad ke XV Masehi. Dalam Lontar Usana Bali
20
dinyatakan bahwa Mpu Kuturan memiliki karya yang bernama ''Babading Dharma
Wawu Anyeneng' yang isinya menyatakan tentang pendirian beberapa Pura di Bali
termasuk Pura Goa Lawah dan juga memuat tahun saka 929 atau tahun 107 Masehi.
Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai penutup
upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia.
Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman
keluarga yang diupacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung
itu umumnya di lakukan di Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura
Goa Raja.
Pura Besakih di lereng Gunung Agung dan Pura Goa Lawah di tepi laut
adalah simbol lingga yoni dalam wujud alam. Lingga yoni ini adalah sebagai simbol
untuk memuja Tuhan yang salah satu kemahakuasaannya mempertemukan unsur
purusa dengan predana. Bertemunya purusa sebagai unsur spirit dengan predana
sebagai unsur meteri menyebabkan terjadinya penciptaan. Demikiankah Gunung
Agung sebagai simbol purusa dan Goa Lawah sebagai simbol pradana. Hal ini untuk
melukiskan proses alam di mana air laut menguap menjadi mendung dan mendung
menjadi hujan. Hujan ditampung oleh gunung dengan hutannya yang lebat. Itulah
proses alam yang dilukiskan oleh dua alam itu. Proses alam itu terjadi atas hukm
Tuhan. Karena itulah di tepi laut di Desa Pesinggahan dirikan Pura Goa Lawah dan di
Gunung Agung dirikan Pura Besakih dengan 18 kompleksnya yang utama. Di Pura
itulah Tuhan dipuja guna memohon agar proses alam tersebut tetap dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Karena dengan berjalannya proses itu alam ini tetap akan
subur memberi kehidupan pada umat manusia.
Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah ini untuk memuja Bhatara
Tengahing Segara dan Sang Hyang Basuki dilakukan setiap Anggara Kasih
Medangsia. Di jeroan Pura, tepatnya di mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung
sebagai pemujaan Sang Hyang Tunggal. Ada Meru Tumpang Tiga sebagai
pesimpangan Bhatara Andakasa. Ada Gedong Limasari sebagai Pelinggih Dewi Sri
dan Gedong Limascatu sebagai Pelinggih Bhatara Wisnu. Dua pelinggih inilah
21
sebagai pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Basuki dan Bhatara Tengahing Segara
(Gobyah, 2014).
Pura Andakasa adalah pura kahyangan jagat yang terletak di Banjar Pakel
Desa Gegelang Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini didirikan atas konsepsi
Catur Loka Pala dan Sad Winayaka. Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Catur
22
Loka Pala adalah empat pura sebagai media pemujaan empat manifestasi Tuhan
untuk memotivasi umat mendapatkan rasa aman atau perlindungan atas
kemahakuasaan Tuhan. Keempat pura itu dinyatakan dalam kutipan Lontar Usana
Bali di atas. Mendapatkan rasa aman (raksanam) dan mendapatkan kehidupan yang
sejahtera (danam) sebagai kebutuhan dasar masyarakat yang wajib diupayakan oleh
para pemimpin atau kesatria. Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra
I.89.
Usaha manusia itu tidak akan mantap tanpa disertai dengan doa pada Tuhan.
Memanjatkan doa pada Tuhan untuk mendapatkan rasa aman (raksanan) di segala
penjuru bumi itulah sebagai latar belakang didirikannya Pura Catur Loka Pala di
empat penjuru Bali. Di arah selatan didirikan Pura Andakasa sebagai tempat
pemujaan Batara Hyanging Tugu. Hal ini juga dinyatakan dalam Lontar Babad Kayu
Selem. Sedangkan dalam Lontar Padma Bhuwana menyatakan: ''Brahma pwa sira
pernahing daksina, pratistheng kahyangan Gunung Andakasa.'' Artinya Dewa Brahma
menguasai arah selatan (daksina) yang dipuja di Pura Kahyangan Gunung Andakasa.
Yang dimaksud Hyanging Tugu dalam Lontar Usana Bali dan Babad Kayu Selem itu
adalah Dewa Brahma sebagai manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.
Pura Andakasa juga salah satu pura yang didirikan atas dasar konsepsi Sad
Winayaka untuk memuja enam manifestasi Tuhan di Pura Sad Kahyangan. Memuja
Tuhan di Pura Sad Kahyangan untuk memohon bimbingan Tuhan dalam melestarikan
sad kertih membangun Bali agar tetap ajeg -- umatnya sejahtera sekala-niskala.
Membina tegaknya Sad Kertih itu menyangkut aspek spiritual yaitu atma Kertih.
Yang menyangkut pelestarian alam ada tiga yaitu samudra kertih, wana kertih dan
danu kertih yaitu pelestarian laut, hutan dan sumber-sumber mata air. Sedangkan
untuk manusianya meliputi jagat kertih membangun sistem sosial yang tangguh dan
jana kertih menyangkut pembangunan manusia individu yang utuh lahir batin.
Tuhan Yang Mahaesa dengan media pemujaan dalam wujud Pura Catur Loka
Pala dan Sad Winayaka untuk membangun sistem religi yang aplikatif. Sistem religi
23
berupaya agar pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa itu dapat berdaya guna untuk
memberikan landasan moral dan mental.
Pura Andakasa dalam kesehariannya didukung oleh dua desa pakraman yaitu
Desa Pakraman Antiga dan Gegelang. Menurut cerita rakyat di Antiga didapatkan
penjelasan bahwa pada zaman dahulu di Desa Antiga ada tiga butir telur jatuh dari
angkasa. Tiga telur tersebut didekati oleh masyarakat. Tiba-tiba telur itu meledak dan
mengeluarkan asap. Asap itu berembus dari Desa Antiga menuju tiga arah. Ada yang
ke barat daya, ke barat laut dan ke utara. Masyarakat Desa Antiga mendengar adanya
sabda atau suara dari alam niskala. Sabda itu menyatakan bahwa asap yang mengarah
ke barat daya desa adalah Batara Brahma. Sejak itu bukit itu bernama Andakasa
sebagai tempat pemujaan Batara Brahma. Asap yang ke barat laut desa adalah Batara
Wisnu menuju Bukit Cemeng didirikan Pura Puncaksari. Asap yang menuju ke utara
desa adalah perwujudan Batara Siwa dipuja di Pura Jati. Tiga pura di tiga bukit itulah
sebagai arah pemujaan umat di Desa Antiga dan Desa Gegelang.
Pemujaan Batara Brahma di Pura Andakasa ini dibangun di jejeran pelinggih
di bagian timur dalam bentuk Padmasana. Di bagian jeroan atau pada areal bagian
dalam Pura Andakasa di jejer timur ada empat padma. Yang paling utara adalah
disebut Sanggar Agung, di sebelah selatannya ada pelinggih Meru Tumpang Telu. Di
selatan meru tersebut ada padmasana sebagai pelinggih untuk memuja Dewa Brahma
atau Hyanging Tugu. Di sebelah selatan pelinggih Batara Brahma ada juga dua
padmasana untuk pelinggih Sapta Petala dan Anglurah Agung.
Upacara pujawali atau juga disebut piodalan di Pura Andakasa
diselenggarakan dengan menggunakan sistem tahun wuku. Hari yang ditetapkan sejak
zaman dahulu sebagai hari pujawali di Pura Andakasa adalah setiap hari Anggara
Kliwon Wuku Medangsia. Di samping ada pujawali setiap 210 hari, juga
diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon pada wuku Perangbakat,
wuku Dukut dan wuku Kulantir.
Pujawali di Pura Andakasa pada umumnya diadakan upacara melasti ke
Segara Toya Betel di Desa Pengalon. Tujuan melasti ini adalah untuk lebih
24
menguatkan dan memantapkan umat dalam menyerap vibrasi kesucian Ida Batara di
Pura Andakasa. Tujuan utama melasti menurut Sundarigama adalah anganyutaken
laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana. Artinya mengatasi penderitaan rakyat,
menghilangkan kekotoran (klesa) diri dan untuk menyucikan alam lingkungan dari
pencemaran (Gobyah, 2014).
Pura Sad Kahyangan yang dinyatakan dalam Lontar Kusuma Dewa itu adalah
Sad Kahyangan saat Bali masih satu kerajaan. Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu
pura yang dinyatakan sebagai Pura Sad Kahyangan dalam Lontar Kusuma Dewa dan
juga beberapa lontar lainnya. Pura Luhur Uluwatu itu juga dinyatakan sebagai Pura
Padma Bhuwana yang berada di arah barat daya Pulau Bali.
25
Arah barat daya itu dalam sistem pengider-ider Hindu Sekte Siwa Sidhanta
adalah Dewa Siwa Rudra. Dalam konsep Siwa Sidhanta, Dewa Tri Murti itu adalah
manifestasi Siwa sebagai sebutan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi dalam konsep
Waisnawa, Tri Murti itu adalah perwujudan Maha Wisnu.
Rgveda I, 164. 46 dinyatakan bahwa Tuhan itu mahaesa para Wipra atau
orang-orang suci menyebutnya dengan banyak nama. Jadinya Pura Luhur Uluwatu itu
adalah Pura Kahyangan Jagat yang didirikan berdasarkan konsepsi Sad Winayaka dan
konsepsi Padma Bhuwana. Sebagai Siwa Rudra berkedudukan untuk membumikan
purusa wisesa dari Dewa Tri Murti agar umat tertuntun melakukan dinamika
hidupnya berdasarkan Tri Kona yaitu kreatif menciptakan sesuatu yang sepatutnya
diciptakan.
Kreatif memelihara dan melindungi sesuatu yang seyogianya dipelihara dan
dilindungi. Demikian juga melakukan upaya pralina pada sesuatu yang seyogianya
dipralina. Siapa pun yang dapat hidup seimbang berbuat berdasarkan konsep Tri
Kona itu dialah orang yang hebat karena sukses dalam hidupnya. Karena itulah Tuhan
di Pura Luhur Uluwatu dipuja sebagai Dewa Siwa Rudra. Kata Rudra dalam bahasa
Sansekerta artinya hebat atau bergairah.
Keberadaan Pura Luhur Uluwatu ini sejak abad XVI Masehi ada terkait
dengan tirthayatra Dang Hyang Dwijendra. Setelah itu didirikanlah Meru Tumpang
Tiga di Pura Luhur Uluwatu sebagai pemujaan Dewa Siwa Rudra di mana aspek
Brahma dan Wisnu juga terkait menjadi energi magis religius dalam pemujaan Siwa
Rudra di Meru Tumpang Tiga. Meskipun kedatangan Dang Hyang Dwijendra
memperluas tempat pemujaan di Pura Luhur Uluwatu bukan berarti apa yang telah
ada harus ditinggalkan begitu saja.
Sebelah kiri sebelum masuk pintu Candi Bentar tersebut terdapat kompleks
pelinggih yang disebut Dalem Jurit. Di Pura Dalem Jurit inilah terdapat tiga patung
Tri Murti yang merupakan tempat pemujaan Siwa Rudra ketika Mpu Kuturan
mendirikan pura tersebut abad ke-11 Masehi. Dari Dalem Jurit kita terus masuk
melalui Candi Bentar.
26
Jaba tengah ini kita menoleh ke kiri lagi ada sebuah bak air yang selalu berisi
air meskipun musim kering sekalipun. Hal ini dianggap suatu keajaiban dari Pura
Luhur Uluwatu. Sebab, di wilayah Desa Pecatu adalah daerah perbukitan batu karang
berkapur yang mengandalkan air hujan. Bak air itu dikeramatkan karena keajaibannya
itu. Keperluan air untuk bahan tirtha cukup diambil dari bak air tersebut. Dari jaba
tengah ini kita terus masuk melalui Candi Kurung Padu Raksa bersayap. Candi ini
ada yang menduga dibuat pada abad ke-11 Masehi karena dihubungkan dengan Candi
Kurung bersayap yang ada di Pura Sakenan. Namun ada juga yang berpendapat
bahwa Candi Kurung bersayap seperti ini ada di Jawa Timur peninggalan purbakala
di Sendang Duwur dengan Candra Sengkala yaitu tanda tahun Saka dengan kalimat
dalam bahasa Jawa Kuna “Gunaning salira tirtha bayu”, artinya menunjukkan angka
tahun Saka 1483 atau tahun 1561 Masehi.
Candi Kurung Padu Raksa bersayap di Sendang Duwur sama dengan Candi
Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu. Dengan demikian nampaknya lebih tepat
kalau dikatakan bahwa Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada
zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI. Karena Dang Hyang Dwijendra-lah
yang memperluas Pura Luhur Uluwatu. Setelah kita masuk ke jeroan (bagian dalam
pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga tempat
pemujaan Dewa Siwa Rudra. Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap
saja seperti Tajuk tempat meletakkan upacara dan Balai Pawedaan tempat pandita
memuja memimpin upacara. Upacara piodalan atau sejenis hari besarnya Pura Luhur
Uluwatu pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia atau setiap 210 hari berdasarkan
perhitungan kalender Wuku.
Pura Luhur Uluwatu memiliki wilayah suci dalam radius kurang lebih lima
kilometer. Wilayah ini disebut wilayah Kekeran, artinya wilayah yang suci. Yang
patut kita perhatikan adalah melindungi wilayah yang disebut sebagai wilayah
kekeran. Hendaknya semua pihak menghormati wilayah kekeran tersebut untuk
menjaga agar jangan ada bangunan yang tidak terkait dengan keberadaan Pura Luhur
Uluwatu itu.
27
Wilayah kekeran itu hendaknya dijaga agar tetap hijau dengan tumbuh-
tumbuhan yang khas Bali. Boleh dikreasi sepanjang untuk mengembangkan tumbuh-
tumbuhan hutan dengan tanem tuwuh-nya, sehingga wilayah kekeran itu benar-benar
asri dan juga suci tidak dijadikan pengembangan pasilitas yang lainnya. Lebih-lebih
berdasarkan Bhisama Kesucian Pura di Pura Kahyangan Jagat seperti Pura Luhur
Uluwatu ini harus dijaga tidak boleh ada bangunan di luar fasilitas pura dengan radius
sekitar lima kilometer harus steril dari bangunan yang tidak ada hubungannya dengan
keberadaan Pura Luhur Uluwatu (Wiana, 2014).
Pura Luhur Batukaru adalah pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai
Dewa Mahadewa. Karena fungsinya untuk memuja Tuhan sebagai Dewa yang
28
Air pancuran ini adalah untuk menyucikan diri dengan jalan berkumur, cuci
muka dan cuci kaki di pancuran tersebut terus dilanjutkan sembahyang di Pelinggih
Pura Pancuran tersebut sebagai tanda penyucian sakala dan niskala atau lahir batin
sebagai syarat utama agar pemujaan dapat dilakukan dengan kesucian jasmani dan
rohani.
Pura Luhur Batukaru ini juga termasuk Pura Sad Kahyangan yang disebut
dalam Lontar Kusuma Dewa. Pura Luhur Batukaru sudah ada pada abad ke-11
Masehi. Sezaman denganPura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Guwa Lawah,
Pura Luhur Uluwatu, dan Pura Pusering Jagat. Sebagai penggagas berdirinya Sad
Kahyangan adalah Mpu Kuturan. Banyak pandangan para ahli bahwa Mpu Kuturan
mendirikan Sad Kahyangan Jagat untuk memotivasi umat menjaga keseimbangan
eksistensi Sad Kerti yaitu Atma Kerti, Samudra Kerti, Wana Kerti, Danu Kerti, Jagat
Kerti dan Jana Kerti.
Pura Luhur Batukaru kemungkinan sebelumnya sudah dijadikan tempat
pemujaan dan tempat bertapa sebagai media Atma Kerti oleh tokoh-tokoh spiritual di
daerah Tabanan dan Bali pada umumnya. Pandangan tersebut didasarkan pada adanya
penemuan sumber-sumber air dan dengan berbagai jenis arca Pancuran. Dari adanya
sumber-sumber mata air ini dapat disimpulkan bahwa daerah ini pernah dijadikan
tempat untuk bertapa bagi para Wanaprastin untuk menguatkan hidupnya menjaga
Sad Kerti tersebut.
Pendirian Pura Luhur Batukaru pada abad ke-11 tersebut kita tidak mendapat
keterangan dengan jelas bagaimana keberadaan pura tersebut. Baru pada tahun 1605
Masehi ada keterangan dari kitab Babad Buleleng. Dalam kitab tersebut dijelaskan
bahwa Pura Luhur Batukaru pada tahun tersebut di atas dirusak oleh Raja Buleleng
yang bernama Ki Gusti Ngurah Panji Sakti.
Kitab babad tersebut diceritakan bahwa Kerajaan Buleleng sudah sangat aman
tidak ada lagi musuh yang berani menyerangnya. Sang Raja ingin memperluas
kerajaan lalu mengadakan perluasan ke Tabanan. Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti
dalam perjalanan bertemu dengan daerah Batukaru yang merupakan daerah Kerajaan
30
Tabanan. Ki Gusti Ngurah Panji Sakti bersama prajuritnya lalu merusak Pura Luhur
Batukaru. Pura tersebut diobrak-abriknya.
Perhitungan Ki Panji Sakti tiba-tiba datang tawon banyak sekali galak
menyengat entah dari mana asalnya. Ki Panji Sakti beserta prajuritnya diserang habis-
habisan oleh tawon yang galak dan berbisa itu. Ki Panji Sakti lari terbirit-birit dan
mundur teratur dan membatalkan niatnya untuk menyerang kerajaan Tabanan. Karena
pura tersebut dirusak oleh Ki Panji Sakti maka bangunan pelinggih rusak total.
Tinggal onggokan berupa puing-puing saja.
Pada tahun 1959 Pura Luhur Batukaru mendapat perbaikan sehingga
bentuknya seperti sekarang ini. Pada tahun 1977 secara bertahap barulah ada
perhatian dari pemerintah daerah berupa bantuan. Sampai sekarang Pura Luhur
Batukaru sudah semakin baik keadaannya (Gobyah, 2014).
Puncak Gunung Mangu ini memang sangat hening untuk melakukan tapa
brata untuk perenungkan diri seperti yang pernah dilakukan oleh I Gst. Agung Putu.
Menurutnya, kegagalan bukan untuk disesalkan dan berputus asa, tetapi untuk
dijadikan pengalaman serta diambil hikmahnya untuk pelajaran diri selanjutnya.
Dengan cara itulah kegagalan dapat diubah menjadi awal kesuksesan.
Peta Pulau Bali nama Gunung Mangu hampir tidak dikenal. Mungkin karena
Gunung Mangu ini tidak begitu tinggi. Namun kalau kita baca lontar tentang Pura
Kahyangan Jagat nama Gunung Mangu ini akan mudah diketemukan. Nama Gunung
Mangu ini disebutkan dalam Lontar Babad Mengwi. Leluhur Raja Mengwi yang
bernama I Gusti Agung Putu kalah secara kesatria dalam pertempuran melawan I
Gusti Ngurah Batu Tumpeng dari Puri Kekeran. Karena kalah I Gusti Agung Putu
ditawan dan diserahkan kepada I Gst. Ngurah Tabanan sebagai tawanan perang. Oleh
seorang patih dari Marga bernama I Gusti Bebalang meminta kepada I Gusti Ngurah
Tabanan agar dibolehkan mengajak I Gusti Agung Putu ke Marga. Setelah di Marga
inilah timbul niatnya I Gusti Agung Putu ingin membalas kekalahannya dengan cara-
cara kestria kepada I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. I Gusti Agung Putu terlebih
32
dahulu bertapa di puncak Gunung Mangu tempat Pura Pucak Mangu sekarang. Di
puncak Gunung Mangu inilah I Gusti Agung Putu mendapat pawisik keagamaan
dengan kekuatan magis religius. Setelah itu I Gusti Agung Putu kembali menantang I
Gusti Ngurah Batu Tumpeng bertempur.
Berkah hasil tapanya di Gunung Mangu itulah I Gusti Agung Putu meraih
kemenangan melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan musuh-musuhnya yang
lain. Gunung Mangu ini terletak di sebelah timur laut Danau Beratan. Gunung ini
juga bernama Pucak Beratan, Pucak Pengelengan, dan Pucak Tinggan. Orang dari
Desa Beratan menyebut gunung tersebut Pucak Beratan. Sedangkan orang yang dari
Desa Tinggan menyebutnya Pucak Tinggan. Karena umat di Desa Tinggan-lah yang
ngempon aci-aci di Pura Pucak Mangu tersebut.
Pucak Pengelengan menurut penuturan keluarga Raja Mengwi bahwa saat I
Gusti Agung Putu bertapa di Pucak Mangu, Batara Pucak Mangu menulis (ngerajah)
lidahnya. Setelah itu I Gusti Agung Putu disuruh ngelengan (melihat keseliling).
Mana daerah yang dilihat dengan terang itulah nanti daerah kekuasaannya. Karena
itulah Pucak Mangu ini juga disebut Pucak Pengelengan. Pura Pucak Mangu
memiliki dua Pura Penataran yaitu Pura Ulun Danu Beratan didirikan oleh I Gusti
Agung Putu yang berada di sebelah barat Gunung Mangu dan Pura Penataran Agung
Tinggan di sebelah timur Gunung Mangu didirikan oleh keturunannya yaitu Cokorda
Nyoman Mayun.
Pucak Mangu ini terdapat sebuah pura dengan ukuran 14 x 24 meter. Di
dalamnya ada beberapa pelinggih dan bangunan yang bernilai sejarah kepurbakalaan.
Yaitu sebuah Lingga, dengan ukuran tinggi 60 cm dan garis tengahnya 30 cm.
Bahannya dari batu alam lengkap dengan bentuk segi 4 (Brahma Bhaga), segi delapan
(Wisnu Bhaga) dan bulat panjang (Siwa Bhaga). Menurut para ahli purba kala,
Lingga ini sezaman dengan dengan Lingga di Pura Candi Kuning. Para ahli
memperkirakan penggunaan Linga dan Candi sebagai media pemujaan di Bali
berlangsung dari abad X - XIV. Setelah abad itu pemujaan di Bali menggunakan
33
bentuk Meru dan Gedong. Kapan tepatnya Pura Pucak Mangu ini didirikan belum ada
prasasti atau sumber lainnya dengan tegas menyatakannya.
Cerita keluarga Raja Mengwi konon ketika I Gusti Agung Putu akan
bersemadi di gunung ini menjumpai kesulitan karena hutannya sangat lebat. Setelah
beliau berusaha ke sana-ke mari lalu beliau mendengar suara tawon. I Gusti Agung
Putu pun menuju suara tawon itu. Ternyata di tempat suara tawon itu dijumpai
reruntuhan pelinggih termasuk Lingga tersebut. Setelah itu kemungkinan pura ini
dipugar oleh I Gusti Agung Putu setelah beliau berhasil menjadi Raja Mengwi serta
mendirikan Pura Penataran-nya di tepi Danau Beratan. Nampaknya sampai abad
XVIII pelinggih utama di Pura Pucak Mangu adalah Lingga Yoni saja dan bangunan
pelengkap lainnya. Setelah pemerintahan I Gst. Agung Nyoman Mayun yang bergelar
Cokorda Nyoman Mayun melengkapinya dengan pendirian Meru Tumpang Lima
linggih Batara Pucak Mangu.
Meru Tumpang Tiga linggih Batara Teratai Bang dan Tepasana tempat
Lingga. Ada juga dibangun Padma Capah sebagai Pengubengan, Pelinggih Panca
Resi yang mempunyai lima ruangan yang menghadap ke empat penjuru dan sebuah
ruangan berada di tengah, dan bangunan lainnya. Menurut Babad Mengwi, atas
perintah Cokorda Nyoman Mayun-lah Pura Penataran Tinggan didirikan tahun Saka
1752 atau 1830 Masehi. Mungkin zaman dahulu menuju ke Pura Penataran Ulun
Danu Beratan masih sulit karena keadaan alamnya. Hal itulah barang kali
menyebabkan Pura Pucak Tinggan memiliki dua Pura Penataran.
Sampai tahun 1896 saat runtuhnya Kerajaan Mengwi tidak ada tercatat dalam
sejarah bahwa Pura Pucak Mangu direstorasi. Tahun 1927 akibat gempa yang dhasyat
Pura Pucak Mangu ikut runtuh. Pura tersebut baru direstorasi tahun 1934 - 1935.
Tahun 1978 terjadi angin kencang lagi yang merusak pelinggih dan bangunan
lainnya. Pada tahun itu juga pura tersebut direstorasi kembali (Gobyah, 2014).
34
Desa Pejeng, Gianyar, maka dengan cekatan mereka akan mengatakan bahwa
di Pura Pusering Jagatlah tempatnya. Bagi mereka di Pura Pusering Jagatlah awal
mula kehidupan dan peradaban dunia. Keyakinan itu kemungkinan besar karena
Pusering Jagat memang berarti pusat semesta.
35
Pura Pusering Jagat memang merupakan pura penting di Bali. Pura ini
termasuk satu dari enam pura kahyangan jagat yang berposisi di tengah-tengah.
Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam) Dewa Siwa.
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng yang di masa lampau merupakan
pusat Kerajaan Bali Kuna. Banyak yang menduga bahwa kata pejeng berasal dari kata
pajeng yang berarti payung. Dari desa inilah raja-raja Bali Kuna memayungi
rakyatnya. Namun, ada juga yang menduga kata pejeng berasal dari kata pajang
(bahasa Jawa Kuna) yang berarti sinar. Diyakini, dari sinilah sinar kecemerlangan
dipancarkan ke seluruh jagat.
Lontar-lontar kuna, Pura Pusering Jagat juga dikenal sebagai Pura Pusering
Tasik atau pusatnya lautan. Penamaan itu akan mengingatkan masyarakat Hindu
kepada cerita Adi Parwa yang mengisahkan perjuangan para dewa dalam mencari
tirtha amertha (air kehidupan) di tengah lautan Ksirarnawa.
Pura Pusering Jagat ini terdapat arca-arca yang menunjukkan bahwa pura ini
adalah tempat pemujaan Siwa seperti arca Ganesha (putra Siwa), Durga (sakti Siwa),
juga arca-arca Bhairawa. Ada juga arca berbentuk kelamin laki-laki (purusa) dan
perempuan (pradana). Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Pradana ini adalah ciptaan
Tuhan yang pertama. Purusa adalah benih-benih kejiwaan, sedangkan Pradana benih-
benih kebendaan. Pertemuan Purusa dan Pradana inilah melahirkan kehidupan dan
harmoni.
Pura Pusering Jagat ini juga terdapat peninggalan kuno berbentuk bejana yang
disebut sangku sudamala yang melambangkan limpahan air suci untuk kehidupan. Di
dalam sangku sudamala ini terdapat gambar yang menandakan angka tahun Saka
1251 (Galang, 2000).
2.3 Smartphone
Smartphone adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk
masyarakat luas, dimana pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi,
menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata
36
lain, telepon cerdas merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah
telepon. Sejak akhir 1990an, penggunaan telepon genggam diantara remaja terus
meningkat. Pada tahun 2005, sebuah penelitian menemukan kurang lebih 33% remaja
memiliki telepon genggam. Dari 33% remaja yang melaporkan memiliki telepon
genggam tersebut, kurang lebih 64% mengatakan mereka secara rutin mengirimkan
pesan singkat. Saat ini pemakaian telepon seluler di Indonesia mengalami kemajuan
yang sangat pesat, terutama telepon seluler yang memiliki fasilitas chatting/instant
messaging yang terintegrasi.
Data statistik ITU (International Telecommunication Union, 2009), pada
tahun 2002 pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 11,7 juta orang, lima
tahun kemudian pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 93 juta orang, dan
pada tahun 2009 mencapai 159 juta orang. Beberapa penelitian mendapatkan bukti
penggunaan teknologi tertentu mempengaruhi prestasi akademis. Di China,
penggunaan fasilitas chatting/instant messaging pada remaja mengakibatkan
turunnya prestasi akademis remaja tersebut. Sebuah penelitian di Taiwan
mendapatkan penggunaan telpon seluler yang sering mengganggu performa akademis
dan kemampuan belajar mereka sehingga mengakibatkan turunnya prestasi sekolah.
Smartphone memiliki ciri utama yaitu memiliki sistem operasi di dalamnya
yang memungkinkan dijalankan berbagai aplikasi, misalnya Windows Mobile,
Android, Symbian, ataupun Sistem Operasi Blackberry. Sebuah Smartphone selalu
dilengkapi berbagai aplikasi/software yang ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas dan mendukung kegiatan sehari-hari. Misalnya Doc To Go, untuk
membuat dan mengedit dokumen word di Smartphone. Kemampuan lain yang
dimiliki oleh sebuah Smartphone adalah dapat digunakan mengakses web/internet
dan konten yang disajikan di browser-nya, sudah hampir mendekati seperti layaknya
mengakses web lewat komputer. Opera Mobile, SkyFire Mobile, IE Mobile adalah
contoh beberapa browser di sebuah Smartphone.
37
2.4 Android
Android adalah sistem operasi seluler yang berbasis Linux dirancang untuk
perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dan computer tablet. Android
bisa disebut sistem operasi seluler yang open source karena Android merupakan
sistem operasi yang terbuka bagi pengembang untuk menciptakan aplikasinya sendiri
secara bebas. . Perusahaan search engine terbesar saat ini, yaitu Google Inc. membeli
Android Inc., pendatang baru yang membuat peranti lunak untuk ponsel. Android,
Inc. didirikan oleh Andy Rubin, Rich Milner, Nick Sears dan Chris White pada tahun
2003. Kemudian dibeli dengan Android, Inc., dengan dukungan finansial
dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis
secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset
Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak,
dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat
seluler.
Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008. Antarmuka
pengguna Android didasarkan pada manipulasi langsung, menggunakan masukan
sentuh yang serupa dengan tindakan di dunia nyata, seperti menggesek, mengetuk,
mencubit, dan membalikkan cubitan untuk memanipulasi obyek di layar. Android
adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di
bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada
Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan
didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang
aplikasi.
38
2.5 Game
Game (permainan) merupakan aktifitas terstruktur yang biasanya dilakukan
untuk bersenang-senang untuk menghilangkan stress. Game juga dapat dimanfaatkan
sebagai media menarik untuk belajar tanpa menghilangkan aspek-aspek bermain.
Dunia modern ini, game dapat diartikan sebagai sebuah permainan komputer
interaktif yang di kendalikan oleh mikroprosesor. Komputer dapat menciptakan
bahan-bahan maya untuk digunakan dalam sebuah permainan seperti kartu dan dadu.
Permainan komputer atau video game menggunakan satu atau lebih alat input, seperti
sebuah tombol atau kombinasi dari joystick, sebuah keyboard, mouse dan trackball
atau sebuah controller ataupun sebuah alat yang mempunyai sensor gerak.
Penerapan education game bermula dari perkembangan video game yang
sangat pesat dan menjadikannya sebagai media efektif yang interaktif dan banyak
dikembangkan di perindustrian. Melihat kepopuleran game tersebut, para pendidik
berpikir bahwa mereka mempunyai kesempatan yang baik untuk menggunakan
39
First Person Shooter (FPS). Game FPS memerlukan kecepatan berfikir. Game ini
dibuat seolah-olah pemain yang berada dalam suasana tersebut.
2.5.1.5 Balapan
Pemain dapat memilih kendaraan, lalu melaju di arena balap. Tujuannya yaitu
mencapai garis finish tercepat.
2.5.1.6 Strategi
Strategi menitikberatkan kemampuan pemain pada kemampuan berpikir dan
organisasi. Game strategi dibedakan menjadi dua, yaitu Turn Based Strategy dan Real
Time Strategy. Real time strategy mengharuskan pemain membuat keputusan dan
secara bersamaan pihak lawan juga beraksi hingga menimbulkan serangkaian
kejadian dalam waktu yang sebenarnya, sedangkan turn based strategy pemain
41
2.5.1.7 Puzzle
Puzzle menyajikan teka-teki, menyamakan warna bola, perhitungan
matematika, menyusun balok, atau mengenal huruf dan gambar.
2.5.1.8 Olahraga
Gameplay ini umumnya dibuat semirip mungkin dengan kondisi olahraga
yang sebenarnya.
2.5.1.9 Edugames
Game jenis ini dibuat dengan tujuan spesifik sebagai alat pendidikan atau
pembelajaran, mengenal huruf dan angka, matematika, sampai belajar bahasa asing.
Developer yang membuat edugame, harus memperhitungkan berbagai hal agar game
ini benar-benar dapat mendidik, menambah pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan yang memainkannya.
Uraian di atas maka dapat menyimpulkan bahwa edukasi adalah suatu usaha
sadar dan secara terus menerus yang dilakukan pemerintah, keluarga, dan masyarakat
untuk tujuan mengubah suatu individu menjadi berarah dan lebih baik, dalam segala
aspek kehidupannya berbangsa dan bernegara.
Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap
manusia, dalam hal ini adalah peserta didik, tujuannya adalah untuk membuat peserta
didik paham, mengerti serta mampu berpikir lebih kritis. Pendidikan dapat
dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai
kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam dan lingkungan
Masyarakatnya. Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti.
Pendidikan bisa didapatkan secara formal maupun non formal. Pendidikan
formal diperoleh dari suatu pembelajaran yang terstruktur yang telah dirancang oleh
suatu institusi. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia
dalam kehidupan sehari-hari baik yang dialami atau yang dipelajari dari orang lain.
unik dan menarik. Jenis ini biasanya ditujukan untuk anak- anak, maka permainan
warna sangat diperlukan disini bukan tingkat kesulitan yang dipentingkan.
Uraian di atas maka dapat menyimpulkan bahwa game edukasi adalah salah
satu bentuk game yang dapat berguna untuk menunjang proses belajar-mengajar
secara lebih menyenangkan dan lebih kreatif, dan digunakan untuk memberikan
pengajaran atau menambah pengetahuan penggunanya melalui suatu media yang
menarik.
2.6.3 Animasi
Animasi merupakan penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang
terjadi selama beberapa waktu. Melihat dari penjelasan diatas mengenai animasi, jadi
animasi adalah suatu paparan visual yang berbentuk dinamik. (Sudirman, 2008)
Animasi berperan besar dalam membuat suatu projek menjadi lebih menarik.
Corona yang merupakan software enginnering yang sangat baik untuk membuat
46
game, memerlukan adanya tampilan animasi ini. Pengaplikasian animasi ini sendiri
dalam corona memerlukan beberapa software bantuan, diantaranya Adobe Flash, dan
Spriteloq.
Dimulai dengan versi 1.0, Adobe memilih untuk lisensi gambar Sandro
Botticelli '"s Birth of Venus The "dari Arsip Bettmann dan menggunakan bagian yang
mengandung Venus 'wajah sebagai citra merek Illustrator. Warnock diinginkan
gambar Renaissance membangkitkan visinya tentang Postscript sebagai Renaisans
baru dalam penerbitan, dan Adobe karyawan Luanne Seymour Cohen, yang
bertanggung jawab atas materi pemasaran awal, ditemukan Venus 'mengalir rambut
kendaraan yang sempurna untuk menunjukkan kekuatan Illustrator dalam menelusuri
kurva halus atas gambar bitmap sumber. Selama bertahun-tahun rendisi gambar ini di
layar splash Illustrator dan kemasan menjadi lebih bergaya untuk mencerminkan fitur
yang ditambahkan dalam versi masing-masing.
Citra Venus digantikan (meskipun masih dapat diakses melalui easter egg ) di
Illustrator CS (11,0) dan CS2 (12,0) dengan bunga bergaya agar sesuai dengan Suite
alam citra Kreatif. Dalam CS3, Adobe mengubah suite branding sekali lagi, untuk
blok warna sederhana dengan singkatan dua huruf, yang menyerupai tabel periodik
unsur. Illustrator diwakili oleh huruf Ai dalam putih terhadap latar belakang oranye
(jeruk dan kuning adalah skema warna yang menonjol dalam branding Illustrator
47
akan kembali sejauh sebagai versi 4.0). Ikon CS4 hampir identik, kecuali sedikit
perubahan pada font dan warna yang abu-abu gelap. Ikon CS5 juga hampir sama,
kecuali bahwa kali ini logo seperti kotak, bersama dengan semua CS5 logo produk
lain, dengan kuning "Ai" terang. CS6 mengubahnya sedikit untuk sebuah persegi
coklat dengan perbatasan kuning dan huruf kuning.
sederhana dengan deskripsi data, yang di dasari oleh array asosiatif dan semantik
extensible. Lua dinamis diketik, berjalan dengan menginterpretasikan bytecode untuk
mesin virtual berbasis mendaftar, dan memiliki manajemen memori otomatis dengan
pengumpulan sampah tambahan, sehingga ideal untuk konfigurasi, scripting, dan
prototyping cepat.
pada fungsionalitas yang ada pada sistem, bukan berdasarkan alur atau urutan
kejadian.