Anda di halaman 1dari 32

WEDA DAN BUDAYA BALI

 Weda ajaran yang fleksibel tidak adanya


dogma
 Ajarannya dilaksanakan sesuai situasi dan
kondisi tempat di mana Weda itu berkembang
 Bagikan bola salju yang menggelinding dari
bukit yang tinggi, akan berubah warna seperti
warna tempat yang dilaluinya
Penerapan weda
 Diterapkan dalam berbagai Teologi Lokal
Sanghyang Parama Kawi, Sanghyang Wenang,
Sanghyang Tuduh, Sangkan Paran Dumadi,
Sanghyang Titah (Transenden)

Ratu Niang Sakti, Bhatara Melanting


Bhatara Batan Pule, Ratu Nyoman, Ratu
Gede Mecaling, ratu Ayu, Ratu Ngurah dll
(imanen)
• Diterapkan dalam berbagai ritual
Aktivitas keagamaan adalah penjewantahan
Weda

Dalam kehidupan masy Bali ritual adalah


sebagai wakil hati manusia yang ditujukan
kepada Tuhan melalui persembahan
Manawa dharmasastra Bab II, sloka 6

• wedo khilo dharma mulam, smrti sile ca


tadvidam, Acara’s ca iwa sadhunam,
atmanastutirewa”.

Artinya:
Weda Sruti merupakan sumber utama
daripada dharma (agama Hindu), kemudian
Smerti, setelah itu Sila, Acara dan Atmanastuti.
WAYU PURANA I,201
Itihasa Puranabhyam
Wedam samupabrmhayet
Bibhetyalapasrutad Vedo
Mamayampraharisyati
Hendaknya veda dijelaskan melalui itihasa dan purana.
Kalau tidak veda merasa takut jika orang sudah
membacanya. Orang yg menjelaskan mantra veda jika
tdk di bantu oleh purana dan itihasa weda takut
dengan orang demikian (bodoh) akan memukul-Ku
• Di Bali ada usaha mengalih bahasakan veda ke
dalam bahasa lontar seperti yang ada di berbagai
koleksi perpustakaan Gedung Kertya, Pusdok,
Perpustakaan bali bahkan ada di berbagai griya
ataupun rumah

kelompok veda
kelompok itihasa
kelompok agama
kelompok wariga
• Kelompok Wariga: Wariga Gemet, Wariga
Krimping, Wariga Winasa Sari, Aji
Swamandala, dll

Kelomkpok Ritual: Yadnya Prakerti, Mpu


Lutuk Bebantenan, Dewa Tattwa, Sri Purana
Tattwa, Rare Angon, dll
Implimentasi ajaran Jyotisa
• Cerita Mahabharata tatkala Bisma tertidur di
atas anak panah Arjuna
• Tidak akan Mati sebelum Uttarayana dan
matahari condong ke barat
• Di bali Uttarayana pada sasih karo-ketiga,
umat Hindu banyak melaksanakan upacara
ngaben
Ayur weda
• Dalam berbagai Lontar Usada
• Wrespati kalpa
• Lontar Tenung
WEDA WAHYU TUHAN
• Bagawad Gita. XV.15 berikut :

• Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham

• Artinya :
Akulah pencipta weda dan Aku yang
mengetahui isi weda. 
Juga dinyatakan dalam Atharvaveda X.7.20 

• Yasmad rco apataksan,  yajur yasmad apakasan,  samani


yasya lomany atharvangiraso mukham. Skambham tam
bruhi katamah svideva sah.:
•  
• Artinya :
• “Wahai manusia, Rgveda lahir dari-Ku, yang merupakan
prana-Ku dan dari-Ku juga lahir yajurveda yaitu hati-
Ku, Sama-veda adalah rambut-Ku, Atharvaveda adalah
muka-Ku. Katakan siapakah yang sebenarnya menciptakan
Veda. Wahai manusia, Akulah dengan nama Skambham
yang menciptakan veda itu”
RgWeda X.10.9 dan YayurWeda XXXI.7  :

• Tasmad yajnat sarvahuta, rcah samani


jajnire,  chandamsi jajnire tasmad,yajus
tasmadajayata                                                         
                                                                                    
           Artinya :
• “Wahai umat manusia, Rgveda, Samaveda,
Atharvaveda dan Yayurveda, berasal dari-Ku”
• Kitab Weda disebut
juga  Sastrawiddhi atau Sastra
brahman karena berasal dari Hyang
Widdhi/Brahman/Tuhan YME, ini untuk
membedakan sastra yang berasal dari
pemikiran manusia, seperti yang ditulis oleh
para Mpu/ Rsi / Danghyang / Professor /
Doktor / Ahli agama / dsb.  yang  disebut
Sastramanawa atau Dharmasastra.
BG.III.32
• Mereka yang mencela dan menyimpangkan
kitab Weda (sastrawiddhim), dan tidak
mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang
bodoh  yang tidak tahu jalan kebenaran dan
kehilangan kesempatan untuk mengetahui
kebenaran abadi
Yajur Weda XXV.2:
• Yathemam wacam kalyanim Awadani janebhyah
Brahma rajyanyabhyam sudra ya Caryayaca
swaya caranayaca.
• Artinya:
• Biar kunyatakan sabda suci ini, Kepada
masyarakat umum. Baik kepada para Brahmana,
Ksatria, Waisya dan Sudra, Baik kepada orang-
orangku bahkan kepada orang asing sekalipun.
Dalam Bhagavad Gita Bab 15 sloka 15
Sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo
mattaḥ smṛtir jñānam apohanaṁ
vedaiś ca sarvair aham eva vedyo
vedānta-kṛd veda-vid eva cāham
Terjemahan :
Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan,
pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang
harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang
menyusun Vedānta, dan Akulah yang mengetahui Veda.
Manavadharmasastra, II.6 yang berbunyi sebagai
berikut:
“Idanim dharma Pramanyahaa,
Vedo khilo dharma mulam,
Smrticile ca sadhunam,
Acaraccaiwa sadhunam,
Atmanastustir eva ca”.

Terjemahannya.

“Seluruh pustaka suci Veda (Sruti dan Smerti) adalah sumber pertama


dari pada dharma, kemudian juga tatacara perikehidupan orang-orang
suci/ tingkah laku yang terpuji dari orang-orang budiman yang
mendalami ajaran pustaka suci Veda (Sila), lalu adat-istiadat (Acara)
dan akhirnya kepuasan batin (Atmanastusti)”.
Veda, wahyu Tuhan Yang Maha Esa

Seperti halnya setiap ajaran agam memberikan tuntunan


untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia lahir dan
batin dan diyakini pula bahwa jaran agama itu bersumber pada
kitab suci, demikian pula umat Hindu yakin bahwa kitab
sucinya itu merupakan wahyu atau sabda Tuhan Yang Maha
Esa yang disebut Sruti artinya yang didengar. Veda sebagai
himpunan sabda atau wahyu berasal dari: Apauruseya (yang
artinya bukan dari Purusa atau manusia). Sebab para Rsi
penerima wahyu berfungsi hanya sebagai instrument (sarana)
dari Tuhan Yang Maha Esa untuk menyampaikan ajaran
sucinya.
Nirukta II.11.

Rsayo mantradrastarah rsirdadarsanat


Stoman dadarsety aupamayavah
Yadenan tapasyamanan brahmasvayambhu
Abhyanarsat tad rsinam rstvam iti vijnayate.”
Terjemahan
Para rsi adalah mereka yang menerima wahyu. Kata
rsi berarti drasta. Acarya Upamanyu menyatakan :
mereka yang karena ketekunannya melakukan Tapa,
menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa disebut rsi.
Nirukta I.18 menyatakan bahwa :

“Seseorang yang mengucapkan mantra (Weda) tidak


mengerti makna yang terkandung dalam mantra
Weda tersebut, maka tidak memperoleh
penerangan rohani. Seperti sebatang kayu bakar
yang disiram minyak tanah tidak akan pernah
terbakar jikalau tidak ada api. Demikianlah orang
yang hanya mengucapkan (membaca), tidak
mengetahui arti atau makna mantra (Weda) maka
tidak akan memperoleh cahaya pengetahuan
sejati.”
Brhadaranyaka Upanisad II.4.20

Sa yathardraidhagner abhyahitat prtag viniscaranti, evam va are


symahato bhuttasya nihsvasitam eta dyad rgvedo yayur Wedah
samavedo ‘tharvangirasa itihasah puran avidya upanisadah
slokah sutrany anuvyakhyani vyakhyani asyaivaiatani sarvani
nihsvasitani”
Artinya :
seperti juga sinar api yang dihidupkan dengan minyak campur
air, berbagai asap  akan keluar dan menyebar, begitu juga Rg
Weda, Yajur Weda, samaWeda, AtharvaWeda (Atharvangirasa),
Itihasa, Purana dan ilmu pengetahuan, Upanisad, sloka, sutra
(aphorisme), penjelasan, komentar-komentar. Daripada-Nya
semuanya dinafaskan
Nirukta I.19.

“Rsayo mantradrastarah Rsirdarsanat stoman


dadarsety aupamanyavah yadenan tapasyamanan
brahmasvayambhu abhyanarsat tad Rsinam
Rsitvamiti vijnayate”
Artinya :
Para rsi adalah mereka yang memperoleh mantra.
Kata rsi berarti drasta. Acarya Upamanyu
menyatakan: mereka yang karena ketekunan
melakukan tapa memperoleh dan merealisasikan
mantra Weda disebut Rsi)
Manavadharmasastra II.2.

”Kamatmata na prasasta caivehastya kamaka,


kamyohi wedadhigamah karmayogasca vaidikah”.
Artinya :
Berbuat karena nafsu untuk memperoleh pahala
tidaklah terpuji namun berbuat tanpa keinginan
akan pahala tidak dapat kita jumpai di dunia ini
karena keinginan-keinginan itu bersumber dari
mempelajari Weda dan karena itu setiap
perbuatan diatur oleh Weda
Manavadharmasastra II.5.

• ”Tesu samyag varttamano


gacchatyabmaralokatam, yatha
samkalpitamcceha sarvan kaman samasnute”.
• Artinya :
• Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan
kewajiban-kewajiban yang telah diatur dengan
cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan
yang sempurna kelak dan memperoleh semua
keinginan yang diharapkan.
Manavadharmasastra II.1

• ”Yo’vamanyeta te mule hetu sastra srayad


dvijah, sa sadhubhir bahiskaryo nastiko weda
nindakah”.
• Artinya :
• Setiap dvijati yang menggantikan dengan
lembaga dialektika dan memandang rendah
kedua sumber hukum itu (Sruti dan Smrti) harus
dijauhkan dari orang-orang bajik sebagai orang
atheis yang menentang Weda.
Manavadharmasastra XII.94.

• Pitr deva manusyanam wedas caksuh


sanatanah, asakhyamca ’prameyamcca
wedasastramiti sthitah”.
• Artinya :
• Weda adalah mata yang abadi dari para
leluhur, dewa-dewa dan manusia. Peraturan-
peraturan dalam Weda sukar dipahami oleh
manusia dan itu adalah kenyataan.
Manavadharmasastra XII.95

• Ya weda vahyah smrtayo yasca kasca


kudrstayah, sarvastanisphala tamo
nisthahitah smrtah”.
• Artinya :
• Semua tradisi dan sistem kefilsafatan yang
tidak bersumber pada Weda tidak akan
memberi pahala kelak sesudah mati karena
dinyatakan bersumber pada kegelapan.
Manavadharmasastra XII.9

”Vibharti sarva bhutani wedasastram sanatana,


tasmadetat param manye yajjantorasya
sadhanam”.
Artinya :
Ajaran Weda menyangga semua makhluk
ciptaan ini, karena saya berpendapat, hal itu
harus dijunjung tinggi, jalan menuju
kebahagiaan semua makhluk.
Manavadharmasastra XII.100.

• ”Senapatyam ca rajyam ca dandanetri tvam


eva ca, sarva lokadhipatyam ca weda sastra
vidarhati”.
• Artinya :
• Panglima Angkatan Bersenjata, pejabat
pemerintah pejabat pengadilan dan penguasa
atas semua manusia di dunia ini hanya layak
kalau mengenal ajaran Weda.
Yajurweda XXV.2

Yathenam wacam kalyanim, awadai jnebhyah


Brahmana Rajanyabhyam Cudra ya caryaya ca
Swaya carana ca

Terjemahannya:
• Biar kuajarkan pengetahuan suci ini, kepada orang
banyak. Kaum Brahmana, Kesatria, Sudra dan
Waisya. Dan bahkan kepada orang asing sekalipun.
Manawa Dharmasastra: V. 109

• Adbhirgatrani cuddhyanti manah satyena cuddhyati,


widyatapobhyam bhutatma, buddhir jnanena
cuddhyati.
• Artinya:
• Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan
kebenaran, jiwa disucikan dengan pelajaran suci dan
tapa brata, kecerdasan dengan pengetahuan yang benar.

Anda mungkin juga menyukai