Anda di halaman 1dari 7

C.

SLOKA KITAB SUCI YANG MENJELASKAN SUMBER HUKUM HINDU

Sloka dari kitab suci yang menggariskan Weda sebagai sumber hokum yang bersifat
universal, antara lain sebagai berikut :

“Yaá pàvamànir adhyeti

åûibhiá saý bhåaý rasam.

sarvaý sa pùtam aúnati

svaditaý màtariúvanà”

Terjemahan:

“Dia yang menyerap memasukkan ke dalam pikiran melalui pelajaran- pelajaran pemurnian
intisari mantra-mantra Veda yang diungkapkan kepada para rsi menikmati semua tujuan yang
sepenuhnya dimurnikan yang dibuat manis oleh Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi napas
hidup semesta alam (Rgveda IX.67.31).

“Pàvamànir yo adhyeti- åûibhiá saýbhåaý rasam

tasmai sarasvati duhe kûiraý sarpir madhùdakam”.

Terjemahan:

‘Siapapun juga yang mempelajari mantram-mantram veda yang suci yang berisi intisari
pengetahuan yang diperoleh para rsi, Devi pengetahuan yakni Sang Hyang Saraswati
menganugerahkan susu, mentega yang dijernihkan, madu dan minuman Soma minuman para
Deva’ (Ågveda IX.67.32).

“Iyam te rad yantasi yamano dhruvo-asi dharunah.

kryai tva ksemaya tva rayyai tva posaya tva”.

Terjemahan:

Wahai pemimpin, itu adalah negara mu, engkau pengawasnya. Engkau mawas diri, teguh hati
dan pendukung warga negara. Kami mendekat padamu demi perkembangan pertanian,
kesejahteraan manusia, kemakmuran yang melimpah” (Yajurveda IX.22).
“Ahaý gåbhóàmi manasà manàýsi mama cittam anu cittebhir eta.

mama vaseûu hrdayàni vah krnomi, mama yàtam anuvartmàna eta”.

Terjemahan:

“Wahai para prajurit, Aku pegang samakan pikiranmu dengan pemikiran- Ku. Semoga anda
semua mengikuti aku menyesuaikan pikiran mu dengan pikiran-ku. Aku tawan hatimu.
Temanilah aku dengan mengikuti jalan-Ku, (Atharvaveda, VI.94.2).

“Kàmàtmatà na praúasta na caiwe hàstya kàmatà,

kàmyo hi wedàdhigamaá karmayogasca waidikaá”

Terjemahan:

Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun berbuat tanpa
keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena keinginan-keinginan itu
bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu setiap perbuatan diatur oleh Veda. (Manawa
Dharmasastra, II.2).

“Teûu samyag vartta màno gacchatya maralokatàm,

yathà samkalpitàýúceha sarwan kaman samaúnute”

Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 83

Terjemahan:

Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diatur


dengan cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan yang sempurna kelak dan memperoleh
semua keinginan yang ia mungkin inginkan. ( Manawa Dharmasastra, II.5).

“Yo’ varnanyeta te mùle hetu úàstràúrayad dvijaá,

sa sàdhubhir bahiûkàryo nàstiko vedanindakaá”.

Terjemahan:
Setiap dwijati yang menggantikan dengan lembaga dialektika dan dengan memandang rendah
kedua sumber hukum Sruti dan Smrti harus dijauhkan dari orang-orang bijak sebagai seorang
atheis dan yang menentang Veda. ( Manawa Dharmasastra, II.11).

“Kitrúaá sisyo ‘dhyàpya ityàha; àcàrya putrah úuúrusur

jnànado dharmika úuciá, àptaá úakto rthadaá sàdhuá

svo ‘dhyàpyo daúa dharmataá”.

Terjemahan:

Menurut hukum suci, kesepuluh macam orang-orang berikutnya adalah putra guru yaitu ia
yang berniat melakukan pengabdiannya, ia yang memberikan pengetahuan, orang yang
sepenuh hatinya mentaati UU, orang yang suci, orang yang berhubungan karena perkawinan
atau persaudaraan orang yang memiliki kemampuan rohani, orang yang menghadiahkan
uang, orang yang jujur dan keluarga mereka dapat mempelajari Veda (Manawa
Dharmasastra, II.109).

“Yam eva tu úuciý vidyàm niyataý brahmacàrinam,

tasmai màý brùhi vipràya nidhipàyà pramàdine”.

Terjemahan:

Tetapi serahkanlah saya kepada seorang brahmana yang anda ketahui pasti bahwa ia orang
yang sudah suci, yang bisa mengendalikan panca indranya, berbudi baik dan tekun ( Manawa
Dharmasastra, II.115).

“Pitådeva manuûyànàm Vedaú cakûuá sanàtanam,

aúakyaý càprameyaý ca vedaúàstram iti sthitiá”.

Terjemahan:

Veda adalah mata yang abadi dari para leluhur, Deva-Deva, dan manusia; peraturan-
peraturan dalam Veda sukar dipahami manusia dan itu adalah kenyataan yang pasti (Manawa
Dharmasastra, XII.94).

“Ya veda vàhyà småtayo yàs ca kàs ca kudåûþayaá,


sarvàsta niûphalàá pretya tamo niûþhà hi tà småtàá”

Terjemahan:

Semua tradisi dan sistem keilsafatan yang tidak bersumber pada Veda tidak akan memberi
pahala kelak sesudah mati karena dinyatakan bersumber dari kegelapan (Manawa
Dharmasastra, XII.95).

“Utpadyànte cyavante ca yànyato ‘nyàni kànicit,

tànyarvakalika tayà niûphalànya nåtàni ca”.

Terjemahan:

Semua ajaran yang timbul, yang menyimpang dari Veda segera akan musnah, tidak berharga
dan palsu karena tak berpahala (Manawa Dharmasastra, XII.96).

“Vibhartti sarva bhùtàni veda úàstraý sanàtanam,

tasmàd etat param manye yajjantorasya sàdhanam”.

Terjemahan:

Ajaran Veda menyangga semua makhluk ciptaan ini, karena itu saya berpendapat, itu harus
dijunjung tinggi sebagai jalan menuju kebahagiaan semua insan (Manawa Dharmasastra, XII.
99).

“Senàpatyaý ca ràjyaý ca daóða netåtwam eva ca,

sarva lokàdhipatyaý ca veda úàstravid arhati”.

Terjemahan:

Panglima angkatan bersenjata, Pejabat pemerintah, Pejabat pengadilan dan penguasa atas
semua dunia ini hanya layak kalau mengenal ilmu Veda itu (Manawa Dharmasastra,
XII.100).

“Doûair etaiá kula-ghnànàý varna-saókara-kàrakaih,

utsàdyante jàti-dharmàá kula-dharmàú ca úàúvatàá”.

Terjemahan:
Karena dosa dan kehancuran keluarga ini membawa keruntuhan bagi hukum golongan varna
dharma, kebiasaan keluarga dan hukum keluarga hancur untuk selama-lamanya,
(Bhagawadgìtà, I.43).

“Atha cet tvam imaý dharmyaý saògràmaý na kariûyasi,

tatah sva-dharmaý kirtiý ca hitvà pàpam avàpsyasi”.

Terjemahan:

Akhirnya bila engkau tidak berperang, sebagaimana kewajiban, dengan meninggalkan


kewajiban dan kehormatan, maka penderitaanlah yang akan kau peroleh, (Bhagawadgìtà,
II.33).

“Yadà yadà hi dharmasya glànir bhavati bhàrata,

abhyutthànam adharmasya tadàtmànam srjàmy aham”.

Terjemahan:

Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaannya dan tirani hendak merajalela,


wahai arjuna, saat itu aku ciptakan diriku sendiri, (Bhagawadgìtà,IV.7).

“Paritràóàya sàdhànàý vinàsàya ca duûkrtàm,

dharma-saýsthàpanàrthaya sambhavàmi yuge-yuge”.

Terjemahan:

Untuk melindungi orang-orang baik dan untuk memusnahkan orang-orang jahat, Aku lahir ke
dunia dari masa ke masa, untuk menegakkan dharma, (Bhagawadgìtà, IV.8).

“Kûipram bhavati dharmàtmà úaúvac-chàntiý nigacchati,

kaunteya pratijànihi na me bhaktaá pranaúyati”.

Terjemahan:

Dengan segera ia menjadi orang benar dan mencapai kedamaian yang kekal abadi;
ketahuilah, wahai Arjuna, para pemuja-Ku pasti tak akan memusnahkan, (Bhagawadgìtà,
IX.31).

“Çrutyuktaá paramo dharmas- tathà smrti gato ‘parah,


çistàcàrah parah proktasrayo dharmàá sanàtanàá.

Kunang kengetakena, sasing kajar de sang hyang çruti dharma ngaranika, sakajar de sang
hyang smrti kuneng dharma ta ngaranika, çistacara kunang, acaranika sang çista, dharma
ngaranika, sista ngaran sang hyang satyawadi, sang apta, sang patisthan, sang panadahan upa
deça sangksepa ika katiga,dharma ngaranira. (Sarasamuscaya, 40).

Terjemahan:

Adapun yang patut untuk diingat-ingat, semua apa yang diajarkan oleh Çruti disebut dharma,
semua yang diajarkan oleh Smrti pun dharma namanya, demikian pula tingkah laku orang
çista disebut dharma, yang disebut çista adalah yang berkata-kata benar, orang yang dapat
dipercaya, orang yang menjadi tempat pensucian, orang yang menjadi tempat menerima
ajaran kerohanian, singkatnya ketiganya itu, dharma namanya, (Sarasamuçcaya, 40).

“Çruyatàm dharmasàswam çrutwà çaiwopadhàryatàm,

atmanah pratikùlani na paresàm samàcara.

Matangnyan rengo sarwadàya, paramàrtha ning sinangguh dharma telas rinengonta


çupwanantà ta ri hati, ikang kadi ling mami ngùni wih, sasing tak kahyun yàwakta, yatika
tanulahakenanta ring len.

Terjemahan:

Karena itu dengarkanlah segala upaya, makna yang dianggap dharma, setelah engkau
mendengarnya, camkan itu baik-baik di hati, sebagai mana yang telah saya katakan
sebelumnya, segala sesuatu yang tidak berkenan di hatimu, yang itu janganlah hendaknya
engkau lakukan kepada orang lain, (Sarasamuçcaya, 44).

“Dharmaçcennàwasideta kapàlenàpi jiwataá,

àdhyo smityawagantawyam

dharma wittà hi sadhawaá”. Yadyapin atyanta daridra keta ngwang, mahuripa ta dening
tasyan, yan langgeng apageh ring dharmàprawrtti, hidepen ta sugih jugàwakta, apan anghing
dharmaprawrtti, màs manik sang sàdhu ngaranira, yatika prihen arjanan, yatika ling mami
màs manik tan kena ring corahhayàdi.

Terjemahan:

Walaupun sangat miskin dan hidup dari hasil meminta-minta, jika tetap teguh dalam
menjalankan dharma, anggaplah dirimu kaya juga, sebab perbuatan dharma itulah merupakan
artha kekayaan orang yang saleh, yang itu supaya diusahakan, yang itu yang kukatakan harta
kekayaan yang tak dapat dicuri, dirampas dan sebagainya, (Sarasamuçcaya, 50).
“Dharmamàçarato wrttiryadi

nopagamisyati,

na nama kin çilochàmbu

çàkàdyapi wipatsyate”.

Lawan ling mami, ika sang kewala tumungkulanang dharma-prawrtti, tàtan penemwa
upajìwananira, apa matangnya tar polih angasag, gagan, wwai, lwirning sulabha takwanani
harakanira.

Terjemahan:

Lagi pula kata ku, orang yang tekun melaksanakan dharma, tidak akan tidak memperoleh
penghidupannya, apa sebabnya tidak mendapatkan makanan, sayur-sayuran, air, segala
macam itu seakan-akan menawarkan dirinya untuk menjadi makanannya,(Sarasamuçcaya,
51.)

Anda mungkin juga menyukai