Anda di halaman 1dari 8

a.

Tata cara membaca Śrī Gītā Chalisha


1). Melakukan Pensucian
(1) Asana
Om prasāda sthiti Śarīra Śiva śuci nirmalā
ya namah svāhā.
(2) Pranayama
Om Ang namah, Om Ung namah, Om Mang namah.
(3) Karasudhana
 Tangan kanan:
Om śuddhamam svāhā.
 Tangan kiri:
Om ati śuddhamam svāhā.
(4) Menyucikan mulut
Om wakra ya namah
(5). Mengucapkan pranava ”Om” sebanyak
21 kali (diucapkan dengan Om panjang),
pikiran dipusatkan pada:
 5 ucapan Oṁ, pada panca karmendria.
 5 ucapan Oṁ, pada panca jnanendria.
 5 ucapan Oṁ, pada panca prana.
 5 ucapan Oṁ, pada panca maya kosa.
 1 ucapan Oṁ, pada Atman.
(6). Pavitri Karana: membersihkan diri secara lahir dan batin dengan mantram:
Om apavitra pavitro vā, sarvā vasthāng gato’pi vā,
yaḥ smaret puṇdarikākṣaṁ, sa bāhyā abhyantara suciḥ,
Śrī Viṣṇu, Śrī Viṣṇu, Śrī Viṣṇu .
(7). Memusnahkan segala bentuk halangan (satru)
Om raditya hrdayam punyam, Sārwa satru winasānam,
Jaya waham japenityam, Akshyam parama siwa Om.
(8). Membangunkan Sang Atma.
Om Atma Tatwatma sudhamam swaha
Jung Ang Sang, Bhur Bwah Swah, Kartike namaha
Swah, Bwah, Bhur, Sang Ang Jung namaha Om….
(9). Menstanakan Brahman (Manifestasinya).
Om Twam Agne Yadnyanam Hotah,
Wiswasam Hitah, Dewabhir Manusa Jane, Om…

2). Mengambil Bhagavad-gītā


(1). Saat mengambil dan meletakkan Bhagavad-gītā sambil berdoa dengan menyentuhkan
kitab suci di kening.
(2). Bhagavad-gītā adalah sari-sari dari Mahabharata dan keluar langsung dari bibir Tuhan,
oleh karena itu bagi orang yang selalu tekun membaca Bhagavad-gītā, maka ia akan
mencapai moksa.
3). Guru Stotra: Puja-puji kepada Guru Spiritual
Śāntākāraṁ bhujaṅgaśayanaṁ,
padmanābhaṁ sureśaṁ,
visvādhāraṁ gagana-sadṛśaṁ,
megha-varṇaṁ śubhāṅgam,
lakṣmi-kāntaṁ kamala-nayanaṁ,
yogibhir dhyānamagnam,
vande viṣṇuṁ bhavabhayaharaṁ,
sarvalokaika-nātham.

Om namo nārāyaṇāya
Om namo nārāyaṇāya
Om namo nārāyaṇāya
Om namo nārāyaṇāya

Oṁ akhaṇḍa-maṇḍalākāraṁ
Vyāptam yena carācaraṁ
Tat-padaṁ darśitam yena
Tasmai śrī gurave namaḥ.
ajñāna-timirāndhasya
jñānāñjana-śalākayā
cakṣur unmīlitaṁ yena
tasmai śrī -gurave namaḥ.

namo’stu te vyāsa viśāla-buddher


phulāravindāyaṭa patra-netram
yena-tvayā bhārata-taila-pūrṇaḥ
prajjvālito jñāna-mayaḥ pradīpaḥ
nārāyaṇaṁ namaskṛtya
naraṁ caiva narottamaṁ
daivīṁ sarasvatiṁ vyāsaṁ
tato jayam udīrayet.
Oṁ tad sad iti śrīmad Bhagavad-gitā ṣūpaniṣatsu brahma-vidyāyāṁ yoga-śāstre śrī
kṛṣṇārjuna saṁvāde,
Atha Sri Gita Chalisha.

4). Penyerahan Diri (Bhagavad-gītā.II.7).


kārpaṇya-doṣo’pahata-svabhāvaḥ
pṛcchāmi tvāṁ dharma-sammūḍha-cetāḥ
yac chreyaḥ syān niścitaṁ brūhi tan me
śiṣyas te’ham śādhi māṁ tvāṁ
prapannam.
5). Membaca Śrī Gītā Chalisha
Chalisha berarti 40. Gītā Chalisha berarti 40 sloka Bhagavad-gītā, jika dibaca/dinyanyikan
setiap hari pada pagi hari setelah sembahyang diyakini dapat memberikan keselamatan,
kemakmuran, dan kesejahteraan hidup lahir-bathin.
Praktek membaca/menyanyikan Gītā Chalisha setiap pagi setelah sembahyang pagi sangat
terkenal di India. Hampir tidak ada umat Hindu di India yang tidak mengenal dan atau tidak
pernah menyanyikan Gītā Chalisha dalam hidupnya.
Gītā Chalisha dibaca/dinyanyikan untuk 40 hari berturut-turut sebagai sebuah “paket” doa
keselamatan, diawali dengan menyalakan dupa dan api suci (lilin/jiotir).
(1) dhṛtarāṣṭra uvāca,
dharma kṣetre kuru-kṣetre, samavetā yuyutsavaḥ
māmakāḥ pāṇḍavāś caiva, kim akurvata sañjaya
Maharaja Dhṛtarāṣṭra berkata: wahai Sañjaya, putra-putraku dan putra-putra Pāṇdu sedang
berkumpul di medan suci Kurukṣetra dengan tekad untuk bertempur, (ceritakanlah padaku)
apa yang mereka (sedang) lakukan? (1.1).
(2) sañjaya uvāca
taṁ tathā kṛpayāviṣṭam, āśru-pūrṇākulekṣaṇaṁ
viṣīdantam idaṁ vākyam, uvāca madhusūdanaḥ
Sañjaya berkata: melihat Arjuna tertutupi oleh rasa belas kasihan dan penyesalan,
matanya menjadi basah dipenuhi oleh air mata, maka Madhusudana berkata sebagai
berikut. (2.1).
(3) śrī-bhagavān uvāca
aśocyān anvaśocas tvaṁ, prajñā-vādāṁś ca bhāṣase
gatāsūn agatāsūṁś ca, nānuśocanti paṇḍitāḥ.
Tuhan bersbda, Engkau berbicara dengan kata-kata yang sangat bijak, tetapi pada saat
yang sama engkau menyesal terhadap sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang-orang
bijaksana tidak akan bersedih terhadap mereka yang sudah meninggal maupun terhadap
mereka yang masih hidup. (2.11).
(4) dehino’smin yathā dehe, kaumāraṁ yauvanaṁ jarā
tathā dehāntara-prāptir, dhīras tatra na muhyati.
Sebagaimana sang roh di dalam badan ini mengalami perputaran dari masa kanak-kanak
ke masa muda dan masa tua, seperti itulah badan lain didapatkan setelah meninggal,
Dalam hal itu, orang-orang bijaksana sama sekali tidak akan terbingungkan oleh hal ini.
(2.13).
(5) vāsāṁsi jīrṇāni yathā vihāya, navāni gṛhṇāti naro’parāṇi,
tathā śarīrāṇi vihāya jīrṇāny, anyāni saṁyāti navāni dehi.
Sebagaimana halnya seseorang menanggalkan pakaian yang sudah usang dan
mengenakan pakaian yang baru, seperti itu pula sang roh meninggalkan badan jasmani
yang sudah tidak berguna dan memasuki badan jasmani yang baru.(2.22).
(6) sukha-duḥkhe same kṛtvā, lābhālābhau jayājayau,
tato yuddhāya yujyasva, naivaṁ pāpam avāpsyasi.
Terimalah dengan cara yang sama antara suka dan duka, untung dan rugi, menang
ataupun kalah. Setelah itu, sibukkanlah dirimu di dalam peperangan. Dengan demikian
engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa. (2.38).
(7) karmaṇy evādhikāras te, mā phaleṣu kadācana,
mā karma-phala-hetur bhūr, mā te saṅgo ’stv akarmaṇi.
Hakmu hanyalah pada peleksanaan tugas kewajiban, dan sama sekali tidak pada phahala
dari tugas kewajiban yang engkau lakukan. Jangan beranggapan engaku menjadi
penyebab dari hasil perbuatan, dan jangan menjadi terikat untuk tidak melakukan tugas
kewajiban. (2.47).
(8) buddhi-yukto jahātīha, ubhe sukṛta-duṣkṛte,
tasmād yogāya yujyasva, yogaḥ karmasu kauśalam.
Orang yang mempunyai kesadaran keseimbangan membebaskan dirinya dari perbuatan
baik dan buruk dalam kehidupan manusia ini. Oleh karena itu, lelapkanlah dirimu di dalam
yoga keseimbangan, sebab mempraktikkan yoga di dalam segala perbuatan adalah
kecerdasan. (2.50).
(9) indriyāṇāṁ hi caratāṁ, yan mano ’nuvidhīyate,
tad asya harati prajñāṁ, vāyur nāvam ivāmbhasi.
Kecerdasan seseorang dapat dijadikan budak bahkan oleh satu saja dari indria yang lelap
di dalam obyek-obyeknya. Ia dapat mengalahkan kesadaran spiritual orang bagaikan
sebuah perahu yang berada di atas permukaan air dihembus oleh angin. (2.67).
(10) prakṛteḥ kriyamāṇāni, guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ,
ahaṅkāra-vimūḍhatmā, kartāham iti manyate.
Dalam segala hal sesungguhnya segala jenis perbuatan ditentukan oleh sifat-sifat alam.
Tetapi, orang-orang yang dibinggungkan oleh keakuan palsu berpendapat, “Akulah yang
melakukan semua ini”. Demikian ia beranggapan.(3.27).
(11) evaṁ buddheḥ paraṁ buddhvā, saṁstabhyātmānam ātmanā,
jahi śatruṁ mahā-bāho, kāma-rūpaṁ durāsadam.
Mengetahui bahwa hawa nafsu lebih kuat daripada kecerdasan, maka setelah menguasai
diri melalui sang diri, wahai Arjuna yang berlengan perkasa, bunuhlah musuh yang tidak
terkalahkan, dalam bentuk hawa nafsu.(3.43).
(12) yadā yadā hi dharmasya, glānir bhavati bhārata,
abhyutthānam adharmasya, tadātmānaṁ sṛjāmy aham.
Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaannya dan kebatilan hendak
merajalela, O Arjuna; saat itu, maka Aku ciptakan diri-Ku sendiri.(4.7).
(13) cātur-varṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ, guṇa-karma-vibhāgaśaḥ,
tasya kartāram api mām, viddhy akartāram awyayam.
Catur warna (empat tatanan masyarakat) adalah ciptaan-Ku menurut pembagian kwalitas
dan kerja, tetapi ketahuilah bahwa walaupun Aku penciptaannya, Aku tak berbuat dan
merubah diri-Ku.(4.13).
(14) karmaṇy akarma yaḥ paśyed, akarmaṇi ca karma yaḥ,
sa buddhimān manuṣyeṣu, sa yuktaḥ kṛtsna-karma-kṛt.
Orang yang mampu melihat apa itu perbuatan di dalam tidak melakukan perbuatan, dan
melihat tidak melakukan perbuatan di dalam perbuatan, sesungguhnya orang seperti itu
adalah orang yang cerdas di antara ribuan orang, dan dia adalah seorang Yogi, orang
yang sibuk melakukan segala jenis perbuatan (mulia). (4.18).
(15) brahmārpaṇaṁ brahma havir, brahmāgnau brahmaṇā hutam,
brahmaiva tena gantavyaṁ, brahma-karma-samādhinā.
Kegiatan mempersembahkan adalah Tuhan, persembahan itu sendiri adalah Tuhan,
menghaturkan persembahan oleh Tuhan ke Api Suci Tuhan pun adalah Tuhan, dan bagi
mereka yang seluruh perbuatannya merasuk lelap di dalam persembahan kepada Tuhan,
tujuan akhir mereka pun adalah Tuhan.(4.24).
(16) na hi jñānena sadṛśaṁ, pavitram iha vidyate,
tat svayaṁ yoga-saṁsiddhaḥ, kālenātmani vindati.
Sesungguhnya di dunia ini tidak ada kekuatan penyucian yang melebihi kekuatan
penyucian memalui ilmu pengetahuan suci. Kepada mereka yang sudah mencapai
kesempurnaan praktik Yoganya, setelah beberapa waktu, maka kebenaran sejati akan ia
temukan di dalam dirinya sendiri. (4.38).
(17) sannyāsas tu mahā-bāho, duḥkham āptum ayogataḥ,
yoga-yukto munir brahma, na cireṇādhigacchati.
Akan tetapi, wahai Arjuna, keberhasilan pelaksanaan sāṅkhya-yoga tanpa pelaksanaan
karma-yoga adalah sulit. Sedangkan seseorang karma-yogi yang dengan mantap
mempersembahkan perbuatan kepada Tuhan, maka sang karma-yogi segera mencapai
Brahman. (5.6).
(18) brahmaṇy ādhāya karmāṇi, saṅgaṁ tyaktvā karoti yaḥ,
lipyate na sa pāpena, padma-patram ivāmbhasā.
Dia yang mempersembahkan segala perbuatannya kepada Brahman dan meninggalkan
segala keterikatannya sambil tetap melakukan perbuatan-perbuatan sebagai
persembahan kepada Brahman, maka orang seperti itu tidak akan pernah disentuh oleh
hasil-hasil perbuatan, bagaikan daun bunga padma tidak dibasahi oleh air.(5.10).
(19) yo mām paśyati sarvatra, sarvaṁ ca mayi paśyati,
tasyāhaṁ na praṇasyāmi, sa ca me na praṇaśyati.
Dia yang melihat Aku berada di dalam semuanya, dan melihat semuanya berada di dalam
diri-Ku, maka Aku tidak pernah lenyap baginya, dan dia pun tidak pernah lenyap bagi-Ku.
(6.30).
(20) catur-widhā bhajante māṁ, janāḥ sukṛtino `rjuna.
ārto jijñāsur arthārthī, jñānī ca bharatarṣabha.
(Sebaliknya) wahai Arjuna, ada empat golongan manusia yang saleh yang menyembah-
Ku, yaitu: orang yang sedang dalam kesulitan, orang sekedar ingin tahu, orang yang
menginginkan harta-benda, dan orang yang menginginkan pembebasan.(7.16).
(21) bahūnāṁ janmanām ante, jñānavān mām prapadyate,
vāsudevaḥ sarvam iti, sa mahātmā su-durlabhaḥ.
Orang yang berilmu akan datang kepada-Ku pada akhir banyak kelahiran, karena tahu
Wasudewa adalah segalanya, jiwa orang serupa itu sukar untuk didapat.(7.19).
(22) avyaktaṁ vyaktim āpannaṁ, manyante mām abuddhayaḥ,
paraṁ bhāvam ajānanto, mamāvyayam anuttamam.
Orang yang tanpa pemahaman berpikir tentang Aku yang tak berwujud sebagai memiliki
wujud, tidak mengetahui sifat-Ku yang lebih tinggi, tak berubah dan Yang Maha Tinggi.
(7.24).
(23) yaṁ-yaṁ vāpi smaran bhāvaṁ, tyajaty ante kalevaram.
tam-tam evaiti kaunteya, sadā tad-bhāva bhāvitaḥ.
Atau apa saja yang diingat pada saat ajal itu, meninggalkan badan jasmani ini, oh Arjuna
ia akan sampai pada keadaan yang terpikirkan itu, sebab terus menerus terbenam dalam
pikiran itu.(8.6).
(24) tasmāt sarveṣu kāleṣu, mām anusmara yudhya ca.
mayy arpita-mano-buddhir, mām evaiṣyasy asaṁśayaḥ.
Karena itu kapan saja ingatlah pada-Ku selalu dan berjuanglah terus maju dengan pikiran
dan pengertian tetap pada-Ku, engkau pasti sampai kepada-Ku.(8.7).
(25) ananyāś cintayanto mām, ye janāh paryupāsate,
tesām nityābhiyuktānām, yoga-ksemam wahāmy aham.
Mereka yang memuja Aku sendiri, merenungkan Aku selalu, kepada mereka Ku-bawakan
segala apa yang mereka tidak punya, dan Ku-lindungi segala apa yang mereka miliki.
(9.22)
(26) patraṁ puspaṁ phalaṁ toyaṁ, yo me bhaktyā prayacchati,
tad ahaṁ bhakty-upahṛtam, aśnāmi prayatātmanaḥ.
Siapapun dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum
bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, Aku terima bhakti persembahan dari orang yang
berhati suci.(9.26).
(27) man-manā bhawa mad-bhakto, mad-yājīmāṁ namaskuru.
mām evaiṣyai yuktvaivam, ātmanaṁ mat-parāyaṇaḥ.
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada Aku, bersujud pada Aku, sembahlah Aku, dan
setelah kau mengendalikan dirimu dengan Aku jadi tujuanmu tertinggi, engkau akan tiba
pada Aku.(9.34).
(28) ahaṁ sarvasya prabhavo, mattah sarvaṁ pravartate.
iti mattvā bhajante māṁ, budhā bhāva-samanvitāḥ.
Aku adalah asal mula segala yang ada, dari Aku lahirnya segala sesuatu ini, mengetahui
ini orang bijaksana memuja-Ku dengan sepenuh kalbu.(10.8).
(29) mat-karma-kṛn mat-paramo, mad-bhaktaḥ saṅga-varjitaḥ,
nirvairaḥ sarva-bhūteṣu, yaḥ sa mām eti pāṇḍava.
Dia yang melakukan segala perbuatan hanya demi memuaskan Diri-Ku, dia yang menjadi
penyembah-Ku yang baik dan menjadikan Aku sebagai tujuan akhir hidupnya, yang sudah
membebaskan dirinya dari segala jenis keterikatan, dan tidak bermusuhan dengan
makhluk hidup mana pun (di atas muka bumi), wahai Putra Mahārāja Pāṇdu, dia pasti
dapat mencapai Diri-Ku.(11.55).
(30) mayy eva mana ādhatswa, mayi buddhiṁ niveśaya,
nivasiṣyasi mayy eva, ata ūrdhvaṁ na saṁśayaḥ.
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, biarlah kesadaranmu ada pada-Ku, setelah itu engkau akan
hidup di dalam-Ku, dan ini tidak perlu disangsikan lagi.(12.8)
(31) yāvat sañjāyate kiñcit, sattvaṁ sthāvara-jangamam,
kṣetra-kṣetrajña-saṁyogāt, tad viddhi bharatarṣabha.
Wahai yang terbaik dari keturunan Bharata, seluruh makhluk hidup ciptaan di alam ini,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, semua itu hendaknya engkau ketahui
sebagai gabungan antara lapangan dan yang mengetahui lapangan.(13.27).
(32) māṁ ca yo `vyabhicāreṇa, bhakti-yogena sevate,
saguṇān samatītyaitān, brahma-bhūyāya kalpate.
Orang yang melakukan pelayanan kepada-Ku melalui bhakti-yoga yang tidak
tergoyahkan, dia akan berhasil mengatasi sifat-sifat alam itu dan akhirnya menjadi layak
untuk sampai pada Sang Maha Pencipta.(14.26).
(33) sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo, mattaḥ smṛtir jñānam aphanaṁ ca,
vedaiśca sarvair aham eva vedyo, vedānta-kṛd veda-vid eva cāham.
Aku berada di dalam hati seluruh makhluk hidup. Dari Akulah datangnya ingatan, ilmu
pengetahuan, dan juga kelupaan. Dari seluruh kitab suci Veda dan kitab-kitab suci
lainnya, Akulah yang patut diketahui, karena sesungguhnya Akulah penyusun kitab suci
Vedanta, dan yang mengetahui seluruh ajaran kitab suci Veda.(15.15).
(34) tri-vidhaṁ narakasyedaṁ, dvāraṁ nāśanam ātmanaḥ,
kāmaḥ krodhas tathā lobhas, tasmād etat trayaṁ tyajet.
Ini pintu gerbang ke neraka, jalan menuju jurang kehancuran diri, ada tiga yaitu kama
(bernafsu), kroda (marah), dan loba (rakus); oleh karena itu ketiga-tiganya harus
ditinggalkan.(16.21).
(35) anudvega-karaṁ vākyaṁ, satyaṁ priya-hitaṁ ca yat,
svādhyāyābhyasanaṁ caiva, vāṅ-mayaṁ tapa ucyate.
Kata-kata yang tidak melukai hati, dapat dipercaya, lemah lembut dan berguna, serta
membaca Veda secara teratur, ini dinamakan bertapa dengan ucapan/perkataan.(17.15).
(36) bhaktyā māṁ abhijānāti, yāvān yaś casmi tatvataḥ,
tato māṁ tattvato jñātvā, viśate tad-anantaram.
Dengan berbakti kepada Aku, ia mengetahui Aku apa dan siapa Aku sebenarnya; lalu
setelah mengetahui kekurangan, ibarat api diselubungi asap.(18.55).
(37) iśvaraḥ sarva-bhūtānām, hṛd-deśe’rjuna tiṣṭhati,
bhrāmayan sarva-bhūtāni, yantrārūdhāni māyayā.
Wahai Arjuna, Brahman bersemayam di hati setiap mhkluk hidup. Melalui kekuatan Maya-
Nya, memasuki mesin badan jasmani Brahman menyebabkan semua makhluk hidup
dapat bergerak.(18.61).
(38) sarva-dharmān parityajya, mām ekaṁ śaraṇaṁ vraja,
ahaṁ tvāṁ sarva-pāpebhyo, mokṣayiṣyāmi mā śucaḥ.
Tinggalkanlah segala tugas kewajibanmu, tetapi datanglah dan serahkanlah dirimu
sepenuhnya hanya kepada-Ku, Maka Aku akan membebaskan dirimu dari segala dosa
dan Aku akan memberikan pembebasan dari kesengsaraan duniawi kepadamu. (terhadap
pernyataan-Ku ini). Janganlah engkau ragu.(18.66).
(39) ya idaṁ paramaṁ guhyaṁ, mad-bhakteṣv abhidhāsyati,
bhaktiṁ mayi parāṁ kṛtvā, mām evaiṣyaty asaṁśayaḥ.
Dengan melaksanakan cinta kasih bhakti sepenuhnya kepada-Ku, dia yang
menyampaikan ajaran-ajaran-Ku yang sangat utama dan penuh rahasia ini di antara
orang-orang yang menyembah-Ku, maka tanpa diragukan lagi, orang itu akan sampai
kepada-Ku.(18.68).
(40) yatra yogeśvaraḥ kṛṣṇo, yatra pārtho dhanur-dharaḥ,
tatra śrir vijayo bhūtir, dhruvā nītir matir mama.
Inilah pendapat hamba: Di mana pun ada Śrī Kṛṣṇa, penguasa ajaran yoga, dan di mana
pun ada Arjuna, sang pemanah utama, maka di sana pasti ada kemakmuran, kejayaan,
kesejahteraan, dan moralitas yang tinggi.(18.78)

6). Mengakhiri Membaca Bhagavad-gītā


(1). Selesai membaca Bhagavad-gītā,
selalu ditutup dengan mantram:
Oṁ tad sad iti śrīmad Bhagavad-gitā
ṣūpaniṣatsubrahma-vidyāyāṁ yoga-
śāstre Śrī Kṛṣṇārjuna saṁvāde.

Anda mungkin juga menyukai