PENGANTAR
Paṭṭhāna merupakan 1 dari 7 kitab dalam Abhidhamma Piṭaka, Sang Buddha membabarkan
Abhidhamma tidak di alam Manusia, tetapi Beliau membabarkan Abhidhamma tersebut
dengan detil selama 3 bulan secara terus menerus, di alam Dewa Tāvatiṃsā untuk berterima
kasih dan membalas budi IbuNya yang telah terlahir sebagai dewa di alam Tāvatiṃsā. Setiap
harinya, Beliau kembali ke alam manusia untuk berpindapatta dengan menciptakan wujud
Buddha yang sama di alam Tāvatiṃsā untuk melanjutkan pembabaran Abhidhamma. Setelah
makan, Beliau membabarkan Abhidhamma kepada Y.A Sāriputta secara singkat.
Pada hari yang sama, Y.A Sāriputta membabarkan Abhidhamma kepada 500 bhikkhu murid-
muridnya.
Setelah mendengarkan Abhidhamma, semua 500 bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian
Arahat. Pada kehidupan lampaunya ke-500 bhikkhu ini merupakan kelelawar yang hidup di
goa pada masa Buddha Kassapa. Suatu hari, murid dari Buddha Kassapa sedang melafalkan
Abhidhamma Piṭaka di dalam goa tersebut. Kelelawar-kelelawar itu mendengarkan
Abhidhamma tanpa mengetahui artinya. Tetapi mereka mendengarkan sambil menikmati suara
pelafalan itu. Karena kusala ( kebajikan ) itu, setelah mereka mati, mereka semua terlahir
sebagai dewa. Ketika munculnya Buddha Gotama, mereka terlahir kembali sebagai manusia
dan menjadi bhikkhu. Setelah mereka mendengarkan Abhidhamma dari Y.A Sāriputta, mereka
semua mencapai tingkat kesucian Arahat.
Paṭṭhāna berarti hubungan Kondisi-kondisi atau sebab-sebab yang terjadi dalam kehidupan,
atau sebab-sebab unsur kondisi, Patthana adalah Dhamma yang sangat luas dan dalam.
Siapapun yang mempelajari Paṭṭhāna, akan merasa bahagia dan semakin mengagumi
pengetahuan dari Sang Buddha.
Banyak orang melafalkan Paṭṭhāna, karena meyakini sebagai Dana Dhamma atau Pemberian
Kebenaran, Sang Buddha Jelaskan di Antara Semua jenis Pemberian, maka Pemberian
Dhammalah yang tertinggi. Oleh karena itu dengan melafalkan Patthana Abhidhamma kita
bisa menghimpun jasa kebajikan, dan jasa ini bisa kita berikan atau limpahkan kepada siapa
saja yang membutuhkan, utamanya para Leluhur atau para Mahkluk yang membutuhkan Jasa
Kebajikan.
Di Myanmar, banyak orang melafalkan Paṭṭhāna. Mereka mempercayai bahwa dengan
melafalkan Paṭṭhāna dapat terhindar dari bahaya, mendapatkan keuntungan, kemakmuran,
kesuksesan dan dilindungi oleh dewa-dewa. Tetapi kita harus melafalkan Paṭṭhāna dengan
niat yang benar yaitu dengan niat untuk menghormati risalah Paṭṭhāna dan untuk melestarikan
Buddha sāsanā.
Daftar isi
i. NAMAKARA GATHA
iv. VANDANA
v. TISARANA
vi. PANCASILA
vii. BUDDHANUSSATI
viii. DHAMMANUSSATI
ix. SANGHANUSSATI
x. SACCAKIRIYA GATHA
xi. PATTHANA
xii. BHAVANA
xiii. ETTAVATA
( I ). NAMAKĀRA GĀTHĀ (Syair Penghormatan)
Dhammassavana-kālo ayam-bhadantā
Dhammassavana-kālo ayam-bhadantā
Dhammassavana-kālo ayam-bhadantā
( IV ). PUBBABHĀGANAMAKĀRA (Penghormatan Awal)
Hetupaccayo , ārammaṇapaccayo,
adhipatipaccayo, anantarapaccayo,
samanantarapaccayo, sahajātapaccayo,
aññamaññapaccayo, nissayapaccayo,
upanissayapaccayo, purejātapaccayo,
pacchājātapaccayo, āsevanapaccayo,
kammapaccayo, vipākapaccayo,
āhārapaccayo, indriyapaccayo,
jhānapaccayo, maggapaccayo,
sampayuttapaccayo, vippayuttapaccayo,
atthipaccayo, natthipaccayo,
vigatapaccayo, avigatapaccayoti
1. Hetupaccayo’ti
Hetusampayuttakānaṃ, dhammānaṃ, taṃ samuṭṭhānānañca rūpānaṃ, hetu
paccayena paccayo.
2. Arammaṇapaccayo’ti
1. Adhipati paccayo’ti
3. Samanantarapaccayo’ti
6. Sahajātapaccayo’ti
7. Aññamaññapaccayo’ti
8. Nissayapaccayo’ti
9. Upanissayapaccayo’ti
10. Purejātapaccayo’ti
11. Pacchājātapaccayo’ti
12. Āsevanapaccayo’ti
14. Vipākapaccayo’ti
15. Āhārapaccayo’ti
16. Indriyapaccayo’ti
7. Jhānapaccayo’ti
19. Sampayuttapaccayo’ti
20. Vippayuttapaccayo’ti
21.Atthipaccayo’ti
22. Natthipaccayo’ti
23. Vigatapaccayo’ti
24. Avigatapaccayo’ti
Paccayaniddeso
Sadhu.. Sadhu…Sadhu..
Duduklah, dengan rileks dengan posisi tubuh tegak tetapi tidak kaku, kaki
disilangkan atau ambil posisi berslila setengah teratai ( sidasana ), untuk lelaki
yaitu kaki kiri di taruh dibawah, sedangkan kaki kanan di atasnya ( untuk wanita
sebaliknya ). Seementara untuk posisi teratai penuh ( padmasana ) kedua telapak
kaki bersilang dan menghadap ke-atas semua.
Kemudian taruh tangan di atas pangkuan dengan posisi tangan untuk lelaki,
tangan kiri taruh dibawah tangan kanan dan kedua ibu jari saling bertemu
( untuk wanita sebaliknya ) atau mengambil posisi tangan yang sama tapi bagian
ibu jari kiri bertemu dengan jari telunjuk kanan ( untuk wanita sebaliknya ).
Saat sudah tenang, damai dan bahagia, kita bisa memberikan kebahagiaan ini
kepada mereka yang sudah meninggal, dengan cara kita bayangkan mereka
yang sudah meningeal hadir di depan kita, kemudian kita ingat semua perbuatan
baik yang sudah kita lakukan, kemudian bayangkan semua kumpulan kebajikan
itu, berubah menjadi sekuntum teratai putih, yang mekar indah dan wangi,
kemudian kita berikan kuntum teratai itu kepada mereka yang meninggal sambil
mengucapkan kata dalam hati
“ Idam vo ñāttinaṃ hotu – sukkhita hontu ñātta yo ” .
ETTÃVÃTA CA AMHEHI
SAMBHATAṀ PUÑÑA SAMPADAṀ
SABBE DEVÃ ANUMODANTU
SABBA SAMPATTI SIDDHIYÃ
ETTÃVÃTA CA AMHEHI
SAMBHATAṀ PUÑÑA SAMPADAṀ
SABBE BHŪTÃ ANUMODANTU
SABBA SAMPATTI SIDDHIYÃ
ETTÃVÃTA CA AMHEHI
SAMBHATAṀ PUÑÑA SAMPADAṀ
SABBE SATTÃ ANUMODANTU
SABBA SAMPATTI SIDDHIYÃ
IDAṀ VO ÑÃTINAṀ HOTU SUKHITÃ HONTU ÑÃTAYO (3X)
ÃKÃSATTÃ CA BHUMMATTHÃ
DEVÃ NÃGÃ MAHIDDHIKÃ
PUÑÑAṀ TAṀ ANUMODITVA
CIRAṀ RAKKHANTU … ( nama mendiang )
( 3X )
ÃKÃSATTÃ CA BHUMMATTHÃ
DEVÃ NÃGÃ MAHIDDHIKÃ
PUÑÑAṀ TAṀ ANUMODITVA
CIRAṀ RAKKHANTU MAṀ PARAṀTI
( XIV ) Penutup