Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA (STAB) NALANDA JAKARTA

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GENAP


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama : Diki Arya Pangestu


NIM : 1803100953
Hari/Tanggal : Senin, 7 Juni 2021
Waktu : 17.30-19.10
Dosen : Ali Thaufan Dwi Saputra, M.Ag.
Mata Kuliah : Pluralitas Agama di Indonesia

No Jawaban Nilai

1 Kerukunan antarumat beragama, bukan bermakna


mencampuradukkan keyakinan dan ritual. Namun,
bermakna untuk tidak saling mengganggu dan tidak
saling menghina agama masing-masing. Secara prinsip
kita diperbolehkan menjalin hubungan baik dengan
yang berbeda agama selama mereka tidak
menampakkan permusauhan. Namun, ekspresi
hubungan baik tidak perlu diwujudkan dengan
mencampuradukkan keyakinan atau peribadatan.

Kalau saya katakan Agama adalah sebuah prinsip, jika


anda masnusia yang beragama tentu anda akan
mempraktikan dan mendalami Agama yang anda anut,
meski begitu juga ikut bahagia dengan kebahagiaan
orang lain adalah perbuatan yang bijaksana. Budi
adalah orang yang begitu toleran dengan perbedaan
didalam keluarga nya, tapi kembali lagi agama adalah
sebuah prinsip. Jika anda Andi ingin mempraktikan
ajaran yang di anut tanpa menyakiti dan menyinggung
kepercayaan oarang lain Pastinya Anda harus tetap dan
berusaha baik dengan mereka namun tetap
mempertahankan prinsip akidah atau keimanan Anda
sebagai seorang muslimah. Cobalah dari sekarang Anda
sampaikan secara sopan dan ramah bahwa nanti Anda
tidak akan mengucapkan “Selamat Natal” kepada
mereka. Sampaikan saja bahwa hal ini adalah bagian
dari prinsip beragama Islam.

Budi adlah orang yang toleran

Sikap yang justru berbalik ada pada diri Andi, memaksa


mengucapkan selama Natal kepadanya dan rekan-rekan

Kristiani adalah sikap yang tentu saja tidak toleran.

2 Hal hal tau kasus seperti ini tidak akan terjadi apabila masing
masing masyarkat yang berbeda keyakinan memopunyai rasa
empati dan toleransi yang tinggi, jadi jika saya pejabat
ataupun tokoh agama saya tidak akan membiarkan hal hal
seperti ini terjadi, yaitu dengan mencegah, Mencegah dengan
cara bagaimana ?? Dengan cara mengadakan sosialisasi
dengan masyarakat sekitar sebelum membangun sebuah
rumah ibadah, cara ini dilakukan agar membuka pikiran
masyarakat tentang perbedaan dan indahnya toleransi. Dengan
itu tidak aka ada konflik jika masyarakat mempunya rasa
toleransi yang tinggi.
3 Secara teoritis, politik identitas adalah politis untuk
mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-
anggota suatu kelompok karena memiliki kesamaan
identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras,
etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik identitas
merupakan rumusan lain dari politik perbedaan. Politik
Identitas merupakan tidakan politis dengan upaya-
upaya penyaluran aspirasi untuk mempengaruhi
kebijakan, penguasaan atas distribusi nilai-nilai yang
dipandang berharga hingga tuntutan yang paling
fundamental, yakni penentuan nasib sendiri.

rendahnya literasi baik politik dan komunikasi. Soal


literasi politik, banyak partai politik yang tidak bisa
mengelola konflik dengan baik. Sementara kecerdasan
masyarakat cenderung lemah menyikapi masalah
tersebut.

Kemudian, soal rendahnya literasi komunikasi dikarenakan


kurangnya pemahaman masyarakat dalam membedakan opini
yang berisi ujaran kebencian dengan fakta yang beredar di
ruang publik. Oleh karena itu sebagai generasi milenial
dimana saat ini era digital gampang sekali berita bohong
dengan headline headline yang berbau ras, agama dll, hal ini
jika ditelan mentah mentah tentunya akan mebuat konflik
yang jika dibiartkan akan menuju sebuah politik identitas.
4 Moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak
berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal, Beragama
itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapanpun
dimanapun dan kepada siapapun. Beragama itu bukan
untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk
menyikapi keberagaman dengan penuh kearifan.
Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat
dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan
terlindungi.

Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat


untuk menegasi dan saling merendahkan dan
meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya,
mari senatiasa menebarkan kedamaian dengan
siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu
menjaga, menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga
seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.

Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam


beragama secara moderat, yakni memahami dan
mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik
ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme,
radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya
hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
5

Anda mungkin juga menyukai