Soal
1. Berkaitan dalam membina kehidupan beragama. Pendalaman dan penghayatan agama
tidak hanya dapat dilakukan dengan mempelajari ajarannya saja, atau melaksanakan
ibadahnya saja ditempat – tempat suci, namun diperlukan orang – orang suci. Apa yang
dimaksud dengan orang suci menurut agama Hindu ?
Jawab: Orang suci terdiri dari kata orang dan suci, orang berarti manusia, dan suci berarti
kemurnian dan kebersihan lahir batin. Jadi, orang suci ialah manusia yang memiliki kekuatan
mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani serta peka akan getaran-getaran spiritual,
welas asih, dan memiliki kemurnian batin dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama. Menurut
agama Hindu orang suci adalah orang yang dipandang mampu atau paham tentang agama Hindu.
Ajaran agama Hindu memiliki banyak sebutan bagi orang suci, seperti Sulinggih, Maharsi,
Bhagavan, dan sebutan gelar orang suci lainnya.
2. Peraturan dalam agama hindu menegaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk
memimpin suatu Yajna Adalah orang suci / orang bijaksana, yang dalam hidupnya telah
melakukan peenyucian lahir dan bathin. Jelaskan cara penyucian tersebut!
Jawab: Madiksa adalah upacara penyucian diri baik secara lahir dan batin dari seorang Wilaka
(orang biasa) menjadi orang suci pendeta atau sulinggih.[1] Upacara Madiksa termasuk dalam
upacara Rsi Yadnya atau upacara pengorbanan suci.[2] Upacara Madiksa sebagai wujud
ungkapan rasa syukur kepada para guru atau Maha Resi yang telah
mengajarkan ilmu tentang agama, pengetahuan suci maupun memimpin upacara.[1] Madiksa
disebut juga dengan Madwijati yang artinya kelahiran yang kedua kali.[3] Seseorang yang akan
menjadi pendeta wajib mengikuti upacara ini, karena akan memberikan pengajaran bagi dirinya
sendiri dan orang lain. Upacara ini dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali.[3] Orang yang wajib
mengikuti upacara ini adalah yang akan jadi pendeta dan umurnya minimal 40 tahun, karena
memiliki kematangan dan pengalaman dalam hidupnya.[3] Tepat sehari sebelum melakukan
Upacara Madiksa ini, calon Sulinggih atau Pendeta tersebut diharuskan melakukan Upacara
Nyekes yakni berdiam diri di rumah seharian penuh untuk melakukan perenungan dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum akhirnya menjadi Pendeta yang
tugasnya melayani umat.[3]
3. Orang – orang suci agama hindu (Pandita - Pinandita) sangat besar perannya dalam
kehidupan beragama, Mengapa demikian?
Jawab: Orang suci Hindu memiliki peran mulia terhadap umat Hindu. Orang suci Hindu tidak
bisa diperlakukan secara tidak baik, tidak sopan, tidak beretika, tidak santun, tidak ramah, dan
melanggar dari ketentuan dalam ajaran agama Hindu. Orang suci selalu dijaga tingkat
kesuciannya oleh orang suci Hindu itu sendiri maupun oleh segenap warga atau umat Hindu pada
umumnya. Keberadaan orang suci Hindu bukan semata untuk hal atau kepentingan bagi orang
suci Hindu saja, tetapi keberadaan orang suci untuk kebutuhan, kepentingan, maupun demi untuk
pelayanan kepada umat Hindu secara umum di Indonesia
Sedangkan pandita adalah: Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang
suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa. Orang yang telah melaksanakan
proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali. Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu,
sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe. Setelah
melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita. Kata Pandita
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Pandit yang artinya terpelajar, pintar, dan bijaksana. Orang
suci yang tergolong Dwi Jati adalah orang yang bijaksana. Orang suci yang termasuk kelompok
ini, antara lain Pandita, Pedanda, Bujangga, Maharsi, Bhagavan, Empu, Dukuh, dan sebagainya.
(Susila dan Duwijo. 2014: 13-14)
Yada-yada hi dharmasya
Abhyutthanam adharmasya
Artinya :
Sambhavamy atmamayaya.
Artinya :
Walaupun Aku tak terlahirkan, tak termusnahkan dan Aku adalah pencipta makhluk hidup
segala, namun atas penguasaan sifat-Ku Aku menjelma.
ar itranaya sadhunam
Dharma samsthapanarthaya
Sambhavami yuge-yuge.
Artinya :
Matsya Awatara, muncul di zaman Satya Yuga. Ia dikenal pada masa kekuasaan Raja
Satyabrata yang juga dituliskan sebagai Waiwasta Manu. Cerita mengenai Matsya Awatara
ini bisa didapatkan dalam Matsyapurana. Kisahnya secara umum mirip dengan kisah Nabi
Nuh dan juga sejumlah kisah klasik dari Amerika dan Yunani. Wujudnya berupa ikan
raksasa.
Kurma Awatara, ia muncul juga di zaman yang sama seperti Matsyapurana yakni zaman
Satya Yuga. Ia diketahui berwujud kura-kura raksasa yang dinamakan sebagai Akupa.
Waraha Awatara, ia muncul di zaman Satya Yuga. Wujudnya berupa babi hutan dan ia
muncul di alas gunung Mandara (hutan).
Narasinga Awatara, wujudnya berupa manusia namun berkepala singa. Kukunya sangat
tajam layaknya pedang dan ia punya banyak tangan yang masing-masing dilengkapi senjata.
Ia adalah simbol pelindung.
Parasurama Awatara, ia adalah awatara yang kadang dinamakan juga sebagai Ramaparasu.
Ia diyakini umat Hindu sebagai tokoh yang abadi. Ia ada oada masa Tretayuga.
Rama Awatara, adalah raja legendaris yang namanya sangat dikenal di India. Ia ada pada
zaman Tretayuga dan dikenal dengan nama Ramacandra atau Rama saja. Dalam dunia sastra
ia dikenal sebagai Ramayana.
Krishna Awatara, adalah dewa pujaan Umat Hindu yang wujudnya berupa anak kecil
dengan penggambaran kulit biru tua atau gelap. Ia selalu digambarkan bermain seruling.
Buddha Awatara, yakni Buddha Gautama yang merupakan awatara kesembilan. Arti
Buddha adalah mereka yang sudah mendapat pencerahan. Buddha disebutkan juga dalam
Kitab Purana.
Kalki Awatara, yakni awatara kesepuluh dan disebut yang paling akhir. Ia akan muncul di
akhir zaman kegelapan serta kehancuran atau zaman Kaliyuga.
Matsya Awatara, muncul di zaman Satya Yuga. Ia dikenal pada masa kekuasaan Raja
Satyabrata yang juga dituliskan sebagai Waiwasta Manu. Cerita mengenai Matsya Awatara
ini bisa didapatkan dalam Matsyapurana. Kisahnya secara umum mirip dengan kisah Nabi
Nuh dan juga sejumlah kisah klasik dari Amerika dan Yunani. Wujudnya berupa ikan
raksasa.
Kurma Awatara, ia muncul juga di zaman yang sama seperti Matsyapurana yakni zaman
Satya Yuga. Ia diketahui berwujud kura-kura raksasa yang dinamakan sebagai Akupa.
Waraha Awatara, ia muncul di zaman Satya Yuga. Wujudnya berupa babi hutan dan ia
muncul di alas gunung Mandara (hutan).
Narasinga Awatara, wujudnya berupa manusia namun berkepala singa. Kukunya sangat
tajam layaknya pedang dan ia punya banyak tangan yang masing-masing dilengkapi senjata.
Ia adalah simbol pelindung.
Parasurama Awatara, ia adalah awatara yang kadang dinamakan juga sebagai Ramaparasu.
Ia diyakini umat Hindu sebagai tokoh yang abadi. Ia ada oada masa Tretayuga.
Rama Awatara, adalah raja legendaris yang namanya sangat dikenal di India. Ia ada pada
zaman Tretayuga dan dikenal dengan nama Ramacandra atau Rama saja. Dalam dunia sastra
ia dikenal sebagai Ramayana.
Krishna Awatara, adalah dewa pujaan Umat Hindu yang wujudnya berupa anak kecil
dengan penggambaran kulit biru tua atau gelap. Ia selalu digambarkan bermain seruling.
Buddha Awatara, yakni Buddha Gautama yang merupakan awatara kesembilan. Arti
Buddha adalah mereka yang sudah mendapat pencerahan. Buddha disebutkan juga dalam
Kitab Purana.
Kalki Awatara, yakni awatara kesepuluh dan disebut yang paling akhir. Ia akan muncul di
akhir zaman kegelapan serta kehancuran atau zaman Kaliyuga.