Anda di halaman 1dari 7

Nama :DEWA NGAKAN MADE BAGAS SATYA WIRANDANA

NOTAR :2002086
Absen :06
Kelas :MTJ 1.4
Matkul :Pendidikan Agama Hindu
A. SOAL
1. Pandangan tentang kebenaran (filsafat)/filsafat India dapat di bedakan atas dua kelompok,
sebutkan dan uraikan!
2. Dalam kehidupan agama Hindu di dunia ini diajarkan dengan adanya empat tingkat
kehidupan manusia, jelaskan dan uraikan dari masing-masing tingkatan tersebut!
3. Setiap enam bulan sekali dalam hitungan kalender bali kita selalu melaksanakan upacara
Otonan dan juga kadang-kadang melakukan upacara Bayuh Oton, apa maksud dari
upacara Otonan dan Bayuh Oton tersebut!
4. Ethika adalah pengetahuan tentang kesusilaan, yaitu berbentuk kaidah-kaidah yang berisi
larangan-larangan untuk berbuat sesuatu. Di dalam ajaran agama Hindu terdapat suatu
ajaran tentang ethika, sebutkan dan jelaskan!
5. Pada dasarnya setiap manusia yang terlahir ke dunia membawa hutang yang harus ia
bayar. Ada tiga jenis ketergantungan dalam hidup manusia yang membawa ikatan hutang,
jelaskan ketiga hutang tersebut!
6. Tuliskan dan jelaskan salah satu sloka dalam kitab suci Bhagawadgita yang menyatakan
bahwa Tuhan menciptakan manusia kedunia ini melalui yajna, dengan yajna pula
manusia akan mencapai kebaikan yang maha tinggi !.
7. Dalam ajaran Nitisastra yang sangat luas, salah satu ajarannya adalah Pancadasa
Paramiteng Prabu (sifat-sifat kepemimpinan Gajah mada), uraikan dan jelaskan dari
ajaran tersebut dan apakah ajaran tersebut masih relewan jika diterapkan pada jaman
sekarang!.
8. Jelaskan makna filosofi dari cerita Lubdaka dalam memperingati hari raya Siwaratri!.
9. Gambarkan Denah Merajan/Sanggah yang berada di lingkunganmu yang benar beserta
nama-nama pelinggihnya dengan lengkap!.
10. Apa makna filosofi dari kenapa pada saat sembahyang kita harus pakai senteng yang di
ikatkan di pinggang dan memakai kain pada umumnya, serta jelaskan cara berpakaian
sembahyang yang benar untuk pergi ke Pura!.
B. JAWABAN
1. Kebenaran (filsafat)/filsafat India dapat di bedakan atas dua kelompok, antara lain:
a. Āstika
Berarti seseorang yang percaya pada keberadaan Diri / Jiwa atau Brahman , dll. Ini
telah didefinisikan dalam salah satu dari tiga cara.
b. Nāstika
Adalah mereka yang menyangkal semua definisi masing-masing dari āstika ; [5]
mereka tidak percaya pada keberadaan Jiwa atau Diri.
2. Pembagian catur asrama dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:
a. Brahmacari
Brahmacari berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya ilmu
pengetahuan suci dan Cari ( car ) yang artinya bergerak. Jadi brahmacari artinya
bergerak di dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan (masa menuntut ilmu
pengetahuan). Dalam kitab Manawa Dharmasastra disebutkan bahwa umur untuk
mulai belajar adalah semasa anak-anak, yaitu umur 5 tahun dan selambat-lambatnya
umur 8 tahun.
b. Grahasta
Merupakan jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu membina rumah
tangga ( dari mulai kawin ). Kata grahasta berasal dari dua kata. Grha artinya
rumah, stha artinya berdiri. Jadi grahasta artinya berdiri membentuk rumah tangga.
Dalam berumah tangga ini harus mampu seiring dan sejalan untuk membina
hubungan atas darar saling cinta mencintai dan ketulusan.
c. Wanaprasta
Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan,
semak belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya
hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan
melepaskan diri dari ikatan duniawi. Pada masa ini seseorang yang telah menginjak
masa wanaprasta cenderung mengasingkan diri ke hutan pada masa lampau guna
mencari ketenangan dan belajar bagaimana menjadi seorang sanyasin tau petapa
dan secara perlahan tidak mengingat kembali akan ikatan keduniawian atau hal-hal
yang berhubungan dengan dunia material.
d. Bhiksuka (sanyasin)
Kata biksuka berasal dari kata biksu yang merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu
artinya meminta-minta. Masa biksuka adalah masa dimana sesorang sudah benar-
benar terlepas dari ikatan alam material ini dan pada fase ini sudah benar-benar
tidak memikirkan hawa nafsu dan hanya berbuat dharma dan terus senantiasa hanya
mengabdikan diri kepada Brahman atau Tuhan Yang maha Esa ( Ida Sang Hyang
Widhi Wasa ) untuk mencapai pembebasan dari penderitaan alam material ini.
3. Otonan adalah hari kelahiran bagi umat Hindu yang datang dan diperingati setiap 210
hari sekali berdasarkan perhitungan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku yang berbeda
dengan pengertian hari ulang tahun pada umumnya yang didasarkan pada perhitungan
kalender atau tahun Masehi. Tujuan dari pelasanaan upacara Otonan Memperingati
kelahiran seseorang, dengan demikian yang bersangkutan mengetahui pada hari apa
ketika dilahirkan dan berapa tahun umurnya pada saat upacara Otonan dilaksanakan.
Guna menyucikan diri seseorang, dengan upacara Otonan yang bersangkutan akan
melaksanakan upacara penyucian berupa “Byakala” atau “Prayascitta” dimaksudkan
untuk menyucikan diri, melenyapkan kotoran batin, menjauhkan diri dari gangguan
“Bhutakala, Dengen dan sejenisnya” (mahluk-mahluk gaib yang suka mengganggu umat
manusia), dengan demikian pikirannya menjadi cemerlang. Mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa, para leluhur, kedua orang tua dan kerabat terdekat. Dalam
pelaksanaan upacara setelah yang bersangkutan menyucikan diri secara jasmaniah,
dengan berkeramas dan mandi, mengenakan bhusana yang bersih, dilanjutkan dengan
upacara “Byakala” atau “Prayascitta”, maka dilanjutkan dengan upacara. Bayuh oton
memiliki fungsi sebagai penyucian diri, baik secara jasmani maupun rohani karena setiap
kelahiran manusia, slalu di ikuti unsur-unsur magis khususnya terhadap unsur-unsur
negatif kejiwaan dari manusia sendiri (karma)

4. Agama Hindu memiliki kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umatnya sebagai
landasan untuk memahami, mengalami dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kerangka dasar tersebut terdiri atas tiga unsur, yaitu :
a. Tattwa atau filsafat Agama Hindu
b. Susila atau Etika
c. Acara atau Ritual Agama Hindu
Etika dan moralitas agama Hindu pada dasarnya mengajarkan aturan tingkah laku yang
baik dan mulia. Ajaran tingkah laku yang baik dan mulia terdiri dari :
a. TRI KAYA PARISUDHA
Tri Kaya Parisudha adalah tiga jenis perbuatan yang merupakan landasan ajaran
Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh setiap individu guna mencapai
kesempurnaan dan kesucian hidupnya, meliputi:

 Berpikir yang benar – Pengendalian diri berdasarkan pikiran (Manacika),


 Berkata yang benar – Pengendalian diri yang berdasarkan perkataan
(Wacika).
 Berbuat yang benar – Pengendalian diri yang berdasarkan perbuatan
(Kayika).
b. CATUR PARAMITHA
Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan
perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan
ungkapan lain adalah satunya pikiran (satya hrdaya), satunya perkataan (satya
wacana), dan satunya perbuatan (satya laksana) dalam Catur Paramitha. Hal ini
adalah tuntunan susila yang membawa manusia kearah kemuliaan. Catur Paramita
adalah empat bentuk budi luhur, yaitu
 Maitri yang artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang
berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk.
 Karuna adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari
budi luhur, yang menghendaki terhapusnya pendertiaan segala makhluk.
 Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain.
 Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain.
5. Dalam ajaran Agama Hindu ada konsep atau filosofi yang disebut Tri Rna. “Tri”
artinya tiga dan “Rna” artinya hutang. Tri Rna merupakan tiga hutang yang harus
dibayar oleh manusia Hindu. Tri Rna juga sebagai tiga wujud ketergantungan dalam
hidup manusia yang membawa hutang (rna).
a. Dewa Rna
Dewa Rna adalah hutang kepada Sang Maha Pencipta ( Ida Sang Hyang Widi
Waça). Hutang ini terjadi karena manusia telah diberikan percikan Atman oleh
Sang Pencipta. Selain itu, Sang Pencipta juga telah menciptakan alam semesta
sebagai wadah manusia untuk melangsungkan kehidupan dalam upaya
menemukan kebahagiaan dan kedamaian.
b. Pitra Rna
Pitra Rna adalah hutang yang dimiliki manusia kepada Pitr yang berarti Ayah dan
ibu atau bentuk jamaknya Pitara yang berarti nenek moyang atau leluhur. Hutang
ini terjadi karena manusia dimulai dari janin yang dikandung ibu, selanjutnya
dipelihara sebagai suputra, yang telah memberikan kasih sayangnya dalam setiap
denyut kehidupan.
c. Rsi Rna
Rsi Rna adalah hutang yang dimiliki manusia kepada seseorang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan dalam hidupnya, seperti Para Guru,
Rsi, Pendeta, Sulinggih, Pemangku. Akibat pengetahuan tersebut manusia bisa
memperoleh tuntunan jalan dharma menuju pintu kebahagian.

6. Terdapat sebuah seloka Bhagavad Gita 3.10 yang berbunyi


saha-yajñāḥ prajāḥ sṛiṣhṭvā purovācha prajāpatiḥ
anena prasaviṣhyadhvam Esha vo 'stviṣhṭa-kāma-dhuk

Pada awal penciptaan, Brahma menciptakan makhluk hidup melalui Yajna (korban)
lalu berkata, "Dengan Yajna ini, mereka akan memberikan semua yang ingin anda
capai." (Bhagavad Gita 3.10)
Semua unsur-unsur alam merupakan bagian dari ciptaan Tuhan. Semua yang berada
dia alam secara alami akan ditarik dan dikembalikan lagi kepada seluruh mahluk di
dunia. Matahari menjaga stabilitas bumi, memberikan panas dan cahaya untuk
keberlangsungan hidup di dunia. Bumi menciptakan makanan dari tanah untuk
kebutuhan kita dan juga menyimpan mineral dalam perut bumi untuk kehidupan.
Udara sebagai kekuatan hidup dalam tubuh kita dan mendukung energi suara. Kita
sebagai manusia juga merupakan bagian integral dari seluruh sistem ciptaan Tuhan.
Udara yang kita hirup, Bumi yang kita huni, air yang kita minum, dan cahaya yang
menerangi kita, semua adalah anugerah dari Tuhan melalui ciptaannya. Kita diberikan
anugerah namun kita memiliki kewajiban untuk menjaganya. Shri Krishna
mengatakan bahwa kita berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menjaga alam dengan
melakukan tugas (swadharma) yang merupakan pelayanan kepada Tuhan. Itulah yang
disebut Yajna.

7. Sifat-sifat utama pemimpin yang patut dipedomi oleh setiap pemimpin “Hindu” yang
tertuang dalam ajaran Panca Dasa Pramiteng Prabhu adalah :
a. Wijaya adalah berlaku bijaksana dan penuh hikmat dalam menghadapi masalah
yang sangat penting.
b. Mantriwira adalah bersifat pemberani dalam membela Negara
c. Wicaksanengnaya adalah sangat bijaksana dalam memimpin
d. Natanggwan adalah mendapat kepercayaan dari rakyat dan Negara.
e. Satyabhakti aprabhu adalah selalu setia dan taat pada atasan
f. Wakmiwak adalah pandai berbicara baik di depan umum maupun derdiplomasi
g. Sarjawaupasawa adalah bersifat sabar dan rendah hati
h. Dhirotsaha adalah bersifat teguh hati dalam segala usaha
i. Teulelana adalah bersifat teguh iman, selalu riang atau optimis dan antusias
j. Dibyacita adalah bersifat lapang dada atau toleransi dapat menghargai
pendapat orang lain
k. Tansatresna adalah tidak terikat pada kepentingan golongan atau pribadi yang
bertentangan dengan kepentingan umum
l. Masihsatresnabhuwana adalah bersifat menyayangi isi alam
m. Ginengpratidina adalah setiap hari berusaha berbuat baik dan berusaha tidak
mengulangi perbuatan-perbuatan buruk.
n. Sumantri adalah bersifat menjadi abdi Negara dan penasihat yang baik
o. Anayakenmusuh adalah mampu membersihkan musuh-musuh Negara.
Di era kini pelaksanaan dari pancadada pramiteng prabhu masih dapat dilaksanakan
yang mana ajaran ini merupakan ajaran yang bernilai posirif untuk dilaksanakan.
Dikarenakan dalam setiap bagian-bagian mengajarkan kesetiaan dan keteguhan hati
terhadap ajaran dharma dan setia terhadap negara.
8. Dalam cerita Lubdaka kita dapat petik beberapa makna di dalamnnya seperti ketika
seseorang merenungi masa lalunya "sifat-sifat jahat dalam dirinya" maka ia akan
menyesal atas perbuatannya dan tidak ingin mengulangi hal yang sama untuk kedua
kalinya sehingga masa depannya berubah menjadi lebih baik. Ketakutan terhadap
mahluk ciptaan Tuhan (binatang buas) bisa menuntun seseorang agar berhati-hati dan
berusaha melindungi diri dengan mengucapkan doa-doa. Dan yang terakahir Seorang
yang sangat berdosa sekalipun hanya dengan satu malam memuja Dewa Siwa (malam
Sivaratri), orang tersebut telah bisa mendapatkan pengampunan atas segala dosa-
dosanya.
9. Denah dari merajan

10. Dalam ajaran agama Hindu Sentang atau selendang mengandung makna pengikat
indra-indra manusia dari hal-hal negatif ketika ingin melakukan sembayang. Selain
itu, ada juga yang yang menyebutkan bahwa Senteng merupakan simbol Tali pusar
antara seorang ibu dengan anaknya yang kemudian diimplementasikan dalam ajaran
agama. Selendang disimbolkan sebagai pengikat panca budhi indria dan panca karmen
indria serta. Ada juga yang mengatakan bahwa Senteng sebagai pembatas antara
bagian manusia yang suci (kepala keatas) dan yang tidak (pinggul kebawah) agar pada
saat sembayang tidak memikirkan hal-hal negatif. Makna Penggunaan kemben laki-
laki sampai mata kaki melambangkan bahwa laki-laki harus bisa melangkah lebar
karena mereka memiliki tanggung jawab yang luas pula. Kemudian lilitan kemben
dibuat runcing di ujungnya serta menghadap ke bawah sebagai simbol
maskulinitas.Makna kemben wanita digunakan dari arah kanan ke kiri, berlawanan
dengan cara memakai kemben pria. Hal ini menyimbolkan kekuatan penyeimbang
laki-laki. Perempuan memiliki tugas untuk menjaga orang-orang di sekitarnya agar
selalu berada di jalan kebenaran.
Dalam penggunaan busana adat bali memiliki aturan yang sangat sederhana. Yang
mana untuk perempuan diwajibkan memakai kamen, kebaya selendang serta
menggunakan pusung dan aksesoris. Dimana penggunaakn kebaya yang dimaksud
adalah rapi dan sopan serta dijahit dengan model lengan panjang atau 7/8mserta
dianjurkan memakai kerah tanpa kutu baru. Kemudian penggunaan kain harus tertutup
sampai mata kaki. Untuk pusung perempuan remaja dianjurkan pusung gonjer dan
untuk wanita dewasa menggunakan pusung tagel. Untuk lelaki perlengkapan busana
antara lain kamen,saput,umpal,baju dan udeng. Dimana dalam pemakaian kamen
diharuskan menutupi mata kaki dan kancut menyentuh tanah. Dalam pemakaian saput
bagian saput sebelah kanan berada diatas dan dalam pemakaian udeng ujung udeng
harus menghadap keatas. Serta dalam pemakaian baju harus menggunakan baju
berkerah dan kain tradisional.

Anda mungkin juga menyukai