Anda di halaman 1dari 23

Abhidhammatthasaṅgaha

Pusdiklat Abhidhamma Nusantara


Tipi aka
(Sumber: https://www.ancient-buddhist-texts.net/Reference/Pali-
Tipitaka.htm)

Abhidhammatthasa gaha
Abhidhammatthasaṅgaha disusun dalam bentuk syair yang
dibagi ke dalam 9 Bab.

Bab 1 (Cittapariccheda): 43 bait syair.

Bab 2 (Cetasikapariccheda): 60 bait syair.

Bab 3 (Pakiṇṇakapariccheda): 74 bait syair.

Bab 4 (Vīthipariccheda): 55 bait syair.


Abhidhammatthasa gaha
Bab 5 (Vīthimuttapariccheda): 102 bait syair.

Bab 6 (Rūpapariccheda): 65 bait syair.

Bab 7 (Samuccayapariccheda): 53 bait syair.

Bab 8 (Paccayapariccheda): 43 bait syair.

Bab 9 (Kammaṭṭhānapariccheda): 75 bait syair.

Total 570 bait syair.


Syair 1: Ganthārambhakathā
(Pendahuluan)
1. Sammāsambuddhamatulaṃ,
sasaddhammagaṇuttamaṃ. Abhivādiya bhāsissaṃ,
abhidhammatthasaṅgahaṃ.

• Setelah memberi hormat dengan sepenuh hati kepada


Yang Sepenuhnya Tercerahkan, Yang Tanpa Tandingan
bersama dengan Ajaran Luhur serta Komunitas Mulia,
saya akan berbicara tentang ikhtisar segala hal yang
ada di dalam Abhidhamma.

Makna yang terkandung di Syair


Pendahuluan
1.Pemujaan terhadap trio ratna (ratanattayapaṇāma)

2.Materi buku ini.

3.Model penjelasannya.

4.Judul buku ini.

5.Tujuan dibuatnya buku ini.


Alasan Ratanattayapaṇāma
Pencegahan terhadap kemunculan bahaya.

Kusalacetanā menghasilkan pemujaan melalui tubuh,


ucapan dan pikiran >> menangkal kamma penghalang/
represif dan penghancur/destruktif (hlm. 35).

Kemunculan pemujaan tersebut merupakan buah dari


keberhasilan timbunan kebajikan mereka yang dipuja
dan yang memuja.

Ganthārambhakathā
(Pendahuluan)
Tentang sammāsambuddha (Yang Sepenuhnya
Tercerahkan) >> hlm. 37

Atula (Yang Tanpa Tandingan) >> hlm. 39

Dhamma >> hlm. 44

Gaṇuttama (Komunitas Mulia) >> hlm. 48


De nisi Dhamma
Sehubungan dengan hal tersebut, dia memegang
seseorang dengan membuatnya tidak terjatuh di
empat apāya dan ke dalam penderitaan-penderitaan di
siklus kelahiran-dan-kematian; itulah mengapa dia
disebut sebagai Dhamma; ada sembilan jenis
Dhamma, yaitu empat magga, empat phala dan
Nibbāna, atau ada sepuluh jenis Dhamma, yaitu
sembilan di atas bersama dengan pariyatti.
fi
De nisi Saddhamma (Dhamma yang
luhur/sejati)
Dhamma-nya orang yang bijaksana, orang-orang yang berbudi,
individu-individu yang mulia.

Benar-benar eksis tidak seperti Diri/Roh yang disangka eksis oleh


orang-orang yang memiliki 62 jenis pandangan yang salah
(titthiya).

Benar-benar eksis berdasarkan arti yang hakiki, dipuji karena


berhubungan dengan kualitas-kualitas seperti ‘telah dijabarkan
dengan baik (svākkhāta) dan seterusnya’ tidak seperti dhamma di
luar ajaran Buddha yang pasti tercela.
fi

Ganthārambhakathā
(Pendahuluan)
Tentang sammāsambuddha (Yang Sepenuhnya
Tercerahkan) >> hlm. 37

Atula (Yang Tanpa Tandingan) >> hlm. 39

Dhamma >> hlm. 44

Gaṇuttama (Komunitas Mulia) >> hlm. 48


Setelah memberi hormat dengan


sepenuh hati

Setelah bersujud secara khusus, bersujud dengan


pintu-tubuh, - lisan dan - batin; dengan menghormati
sepenuhnya tanpa rasa takut, (pemikiran untuk
mendapatkan) keuntungan, (melanjutkan) praktik
keluarga dan lain-lain.
De nisi Abhidhammatthasaṅgaha
Disebut sebagai Abhidhamma dengan alasan
seperti ini: Oleh karena dhamma-dhamma di dalamnya
adalah lebih tinggi dan unggul berdasarkan
keadaannya yang timbul sebagai realitas yang
tertinggi, Abhidhammapiṭaka berarti tujuh kitab yang
dimulai dengan Dhammasaṅgaṇī dan seterusnya,
Abhidhammatthasaṅgaha berarti hal-hal yang
diajarkan di dalam Abhidhammapiṭaka tersebut, hal-hal
tersebut disusun di sini atau di dalam karya ini.
fi
Syair 2: Empat Dhamma yang Hakiki
(Catuparamattha)

2. Tattha vuttābhidhammatthā, catudhā paramatthato.


Cittaṃ cetasikaṃ rūpaṃ, nibbānamiti sabbathā.

• Sehubungan dengan hal tersebut, segala hal yang ada


di dalam Abhidhamma, yang dibicarakan di sana, dari
sudut-pandang realitas-hakiki keseluruhannya ada
empat, yaitu kesadaran, faktor-faktor-mental, materi,
dan Nibbāna.

De nisi Paramattha
(realitas yang hakiki)
Tattha paramo uttamo aviparīto attho, paramassa vā ut
tamassa ñāṇassa attho gocaroti paramattho. (Di dalam
Abhidhamma tersebut, disebut sebagai realitas yang
hakiki karena realitas tersebut adalah realitas yang
terbaik, tertinggi dan memiliki makna yang tidak
terbalik, atau memiliki arti, yaitu merupakan domain
untuk pengetahuan yang terbaik dan tertinggi).
fi

Empat Realitas yang Hakiki

Citta (kesadaran):

Cetasika (faktor-mental),

Rūpa (materi) dan

Nibbāna.

Realitas yang Hakiki Vs Konsep


Beberapa Ilustrasi
Arus sungai.

Lingkaran Cahaya.

Barisan semut hitam.

Citta (Kesadaran)
Cintetīti cittaṃ, ārammaṇaṃ vijānātīti attho. (‘Dia’
menyadari; itulah mengapa ‘dia’ disebut sebagai
kesadaran, kesadaran menyadari sebuah objek;
demikian adalah artinya.)

Seperti yang Buddha telah mengatakannya:


“Kesadaran memiliki karakteristik berupa pengenalan
terhadap objek.
(Yathāha ‘‘visayavijānanalakkhaṇaṃ cittan’ti)

Citta (Kesadaran)
Cintenti vā etena karaṇabhūtena sampayuttadhammāti
 cittaṃ. (Atau dengan menggunakan ‘dia’ yang menjadi
sebab, dhamma-dhamma yang berasosiasi menyadari
[objek], itulah mengapa ‘dia’ disebut sebagai
kesadaran.) >> Kesadaran sebagai instrumen (karaṇa).

Atha vā cintanamattaṃ cittaṃ. (Atau alternatifnya:


Kesadaran adalah tindakan sadar belaka.) >>>
Kesadaran sebagai agen (kattar).

Cetasika (Faktor-mental)
Cetasi bhavaṃ tadāyattavuttitāyāti cetasikaṃ. (Faktor-mental
adalah dhamma yang eksis di dalam kesadaran dengan cara
kehadiran yang bergantung pada kesadaran tersebut.)

Manopubbaṅgamā dhammā. (Dhamma-dhamma memiliki batin


sebagai pelopor.) - Dhp. 1 & 2

Batin berarti semua kesadaran di empat tingkatan yang terdiri


dari kesadaran yang baik di lingkup-indriawi dan lain-lain.

Dhamma-dhamma berarti tiga agregat nonmateri (mental), yaitu


vedanākkhandha, saññākkhandha, saṅkhārakkhandha.

Rūpa (Materi)
Disebut sebagai materi karena mengalami kesakitan
atau transformasi/perubahan (ruppati) yang
disebabkan oleh keadaan-keadaan yang berlawanan
seperti panas, dingin dan lain-lain.
Nibbāna
Nibbāna adalah keadaan yang terbebas dari
penderitaan yang melekat di semua fenomena yang
terkondisi. Vibhāvinīṭīkā mende nisikan Nibbāna
sebagai keadaan pergi meninggalkan nafsu-keinginan
yang membelit, menjahit dan menenun siklus
kelahiran-dan-kematian.
fi

Anda mungkin juga menyukai