Anda di halaman 1dari 10

Jñānasiddhânta

Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

KONSEPSI TENTANG SIWA DALAM LONTAR


GANAPATI TATTWA
(KAJIAN SINGKAT PERSPEKTIF TEOLOGI)

I Made Suweta
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
email: madesuwetabali62@gmail.com / madesuwetabali@yahoo.com

ABSTRACT
The principal doctrine of Shiva Siddhanta is that Shiva, is the supreme reality, and
personal soul or spirit is the same essence as Shiva. In this case Shiva is depicted in
the form of foundation which is the element of Widya (element of consciousness),
which is the nature that is not affected by unconsciousness and is immortal, that is
sturdy can not be shaken, and can not be concealed. There are three forms of
foundation namely: Paramasiwatattwa, Sadasiwatattwa, and Siwatattwa. The three
Tattwa is called Foundation Telu, which is the triple level of consciousness.
Paramasiwatattwa has the highest awareness, Sadasiwatattwa has a moderate
awareness, while Siwatattwa has the lowest consciousness.

Keywords: Shiva Siddhanta, Cetana, Paramasiwatattwa

Ajaran pokok dari Siwa


I. PENDAHULUAN Siddhanta adalah bahwa Siwa,
Sejauh ini sains (ilmu merupakan realitas tertinggi, dan jiwa
pengetahuan modern) telah mempelajari atau roh pribadi adalah intisari yang
segala sesuatu yang ada di alam raya ini sama dengan Siwa. Dalam hal ini siwa
(Bhuana Agung) dari berbagai aspek digambarkan dalam bentuk cetanayang
tapi belum dapat menjawab pertanyaan merupakan unsur widya (unsur
sederhana tentang keberadaan Tuhan. kesadaran), yaitu hakikat yang tidak
Telah dikemukaan berbagai teori terpengaruh oleh ketidaksadaran dan
tentang terbentuknya alam raya dan asal bersifat abadi, yakni bersifat kokoh
mahkluk hidup. Seperti Big Beng, Teori tidak dapat digoyahkan, dan tidak dapat
Generasio Spontania dan lain disembunyikan. Ada tiga bentuk cetana
sebagainya. Segala sesuatu yang ada yaitu: paramasiwatattwa,
dan yang akan ada di alam raya ini sadasiwatattwa, dan siwatattwa. Ketiga
semuanya bersumber atau disebabkan tattwa ini disebut dengan cetana telu,
oleh penyebab pertama atau sering yang merupakan tiga tingkat kesadaran.
disebut causa prima, itulah yang Paramasiwatattwa memiliki kesadaran
dipercaya sebagai Tuhan Yang Maha tertinggi, sadasiwatattwa memiliki
Esa. Menurut Sada Siwa Tattwa bahwa kesadaran menengah, sedangkan
Sada Siwa merupakan kesadaran kedua siwatattwa memiliki kesadaran
setelah Paramasiwa, ia bersifat wyapara terendah.
yang berstana dalam padmasana yang Ganapati Tattwa merupakan
disebut cadhusakti, dengan saktinya ia salah satu lontar tattwa, Lontar Filsafat
menciptakan seluruh alam semesta Siwa, yang digubah dengan
beserta isinya. Jadi causa prima itu mempergunakan metode Tanya jawab.
adalah Sada Siwa. Ganapati, putera Siwa, adalah Dewa

1
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

penanya yang cerdas. Dan Siwa adalah alam semesta beserta isinya. Terutama
Maheswara, yang menjabarkan tentang tentang hakikat manusia yaitu dari mana
ajaran Jnana Rasyam, menjelaskan ia dilahirkan, untuk apa ia lahir, kemana
tentang misteri alam semesta beserta ia akan kembali dan bagaimana caranya
isinya. Secara ringkas isinya dapat agar bisa mencapai kelepasan.
diuraikan sebagai berikut: Omkara
adalah wujud sabda sunya, nada 2.1 Aspek Teologis dalam Lontar
Brahman, asal mula Pancadaivatma : Ganapati Tattwa
Brahma, Wisnu, Iswara, Rudra dan Ganapati Tatwa menggunakan
Sang Hyang Sadasiwa. bahasa Jawa Kuno yang juga diselingi
Pancadivatma merupakan asal dengan bahasa Sansekerta.
panca tan matra yang terdiri dari rupa Penyampaian ajaran Ganapati ini
(unsur bentuk), gandha (unsur bau), menggunakan dialog atau percakapan
sasa (unsur rasa/kenikmatan), sparsa sebagaimana ditemukan dalam
(unsur sentuhan), dan sabda (unsur Bhuwana Kosa, Wrhaspati Tattwa,
suara). Dari panca tan matra munculah Sanghyang Mahajñanā, dan sebagainya.
panca mahabutha yang merupakan Tokoh yang ditampilkan dalam
unsur materi (elemen alam semesta) Ganapati Tattwa adalah : Bhatara Śiwa
yang terdiri dari : apah (air/benda cair), sebagai Mahaguru yang memberikan
teja(panas), vayu (angin), prthivi (tanah) pelajaran tentang hal-hal yang
dan akasa (ether). Dari panca berhubungan dengan rohani yang
mahabutha ini alam semesta beserta bersifat abstrak dan rahasia. Sedangkan
isinya diciptakan, dan Sang Hyang Bhatara Gana yang disebut pula Sang
Siwatma menjadi sumber hidup yang Hyang Ganapati atau Sang Hyang
menggerakkan segala ciptaan. Ganadipa berperan sebagai penanya
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang ingin mengetahui ajaran tentang
ada beberapa permasalahan yang akan kebenaran terutama menyangkut
dibahas dalam tulisan ini yaitu: (1) sumber ciptaan yang ada serta proses
Bagaimana pokok-pokok ajaran yang kembalinya kepada sumber asalnya.
terkandung dalam Lontar Ganapati Adapun pokok-pokok isi dialognya
Tattwa, dan (2) Bagaimana konsep adalah sebagai berikut :
penciptaan alam semesta menurut
Lontar Ganapati Tattwa. 2.1.1 Tuhan dalam Penciptaan Alam
Semesta
II. PEMBAHASAN Sang Hyang Siwatman
Ganapati Tattwa merupakan Menciptakan Alam Semesta Dari Unsur
salah satu lontar lattwa, lontar filsafat panca mahabutha. Dalam bagian ini,
Siwa, yang digubah dengan akan di jelaskan bagaimana percakapan
mempergunakan metode Tanya jawab. Sang Ganapati dengan Dewa Siwa.
Tanya jawab tersebut ditulis di dalam 37 Berawal dari perihal munculnya panca
lembar daun tal yang disusun dalam 60 daiwatma, yang dijelaskan bahwa dari
bait/prosa, menggunakan bahasa Omkara muncul Windu, bagaikan
Sansekerta yang disertai dengan ulasan embun yang berada di ujung
dalam bahasa Kawi. Ganapati putera rambut/rumput, disinari matahari bening
Siwa adalah dewa penanya yang cerdas, bagaikan dupa, sinarnya terang
dan Siwa adalah Maheswara, yang cemerlang berkilauan. Dari Windu itu
menjabarkan tentang ajaran Rahasia muncullah panca daiwatma yaitu :
Jnana. Menjelaskan tentang misteri Brahma, Wisnu, Rudra, Kami/daku dan

2
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Sang Hyang Sadasiwa. (Ganapati lidah, memerlukan unsur kepuasan


Tattwa,1.2). Kemudian tentang hakikat (rasa).
alam semesta, dari panca daiwatma Rudra berstatus di hati, mengatur
lahir panca tanmatra, yaitu : dari kesadaran/tekad, berhubungan dengan
Brahma lahir bau, dari Wisnu muncul pandangan mata, menentukan pikiran.
unsur kenikmatan, dari Rudra timbul Daku (Iswara) berstatus di
mode/bentuk, dari Daku (Iswara) keluar kerongkongan, mengendalikan
unsur rabaan, dari Sang Hyang ketiduran, berhubungan pada mulut,
Sadasiwa nada/suara. (Ganapati Tattwa, mengatur nada suara. Sang Hyang
1.4). Kemudian dari sabda timbul ether, Sadasiwa berstatus di ujung lidah,
dari sparsa muncul angin, dari rupa menguasai segala pengetahuan,
keluar sinar, dari rasa lahir zat cair, dan berhubungan dengan telinga, meneliti
dari gandha timbul tanah. keadaan suara (Ganapati Tattwa, 1.8).
Dari perthiwi terwujudlah bumi, Begitulah keberadaan Daiwatma itu
berkat apah muncul air, karena teja dalam tubuh jasmani dan alam semesta
tercipta matahari, bulan dan bintang; ini.
karena wahyu adalah angin; dari akasa
lahirlah tumbuh-tumbuhan seperti : 2.1.3Tuhan dalam Simbol Catur
rumput pohon kayu, tanaman melata, Dasaksara
serba kulit kelopak dan inti serta segala Untuk Caturdasaksara yang
makhluk yaitu : bianatang/ternak, bagaikan bunga dengan keharuman
burung, ikan makhluk halus; tanpa surutnya, Beliau bertahtah di hati,
demikianlah keadaannya alam semesta yang senantiasa di sembah (seperti)
itu. Siwa. Di sana pada ulu hati keadaan
Bhatara Siwa, pujalah beliau senantiasa
2.1.2Tuhan sebagai Sang Hyang dengan sarana Sang Hyang
Siwatma Caturdasaksara, bersimbolik seperti ini:
Sama seperti dalam SANG, BANG, TANG, ANG, ING,
hubungannya dengan keberadaan NANG, MANG, SING, WANG,
bhuana agung dan bhuana alit. Apa YANG, ANG, UNG, MANG: OM,
yang ada di alam semesta juga ada itulah beliau Sang Hyang
dalam tubuh jasmani manusia. Seperti Caturdasaksara, diumpamakan sebagai
halnya pada alam semesta, Brahma bunga yang mekar, harum semerbak
berstatus di selatan, memelihara tiada selingan, demikianlah
tanah/bumi. Wisnu berstatus di utara pemujaanmu yang tekun setiap waktu.
memelihara zat cair/air; Rudra berstatus Adapun yang dimaksud utpatti
di barat, mengendalikan matahari, bulan (lahir), sthiti (hidup) dan pralina (lebur)
dan bintang. Daku (Iswara) berstatus di itu ialah Sang Hyang Pranawa. Dari
timur mengatur udara/angin. Sang Siwa lahir Atma, karena Atma maka
Hyang Sadasiwa berstatus di tengah, dari Prakrti muncullah rawi (matahari),
memelihara ether/atmosphir. Kalau dari rawi lahir agni (panas/api). ING
dalam tubuh manusia, Brahma berstatus itulah disebut Siwa, dari siwa lahir
di muladhara, menghidupkan Atma, BANG dari Atma lahir
indra/jasmaniah, berhubungan dengan Pradhana/materiil, SANG dari
hidung, memerlukan bau; Wisnu Pradhana/Prakrti lahirlah matahari
berstatus di pusar/nawe, memelihara (aditya), TANG, aditya lahirlah agni
badan jasmani, berhubungan dengan (api/panas),ANG. Demikianlah hal
manifestasinya Sang Hyang Panca

3
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Brahma yaitu: ING, BANG, SANG, berisi air. Setelah dipuja gunakanlah
TANG, ANG. Prakrti itu dijiwai atma, pada tempat yang terserang hama
dan karena atma maka adalah matahari, (Ganapati Tattwa.48-60).
adanya Agni menyusul setelah matahari;
demikianlah ternyata Siwagni dalam 2.2 Penciptaan Alam Semesta
keadaan sthiti. Yang permulaan adalah Menurut Ganapati Tattwa
SANG filsafatnya, selanjutnya BANG, Pada awal mulanya dilukiskan
kemudian TANG, terus ANG, dan tidak ada apa-apa yaitu : tidak ada
akhirnya ING, inilah Sthitinya Sang bumi, tidak ada langit, tidak ada sunia,
Hyang Panca Brahma, urutannya adalah tidak ada ilmu pengetahuan dan
SANG, BANG, TANG, ANG, ING. sebagainya. Yang ada hanyalah Tuhan
(Ganapati Tattwa, 24-29). Yang Maha Esa dalam keadaan nirguna,
sukha acintya yaitu berkeadaan Maha
2.1.4 Tuhan sebagai Sang Hyang bahagia yang tidak terpikirkan.
Ganapati Kemudian terjadilah evolusi dari Sang
Sarana Upakara beserta Hyang Sukha Acintya dan muncullah
Mantranya Masyarakat Hindu di Bali Sang Hyang Jñanā Wisesa yaitu
mengenal upacara ngelukat atau pengetahuan yang mulia. Ia
melukat, yakni ritual pembersihan diri berbadankan alam semesta, tetapi tidak
secara lahir dan bhatin atau sekala dan ternoda, tidak terpengaruhi oleh apapun,
niskala. Upacara ini disebut melukat tak terjangkau karena Ia berkeadaan
karena di dalamnya menggunakan tirtha Wisesa, Maha Kuasa. Disinilah Ia
atau air suci pangelukatan yang khusus menampilkan diri-Nya dalam aspek
dibuat untuk tujuan tersebut. Seperti saguna. Kemudian timbul keinginan
dikemukakan dalam Ganapati Tattwa Beliau untuk menyaksikan keadaan-
maka Ganesa atau Ganapati bisa dipuja Nya sendiri yang berkeadaan sekala-
untuk kepentingan pengelukatan. Tata niskala, itulah sebabnya beliau
cara upacara beserta mantram yang menciptakan yang berkeadaan nyata
diucapkan oleh pemimpin ritual yang (paras) dan yang berkeadaan tidak nyata
menyelenggarakan pengelukatan (para) dan sunia sebagai bayangan-Nya
Ganapati, adalah sama dengan sendiri.
pelaksanaan ritual pengendalian hama Sang Hyang Jagat Karana
dan penyakit tanaman maupun manusia. bersemayam dalam sunia. Dari sanalah
Inilah penglukatan Beliau mengadakan ciptaan-Nya dan
(pembersihan) Ganapati, boleh selanjutnya secara berturut-turut,
digunakan di sekeliling (yang hendak seperti : Ongkara Suddha, Suara, Windu
dibersihkan), bahannya bambu ampel Prana Suci yang didalamnya terdapat
gading digambari Gana, tangan kirinya Nada Prana Jñanā Suddha. Dari Windu
memegang Cakra, tangan kanan lahir Panca Dewata atau Panca Dewa
memegang Gada. Disertai dengan Atma yaitu Brahma, Wisnu, Rudra,
upakara : ajuman putih kuning, suci Iswara dan Sang Hyang Sada Siwa,
satu, dagingnya bebek (itik) putih yang akan menjadi sumber ciptaan
jambul, airnya ditempatkan pada sangku selanjutnya. Dari kelima Dewa tersebut,
tembaga yang diisi kembang sudamala maka Brahma, Wisnu, dan Siwalah yang
serta peras sesantun diisi uang (sesari) dipandang sebagai badan perwujudan
1.100, samsam daun katima. Bambu Tuhan itu sendiri. Sedangkan Tuhan
ampel gading yang telah digambari Yang Maha Esa (Śiwa) yang tidak
Gana itu dimasukkan pada sangku yang terpikirkan dan acintya dilukiskan

4
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

berada dalam batin atau hati yang suci dupa, sinarnya terang cemerlah
yang disebut : “Gūhyalaya”. berkilauan. Dari windu munculah
Bhatara Ganapati awal mulanya Panca Daiwatma (yaitu) :
bertanya tentang keadaan dan sumber Brahma,Wisnu,Rudra, Kami/Daku,
panca daiwatma sebagai berikut: dan Sang Hyang Sadasiwa.
Demikianlah putraku prihal
“Nihan pitutur ira bhaṭāra śiwa, ri keadaannya Panca Daiwatma
sang hyang gaṇa. sĕmbah ning itu”(Pusdok : 27).
tanaya ra sanghulun, ring bhaṭāra,
hanta warahana tanaya ra Awal dari Omkara dapat kita
sanghulun, lamakane wruh ri runut dari Panca Brahma. ING itulah
kawijilan ing pañcadaiwātmā, disebut Siwa, dari siwa lahir atma,
saking ndi pawijilan ira, ya ta BANG dari atma lahir
warahana patik sanghulun”. Pradhana/materiil, SANG dari
Pradhana/Prakrti lahirlah matahari
Terjemahannya: (aditya), TANG, aditya lahirlah Agni
Beginilah nasehat-Nya Bhatara (api/panas),ANG. Demikianlah hal
Siwa terhadap Sang Hyang Gana “ manifestasinya Sang Hyang Panca
Sembah hamba putra paduka Brahma yaitu: ING, BANG, SANG,
kehadapan Bhatara, tolonglah TANG, ANG. Prakrti itu dijiwai atma,
hendaknya berkati beritahukan dan karena atma maka adalah matahari,
hamba putra tuanku, agar supaya adanya Agni menyusul setelah matahari;
dapat mengetahui prihal keadaannya demikianlah ternyata Siwagni dalam
Panca Daiwatma itu, dari manakah keadaan sthiti. Yang permulaan adalah
sumber-Nya,itulah hendaknya SANG filsafatnya, selanjutnya BANG,
jelaskan pada hamba putra tuanku”. kemudian TANG, terus ANG, dan
akhirnya ING, inilah sthitinya Sang
“īśwara uwāca ,anaku sang Hyang Panca Brahma, urutannya adalah
gaṇapati piṛngwākna pawarah kami SANG, BANG, TANG, ANG, ING.
ri kita, ikang śabda śūnya, sakeng (Ganapati Tattwa, 24-29).
oṃkāra mijil bindu, kadi ĕbun hana Swami Dayananda Saraswati,
ri āgra ning kuśa, kasĕnwan rawi, pendiri Arya Samad di India, menyataan
mahning kadi dhūpa, dīpta nira bahwa panggilan Tuhan yang pertama-
mābhrākarakāra, sakeng bindu tama dan yang tertua adalah dengan
matmahan pañca daiwata, brahmā, mengucapkan Omkara. Tuhan memang
wiṣṇu, rudra, kami, mwang sang tanpa nama, tanpa rupa karena pada
hyang sadāśiwa, mangkanānaku, hakikatnya semuanya yang nyata ini
makapawijilan ing daiwātmā” adalah perwujudan Tuhan.
(Ganapati Tattwa. 2). Terjemahannya apa pun yang ada ini
sesungguhnya adalah ciptaan Tuhan.
Terjemahannya: Karena tidak bernama maka manusia
Iswara bersabda,”Putraku Sang ciptaan Tuhan diteladani oleh para
Ganapati, perhatikanlah wejangan- Rsinya memanjatkan doa pujian pada
Ku ini untukmu, yakni sabda Tuhan dengan ucapan Omkara.
spiritual (gaib) : dari Omkara Demikianlah menurut keyakinan
muncul windu bagaikan embun yang Hindu. Dalam Manawa Dharmasastra
berada diujung rambut/rumput, II.83 dan 84 dinyatakan bahwa eka
disinari matahari bening bagaikan aksara Om adalah Brahman yang

5
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

tertinggi. Ketahuilah bahwa Omkara itu yang paling halus berupa ruang kosong
kekal abadi dan itu adalah Brahman yang hampa, sunya tidak berwujud dan
penguasa semua ciptaan. Dalam tidak tampak. Akasa sebagai anasir
Manawa Dharmasastra II.76 dinyatakan dasar penyusun alam semesta berperan
bahwa aksara Omkara itu berasal dari sebagai ruang wahana atau tempat
aksara, A, U, M. dari suara tiga Veda keberadaan segala yang ada dan terjadi
dan inti dari Vyahrti Mantra. Yang di alam semesta ini.
dimaksud dengan Vyahrti Mantra itu Alam raya ini terbentuk dan satu
adalah Bhur, Bhuwah dan Swah. ruang yang kosong yang hampa yang
Penyatuan aksara, A, U dan M tak terbatas luasnya dimana semua isi
itulah bersenyawa menjadi aksara alam semesta ini seperti planet-planet
Omkara yang juga disebut Pranava dan mataharinya, semua materi atau
Mantra. Karena itu, Omkara itu juga benda-benda yang ada dan semua
disebut vijaksara mantra terjemahannya mahluk hidup berada di dalamnnya.
biji aksara asal mulanya Mantra Veda. Akasa merupakan ruang kosong
Kata aksara dalam bahasa Sansekerta pembentuk alam semesta. (2) Bayu
terjemahannya yang kekal abadi. Ini (angin) lahir dari sparsa tan matra.
berarti tujuan Tuhan menurunkan aksara Bayu inipun masih halus, karena rupa,
adalah untuk menyebarkan ajaran suci tapi ada tanda-tanda yang dapat
Tuhan yang kekal abadi itu. menerangkannya misalnya, benda
Panca mahabhuta sebagai bergerak maka gerakan benda itu sendiri
penyusun alam semesta (bhuana agung) adalah tanda adanya bayu dalam benda
bersumber dari dua azas yang sangat itu. Dibandingkan dengan akasa bayu
sukma, gaib dan abadi yaitu cetana dan lebih kasar karena letaknya lebih di
acetana yang juga disebut sebagai sebab bawah, Bayu sebagai anasir dasar
mula terciptanya segala yang ada (causa penyusun alam semesta berperan
prima). Seperti yang tertuang dalam sebagai tenaga penggerak (energi)
sloka diatas, bahwa setelah muncul semua peroses yang terjadi dan segala
panca daiwatma dari windu kemudian sesuatu yang ada di alam semesta ini.
lahir unsur panca tan-matra dari panca Benda-benda yang ada di sekitar
daiwatma itu. Panca tan matra kita sampai benda planet yang ada
merupakan lima keadaan yang sangat diluar angkasa semua bergerak tidak ada
halus yaitu: (1) Sabda tan matra yaitu yang diam. Gerakannya bermacam-
unsur nada/suara, (2) Sparsa tan matra macam ada gerak rotasi, gerak translasi,
yaitu unsur rabaan, (3) Rupa tan matra gerak vibrasi dan sebagainya. Semua
yaitu unsur bentuk, (4) Rasa tan matra gerakan itu disebabkan oleh bayu
yaitu unsur kenikmatan, (5) Ganda tan sebagai tenaga penggeraknya. (3) Teja
matra yaitu unsur bau. (api/sinar) lahir dari rupa tan matra.
Dari panca tan matra Teja berada di bawah bayu maka lebih
melahirkan panca mahabhuta yaitu kasar daripada bayu. Teja
akasa, bayu, teja, apah dan perthiwi keberadaannya berupa sinar atau cahaya
merupakan lima anasir dasar yang yang tidak berwujud sehingga tidak
dijadikan penyusun alam semesta. dapat disentuh jadi masih halus tapi
Keberadaannya berstruktur dan yang sudah tampak atau dapat dilihat
paling atas yaitu akasa paling halus sedangkan bayu keberadaannya tidak
makin bawah yaitu: (1) Akasa (ether) dapat dilihat.
lahir dari sabda tan matra. Akasa paling Teja sebagai anasir dasar
diatas merupakan panca mahabhuta pembentuk alam semesta berperan

6
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

sebagai pembentuk sinar yang Wiswa melekat pada candra, dan


menyinari segala benda atau isi alam candra menempel pada bindu, serta
materi yang ada di alam ini dapat dilihat bindu kembali pada nada,
(tampak) dengan mata. Segala sesuatu demikianlah perihal/keadaan
yang dapat bersinar di alam ini dominan aktivitasnya. Wiswa itu
sebagai pembentuk alam ini, misalnya bergantungan pada ardhacandra,
matahari yang bersinar terang ardhacandra itu lebur dalam bindu,
merupakan benda (isi) alam semesta bindu itulah bergantungan pada
yang dapat mengeluarkan teja yang nada, demikianlah halnya ajaran
amat besar dan dalam dirinya demikian filsafat, dan nada kembali ke
juga isi alam lainnya yang besinar; (4) niskala. Niskala itu disebut
Apah (zat cair) lahir dari rasa tan mayatattwa, itulah pradhana
matra. Apah sudah kasar karena sudah (materi), pengembaliannya pada
dapat berwujud walau wujudnya dapat nada, dan niskala itu kembali ke
berubah-ubah sesuai dengan tempatnya. sunyantara, sunyantara kembali ke
Apah sebagai anasir dasar penyusun atyantasunya, sebagai
alam semesta berperan sebagai pengembaliannya niskala dan
pembentuk cairan yang menyusun alam anakku Sang Ganadhipa, adapun
semesta beseta isinya. Segala yang cair yang dimaksud utpatti (lahir), sthiti
seperti air, minyak, alkohol, cairan pada (hidup), dan pralina (lebur) itu
tubuh dan lain-lain yang berada di alam iyalah Sanghyang Pranawa
ini merupakan peran apah sebagai (Ganapati Tattwa, 27).
pembentuk alam semesta; (5) Perthiwi
(tanah) lahir dari gandha tan matra. Dalam sloka 27 dijelaskan
Perthiwi paling bawah sehingga paling bahwa niskala itu adalah maya tattwa
kasar, wujudnya sudah tetap (padat). (Acetana). Acetana berarti
Perthiwi sebagai anasir dasar paling ketidaksadaran atau ketidaktahuan.
kasar penyusun alam semesta Dalam Wrhspati tattwa disebutkan:
keberadaannya berperan untuk “acetana ngaranya ikang tanpa jnana,
menentukan wujud benda-benda atau isi kadyangga ning watu”. Cetana dan
alam dan wujudnya padat yang tetap. acetana adalah asal mula yang sama
halus dan gaibnya, ia adalah dua
“ikang wiśwah umĕt ringng hakekat berpasangan yang beroposisi.
ardhacandra ikangng ardhacandra Akan tetapi karena acetana adalah yang
līna ring bindu ikang bindu ya ta tidak berkesadaran ia disebut maya
umĕt ring nādanahan tang lakṣaṇa tattwa, maka ia diposisikan dibawah
ning tattwa mwang ikang nāda cetana (hilang kasor nikang maya
mulih maring niṣkala niṣkala tattwa dening Siwatattwa). Rupanya
ngaran māyātattwa pradhāna ika yang menjadi kata kunci adalah kata
makolihan ing nāda mwah ikang kasor, berasal dari akar kata sor
ningkala mulih maring śūnyāntara terjemahannya lebih rendah, kalah,
ikang śūnyāntara mulih mari ng dikalahkan, substansi yang berada di
atyantaśūnya makolihan ing niṣkala bawah.
mwah anaku sang gaṇapati ikang Dalam kitab suci Hindu
ingaranan uutpatti sthiti pralīnan dinyatakan bahwa atma adalah bagian
sang hyang praṇawa”. dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini
dapat kita lihat dalam kitab upanisad
Terjemahannya: yang menyatakan bahwa “Brahma

7
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Atman Aikyam” yang terjemahannya SANG, BANG, TANG, ANG, ING


Brahman dan atman adalah tunggal. (Ganapati Tattwa, 29).
Atma diumpamakan sebagai setitik
embun yang berasal dari penguapan air Secara umum prakrti berarti
laut, karena adanya pengaruh suatu alam atau dunia. Prakrti juga dapat
temperatur tertentu kemudian embun itu berarti materi, tenaga atau energi.
terpencar keseluruh alam semesta. Kadang kala prakrti juga berarti sifat,
Demikian keadaan atma yang mula- tabiat, perangai, watak dan hakekat.
mula berasal dari Brahman kemudian Tetapi dalam Bhagavad Gita, prakrti
terpencar memasuki serta memberi umumnya berarti alam material. Alam
energi hidup pada jasmani dari smua material berasal dari tenaga material
mahluk. Atma juga disebut Siwatma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
atau jiwatma, yaitu roh yang berasal dari Tenaga material Beliau disebut maya.
Tuhan dalam fungsi memberi tenaga Ma = tidak, dan Ya = itu. Jadi Maya
hidup kepada alam semesta beserta berarti; “Yang bukan itu”. Diartikan
isinya. demikian karena tenaga material-Nya
Dari atma kemudian lahir ini menyebabkan para mahluk hidup
pradhana/ prakerti yaitu unsur yang yang tinggal di alam material lupa pada
bersifat kebendaan atau material. Pada hakekat dirinya sejati sebagai jiva
penciptaan alam semesta, prakerti rohani abadi. Para mahluk hidup
berevolusi menjadi panca tanmatra menganggap badan jasmaninya sebagai
yaitu lima benih yang belum berukuran. dirinya sejati.
Panca tanmatra setelah melalui evolusi Konfigurasi aksara panca
yang panjang akhirnya menjadi panca Brahma, tersusun sebagai berikut:
mahabhuta, yakni lima unsur materi. ANG, TANG, SANG, BANG dan ING,
Lima unsur materi ini kemudian menggambarkan proses involusi ciptan
membentuk anggota alam semesta, atau peleburan (penyerapan kembali,
seperti misalnya matahari, bumi, bulan, pralina). ANG yang mewakili ketegori
bintang-bintang, planet-planet, dan lain- panca mahabhuta, dasendriya dan
lain. manah tercipta dari panca tanmatra,
ahamkara dan buddhi (Wijaksaranya
“ikang saṃ rumuhun tattwanya TANG) dan tiga yang belakang ini
tumūt baṃ tumūt taṃ tumūt aṃ dihasilkan oleh prinsip awyakta
tumūt iṃ nihan sthiti sang hyang (wijaksaranya SANG). Awyakta
pañcabrahma saṃ baṃ taṃ aṃ iṃ kembali pada purusa (BANG) dan
kramanya” purusa menyatu dengan maha brahma
(Rudra tattwa) wijaksaranya ING.
Terjemahannya: Posisi arah dimana aksara Panca
Prakrti itu dijiwai atma dan karena Brahma ditempatkan, sesuai dengan
atma maka adalah matahari adanya ajaran Sang Hyang Siwa Basma
agni menyusul setelah matahari, (Wejangan Siwa tentang Basma) yang
demikianlah ternyata Siwagni dalam menyatakan: “Panca bhagancirah
keadaan sthiti. Yang permulaan kuryyat, panca matram udaharet,
adalah SANG filsafatnya, purwwa SA daksina Basyat, pascima TA
selanjutnya BANG, kemudian nyaset wudhah, Uttarya Aghorakam
TANG, terus ANG dan akhirnya sthanam, murddhim Isanam evaca”.
ING, inilah sthitinya Sang Hyang Jadi SA (purwa), BA(daksina), TA
Panca Brahma, urutannya adalah

8
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

(pascima), A (uttara) dan I (murdha, aksara suci “Ma”, Sangkara di Barat


tengah menghadap atas). Laut dengan aksara suci “Si”, Sambu di
Sedangkan dewata yang diwakili Timur Laut dengan aksara suci “Wa”,
oleh aksara-aksara tersebut kemudian Siwa di Tengah dengan aksara suci
dipuja sesuai dengan matra (arah) yang “Ya”.
telah ditetapkan . “Purwwasyadh Alam semesta diciptakan oleh
Iswara Wndhyat, Brahma daksina panca brahma dan panca aksara yang
gomukam, pascime tu Mahadewa, disebut sumber kekuatan alam semesta
uttarae wesnawam mukam, murddhim (dasa aksara). Dasa aksara merupakan
Isanam evaca” Kelima nama ini: sepuluh hurup utama dalam alam ini
Iswara, Brahma Mahadewa, Wisnu dan yang merupakan simbol dari penguasa
Sadasiwa (Isana) disebut Dewata Panca alam jagat raya dan sangat erat
Brahma atau sering disingkat Panca hubungannya dengan Dewata
Brahma atau Panca Dewata. Menurut Nawasanga. Dari sepuluh hurup bersatu
Siwa Purana, panca waktra atau menjadi panca brahma (lima hurup suci
pancanana tersebut dikaitkan dengan untuk menciptakan dan
panca krtya (lima kegiatan Tuhan/Sada menghancurkan).
Siwa) yakni srsti, sthiti, samhara,
tirobhawa dan anugraha.
III. PENUTUP
“yaṃ waṃ śiṃ maṃ naṃ utpatti Siwa adalah Maheswara, yang
sang hyang pañcākṣara śiṃ waṃ menjabarkan tentang ajaran rahasia
maṃnaṃ yaṃ sthiti sang hyang jnana, menjelaskan tentang misteri alam
pañcākṣara naṃ maṃ śiṃ waṃ yaṃ semesta beserta isinya, yang dapat
pralīna sang hyang pañcākṣar”. disimpulkan sebagai berikut:(1) Omkara
adalah wujud sabda sunya, nada
Terjemahannya: Brahman, asal mula Pancadaivatma :
Aksara Yam, Wam, Sim, Mam dan Brahma, Wisnu, Iswara, Rudra dan
Nam adalah utpatti Sang Hyang Sang Hyang Sadasiwa; (2)
Pancaksara. Aksara Sim, Wam, Pancadivatma merupakan asal panca
Mam, Nam dan Yam adalah sthiti tan matra yang terdiri dari rupa (unsur
Sang Hyang Pancaksara. bentuk), gandha (unsur bau), rasa
Sedangkan aksara Nam, Mam, Sim (unsur rasa/kenikmatan), sparsa (unsur
Wam, Yam adalah pralina Sang sentuhan), dan sabda (unsur suara); (3)
Hyang Pancaksara (Ganapati Dari panca tan matra munculah panca
Tattwa, 33). mahabutha yang merupakan unsur
materi (elemen alam semesta) yang
Seperti itu penciptaan alam terdiri dari : apah (air/benda cair), teja
semesta menurut sloka diatas yaitu (panas), vayu (angin), prthivi (tanah)
melalui panca aksara dimana menurut dan akasa (ether). Dari panca
kepercayaan aksara-aksara suci tersebut mahabutha ini alam semesta beserta
memiliki kekuatan yang mampu isinya diciptakan, dan Sang Hyang
menciptakan, memelihara dan melebur Siwatma menjadi sumber hidup yang
alam semesta. Panca aksara merupakan menggerakkan segala ciptaannya.
aksara suci dari panca iswarya,
diantaranya: Maheswara/mahesoradi
Tenggara dengan aksara suci “Na”,
Rudra/Ludra di Barat Daya dengan

9
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Nengah Bawa. 1999. Ganesa


sebagai Avighnesvara, Vinayaka
dan Pengelukatan. Surabaya :
Paramita.
Ganapati Tattwa. Dokumentasi Pusdok
Denpasar
Gunawan, I Ketut Pasek. 2012. Siwa
Siddhanta I. Surabaya: Paramita.
Gunawan, I Ketut Pasek. 2012.Siwa
Siddhanta II. Surabaya: Paramita.
Rai Mirsha, dkk. 1995. Ganapati Tattwa
Kajian Teks dan Terjemahannya.
Denpasar : Upada Sastra.
Putra, I.G.A.G dkk. 1998. Wrhaspati
Tattwa. Surabaya : Paramita.
Anonim. 2006. Siwatattwa. Bangli :
Pemerintah Kabupaten Bangli.

10

Anda mungkin juga menyukai