I Made Suweta
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
email: madesuwetabali62@gmail.com / madesuwetabali@yahoo.com
ABSTRACT
The principal doctrine of Shiva Siddhanta is that Shiva, is the supreme reality, and
personal soul or spirit is the same essence as Shiva. In this case Shiva is depicted in
the form of foundation which is the element of Widya (element of consciousness),
which is the nature that is not affected by unconsciousness and is immortal, that is
sturdy can not be shaken, and can not be concealed. There are three forms of
foundation namely: Paramasiwatattwa, Sadasiwatattwa, and Siwatattwa. The three
Tattwa is called Foundation Telu, which is the triple level of consciousness.
Paramasiwatattwa has the highest awareness, Sadasiwatattwa has a moderate
awareness, while Siwatattwa has the lowest consciousness.
1
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
penanya yang cerdas. Dan Siwa adalah alam semesta beserta isinya. Terutama
Maheswara, yang menjabarkan tentang tentang hakikat manusia yaitu dari mana
ajaran Jnana Rasyam, menjelaskan ia dilahirkan, untuk apa ia lahir, kemana
tentang misteri alam semesta beserta ia akan kembali dan bagaimana caranya
isinya. Secara ringkas isinya dapat agar bisa mencapai kelepasan.
diuraikan sebagai berikut: Omkara
adalah wujud sabda sunya, nada 2.1 Aspek Teologis dalam Lontar
Brahman, asal mula Pancadaivatma : Ganapati Tattwa
Brahma, Wisnu, Iswara, Rudra dan Ganapati Tatwa menggunakan
Sang Hyang Sadasiwa. bahasa Jawa Kuno yang juga diselingi
Pancadivatma merupakan asal dengan bahasa Sansekerta.
panca tan matra yang terdiri dari rupa Penyampaian ajaran Ganapati ini
(unsur bentuk), gandha (unsur bau), menggunakan dialog atau percakapan
sasa (unsur rasa/kenikmatan), sparsa sebagaimana ditemukan dalam
(unsur sentuhan), dan sabda (unsur Bhuwana Kosa, Wrhaspati Tattwa,
suara). Dari panca tan matra munculah Sanghyang Mahajñanā, dan sebagainya.
panca mahabutha yang merupakan Tokoh yang ditampilkan dalam
unsur materi (elemen alam semesta) Ganapati Tattwa adalah : Bhatara Śiwa
yang terdiri dari : apah (air/benda cair), sebagai Mahaguru yang memberikan
teja(panas), vayu (angin), prthivi (tanah) pelajaran tentang hal-hal yang
dan akasa (ether). Dari panca berhubungan dengan rohani yang
mahabutha ini alam semesta beserta bersifat abstrak dan rahasia. Sedangkan
isinya diciptakan, dan Sang Hyang Bhatara Gana yang disebut pula Sang
Siwatma menjadi sumber hidup yang Hyang Ganapati atau Sang Hyang
menggerakkan segala ciptaan. Ganadipa berperan sebagai penanya
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang ingin mengetahui ajaran tentang
ada beberapa permasalahan yang akan kebenaran terutama menyangkut
dibahas dalam tulisan ini yaitu: (1) sumber ciptaan yang ada serta proses
Bagaimana pokok-pokok ajaran yang kembalinya kepada sumber asalnya.
terkandung dalam Lontar Ganapati Adapun pokok-pokok isi dialognya
Tattwa, dan (2) Bagaimana konsep adalah sebagai berikut :
penciptaan alam semesta menurut
Lontar Ganapati Tattwa. 2.1.1 Tuhan dalam Penciptaan Alam
Semesta
II. PEMBAHASAN Sang Hyang Siwatman
Ganapati Tattwa merupakan Menciptakan Alam Semesta Dari Unsur
salah satu lontar lattwa, lontar filsafat panca mahabutha. Dalam bagian ini,
Siwa, yang digubah dengan akan di jelaskan bagaimana percakapan
mempergunakan metode Tanya jawab. Sang Ganapati dengan Dewa Siwa.
Tanya jawab tersebut ditulis di dalam 37 Berawal dari perihal munculnya panca
lembar daun tal yang disusun dalam 60 daiwatma, yang dijelaskan bahwa dari
bait/prosa, menggunakan bahasa Omkara muncul Windu, bagaikan
Sansekerta yang disertai dengan ulasan embun yang berada di ujung
dalam bahasa Kawi. Ganapati putera rambut/rumput, disinari matahari bening
Siwa adalah dewa penanya yang cerdas, bagaikan dupa, sinarnya terang
dan Siwa adalah Maheswara, yang cemerlang berkilauan. Dari Windu itu
menjabarkan tentang ajaran Rahasia muncullah panca daiwatma yaitu :
Jnana. Menjelaskan tentang misteri Brahma, Wisnu, Rudra, Kami/daku dan
2
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
3
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Brahma yaitu: ING, BANG, SANG, berisi air. Setelah dipuja gunakanlah
TANG, ANG. Prakrti itu dijiwai atma, pada tempat yang terserang hama
dan karena atma maka adalah matahari, (Ganapati Tattwa.48-60).
adanya Agni menyusul setelah matahari;
demikianlah ternyata Siwagni dalam 2.2 Penciptaan Alam Semesta
keadaan sthiti. Yang permulaan adalah Menurut Ganapati Tattwa
SANG filsafatnya, selanjutnya BANG, Pada awal mulanya dilukiskan
kemudian TANG, terus ANG, dan tidak ada apa-apa yaitu : tidak ada
akhirnya ING, inilah Sthitinya Sang bumi, tidak ada langit, tidak ada sunia,
Hyang Panca Brahma, urutannya adalah tidak ada ilmu pengetahuan dan
SANG, BANG, TANG, ANG, ING. sebagainya. Yang ada hanyalah Tuhan
(Ganapati Tattwa, 24-29). Yang Maha Esa dalam keadaan nirguna,
sukha acintya yaitu berkeadaan Maha
2.1.4 Tuhan sebagai Sang Hyang bahagia yang tidak terpikirkan.
Ganapati Kemudian terjadilah evolusi dari Sang
Sarana Upakara beserta Hyang Sukha Acintya dan muncullah
Mantranya Masyarakat Hindu di Bali Sang Hyang Jñanā Wisesa yaitu
mengenal upacara ngelukat atau pengetahuan yang mulia. Ia
melukat, yakni ritual pembersihan diri berbadankan alam semesta, tetapi tidak
secara lahir dan bhatin atau sekala dan ternoda, tidak terpengaruhi oleh apapun,
niskala. Upacara ini disebut melukat tak terjangkau karena Ia berkeadaan
karena di dalamnya menggunakan tirtha Wisesa, Maha Kuasa. Disinilah Ia
atau air suci pangelukatan yang khusus menampilkan diri-Nya dalam aspek
dibuat untuk tujuan tersebut. Seperti saguna. Kemudian timbul keinginan
dikemukakan dalam Ganapati Tattwa Beliau untuk menyaksikan keadaan-
maka Ganesa atau Ganapati bisa dipuja Nya sendiri yang berkeadaan sekala-
untuk kepentingan pengelukatan. Tata niskala, itulah sebabnya beliau
cara upacara beserta mantram yang menciptakan yang berkeadaan nyata
diucapkan oleh pemimpin ritual yang (paras) dan yang berkeadaan tidak nyata
menyelenggarakan pengelukatan (para) dan sunia sebagai bayangan-Nya
Ganapati, adalah sama dengan sendiri.
pelaksanaan ritual pengendalian hama Sang Hyang Jagat Karana
dan penyakit tanaman maupun manusia. bersemayam dalam sunia. Dari sanalah
Inilah penglukatan Beliau mengadakan ciptaan-Nya dan
(pembersihan) Ganapati, boleh selanjutnya secara berturut-turut,
digunakan di sekeliling (yang hendak seperti : Ongkara Suddha, Suara, Windu
dibersihkan), bahannya bambu ampel Prana Suci yang didalamnya terdapat
gading digambari Gana, tangan kirinya Nada Prana Jñanā Suddha. Dari Windu
memegang Cakra, tangan kanan lahir Panca Dewata atau Panca Dewa
memegang Gada. Disertai dengan Atma yaitu Brahma, Wisnu, Rudra,
upakara : ajuman putih kuning, suci Iswara dan Sang Hyang Sada Siwa,
satu, dagingnya bebek (itik) putih yang akan menjadi sumber ciptaan
jambul, airnya ditempatkan pada sangku selanjutnya. Dari kelima Dewa tersebut,
tembaga yang diisi kembang sudamala maka Brahma, Wisnu, dan Siwalah yang
serta peras sesantun diisi uang (sesari) dipandang sebagai badan perwujudan
1.100, samsam daun katima. Bambu Tuhan itu sendiri. Sedangkan Tuhan
ampel gading yang telah digambari Yang Maha Esa (Śiwa) yang tidak
Gana itu dimasukkan pada sangku yang terpikirkan dan acintya dilukiskan
4
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
berada dalam batin atau hati yang suci dupa, sinarnya terang cemerlah
yang disebut : “Gūhyalaya”. berkilauan. Dari windu munculah
Bhatara Ganapati awal mulanya Panca Daiwatma (yaitu) :
bertanya tentang keadaan dan sumber Brahma,Wisnu,Rudra, Kami/Daku,
panca daiwatma sebagai berikut: dan Sang Hyang Sadasiwa.
Demikianlah putraku prihal
“Nihan pitutur ira bhaṭāra śiwa, ri keadaannya Panca Daiwatma
sang hyang gaṇa. sĕmbah ning itu”(Pusdok : 27).
tanaya ra sanghulun, ring bhaṭāra,
hanta warahana tanaya ra Awal dari Omkara dapat kita
sanghulun, lamakane wruh ri runut dari Panca Brahma. ING itulah
kawijilan ing pañcadaiwātmā, disebut Siwa, dari siwa lahir atma,
saking ndi pawijilan ira, ya ta BANG dari atma lahir
warahana patik sanghulun”. Pradhana/materiil, SANG dari
Pradhana/Prakrti lahirlah matahari
Terjemahannya: (aditya), TANG, aditya lahirlah Agni
Beginilah nasehat-Nya Bhatara (api/panas),ANG. Demikianlah hal
Siwa terhadap Sang Hyang Gana “ manifestasinya Sang Hyang Panca
Sembah hamba putra paduka Brahma yaitu: ING, BANG, SANG,
kehadapan Bhatara, tolonglah TANG, ANG. Prakrti itu dijiwai atma,
hendaknya berkati beritahukan dan karena atma maka adalah matahari,
hamba putra tuanku, agar supaya adanya Agni menyusul setelah matahari;
dapat mengetahui prihal keadaannya demikianlah ternyata Siwagni dalam
Panca Daiwatma itu, dari manakah keadaan sthiti. Yang permulaan adalah
sumber-Nya,itulah hendaknya SANG filsafatnya, selanjutnya BANG,
jelaskan pada hamba putra tuanku”. kemudian TANG, terus ANG, dan
akhirnya ING, inilah sthitinya Sang
“īśwara uwāca ,anaku sang Hyang Panca Brahma, urutannya adalah
gaṇapati piṛngwākna pawarah kami SANG, BANG, TANG, ANG, ING.
ri kita, ikang śabda śūnya, sakeng (Ganapati Tattwa, 24-29).
oṃkāra mijil bindu, kadi ĕbun hana Swami Dayananda Saraswati,
ri āgra ning kuśa, kasĕnwan rawi, pendiri Arya Samad di India, menyataan
mahning kadi dhūpa, dīpta nira bahwa panggilan Tuhan yang pertama-
mābhrākarakāra, sakeng bindu tama dan yang tertua adalah dengan
matmahan pañca daiwata, brahmā, mengucapkan Omkara. Tuhan memang
wiṣṇu, rudra, kami, mwang sang tanpa nama, tanpa rupa karena pada
hyang sadāśiwa, mangkanānaku, hakikatnya semuanya yang nyata ini
makapawijilan ing daiwātmā” adalah perwujudan Tuhan.
(Ganapati Tattwa. 2). Terjemahannya apa pun yang ada ini
sesungguhnya adalah ciptaan Tuhan.
Terjemahannya: Karena tidak bernama maka manusia
Iswara bersabda,”Putraku Sang ciptaan Tuhan diteladani oleh para
Ganapati, perhatikanlah wejangan- Rsinya memanjatkan doa pujian pada
Ku ini untukmu, yakni sabda Tuhan dengan ucapan Omkara.
spiritual (gaib) : dari Omkara Demikianlah menurut keyakinan
muncul windu bagaikan embun yang Hindu. Dalam Manawa Dharmasastra
berada diujung rambut/rumput, II.83 dan 84 dinyatakan bahwa eka
disinari matahari bening bagaikan aksara Om adalah Brahman yang
5
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
tertinggi. Ketahuilah bahwa Omkara itu yang paling halus berupa ruang kosong
kekal abadi dan itu adalah Brahman yang hampa, sunya tidak berwujud dan
penguasa semua ciptaan. Dalam tidak tampak. Akasa sebagai anasir
Manawa Dharmasastra II.76 dinyatakan dasar penyusun alam semesta berperan
bahwa aksara Omkara itu berasal dari sebagai ruang wahana atau tempat
aksara, A, U, M. dari suara tiga Veda keberadaan segala yang ada dan terjadi
dan inti dari Vyahrti Mantra. Yang di alam semesta ini.
dimaksud dengan Vyahrti Mantra itu Alam raya ini terbentuk dan satu
adalah Bhur, Bhuwah dan Swah. ruang yang kosong yang hampa yang
Penyatuan aksara, A, U dan M tak terbatas luasnya dimana semua isi
itulah bersenyawa menjadi aksara alam semesta ini seperti planet-planet
Omkara yang juga disebut Pranava dan mataharinya, semua materi atau
Mantra. Karena itu, Omkara itu juga benda-benda yang ada dan semua
disebut vijaksara mantra terjemahannya mahluk hidup berada di dalamnnya.
biji aksara asal mulanya Mantra Veda. Akasa merupakan ruang kosong
Kata aksara dalam bahasa Sansekerta pembentuk alam semesta. (2) Bayu
terjemahannya yang kekal abadi. Ini (angin) lahir dari sparsa tan matra.
berarti tujuan Tuhan menurunkan aksara Bayu inipun masih halus, karena rupa,
adalah untuk menyebarkan ajaran suci tapi ada tanda-tanda yang dapat
Tuhan yang kekal abadi itu. menerangkannya misalnya, benda
Panca mahabhuta sebagai bergerak maka gerakan benda itu sendiri
penyusun alam semesta (bhuana agung) adalah tanda adanya bayu dalam benda
bersumber dari dua azas yang sangat itu. Dibandingkan dengan akasa bayu
sukma, gaib dan abadi yaitu cetana dan lebih kasar karena letaknya lebih di
acetana yang juga disebut sebagai sebab bawah, Bayu sebagai anasir dasar
mula terciptanya segala yang ada (causa penyusun alam semesta berperan
prima). Seperti yang tertuang dalam sebagai tenaga penggerak (energi)
sloka diatas, bahwa setelah muncul semua peroses yang terjadi dan segala
panca daiwatma dari windu kemudian sesuatu yang ada di alam semesta ini.
lahir unsur panca tan-matra dari panca Benda-benda yang ada di sekitar
daiwatma itu. Panca tan matra kita sampai benda planet yang ada
merupakan lima keadaan yang sangat diluar angkasa semua bergerak tidak ada
halus yaitu: (1) Sabda tan matra yaitu yang diam. Gerakannya bermacam-
unsur nada/suara, (2) Sparsa tan matra macam ada gerak rotasi, gerak translasi,
yaitu unsur rabaan, (3) Rupa tan matra gerak vibrasi dan sebagainya. Semua
yaitu unsur bentuk, (4) Rasa tan matra gerakan itu disebabkan oleh bayu
yaitu unsur kenikmatan, (5) Ganda tan sebagai tenaga penggeraknya. (3) Teja
matra yaitu unsur bau. (api/sinar) lahir dari rupa tan matra.
Dari panca tan matra Teja berada di bawah bayu maka lebih
melahirkan panca mahabhuta yaitu kasar daripada bayu. Teja
akasa, bayu, teja, apah dan perthiwi keberadaannya berupa sinar atau cahaya
merupakan lima anasir dasar yang yang tidak berwujud sehingga tidak
dijadikan penyusun alam semesta. dapat disentuh jadi masih halus tapi
Keberadaannya berstruktur dan yang sudah tampak atau dapat dilihat
paling atas yaitu akasa paling halus sedangkan bayu keberadaannya tidak
makin bawah yaitu: (1) Akasa (ether) dapat dilihat.
lahir dari sabda tan matra. Akasa paling Teja sebagai anasir dasar
diatas merupakan panca mahabhuta pembentuk alam semesta berperan
6
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
7
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
8
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
9
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
DAFTAR PUSTAKA
10