Anda di halaman 1dari 19

Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573

https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

AGNIHOTRA : VEDIC RITUAL YANG MULTIFUNGSI


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2
STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja
(ayuvero90@gmail.com)

Riwayat Jurnal
Artikel diterima :-
Artikel direvisi :-
Artikel disetujui :-

Abstrak
Agama Hindu merupakan salah satu agama besar yang diakui diseluruh dunia dan
merupakan agama tertua yang berdiri di atas pondasi Tri Kerangka Dasar Agama Hindu,
yakni Tattva atau filsafat agama Hindu, Susila atau etika agama Hindu, dan Upacara atau
ritual agama Hindu. Tri Kerangka Dasar Agama Hindu ini diibaratkan seperti sebutir telur,
dimana kuning telurnya merupakan tattva, putih telurnya adalah susila serta kulit telurnya
diibaratkan sebagai upacara. Upacara atau ritual inilah merupakan bagian dari Tri
Kerangka Dasar agama Hindu yang dapat dengan mudah dilihat dan dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Berbagai macam ritual agama Hindu dilaksanakan oleh umat, salah
satunya adalah upacara agnihotra. Agnihotra adalah upacara persembahan kepada Deva
Agni yang kerap disebut dengan istilah Vedic ritual atau juga disebut Vedic Fire
Ceremony. Meskipun istilah agnihotra terdengar asing ditelinga umat Hindu, namun pada
dasarnya simbolisasi dari anihotra ada dalam setiap ritual keagamaan di Bali yakni dalam
bentuk pasepan. Upacara agnihotra sendiri memiliki beberapa fungsi yang berkaitan juga
dengan fungsi api itu sendiri sebagai bagian terpenting dari upacara agnihotra. Adapun
fungsi dari upacara Agnihotra antara lain : agnihotra sebagai inti yajna, agnihotra sebagai
perantara pemuja dengan yang dipuja, agnihotra sebagai penyucian, agnihotra sebagai
penerangan, agnihotra sebagai sumber energi, agnihotra sebagai sarana peningkatan
spiritual serta agnihotra untuk keharmonisan.

Kata Kunci : Agnihotra, Vedic Ritual, Multifungsi

I. Pendahuluan merupakan inti ajaran agama Hindu


Secara sistematis, agama Hindu
sedangkan aspek Susila atau Etika
memiliki Tiga Kerangka Dasar Agama
merupakan pelaksanaan ajaran dalam
Hindu yang meliputi : Tattwa atau filsafat
kehidupan masyarakat sehari-hari. Aspek
agama Hindu, Susila atau Etika agama
Upacaraatau Ritual merupakan yadnya,
Hindu, dan Upacara atau Ritual agama
persembahan atau pengorbanan suci yang
Hindu. Aspek Tattwa atau filsafat agama
tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 81


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Widhi (Suhardana, 2007:4). Meskipun telah kiranya tidak sulit untuk mengakui dan
memiliki kerangka dasar, namun tampaknya menerima Agnihotra sebagai ritual Hindu,
umat Hindu di Bali dalam pelaksanaan kecuali orang-orang yang memang awam
ajaran agamanya, lebih memperlihatkan terhadap pengetahuan Veda. Selain itu, hasil
jalan bhakti dan karma daripada riset para ilmuwan kaliber dunia telah
pemahamannya atas pengetahuan dan tattwa membuktikan bahwa ritual Agnihotra
agama. Oleh karena itu, banyak pihak memiliki efek positif terhadap vibrasi dan
agama Hindu dipandang sebagai agama kesadaran kosmik hingga mampu
yang lebih menekankan pada bentuk mewujudkan keharmonisan sistem kosmis
ekspresif dibanding dengan agama dalam (jagad raya) (Donder, 2008:6-7). Selain itu,
tattwa atau makna (Triguna, 1994:73-74). ditegaskan kembali dalam “Chanakya
Begitu banyak upacara atau ritual Nitisastra, VIII.10”: Agnihotra bina veda na
yang hidup dan berkembang di Bali, baik itu ca danam bina kriyah/ na bhavena bina
upacara yang bersumber langsung dari siddhis tasmad bhavo hi karaman//
kitab suci Veda, maupun upacara yang (Pelajaran Veda tanpa korban suci
berkembang bersama adat yang ada di Agnihotra adalah sia-sia. Korban suci tanpa
masyarakat Bali. Salah satu ritual atau disertai dana punia tidaklah sempurna.
upacara yang bersumber langsung dari Tanpa disertai rasa bhakti semua itu tidak
Veda adalah Ritual Agnihotra, sehingga akan berhasil. Oleh karena itu, hal yang
Agnihotra kerap juga disebut dalam bahasa paling penting adalah bhakti yaitu penyebab
Inggris sebagai Vedic ritual atau juga dari segala keberhasilan).
disebut Vedic Fire Ceremony. Predikat Di Bali, pelaksanaan Agnihotra
Agnihotra sebagai Vedic ritual sangat jelas pernah dilakukan pada jaman raja-raja
menunjukkan bahwa ritual Agnihotra masih berkuasa, tetapi karena pernah terjadi
bersumber dari Veda, apalagi secara nyata kebakaran akibat api Agnihotra kurang
ritual Agnihotra tersebut benar-benar terkontrol dengan baik, maka sejak saat itu
terdapat dalam berbagai mantram Veda dan pelaksanaan Agnihotra kurang mendapat
berbagai sloka kitab suci Hindu. Oleh sebab perhatian. Sisa-sisa pelaksanaan Agnihotra
itu umat Hindu sebagai umat yang jaman kerajaan itu masih dapat ditemukan di
menerima Veda sebagai kitab sucinya, Pura Gunung Kawi di Desa Tampaksiring,

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 82


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Kabupaten Gianyar, dan di Pura Kehen dengan adanya gaung “Back To Veda” yang
Bangli. Kata “Kehen” adalah kata bahasa seolah-olah ingin menggeserkan keberadaan
Bali Kuna yang artinya “api”. Homa sebagai budaya masyarakat Bali. Padahal jika
bentuk upacara yang penting sekarang ditelusuri, beberapa Pura di Bali menyimpan
didapat dalam bentuk Pasepan yang pada peninggalan yang berkaitan dengan upacara
umumnya dipakai dalam berbagai bentuk Agnihotra, yang menunjukkan bahwa
pemujaan. Pasepan berasal dari kata “asep” upacara Agnihotra bukanlah upacara yang
yang artinya asap sebagai kehadiran api sangat asing dan tidak pernah dilakukan
dalam hampir setiap pemujaan, diasumsikan sama sekali. Hanya saja seiring berjalannya
berasal dari bentuk Homa atau Agnihotra waktu upacara Agnihotra dalam bentuk
yang diperkecil dan sering kehilangan unsur aslinya sudah tidak dilaksanakan lagi. Oleh
mantra yang harus menyertai pelaksanaan karena itu, tulisan ini dibuat dengan tujuan
Homa atau Agnihotra itu. untuk memperkenalkan kembali agnihotra
Walaupun Agnihotra merupakan sebagai sebuah ritual yang pada dasarnya
ritual atau upacara yang bersumber merupakan salah satu ritual yang sangat
langsung dari Veda, namun tidak semua dekat dengan umat Hindu di Bali, serta
umat Hindu Bali mengenal upacara untuk mengungkap fungsi dari upacara
Agnihotra ini. Bahkan tidak sedikit yang agnihotra itu sendiri. Metode yang
mencemooh pelaksanaan Agnihotra. Hal ini digunakan dalam pembuatan tulisan ini
terjadi karena kekurang pahaman tentang adalah studi kepustakaan. Tulisan ini
pelaksanaan dan makna yang terkandung disusun dengan menelaah buku-buku,
dalam Agnihotra. Upacara Agnihotra sering artikel ilmiah sejenis dan referensi-referensi
dikaitkan dangan ritual yang hanya yang berkaitan dengan agnihotra. Selain itu,
dilakukan oleh Sampradaya, kelompok telaah terhadap penelitian sejenis juga
belajar Veda, maupun kelompok spiritual dilakukan untuk mendapatkan simpulan
tertentu. Dan tidak sedikit pula yang yang valid.
menganggap bahwa upacara Agnihotra
merupakan “produk” India yang dibawa ke
Bali dengan tujuan untuk “mengindia-
indiakan” umat Hindu di Bali. Apalagi II. Pembahasan

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 83


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

1. Pengertian Agnihotra upacara yang sangat penting dalam Veda


Kata Agnihotra berasal dari bahasa yang dilaksanakan sehari-hari oleh
Sanskerta, yakni terdiri dari dua kata yaitu golongan grhastin (Musna dalam Jendra dan
Agni dan Hotra. Kata Agni berarti api dan Titib, 1999:5). Agnihotra mempunyai
kata Hotra berarti melakukan persembahan. makna yang berhimpit dengan istilah
Dengan demikian Agnihotra berarti “Homa”, walaupun tidak sepenuhnya sama.
melakukan persembahan kepada api. Kedua istilah itu sama-sama melakukan
Persembahan kepada api ini mengandung pemujaan dengan menggunakan sarana api
maka simbolis dalam filsafat dan teologi sebagai persembahan. Karena sangat
Hindu. Dalam kitab-kitab suci Hindu berdekatan artinya, maka Agnihotra dan
diuraikan bahwa api adalah simbol Dewa Homa (Agnihoma) kerap dianggap sama.
Agni, dengan demikian persembahan yang Perbedaannya sangat kecil dan hampir tidak
dihaturkan ke dalam api hakikatnya adalah dapat dibedakan, Agnihotra merupakan
melakukan persembahan kepada Dewa dasar dari Homa. Homa adalah upacara
Agni. Dalam kitab Purana dan Upanisad selamatan kepada deva-deva dengan
juga menguraikan bahwa jika Tuhan menaburkan persembahan kepada api suci
diumpamakan sebagai Manusia Kosmos, (Musna dalam Jendra dan Titib, 1999:5).
maka api merupakan simbol dari Lidah Agnihotra dan Homa sama-sama
Tuhan. Selain karena alasan filosofis dan menggunakan api suci sebagai media
teologis Hindu yang menjadikan wujud fisik pemujaan, perbedaannya bahwa dalam
api sebagai simbol lidah Tuhan, juga karena Homa persembahan itu ditujukan kepada
suatu alasan teologis lainnya yang Deva-Deva dengan perantara api suci,
menyatakan bahwa Dewa Agni itu sendiri di sedangkan Agnihotra persembahan
dalam Veda diyakini sebagai Purohita atau langsung ditujukan kepada Deva Agni
pemimpin upacara . Hal ini dengan sangat melalui api suci sebagai wujud material dari
jelas tercantum dalam mantra Rgveda dan Deva Agni itu sendiri. Dengan kata lain
bahkan mantram tersebut tercantum pada bahwa dalam Agnihotra, Deva Agni
bagian paling awal dari kitab Rgveda. merupakan tujuan atau sasaran
Agnihotra adalah upacara persembahan, sedangkan dalam Homa,
persembahan kepada Deva Agni, suatu Deva Agni sebagai perantara untuk

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 84


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

menyampaikan segala bentuk permohonan c) Sarana dan Prasarana Upacara


yajamana “penyelenggara upacara ” Agnihotra.
(Jendra dan Titib, 1999:6). Selain itu,
a. Api Sebagai Simbol Deva Agni
perbedaan agnihotra dengan homa
Api merupakan lambang salah satu
(agnihoma/homayajna) adalah terletak pada
manifestasi Tuhan dalam kapasitas Beliau
pelaksanaannya. Agnihotra dilaksanakan
sebagai Deva penguasa api, sehingga dalam
tersendiri tanpa dirangkaikan dengan
kapasitas ini Beliau bergelar Deva Agni,
upacara lainnya, sedangkan homa selalu
yang diyakini sebagai saksi dalam setiap
dirangkaikan dengan upacara lain, seperti
pelaksanaan Yajna. Oleh karena itu, pada
pemlaspas, piodalan dan sebagainya.
setiap upacara Yajna selalu akan ditemui
komponen api.
Pentingnya peranan api pada setiap
upacara , karena Agni memiliki sifat-sifat
yang banyak dinyatakan pada beberapa
mantra dalam Ŗgveda, Atharvaveda, dan
Yajurveda.
Pentingnya peranan api pada setiap
upacara , karena Agni memiliki sifat-sifat
Pelaksanaan upacara Agnihotra
seperti dinyatakan pada beberapa mantra
(Sumber : Dokumentasi Ayu
Veronika) dalam Ŗgveda, Atharvaveda, Yajurveda
sebagai berikut:
2. Komponen Pelaksanaan Upacara
Agnihotra Hota-ajanista cetanah.
Upacara Agnihotra bisa (Rgveda II. 5. 1).
Terjemahan:
terselenggara dengan baik apabila tersedia
Api adalah zat yang hidup. Ia mengundang
cukup daya dukung yang tercakup dalam para Deva yang lainnya (yaitu zat-zat)
komponen penyelenggaraan upacara .
Rtasya presa rtasyahitih.
Beberapa komponen yang harus ada dalam (Rgveda I. 68.5).
Terjemahan:
penyelenggaraan upacara Agnihotra
Api memiliki kemampuan (kapasitas)
adalah: a) Api, b) Pelaku Upacara (Hotri, mengirimkan (transmisi) dan menerima
Hotraka, Yajamana, Peserta Upacara ), dan

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 85


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Pota visvam tad invati. aspek negatif. Oleh karena itu, dalam Lontar
(Rgveda. II.5.2).
Surya Sewana dan Veda Parikrama
Terjemahan:
Api adalah pembersih / pemurni. Ia dijumpai puja (doa) yang disebut Mantra
memperkuat/menghidupkan alam semesta
Asep sebagai berikut:
Agnes-te pranam amrtad. Ayusmato vanve. Om Ang Brahma Amerta dipa ya namah
(Atharvaveda VIII.2.13). swaha
Terjemahan: Om Ung Visnu Amerta dipa ya namah
Kami memperoleh zat asam (oksigen) dari swaha
api yang kekal untukmu, api memberikan Om Ang Linga Dipa Purusa ya namah
usia panjang swaha
Mantra ini setiap pagi diucapkan
Agne sahasraksa satamurdhan Satam te
oleh Pandita Hindu saat beliau melakukan
pranah sahasram vyanah.
(Yajurveda. XVII. 7). Puja Surya Sewana (Wiana, 2002:81). Hal
Terjemahan:
ini semakin mempertegas posisi api bagi
Ya Sang Hyang Agni Engkau memiliki
ribuan mata dan kepala. Kemampuan-Mu kehidupan manusia. Sedemikian pentingnya
tidak terkira banyaknya, Engkau memiliki
api baik bagi kehidupan sehari-hari dan
ratusan prana dan Vyana yakni tenaga-
tenaga (Titib, 1998:602-604). salah satu komponen utama dalam upacara
yajna. Selain itu, sesuai dengan identitas
Mantra-mantra di atas menunjukkan
nama upacara tersebut yakni Agnihotra,
kapasitas api yang tidak bisa dilepaskan dari
maka tanpa adanya unsur api maka upacara
kehidupan manusia sehari-hari. Deva Agni
Agnihotra tidak dapat dilaksanakan.
dipandang memiliki kekuasaan untuk
b. Pelaku Upacara Agnihotra
menjadi perantara manusia dengan Tuhan.
Pelaku upacara Agnihotra yang
Selain itu, Pandita Hindu juga dimaksud adalah orang-orang yang terlibat
dalam pelaksanaan Upacara Agnihotra,
mempunyai Swadharma atau kewajiban
antara lain:
untuk memelihara api suci Sang Hyang Tri a. Hotri
Hotri adalah orang yang bertugas
Murti agar mendapat tuntunan sinar suci
memimpin upacara Agnihotra dan harus
Sang Hyang Brahma, Visnu, dan Siva untuk
hafal mantra-mantra yang digunakan dalam
selalu menuntun umatnya, untuk menjaga
upacara serta fasih melafalkannya.
keseimbangan dari proses Utpati, Sthiti, dan
Salah satu perbedaan Upacara
Pralina, serta menyinari Tri Guna manusia
Agnihotra dengan upacara -upacara yang
agar Tri Guna tersebut tidak menimbulkan
lainnya adalah terletak pada banyaknya

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 86


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

penggunaan mantra, dimana semua mantra Sang Yajamana adalah sang


yang dipakai pada upacara ini bersumber pelaksana atau penyelenggara upacara
dari mantra-mantra yang terdapat pada Agnihotra. Sang Yajamana inilah yang
Veda. Mantra-mantra ini diucapkan menyediakan segala sarana persembahan.
berulang-ulang memuliakan nama-nama d. Peserta Upacara
Deva, berulang-ulang memuliakan Peserta upacara juga memiliki andil
keagungan serta kebesaran Tuhan, sehingga yang penting dalam pelaksanaan upacara
sama dengan melaksanakan Japa yang Agnihotra. Semua peserta upacara
dalam Agnihotra merupakan satu syarat diharapkan memberi arti kehadirannya
yang amat penting. Efek Japa mantra dengan ikut merafalkan kata ”Svaha” pada
menjadikan upacara ini menjadi luar biasa. akhir mantra yang dicantingkan oleh Hotri.
Seperti pengulangan mantra Gayatri, baik Semua pelaku upacara pada
Gayatri Saraswati, Gayatri Laksmi, dll. Jadi upacara Agnihotra memiliki peran masing-
semua Deva memiliki Gayatri ibarat masing dalam pelaksanaan upacara
membuka sebuah computer yang jika akan Agnihotra. Jika salah satu dari pelaku
memakai tentu memiliki identitas password upacara tidak ada pada upacara Agnihotra,
masing-masing (Asri,2008:55). maka upacara Agnihotra tidak dapat
b. Hotrika berjalan dengan baik bahkan tidak dapat
Hotrika adalah orang yang dilaksanakan.
membantu Hotri di dalam melaksanakan Persembahan pada upacara
upacara Agnihotra, dan Hotraka ini adalah Agnihotra dimasukkan ke dalam api kunda,
bisa dari kalangan Pinandita yang paham usai mantra diucapkan diakhiri dengan doa
akan urutan tata cara pelaksanaan “Swaha” yang dalam Bahasa Sanskerta
Agnihotra. Hotrika biasanya membantu artinya “abu”. “Swaha” secara mitologis
dalam pembuatan dan menghias kunda, adalah nama istri Deva Agni. Beliau
menaruh kayu di dalam kunda, ikut diucapkan dalam akhir mantra (dipanggil)
merafalkan atau mencantingkan mantra- karena tak ada upacara Yajna apapun
mantra Veda yang ada kaiannya dengan tersucikan tanpa kehadiran pasangannya.
upacara Agnihotra. Dalam keyakinan agama Hindu memandang
c. Sang Yajamana

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 87


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

bahwa kekuatan itu sendiri berkelamin (upakara) yang mendukung pelaksanaan


perempuan (Aripta,2007:76). upacara . Bahan yang dipakai persembahan
Svaha adalah nama Devi yang dalam Upacara Agnihotra adalah:
menjadi saktinya Deva Agni. Sakti a. Kayu Bakar, Kayu bakar adalah salah
satu bahan utama dalam upacara
merupakan istri yang menjadi pasangan para
Agnihotra. Kayu bakar berfungsi sebagai
Deva dalam mewujudkan bahan bakar untuk api yang selama
pemujaan dilakukan harus tetap menyala.
kemahakuasaannya. Setiap Deva memiliki
b. Gahwya
Sakti sesuai dengan fungsinya, seperti Devi c. Daun-daunan dan aneka bunga
d. Buah yang dipotong kecil-kecil
Saraswati adalah Sakti Deva Brahma, Devi
e. Samagree (jagung, injin, ketan, beras,
Laksmi adalah Sakti Deva Visnu, Devi beras kuning, kacang hijau, dll)
f. Nasi kepel 10 buah
Parvati/Durga/Gauri adalah Sakti Deva
g. Jajan manis
Siva. Iulah sebabnya setiap mantra yang h. Ghee atau mentega
i. Panca Amrtam (susu, madu, gula merah,
diucapkan biasanya diakhiri dengan Svaha.
yogurt,ghee)
Pengecualian untuk doa kepada leluhur pada j. Minyak untuk menghidupkan api
k. Beras Kuning
akhir mantra dipakai “Svadha”.
l. Kunda/Vedi. Kunda sering juga disebut
Pengucapan Svaha pada akhir mantra- Vedi. Kunda merupakan sarana yang
terpenting dalam pelaksanaan Agnihotra,
mantra Agnihotra mengandung makna
karena setiap persembahan terpusat pada
untuk lebih menajamkan keampuhan api suci yang berkobar dalam kunda.
Kunda merupakan simbol dari mulut
mantra-mantra yang diucapkan, sehingga
Tuhan, sedangkan api yang berkobar di
dalam pelaksanaan upacara Agnihotra dalamnya merupakan simbol dari lidah
Tuhan. Kunda juga dapat dihias dengan
manapun kata Svaha menjadi ciri khasnya
garis atau gambar yang bercirikan
(Asri,2008:59-60). kesucian, seperti Omkaram, Swastika,
atau Yantra lainnya. Hiasan ini juga
Selain itu, pengucapan kata Svaha
dapat dibuat dengan tepung warna-warni
memiliki makna bahwa kita dan dari gandum atau beras.
m. Sendok bertangkai panjang untuk
mempersembahkan segala persembahan
menuangkan Ghee dan minyak
dengan ketulusan hati. n. Bebantenan. Secara spesifik tidak ada
ketentuan jenis banten yang digunakan
c. Sarana dan Prasarana Upacara
dalam pelaksanaan Agnihotra.
Agnihotra
Penggunaan banten pada pelaksanaan
Pelaksanaan Agnihotra,
upacara agnihotra merupakan bentuk
membutuhkan sarana dan prasarana penyesuaian Upacara Agnihotra dengan

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 88


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

adat istiadat daerah tempat upacara Agnihotra masih waktu Sandya maka
agnihotra dilaksanakan.
ucapkan mantra-mantra Sandya, namun bila
d. Waktu dan Tempat Pelaksanaan lewat waktu telah larut dan matahari telah
Upacara Agnihotra
bersinar terang, sebaiknya tidak
Ditinjau dari situasi dan kondisi
mengucapkan mantra-mantra Sandya
tuntutan wajib dan tidaknya Agnihotra,
(Penyusun, 2006:xi).
maka Agnihotra itu dapat dibedakan
Tempat pelaksanaan upacara
menjadi dua macam sebagai berikut:
Agnihotra bisa dilakukan di merajan, Pura,
Nitya Agnihotra adalah Agnihotra
maupun di halaman rumah, sedangkan
yang wajib dilaksanakan karena tuntutan
posisi duduk penyelenggaraan upacara
sesuatu situasi kontekstual seperti
Agnihotra dilakukan dengan mengelilingi
terdesaknya karena kegelisahan, kekacauan,
kunda. Yajna Kunda atau Yajna Sala
atau karena sakit dan lain sebagainya
menjadi patokannya. Posisi duduk Hotri
(Jendra dan Titib, 1999:36)
biasanya disebelah selatan kunda
Kamya Agnihotra adalah Agnihotra
menghadap ke utara, sedangkan sang
yang bersifat suka rela yang menginginkan
Yajamana duduk disebelah barat kunda
keadaan lebih bahagia, lebih suci, lebih
menghadap ke timur. Hal ini juga sesuai
meningkatkan rejeki, dan lain sebagainya
dengan tradisi adat Bali yang pelinggihnya
(Jendra dan Titib, 1999:36-37).
berada di timur menghadap ke barat, dan di
Pelaksanaan upacara Agnihotra,
utara yang menghadap ke selatan. Posisi
sebaiknya dilaksanakan secara rutin,
Hotrika berada di sekeliling Kunda dan
biasanya dua kali sehari, pada saat Sandya.
diikuti oleh para peserta dalam upacara
Yang dimaksud dengan Sandya adalah:
Agnihotra tersebut. Sebagaimana mantra
pada dua pertemuan waktu, antara malam ke
dalam Rgveda I.I.4, menegaskan:
pagi dan sore ke malam, demikian
Agneyam yajnam advaram visvatah
sebaliknya. Waktu tersebut dilakukan kira-
pariburasi Sad id devesu gacchati
kira pukul 18.15 saat matahari terbenam dan Terjemahan:
Dengan persembahan tanpa Himsa,
waktu matahari pagi atau sebelum matahari
persembahan dilakukan dari segala arah,
condong. Di luar jam-jam itu tidak disebut semoga sampai kepada para dewa-dewa
(Aripta, 2007:75).
Sandya. Bila saat sedang melaksanakan

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 89


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

e. Fungsi Upacara Agnihotra Lebih ditegaskan lagi bahwa Dewa Agni


Adapun beberapa fungsi dari
sekaligus berfungsi sebagai pelaksana
upacara Agnihotra, adalah :
yajnya, hal ini semakin memperkuat bahwa
Agni menjadi pokok upacara persembahan.
1. Agnihotra Sebagai Inti Yajna
Upacara Agnihotra disebut sebagai Pada pelaksanaan upacara Agnihotra,
inti Yajna ditinjau dari fungsi Deva Agni semua persembahan dituangkan langsung ke
atau unsur api yang tidak dapat dilepaskan dalam api yang diumpamakan sebagai
dari upacara Agnihotra itu sendiri. Hal ini lidahnya Manusia Kosmos (Tuhan) dalam
bisa dilihat dalam Rgveda I.I.1 yang kitab Purana dan Upanisad, sehingga
berbunyi: apapun yang dipersembahkan dalam
Om Agni mile purohitam Yajnasya devam upacara Agnihotra langsung ditujukan
rtvijam Hotaram ratnadhatanam
pada Tuhan itu sendiri.
Artinya:
Kami memuja Tuhan, pendeta utama alam Selain itu, seluruh tindakan manusia
semesta, yang melakukan kegiatan melalui
adalah ritual yang dipersembahkan kepada
hukum abadi, yang memelihara dan
menghidupi segala yang bersifat ilahi dan Tuhan. Pada pengertian ini, pengamalan
cemerlang (Maswinara, 1999:1)
dharma juga merupakan suatu bentuk Yajna
Kata Agni pada sloka di atas yang dapat dilakukan oleh manusia. Seperti
dimaksudkan untuk menyebutkan Tuhan yang disebutkan dalam Lontar Wrehaspati
sebagai pemimpin utama dalam kegiatan Tattwa 25:
upacara . Dalam bidang mental, Agni adalah Sila yajnâm tapo danam prabâya bhiksu
revaca
salah satu penguasa yang sangat brilian dan
Yogascapi savasena dharmasyeka
kuasa atas pikiran cerdas, sedang dalam vinirmayah//
Dharma ngaranya: sila ngaraning
bidang material Agni merupakan penguasa
mangaraksa acara rahayu, yajna ngaraning
Teja atau sinar (Maswinara, 1999:1). manghadaken homa, tapa ngaranya umati
indriyanya, tan wineh ring wisanya, dana
Mantra di atas mengandung makna bahwa
ngaranya wineh, pravrjya ngaraning wiku
Deva Agni merupakan pemimpin atau anasaka, bhiksu ngaraning diksita, yoga
ngaraning magawe Samadhi, nihan
pendeta utama dalam suatu
pratyekaning dharma ngaranya nihan tang
penyelenggaraan Yajna, maka dapat jnanan ngaranya (25)
disimpulkan bahwa tanpa Deva Agni semua
Terjemahan:
upacara persembahan akan menjadi sia-sia.

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 90


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Pelaksanaan Dharma meliputi: (Sila banyak ditemui dan tidak mudah untuk
melaksanakan tingkah laku yang baik, yajna
ditiadakan. Api merupakan salah satu
berarti melaksanakan upacara Homa
(Agnihotra). Tapa berarti mengendalikan bentuk simbol dan sarana yang tidak bisa
indria, tidak terikat kepada obyeknya. Dana
dilepaskan dari pemujaan dalam agama
berarti memberi (pemberian sesuatu kepada
yang memerlukan). Pravrja berarti pandita Hindu. Api (Deva Agni) khususnya dalam
yang melakukan puasa (pertapaan), Bhiksu
Upacara Agnihotra memiliki posisi sebagai
berarti yang melaksanakan dwijati, yang
menjadi pandita. Yoga berarti perantara untuk menghadirkan para Deva
melaksanakan meditasi. Demikianlah
yang dipuja oleh umat. Hal ini dapat dilihat
bentuk realisasi pengamalan dharma)
(Aripta, 2007:5-6). dalam mantra Ṛgveda I.I.1 sebagai berikut:
Agniḥ pūrvebhir ṛṣibhir
Dari kutipan di atas, kembali
Īḍyo nūtanair uta,
diingatkan fungsi upacara Agnihotra Sa devâṁ eha vakṣati.
Artinya:
sebagai inti yajna. Selain sebagai ritual yang
Semoga Tuhan (Deva Agni) yang senantiasa
tidak bisa terlepas dari api/Deva Agni yang dipuja para bijak dimasa lalu dan sekarang,
menjadi sumber inspirasi orang-orang
merupakan pemimpin atau pendeta utama
bijaksana di segala jaman (Maswinara,
dalam suatu penyelenggaraan Yajna dan 1999:1).
sebagai pelaksana yajna, upacara
Api atau Deva Agni merupakan
Agnihotra juga merupakan salah satu bentuk
Deva yang dipuja oleh para Maharsi dengan
realisasi pengamalan dharma yang
tujuan untuk menghadirkan para Deva ke
merupakan yajna utama dalam kehidupan
tempat pelaksanaan upacara Yajna.
sehari-hari.
Api/Deva Agni dianggap mampu untuk
2. Agnihotra Sebagai Perantara Pemuja
menghadirkan para Deva tersebut. Inilah
Dengan Yang Dipuja
Setiap manusia khususnya umat mengapa api/Deva Agni disebut sebagai
beragama memiliki tingkat spirtualitas yang perantara pemuja dengan yang dipuja. Jika
berbeda satu dengan yang lain. Bagi orang di Sekala-kan, api/Deva Agni memiliki
yang memiliki tingkat Jnana dan Wijnana kedudukan seperti Pendeta, yang menjadi
yang tinggi, mungkin tidak memerlukan perantara umat dengan Tuhan-nya. Oleh
sarana sebagai perantara dalam memuja karena itu, Pendeta yang memimpin
Tuhan. Namun pada umumya simbol- upacara dianggap sebagai perwujudan
simbol dan sarana-sarana perantara masih Siwa Raditya. Pendeta pada saat itu

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 91


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

menghidupkan api jnana-nya melalui seperti yang dinyatakan di dalam Lontar


ekspresi mantra Astra dhupa dipa mantra. Silakrama, sloka 41 sebagai berikut:
Adapun yang mantra-nya adalah sebagai Suddha ngarannya enjing-enjing madyus
asuddha sarira, masurya sevana, amuja,
berikut:
majapa, mahoma.
Om ang dhupa dipa astraya namah Terjemahan:
Terjemahan: Suci namanya setiap hari membersihkan
Sembah sujud kepada Tuhan, Brahma diri, memuja Surya, berbakti, berjapa,
dhupa dan dipa, (Jendra dan Titib,1999:12). mahoma (Agnihotra) (Jendra dan Titib,
1999:48).
Selain itu, ditekankan juga bahwa
Fungsi upacara Agnihotra untuk
upacara Agnihotra sebenarnya belum
menyucikan juga dinyatakan dalam
pernah padam, hanya saja diwujudkan
Kakawin Ramayana Sarga I.25 sebagai
dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu
berikut:
berbentuk pedupaan atau pasepan. Namun
Lumekas ta sira mahoma
jika ditinjau dari kedudukan dan peranannya
Pretaadi pisaca raksasa minantra
tetaplah sangat penting dalam setiap Bhuta kabeh inilagaken
Asing mamigna rikang yajna
upacara , sebagai perantara penyembah
Terjemahan:
dengan Tuhan atau Dewa-Dewa. Mulailah Beliau (Raja Dasaratha)
melakukan Homa (Agnihotra)
3. Agnihotra Sebagai Penyucian
Roh jahat dan sebagainya, picasa dan
Kesucian merupakan tujuan dari
raksasa dimantrakan
semua agama, baik itu kesucian secara lahir Bhuta kala diusir semua
Segala yang mengganggu upacara korban
maupun batin, yang juga merupakan salah
dilenyapkan (Jendra dan Titib, 1999:45)
satu upaya untuk menngkatkan kwalitas
Dari kedua sloka di atas, dapat
spiritual. Kesucian tidak bisa datang sendiri,
dipahami bahwa upacara Agnihotra
namun setiap manusia harus berusaha dan
memiliki tujuan untuk penyucian, baik itu
berbuat untuk memperoleh kesucian itu.
untuk penyucian diri (batin, pikiran),
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk
maupun untuk penyucian lahir
memperoleh kesucian itu. Salah satu cara
(lingkungan).
yang dapat dilakukan adalah dengan
4. Agnihotra Sebagai Penerangan
melaksanakan upacara Agnihotra. Upacara
Fungsi upacara Agnihotra sebagai
Agnihotra dapat digunakan untuk
penerangan dapat dilihat secara nyata
membersihkan diri secara mental spiritual

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 92


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

dengan pemahaman bahwa api merupakan Bagaikan api menyala, wahai Arjuna
Yang membakar kayu api menjadi abu
salah satu sumber cahaya. Cahaya atau sinar
Demikian pula api ilmu pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang sangat membakar, segala karma menjadi abu.
(Pudja dalam Asri, 2008:121).
mempengaruhi kehidupan manusia. Dengan
cahaya manusia dapat melihat. Benda-benda Upacara Agnihotra disebut
di sekeliling manusia manusia memantulkan memiliki fungsi sebagai penerangan selain
cahaya dan ditangkap oleh mata manusia karena api sebagai salah satu sumber
sehingga manusia dapat melihat benda- cahaya, juga karena pada prosesi upacara
benda tersebut. Agnihotra terdapat simbol pembebasan diri
Prosesi upacara Agnihotra dari kebodohan (Awidya), dimana
dilakukan antara lain dengan kebodohan yang disimbolkan dengan kayu
mempersembahkan “kayu bakar/samidha”, bakar, dibakar oleh api ilmu pengetahuan.
kayu bakar merupakan simbol kebodohan. Kebodohan/Awidya merupakan kegelapan
Kayu ini sebagai simbol pikiran bodoh yang menyeliputi diri manusia sehingga
dibakar oleh api sebagai simbol Deva Agni, manusia merasakan penderitaan di
sebagaimana salah satu sifat Agni adalah dunia/alam sekala ini. Dengan melenyapkan
Dharmanya membakar/melalap apa saja kebodohan ini, maka manusia akan
yang ada didepannya (Sarvabhaksa) lalu membuka kesadarannya, menyadari bahwa
membuatnya berubah menjadi partikel- dirinya merupakan percikan terkecil dari
partikel pembentuknya dibawa ke atas Tuhan. Selain itu, dengan ilmu pengetahuan
bersama asap dan yang tersisa hanyalah abu seseorang akan dapat mengabdikan diri
di dalam kunda, yang mana kunda kepada masyarakat dalam bentuk ide-ide
merupakan lambang kesadaran itu sendiri dan penemuan-penemuan yang berguna
(Suja dalam Asri,2008:121). bagi masyarakat. Dengan ilmu pengetahuan
Dalam Kitab suci Bhagavadgita pula seseorang akan dapat membedakan
disebutkan:
baik dan buruk (Wiweka), sehingga orang
Yathaihāmsi samiddho’gnir
Bhasma-sāt kurute ‘ rjuna tersebut akan menjadi lebih bijaksana dan
Jñānāgnih sarva karmāni
kwalitas spiritualnya akan meningkat.
Bhasma-sāt kurute tathā
(Bhagavadgita IV.37) 5. Agnihotra Sebagai Sumber Energi
Terjemahan:

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 93


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Energi adalah kemampuan untuk Cara kerja Agnihotra atau Homa


melakukan kerja atau usaha dapat dipaparkan secara garis besar sebagai
(Wibowo,2007:24). Tanpa disadari, berikut. Agnihotra yang dilakukan pagi atau
sesungguhnya manusia hidup dalam lautan sore hari memancarkan cahaya energi yang
energi, semua disekitar manusia adalah merupakan perpaduan energi dari api itu
energi. Energi ini tidak dapat diciptakan sendiri dengan bahan-bahan yang sebagian
maupun dimusnahkan (Hukum Kekekalan dari bahan itu memancarkan kekuatan suci
Energi). Namun energi dapat berubah. Pada karena bahannya memang diambil dari
upacara Agnihotra, partikel-partikel hasil bahan suci. Energi api suci itu dengan
pembakaran dari persembahan (kayu dan ramuannya memancarkan cahaya dan
ghee) akan bersatu dengan energi dan berintegrasi dengan cahaya matahari
menutupi lapisan ozon dan melindungi membentuk suatu kekuatan bioenergi, dan
atmosfer, sehingga hal-hal negatif seperti percikan energi listrik yang mempengaruhi
global warming atau pemanasan global lingkungan, atmosfir dan segala bentuk
akibat menipisnya lapisan ozon dapat kehidupan disekitarnya. Api yang
dicegah. memancar dari pyramid atau periuk atau
Dalam Yajurveda III.3 disebutkan lubang yang digali itu menyesuaikan diri
sebagai berikut:
dengan ritme alam pada saat matahari
Tamtvâ samibhir angiro ghrtena
vardayamase/ menghasilkan suatu kekuatan ideal yang
Brihacchocâ yavisthya svâha idam agnaye
memungkinkan transportasi energi dengan
angirase idam na mama//
Terjemahan: kekuatan tertentu sesuai dengan kekuatan
Oh Tuhan, kami menyalakan api suci
dan memungkinkan transportasi energi
dengan kayu dan ghee. Semoga api ini
masuk ke dalam partikel-partikel terhalus dengan kekuatan tertentu sesuai dengan
dan memecahnya menjadi komponen-
getaran dan perpaduan mantra dan kadar
komponen kecil, partikel-partikel halus
bersatu dengan energi yang melenyapkan kepasrahan serta kesucian hati
akibat negative atmosfer.
penyelenggara dan sang Yajamana (Jendra
Oh Tuhan, semoga tindakan kami ini
memberi kesehatan, kekayaan, dan dan Titib, 1999:59-60).
kebahagiaan kepada semua mahluk hidup.
6. Agnihotra Sebagai Sarana
Semua ini bukan untuk saya (Aripta,
Peningkatan Spiritual
2007:43).

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 94


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Kata Spiritual dalam Kamus Besar (Dengan persembahan tanpa Himsa,


persembahan dilakukan dari segala arah,
Bahasa Indonesia mengandung arti
semoga sampai kepada para dewa-dewa)
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (Aripta, 2007:75).
(rohani, batin) (Tim, 2002:1087). Makna
Selain itu, upacara Agnihotra juga
spiritual yang dikaji disini adalah
banyak menggunakan japa. Japa merupakan
bagaimana upacara Agnihotra tersebut
pengidungan nama suci Tuhan, merupakan
mempengaruhi kejiwaan atau rohani
yajna yang tertinggi sebagaimana tertera
penyelenggara dan pelaksana upacara
dalam Kitab Bhagavad Gita X.25
Agnihora.
“yajnanam japa-yajnosmi-diantara yajna
Kasih sayang merupakan landasan
Aku adalah japa yajna”. Pengulangan nama
utama dalam pelaksanaan upacara
suci Tuhan memberikan pengaruh yang
Agnihotra sehingga memiliki makna
sangat luar biasa bagi pikiran. Pikiran akan
peningkatan spiritual. Persembahan-
dibersihkan dari segala kekotorannya. Dan
persembahan yang digunakan dalam
pengaruh yang sangat luar biasa adalah
Agnihotra adalah persembahan yang bebas
nama Tuhan mampu mengubah karakter
dari Himsa Karma (tidak menggunakan
manusia dari kecenderungan duniawi dan
binatang) dan hanya menggunakan
hewaniah menjadi bersifat Illahi (citra
persembahan yang berasal dari tumbuhan.
ketuhanan). Ada kekuatan yang tak
Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan
tergambarkan atau Acintya Sakti dalam
untuk persembahan seperti daun, buah,
mantra, dengan konsentrasi anda akan
bunga, batang, maupun cabangnya jika
mencapai kesadaran Tuhan. pengulangan
dipetik akan menghasilkan tunas-tunas baru
nama Tuhan akan menggetarkan seluruh sel
yang lebih subur. Sedangkan jika binatang
tubuh manusia dan rahmat Tuhan
dipotong atau dibunuh, ini akan memutus
membuatnya menjadi suci, penuh dengan
kehidupannya (membunuh).
getaran yang baik (Surpi,2005:63). Japa
Sebagaimana yang tertuang dalam
juga merupakan salah satu langkah untuk
mantra Ṛgveda I.I.4:
Agne yaṁ yajñam adhvaraṁ mengaktifkan Spiritual Quotient (SQ) atau
viṡvataḥ paribhūr asi,
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual
Sa id deveṣu gacchati.
Terjemahan: adalah kecerdasan jiwa, adalah kecerdasan

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 95


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

yang dapat membantu kita menyembuhkan dilihat dari hakikat sains dan teknologi yang
dan membangun diri kita yang utuh. Banyak terdapat pada Agnihotra tersebut. Donder
sekali diantara kita menjalani hidup dengan (2008) yang menyebutkan sebagai berikut:
penuh luka dan berantakan. Kita Hakikat sains dan teknologi dalam ritual
Agnihotra sesungguhnya dapat dijelaskan
merindukan persentuhan dan keharmonisan
dengan teori ilmu Mekanika Gelombang
yang lebih dalam dengan “pusat” yakni sang atau Fisika Quantum. Pelaksanaan
Agnihotra tersebut telah terjadi suatu reaksi
jiwa. Orang yang cerdas secara spiritual
gelombang dalam tingkat partikel sub
sanggup melihat kesatuan di balik segala atomik atau reaksi gelombang pada tingkat
partikel elektron atom. Hal tersebut dapat
perbedaan, mampu menghubungkan makna
dijelaskan sebagai berikut: ketika Damaru
dan esensi semua agama. Ia mungkin saja (kendang), Genta (lonceng Pandita
manggala upacara ), Kirtan (lagu pujian),
menjalankan agama tertentu, namun tidak
Japam (pengulangan nama-nama deva atau
secara picik, eksklusif, dan fanatik atau Tuhan) diuncarkan dalam pelaksanaan
Agnihotra, juga meditasi atau pemusatan
dengan berprasangka buruk. Ia memliki
pikiran dilaksanakan, maka terjadi proses
kualitas spiritual yang tinggi superposisi-superposisi gelombang, yakni :
damaru dan genta melakukan super-posisi
(Surpi,2005:33).
terhadap gelombang bettha (β) yang
Upacara yang berlandaskan kasih besarnya 14-30 Hz, kirtan melakukan
superposisi terhadap gelombang alpha (α)
sayang dan japa inilah yang membuat
yang besarnya 8-13 Hz, japam melakukan
upacara Agnihotra memiliki fungsi superposisi terhadap gelombang tetha (θ)
yang besarnya 4-7 Hz, dan meditasi atau
peningkatan spiritual yang tinggi.
samadhi melakukan superposisi terhadap
7. Agnihotra Untuk Keharmonisan gelombang delta (δ) yang besarnya 0,5-3
Keharmonisan dalam Kamus Besar Hz. Frekuensi gelombang delta (δ) yang
besarnya 0,5-3 Hz ini disebut dengan
Bahasa Indonesia (1989:299) mengandung
gelombang kosmik atau gelombang alam
arti suatu keadaan yang selaras atau serasi semesta. Telah terbukti bahwa dengan
tahapan-tahapan proses Agnihotra yang
dimana keserasian ini diakibatkan oleh
benar, dapat membuat manusia memiliki
beberapa faktor yang ikut menjadi bagian pancaran gelombang otak yang selaras
dngan gelombang kosmik. Ketika vibrasi
yang saling menguntungkan, sedangkan
otak manusia setara dengan gelombang
keselarasan mengandung makna kosmik, maka manusia menjadi bagian dari
kosmik dan sekaligus menjadi penguasa
kesesuaian, kecocokan (2002:641).
kosmik itu sendiri. Dengan kata lain bahwa
Fungsi keharmonisan yang manusia yang memiliki vibrasi gelombang
pikirannya setara dengan gelombang
terkandung dalam upacara Agnihotra dapat
kosmik, maka manusia seperti itu telah

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 96


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

berubah statusnya menjadi manusia-dewa syarat-syarat berikut terpenuhi secara


atau Tuhan itu sendiri. Manusia seperti itu
optimal pula:
akan dapat memerintahkan alam sesuai
dengan keinginannya. Dari salah satu aspek 1. Ketulusan, kemurnian, dan kesucian hati
ritual Agnihotra itu dapat diketahui bahwa
sang Yajamana (pemilik upacara , tuan
demikian besar fungsi Agnihotra tersebut,
yakni dapat mengharmonisasikan antara rumah)
dunia microcosmos dan dunia macrocosmos
2. Ketulusan, kemurnian serta ketulusan
(Donder,2008:15).
Selain makna harmonisasi ini dapat hati para Sulinggih penyelenggara
dijelaskan dengan hakikat sains seperti di upacara : Pendeta, Hotri, Pemangku
atas, di dalam lontar pun disuratkan bahwa 3. Kekuatan spiritual para Sulinggih dalam
upacara Agnihotra merupakan salah satu melakukan upacara Agnihotra
aspek yang mempengaruhi kedamaian 4. Kadar kesucian peserta dan lingkungan
dunia. Disuratkan dalam Lontar Bali Pulina: tempat upacara Agnihotra itu
Sutrepti punang Bali Pulina tan hana wiyadi dilangsungkan
tiling manahnya agagitayan, punang para
5. Kemurnian dan kesucian bahan dan alat
pandita Siwa, Budha lan para Rsi mwang
Mpu satata akarya Homa nguncaraken upacara Agnihotra (Jendra dan Titib,
Vedannyamwang seha. Mwang kang
1999:47).
swaranya genta ngastiti Hyang Widhi
mwang para dewa-dewata. Tetabuhan
III. Simpulan
maler meswara sadesa-desa, siyang latri
angaci ring Pura-pura tan papegatan. Upacara Agnihotra merupakan
Kaduluran kidung kakawin. upacara yang bersumber langsung dari
Terjemahan:
Damailah keadaan Bali, orang-orang Veda, dimana upacara Agnihotra adalah
hatinya terpusat pada isi kidung. Adapun sebuah aktivitas keagamaan dimana dalam
para pandita Siwa, Budha, Rsi, dan Mpu
senantiasa melaksanakan Agnihotra (Homa) pelaksanaannya memakai api sebagai media
mengucapkan mantra Veda dan Sehe kepada Dewa Agni yang merupakan salah
(memakai bahasa Bali biasa, pen).
Bergemalah suara genta memuja Tuhan satu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
yang Maha Esa dan para Dewa, gamelan Wasa.
berbunyi di setiap desa, siang dan malam,
berbhakti di pura-pura tiada putusnya. Komponen penyelenggara upacara
Upacara ini disertai dengan kidung dan Agnihotra, yaitu Api sebagai simbol Deva
kekawin (Aripta, 2007:14).
Agni, pelaku upacara meliputi Hotri
Fungsi-fungsi upacara Agnihotra di sebagai pemimpin upacara yang
atas akan didapatkan dengan maksimal bila

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 97


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

melantunkan mantra-mantra, Hotrika Agnihotra menyelaraskan gelombang otak


sebagai orang yang membantu Hotri, sang dengan gelombang kosmik sehingga
Yajamana sebagai penyelenggara upacara , upacara Agnihotra berfungsi dalam
peserta upacara sebagai pendukung dan peningkatan spiritual, dan fungsinya dalam
Manusa Saksi. Sarana dan prasarana hal keharmonisan
upacara Agnihotra adalah berupa bahan
Daftar Pustaka
seperti: Kayu Bakar, Gahwya, daun-daunan Asri, Luh. 2008. Tesis UpacaraAgnihotra
dan aneka bunga, buah yang dipotong kecil- pada Yayasan Bali Homayajna
(Analisis Bentuk, Fungsi, dan
kecil, Samagree (jagung, injin, ketan, beras, Makna). Denpasar: IHDN Denpasar.
beras kuning, kacang hijau, dll), nasi kepel Donder, I Ketut. 2008. Agnihotra dan Efek
10 buah, jajan manis, Panca Amrtam (susu, Psiko-kosmos : Agnihotra
(Agnihoma) dan Upaya Mewujudkan
madu, gula merah, yogurt,ghee), minyak Harmonisasi Universal pada Seluruh
untuk menghidupkan api, beras Kuning, Sistem Kosmos. Denpasar: IHDN
Denpasar. (Makalah)
Kunda/Vedi, sendok bertangkai panjang
Jendra dan Titib. 1999. Agnihotra Raja
untuk menuangkan Ghee dan minyak, dan UpacaraMultifungsi dan Efektif.
bebantenan (Pejati tanpa telur). Surabaya: Paramitha.

Waktu dan tempat penyelenggaraan Maswinara, I Wayan, 1999. Ṛgveda


Samhita. Surabaya: Paramitha.
upacara yaitu waktu pelaksanaan dilakukan
Tim Penyusun. 2006. Sandhya dan
pada saat Sandya, artinya pertemuan antara Agnihotra Pedoman Praktis
siang menuju malam sekitar pukul 18.15 Pelaksanaan Agnihotra. Surabaya:
Paramita.
Wita, dan pertemuan antara malam menuju
Poerwadarmita, W.J.S, 1976. Kamus Umum
pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Fungsi Upacara Agnihotra dapat
Suhardana, K.M. 2007. Memaknai
dilihat dari fungsi api secara sederhana
Kesejagatan Agama Hindu.
antara lain: fungsi upacara Agnihotra Denpasar : PT. Empat Warna
Komunikasi.
sebagai inti yajna, kapasitas api sebagai
Surpi Aryadharma, Ni Kadek. 2005.
perantara pemuja dengan yang dipuja, Melahirkan Generasi Berkarakter
membersihkan diri (batin, pikiran), dan Dewata Kiat Sukses Siswa menurut
Hindu. Denpasar: Pustaka Bali Post.
membersihkan lingkungan, Sebagai sumber
energi yang melindungi atmosfer, Upacara

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 98


Ayu Veronika Somawati1, Ni Made Yunitha Asri Diantary2 P-ISSN 2089-6573
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/bawiayah E-ISSN 2614-1744

Tim Penyusun, 2002. Kamus Bahasa


Indonesia. Edisi Tiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Titib, I Made. 1998. Veda Sabda Suci
Pedoman Praktis Kehidupan.
Surabaya: Paramitha.
Wiana, I Ketut. 2002. Makna UpacaraYajna
dalam Agama Hindu. Surabaya:
Paramitha.
Wibawa, Made Aripta. 2007. Kedahsyatan
Agnihotra Yajna Suci yang
Terlupakan. Denpasar: Panakom.
Wibowo, Tedy. 2007. Inspirasi Sains Fisika
Pelajaran IPA Terpadu untuk SMP.
Jakarta: Ganeca Exact.

Jurnal Bawi Ayah Volume 10. Nomor 2 Oktober 2019 99

Anda mungkin juga menyukai