Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

ETIKA DALAM WRASPATI TATWA


I Gusti Agung Istri Agung 1
Fakultas Dharma Duta
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Abstract That tattwa is the absolute truth about the Divinity / Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Tattwa is one source of the teachings of Hinduism, therefore it is
inseparable from the Vedas. So by having each obtained from the
description of Wrhaspati and Tattwa it can be concluded that Wrhaspati
Tattwa means the teaching of the truth / essence of Dharma truth from
Bhagawan Wraspati. This article aims to examine the ethical values
contained in the teachings of Wrhaspati Tattwa. Based on studies that
have been carried out it is known that Wrhaspati Tattwa teaches how to
achieve deliverance or freedom from worldly ties through Sadanggayoga.
The source of this teaching is the result of dialogue between Bhatara Siwa
and Bhagawan. Ethics in waraspati tatwa is a teaching that contains
samkya and yoga.

Keywords Wrhaspati Tattwa; Ethic; Yoga; Hindu

PENDAHULUAN Tattwa Seloka 1 yang berbunyi sebagai


Wrhaspati Tattwa berasal dari berikut :
kata “wrhaspati” dan “Tattwa”, menurut Irikang kala bana sira wiku ring
beberapa sumber mengenai pengertian swarga Bhagawad Wrhaspati ngaran ira
Wrhaspati adalah : sira ta maso mapuja di Bhatara.
1. “Wrhaspati “ berarti nama
hari yaitu hari yang ke lima dari Arti :
Pancawara (Radite, Soma, Anggara, Pada saat itu ada seorang petapa di sorga
Buda, Wrhaspati, Sukra, bernama Wrhaspati, Ia datang dan
Saniscara),”Dinas Pengajaran Propinsi memuja Hyang Iswara.
Dati I Bali, tt :36-76” 1. Di dalam buku bersumber Tattwa
2. Nama seorang Bhagawan di Darsana menyebutkan bahwa tattwa itu
Sorga, Hal ini terdapat dalam Wrhaspati berarti “Kebenaran itu sendiri” (I
Gede Sura, tt : 24).

1
gustiagungistri@ihdn.ac.id

1
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
2. Tat-twa (itulah) intisari,kebenaran membedakan mana yang baik dan mana
alam, kebenaran realitas yang buruk hanyalah manusia. Karena di
antara makhluk hidup, manusia
Berdasarkan beberapa merupakan makhluk paling istimewa,
pengertian tattwa di atas dapat di makhluk yang paling sempurna karena
simpulkan bahwa tattwa itu adalah memiliki Tri Pramana (bayu, sabda,
kebenaran mutlak tentang ke- idep). Dengan idep manusia mampu
Tuhanan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. membedakan mana yang baik dan mana
Tattwa adalah salah satu sumber ajaran yang buruk serta mampu melebur
agama Hindu, oleh karena itu tak perbuatan buruk ke dalam perbuatan
terlepas dari Weda. Jadi dengan telah baik. Menyadari hal tersebut maka
didapatnya masing – masing dari uraian janganlah sia-siakan kesempatan lahir
Wrhaspati dan Tattwa dapatlah sebagai manusia untuk berbuat baik
disimpulkan bahwa Wrhaspati Tattwa (susila), agar tujuan kita lahir ke dunia
berarti ajaran kebenaran/hakekat bisa tercapai.
kebenaran Dharma dari Bhagawan Maka ajaran susila atau etika
Wraspati. Ajarannya ini diterjemahkan hendaknya terapkan di dalam kehidupan
dalam 74 sloka berbahasa Sansekerta kita di dunia ini, karena di dunia inilah
yang di terjemahkan ke dalam bahasa tempat kita berkarma. Pembenahan diri
Jawa Kuno. sendiri merupakan prioritas yang utama,
Dalam Vrhaspati Tattwa, di samping pembenahan diri dalam
HyangIsvara menjelaskan kepada hubungan dengan orang lain. Kelahiran
Bagawan Vrhraspati bahwa kita merupakan tangga untuk naik ke
kecendrungan-kecendrungan sifat sorga. Oleh karena itu, kesempatan ini
manusia itu dipengaruhi oleh tri guna. kita abdikan untuk meningkatkan diri
Dalam ajaran ini tri guna adalah bagian dalam kebijakan agar tidak jatuh ke
dari citta yaitu alam pikiran.Citta-lah neraka. Untuk dapat meningkatkan diri,
yang menentukan seseorang itu akan manusia harus mampu meningkatkan
selamat, celaka, duka atau bahagia.Lebih sifat-sifat baik dan mulia yang ada pada
jauh Vrhaspati tattwa menjelaskan dirinya.
seseorang dapat mencapai surga, jatuh
keneraka atau mencapai moksa adalah PEMBAHASAN
karena citta. Dari pertemuan antara Etika
purusha dan pradhana itu artinya setelah Etika (Etimologi), berasal dari bahasa
tahu dan yang diketahui itu lekat maka Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti watak
lahirlah citta. Citta banyak mengambil kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
kesadaran sang purusha yang dianggap Etika biasanya berkaitan erat dengan
sebagi asal, tetapi oleh karena bibit itu perkataan moral yang merupakan istilah
telah berpengaruh oleh ketidaksadaran, dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
Ketidaksadaran yang ada pada citta itu bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti
dinamakan tri guna, tri guna adalah juga adat kebiasaan atau cara hidup
atribut atau sifat pada citta. seseorang dengan melakukan perbuatan
Apabila dikaitkan dengan susila yang baik (kesusilaan), dan menghindari
atau etika dari semua makhluk ciptaan hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mampu moral lebih kurang sama pengertiannya,

2
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
tetapi dalam kegiatan sehari-hari Pada saat itu ada seorang petapa di sorga
terdapat perbedaan, yaitu moral atau bernama Wrhaspati, Ia datang dan
moralitas untuk penilaian perbuatan memuja Hyang Iswara ( Putra dkk, 1998 :
yang dilakukan, sedangkan etika adalah 1 ). Kemudian menurut Watra (2007:1)
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang Tatwa berasal dari bahasa sansekerta.
berlaku. Etika adalah Ilmu yang Tattwa memiliki berbagai pengertian
membahas perbuatan baik dan seperti : Kebenaran, kenyataan , hakekat
perbuatan buruk manusia sejauh yang hidup, sifat kodrati, dan segala sesuatu
dapat dipahami oleh pikiran manusia. yang bersumber dari kebenaran. Jadi
dapat disimpulkan bahwa Wrhaspati
Wrhaspati Tattwa Tattwa berarti ajaran kebenaran atau
Wrhaspati Tattwa adalah sebuah lontar hakekat kebenaran dharma dari
yang tergolong tua usianya. Lontar ini Bhagawan Wrhaspati. Wrhaspati Tattwa
menguraikan ajaran tentang kebenaran berisi dialog antara seorang guru
tertinggi yang bersifat Siwastik yang spiritual yaitu Sang Hyang Iswara dengan
diuraikan secara sistematik. Wrhaspati seorang sisya beliau yaitu Bhagawan
Tattwa terdiri dari 74 pasal/sloka yang Wrhaspati. Iswara dalam konsep
menggunakan bahasa Sansekerta dan pengider-ider di Bali adalah Dewa yang
Bahasa Jawa Kuno. Bahasa Sansekerta menempati arah timur. Iswara tidak lain
disusun dalam bentuk sloka dan bahasa adalah aspek dari Siwa sendiri. Di dalam
Jawa Kuno disusun dalam bentuk bebas Wrhaspati Tattwa disebutkan bahwa
(Gancaran) yang dimaksudkan sebagai Hyang Iswara berstana di puncak
terjemahan atau penjelasan bahasa Gunung Kailasa yang merupakan puncak
Sansekertanya. Lontar Wrhaspati Tattwa gunung Himalaya yang dianggap suci.
merupakan sebuah lontar mengandung Sedangkan Bhagawan Wrhaspati adalah
ajaran samkya dan yoga. Bagian yang orang suci yang merupakan sebagai guru
mengajarkan pembentukan alam dunia (guru loka) berkedudukan di Sorga.
semesta beserta isinya mengikuti ajaran Dalam dialog tersebut, Sang Hyang
samkya dan bagian yang mengajarkan Iswara mencoba menjelaskan kebenaran
etika pengendalian diri mengambil tertinggi tentang Siwa kepada Bhagawan
ajaran yoga. Wrhaspati dengan metode tanya jawab.
Secara etimologi Wrhaspati Tattwa Wrhaspati Tattwa merupakan naskah
berasal dari kata “Wrhaspati” dan jawa kuno yang bersifat realistis. Di
“Tattwa”, pengertian Wrhaspati adalah dalam menyajikan ajarannya dirangkum
nama seorang Bhagawan di sorga, hal ini dalam suatu mitologi yang tujuannya
sesuai dengan yang terdapat dalam untuk mempermudah ajaran itu
Wrhaspati Tattwa Sloka 1 yang berbunyi dimengerti. Mengingat ajaran filsafat
sebagai berikut: atau Tattwa yang tinggi seperti ini
memang sulit untuk dimengerti.
Irikang kala bana sira wiku ring swarga
Bhagawad Wrhaspati ngaran ira Etika dalam waraspati tatwa
Sira ta maso mapuja di Bhatara. Pengendalian diri dan etika menurut
ajaran Wrhaspatitattwa. Dapat dibagi
Terjemahan : menjadi beberapa macam- macam
penjelasan sebagai berikut :

3
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
1. Susunan dan isi Wrhaspatitattwa Tamo guru waranakam ityetaccinta
Ia adalah sebuah lontar paksa Saiva, yang laksanan,
mengandung ajaran Samkhya dan Yoga. Ikang citta mahangan mawa, yela
Bagian yang mengajarkan pembentukan sattwa ngarannnya
alam semesta beserta isinya mengilcuti Ikang madrss malah, yeka rajah
ajaran Sainlchya dan bagian yang ngarananya, ikang abwat peteng, yeka
mengajarkan etika dan pengendalian diri tamah ngaranya.”
mengambil ajaran Yoga. Ajaran etilkanya
didapati pula pada lontar-lontar lain Artinya :
seperti lontar Vratisasana dan Pikiran yang ringan dan terang, itu
Pañcasiksa. Wihaspati tatIwa terdiñ atas sattwam namanya, yang bergerak cepar,
74 sloka yang masing-masing dijelaskan itu rajah namanya, yang berat serta
maksudnya dalam bahasa Jawa Kuna. gelap, itulah tamah namanya.
Isinya merupakan pertakapan antara
Bhatara Parameswara dengan yang 3. Pengaruh Tri Guna Terhadap
Mulia Wrhaspati. Kepribadian Manusia
2. Kecenderungan-kecenderungan Tri Guna ini merupakan tiga sifat yang
sifat manusia. mempengaruhi kehidupan manusia,
Triguna ini merupakan tiga macam sehingga dapat kita lihat di dunia ini ada
elemen atau nilai-nilai yang ada bermacam-macam. Kecenderungan sifat
hubungannya dengan karakter dari manusia. Ada orang yang berpenampilan
mahluk hidup khususnya manusia. Tri lemah lembut selalu ramah, dan
Guna adalah tiga macam sifat manusia menyenangkan bagi yang melihat.
yang mempengaruhi kehidupan Namun ada juga orang yang rajin, kreatif
manusia. Triguna ini terdapat pada serta energik dalam kehidupannya.
setiap orang hanya saja ukurannya Selain hal tersebut di atas tidak jarang
berbeda-beda. Tri Guna adalah bagian juga kita melihat ada orang yang
dari Prakerti dan apabila prakerti penampilannya awut-awuran, tidak
bertemu dengan Purusa maka Tri Guna terururs serta pemalas. Semua
akan mulai beraktivitas dan ketiga dari penampilan tersebut disebabkan oleh
unsur-unsur Tri Guna tersebut adanya pengaruh dari bagian-bagian Tri
berkeinginan saling menguasai satu Guna yang tidak seimbang.
dengan yang lainnya. Beberapa sloka dalam kitab suci yang
Manusia di dalam bertingkah laku sangat memabahas tentang pengaruh Tri Guna
dipengaruhi oleh tiga sufat yang disebut terhadap kepribadian manusia adalah
Tri Guna, yang terdiri dari : sebagai berikut :
1. Satwam/satwa adalah sifat tenang
2. Rajas/rajah adalah sifat dinamis “Yan satwawika ikang citta, ya hetuning
3. Tamas/tamah adalah sifat lambah Atma pamunggihaken kamoksan, apan
ya nirmala, dumeh ya gumawayaken
Dalam kitab Wrhaspati tatwa sloka 15 rasaning agama lawan wekas ning guru.
dijelaskan sebagai berikut : (Wrghaspati tattwa, 20)
“Lagha prakasakam sattwam cuncalam
tu rajah dthiyam Artinya :

4
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
Apabila sattwa citta itu, Itulah Atma Apabila citta si rajah besar, hanya marah
menemukan kamoksaan, atau kelepasan kuat pada perbuatan jahat, itulah yang
oleh karena itu ia suci, menyebabkan ia menyebabkan jatuh ke neraca.
melaksanakan ajaran agama dan petuah
guru. Berdasarkan sloka tersebut di atas maka
jelaskah yang menyebabkan adanya
Yapwan pada gong nikang sattwa lawan perbedaan kelahiranitu adalah Tri Guna
rajah, yeka matangnyan mahyun (sattwam, rajah, dan tamah) karena lahir
mugawaya dhama denya, kedadi dari Tri Guna dan dari karma muncul
pwakang dharma denyu kalih, ya ta suka duka.
matangnyun mudih ring swarga, apan
ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, Demikianlah penjelasan beberapa sloka
ikang rajah manglakwaken” kita Wrhaspati tattwa, yang pada
(Wgraspati tatwa, 20) dasarnya menyatakan bahwa Tri Guna
Artinya : ada pada setiap prnag hanya saja dalam
ukuran yang berbeda-beda. Orang yang
Apabila sama besarnya anatara sattwam lebih banyak dipengaruhi oleh guna
dan rajah, itulah menyebabkan ingin sattwam, maka ia menjadi orang yang
mengamalkan dharma olehnya, bijaksana, berpikiran terang dan tenang.
berhasilah dharma itu olehnya berdua, Sifat kasih sayang, lemah lembut, lurus
itulah menyebabkan pulang ke sorga, hati juga merupakan sifat sattwam. Jika
sebab sattwam ingin berbauat baik, si guna rajah lebih banyak mempengaruhi
rajah itu yang melaksanakan. seseorang maka orang tersebut menjadi
tangkas, keras, rajin dan penuh usaha.
Yan pada gingnta katelum ikang sattwa, Sifat congkak dan iri, bengis merupakan
rajah, tamah, ya ta matangnyan sifat-sifat rajah. Namun bila guna
pangjadma manusia, apaan pada wineh tamaha lebih banyak berpengaruh pada
kahyunya” diri seseorang maka orang tersebut
(Wraspati tatwa, 22) menjadi lamba, malas dan bodoh. Sifat-
sifat doyan makan, mengumbar hawa
Artinya : nafsu juga termasuk sifat-sifat tamah. Di
Apabila sama besarnya ketiga Guna, dunia ini tak seorang pun yang luput dari
Sattwan, Rajah, dan Tamah itu, itulah Tri Guna. Ketiga Guna tersebut
yang menyebabkan penjelmaan manusia merupakan satu kesatyan yang bekerja
karena sama memberikan kehendaknya sama dalam kekuatan yang berbeda-
/ keinginannya. beda. Perpisahan diantara tiga guna itu
tidak mungkin terjadi karena dengan
“Yapwan citta si rajah magong, kridha demikian tidak akan ada suatu gerak
kewala, sakti pwa ting gawe hela, tat a apapun pada manusia. Dan pengaruh Tri
getening Atma tibeng naraka” Guna tersebut maka sifat-sifat orang itu
(Wrhspati tattwa, 23) ada yang digolongkan sifat-sifat yang
baik dan ada yang buruk.
Artinya : Telah dijelaskan di atas bahwa Tri Guna
pada hakekatnya merupakan bagian dari
prakerti/predhana, sebagai asas

5
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
kebedaan. Bila Purusa bertemu dengan menjadi atas ajaran yoga ialah dalain
Prakerti maka Tri Guna mulai aktif dan kitab Wrhaspatitattwa ini berbeda
ingin saling menguasai. Apabila kekuatan dengan susunan astanggayoga Rsi
sattwam menngunguli rajah dan tamah, Patanjali, dengan memisahkan yama
maka Atma mencapai moksa / niyama dan kedelapan anggota yoga.
kelepasan. Bila sattwam dan rajah sama sehingga yang tinggal enam anggota
kuatnya, maka Atma mencapai sorga. yoga itu disebut Sadangga yoga.
Jika kekuatan sattwam, rajah dan tamah Susunan adangga yoga itupun berbeda
berimbang, maka menjelmalah Atma dengan Susunan dalam yoga sütra yaitu
sebagai manusia. Jika sifat rajah yang dengan mendahulukan dhyäna dan
lebih unggul dari sattwam, Rajah dan pränayama dan mengganti äsana dengan
Tamah berimbang, maka menjelmalah tarka yoga. Tetapi penjelasan masing
Atma sebagai manusia. Jika sifat rajah masing anggota yoga itu sesuai pula
yang lebih unggul dari Sattwam dan dengan penjelasan yoga sutra Patanjali.
Tamah, menyebabkan Atma jatuh ke Dalarn kitab Wnhaspatitattwa ini ajaran
alam neraka . Apabila sifat tamah yang yoga ini diniulai dengan jalan Sadangga
lebih unggul dari Sattwam dan rajah , yoga dan kemudian ajaran, yama
maka Atma menjelma menjadi binatang niyama. Hal ini terbalik bila dibandingkan
dan tumbuh-tumbuhan. dengan susunan dalam yoga sütra
Dari penjelasan tersebut, bahwa Tri Patanjali. Dalam tulisaji ini kami ikuti
Guna sangat berpengagruh terhadap susunan atänggayoga ini sebagaimana
baik-buruknya kehdiupan manusia. yang tersebut dalarn kitab Wrhaspati
Manusia hendaknya mampu tattwa.
mengendalikan Tri Guna ini dengan baik,
menggunakan sattwam sebagai Pntyäharaatha dhyãñam
pengendali, sehingga Tri Guna akan prãniyãmaca dhäranam,
memebirkan manfaat pada diri manusia. Tarkascaiva Samadhjsba
Kendalikanlah guna rajah dan tamah ke Sadangga yoga ucyate.
arah Sattwam, karena bilatamah
membesar pada citta kita maka kana Nahan tang sadanggayoga ngaranya,
menyebabkan Atma mengalami ika ta sadhana ning sang mahyun
kemerosostan dan menjelma menjadi umangguhakena. sang hyang Wisesa
binatang. Sungguh hal yang kita hindari. denika pahawas tanghidëpta, haywa Ia
4. Pengendalian diri dan etika iweng iwëng dentãngrengo sang hyang
Supaya orang tidak jatuh ke neraka maka aji hana Prãtyahara yoga ngaranya.
orang harus mengendalikan dirinya dan hana dhyãnayoga ngaranya, hana
melaksanakan ajaran etika sehingga pranayama yoga ngaranya, hana
kecenderungan-kecenderungan hari dharana yoga ngaranya, hana
yang buruk dapat dibendung dan tarkayoga ngaranya. hana samidhi yoga
kecenderungan hasil yang baik dapat ngaranya, nahan tang Sadangga yoga
dipupuk. Dalam hubungan ini ngaranya.
Wrhaspatitattwa mengambil astangga (W.T. 53).
yoga ajaran Rsi Patanjali sebagai jalan
untuk menguasai diri. Dengan demikian Terjemahan :
ajaran yama niyania dalam ajaran ini juga

6
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
Demikianlah Sadangga yoga nainanya. Ikang jnãna tan pangrwarwa, tatan
itulah sarananya orang yang ingin wikära,
menemukan sang hyang Wisesa, bianiah enak hëneng-heneng nira,
terang hitam, janganlah kalut olehmu umidëng sada tan kãwaranan,
mendengar ajaran ini. yeka dhyãna yoga ngaranya.
(W.T. 56).
Ada pratyahäna yoga namanya ada
dhyina yoga namanya. ada tarka yoga Terjemahan :
namanya. ada samãdhi yoga namanya. Pikiran yang memusat, tidak berubah-
ubah, tenang dan tentram, tetap tidak
Demikianlah Sadangga yoga namanya. goyah, tidak terselimuti apa-apa, itulah
Seperli ajanan kitab Bhagavãdgita. maka dhyana yoga namanya.
kitab Wthaspatitattwa juga
mengajarkan, indriya dan pikiranlah yang Pidhyiya sarvadvärn
harus dikendalikan untuk memperoleh vãyurantranigthyaie, Murdhänam
kedamaian hati. Dalam ajaran ini pikiran vãyunobhidya prãnãyIma nigadyate.
ini disebut citta, namun kadang-kadang Ikang sarvawara kabeh yateka tutupana,
disebut jñana atau hati. Objek mata, thing, tutuk, talinga, ikang wayu
pemusatan pikiran ialah sang hyang huwus inisep ngünin rumuhun, yateka
Wisesa, yang di sana sini juga dipanggil winërwaken mahawana ng wunwunan,
Bhãtara Siwa atau sang hyang kunang yapwan tan abhyäsa ikang wãyu
Paramãuna. Penjelasan masing-masing mahawaneng irung, ndan
bagian yoga ini seperti di bawah ini, sakasadidikdening manet waken wäyu,
yateka pränyama yoga ngarannya.
Indriyã nindriyärthebhyah visayebhyah (W.T. 55).
prayatnatah. Jñantena manasähnya
pratyaham nigadyate. Ikang indriya Terjemahan :
kabeh winaték wisayanya. ikang cilia Semua pintu ditutup. maka, hidung,
buddhi manah tan wineh maparan- mulut, telinga. Udara yang telah dihirup
parana kinemicaken ing citta malilang, terlebih dahulu, dihembuskan ke luar
ycka pratyähära ngaranya. melalul ubun-ubun. Bila tidak terlatih
(W.T. 54). udara melalui im, dapatlah dikeluarkan
melalui hidung. Hendaknya sedikit demi
Terjemahan : sedikit. Yang demikian itulah disebut
lndriya itu semua ditanik sasanan pränãyama yoga.
keinginnannya, citta buddhi manah tidak
dibiarkan mengembara ke mana mana. Ongkaram hrdaye sthãpya.
namun dipegang baik-baik pada citta tanarline wãnnakam,
yang hening bersih, itulah pratyahãra Ongairah sañidhno yasmäd.
narmanya. dhiranam vai nigadyate.
Hana ongkãrãabda umung wing hati,
Nirdvandvan nirvikarañca yateka,
nisafitamacalam tathi, dharanäm, yapwan hilang ika non
Yadrüpath dhyayate nityañi, karëngo ri käla
tad dhyãnamigi kathyate.

7
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
ning yoga yeka siwäuna ngaranya, humidep sira ikang aflm, luput sangkeng
sünyawak bhatära catur kalpanã.
Siwa yan mangkana, yeka dhãiana yoga Caturkalpanã ngaranya. wruh lawan
ngaranya. kinawruhan pangawruh lawan
(W.T. 57). mangawnihi. nahan yang catur kalpanã
ngaranya, ika ta kabeh tan hana ri sang
Terjemahan : yogiswara, yateka samadhi yoga
ngaranya. (W.T. 59).
Ada Ongkãra abda namanya, tempamya
dalam hati, iwlah supaya ditahan kuat- Terjemahan :
kuat. Bila Ia lenyap tak teniengar lagi Pikiran yang bebas dan apa yang
waktu melaksanakan yoga. itulah Siwa dipandang, bebas dan apa yang
ätma namanya. Pada saat yang demikian berbentuk dada yang diharap-
Bhacara Siwa berbadan suñya. Yang harapkannya, tidak ada yang hendak
demikian itulah dhãrana yoga namanya. dicapainya. suci bersih tak temitup
apapun juga, tidak ada wujudnya
Akäk iva tadrilpam, äkä’sa santatam kesadaran itu. sebab tidak lagi Ia
dnjvam, Nihabdam tarkayelnityam sa memikirkan badannya bebas dan catur
tarka hi kahyate. kalpanã. Caturkalpanä namanya ialah
Kadi akãsa rakwa sang hyang tahu dan yang diketahui, pengetahuan
paramärtha, ndan ta palenanira lawan dan mengetahui, itulah caturkalpana
ãkäsa, tan hana abda ri nira, ya ta namanya, itu semuanya tidak ada pada
kalingan ing paramãrtha, papada nira sang yogiwara.
lawan awing awang malilang juga. yeka
tarkayoga ngaranya. Yang demikian itulah samadhi yoga
(W.T. 58). namanya. Suasana yang diuraikan di atas
ini suasana seseorang yang sedang
Terjemahan : melaksanakan praktek yoga. Sudah tentu
Seperti angkasalah sang hyang tidak semua orang dapát melaksanakan
paramärtha, Badannya dengan angkasa ajaran yoga seperti itu karena
ialah padanya tidak ada surga. kemampuan orang berbeda-beda.
Demikianlah hakekat sang hyang Suasana pikiran yang digambarkan di
paramärtha sama dengan awang-awang atas adalah suasana pikiran yang luar
yang bersib. Keadaan yang demikianlah biasa tenangnya lepas dan sentuhan
tarkayoga namanya. rangsang dunia ini, karena kemarnpuan
pengendalian pikiran yang luar biasa
Nimpeksam nirikalpam pula. Sang Yogiswara julukannya orang
nihsprhë säntamavyayam, yang demikian.
Alinggam cintayet nityani, samädhistena Setelah uraian-uraian tersebut di atas
kathyate. barulah di dalam kitab Wrhaspati tatwa
Ikang fnana tan popeksa. diuraikan ajaran yama niyama yang
tampangalpana, tan harm kaharep nira, rnerupakan ajaran etika dalam yoga.
tan hana sinadhyanira, alilang tan Seperti sudah disebutkan di depan
käwaranan juga, tatan pakahilangan, susunan yama niyama ini disana sini ada
tatan pawastu ikang cetana, apan mail perbedaan-perbedaannya dengan yama

8
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
niyama dalam yoga sütra Pacañjali. niyamãh parikirtah.
Susunan Yama dalam kitab Akrodha ngaranya tan bwat sërengën,
Wrhaspatitattwa adalah demikian. gurususrüsä ngaranya bhakty aguru,
sauca ngaranya nicya majapamaradina
sarira, ãhäralã
ghawa ngaranya tan abwat ing
Ahithsä brahmacayahca. pinangan,
satyam avyavahãrikam, apramada ngaranya tan paleh-palëha.
Astainyamiti pancake (W.T. 61)
yamä mdreia bhaitah
Terjemahan :
Ahimsä ngaranya tan pamati-mati. Akrodha namanya tidak marah saja.
brahmacarya ngaranya tan ahyun gurususrusä namanya bakti berguru.
arabya, satya ngaranya tatan suaca namanya selalu melakukan japa,
mithyawãcana. awyawahärika ngaranya membersihkan badan, ãhäraläghawa
tan awiwãda, tan adol awelya. tan ialah tidak banyak-banyak makan,
paguna dosa, astainya ngaranya tan apramada namanya tidak lalai. Ajaran-
paguna dosa. astainyangalanya tan ajaran yang niyama seperti tersebut di
amaling-maling. tan angalap drewya atas juga kita dapat tersebar dalam
ning len yan tan ubhaya. lontar-lontar di Bali antara lain ialah
(W.T. 60). dalam lontar Vratisasana, Pancasiksa.

Terjemahan : KESIMPULAN
Ahimsä namanya tidak membunuh- Wrhaspati Tattwa termasuk kedalam
bunuh. brahmacari namanya tidak mau salah satu pustaka suci yang didalamnya
kawin. satya namanya tidak berkata terkandung nilai-nilai ajaran suci yang
bohong, awyawahãrika namanya tidak sarat dengan religius tentang ajaran
berjual beli, tidak berbuat dosa kajena’ kebenaran tertinggi yakni Siwa
kepintaran. astainya namanya tidak (Siwaistik). . Dapat juga diartikan bahwa
mencuri, tidak inengambil milik orang waraspati tatwa berarti ajaran
lain bila tidak dapat persetujuan kedua kebenaran atau hakekat kebenaran
pihak. dharma dari bhagawan waraspati tatwa
tersebut . Wrhaspati Tattwa
Demikianlah susunan yama dalam kitab mengajarkan cara untuk mencapai
Wrhaspatitatwa yang sifatnya etis sekali. kelepasan atau kebebasan dari ikatan
Demikian pula susunan niyama dalam keduniawian melalui Sadanggayoga.
kitab ini sifatnya juga seperti yama yaitu Sumber ajaran ini merupakan hasil dialog
dalam kitab ini sifatnya juga seperti yama antara Bhatara Siwa dengan Bhagawan.
yaitu sangat ilmu sebagai pedoman Etika dalam waraspati tatwa tetsebut
hidup yang baik. Susunannya seperti merupakan ajaran yang mengandung
dibawah ini. samkya dan yoga. Dimana bagian yang
mengajarkan pembentukan alam
Akrodha gurususrusã. semesta beserta isinya mengikuti ajaran
saucam ahäraläghavam. damkya dan bagian yang mengajar etika
apramädasca panaite pengendalian diri mengambil ajaran

9
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019
yoga. Dan dalam Waraspati tatwa juga
mencakup mengenai ajaran tri guna
,yaitu satwam ,rajas dan tamas dimana
mempengaruhi etika setiap masing-
masing orang.

DAFTAR PUSTAKA

Bantas, I Ketut. 2002. Agama Hindu.


Jakarta: Penerbit Pusat
Universitas Terbuka.
Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami
Prahupada.2006.Bhagavad Gita
menurut aslinya, Jakarta:
Perpustakaan Nasional Katalog
dalam terbitan.
Swami Satya Prakas Saraswati. Patanjali
Raja Yoga. Paramita.
Kajeng Nyoman, dkk, Sarasamuccaya,
Proyek Penerbitan Kitab Suci
Hindu dan Budha Depag.
1970/1971.
Sura I Gede, 1985, Pengedalian Diri dan
Etika dalam Ajaran Agama
Hindu, Denpasar Bali.
Mantra, Prof. Dr. Ida Bagus, 1989, Tata
Susila Hindu Dharma Sarathi,
Denpasar.

10
WIDYA DUTA | VOL. 14, NO. 1 |2019

Anda mungkin juga menyukai