Anda di halaman 1dari 8

G E N T A H R E D A Y A V olume 4 No 2 Oktober 2020

P ISSN 2598-6848
E ISSN 2722-1415
KONSEP KETUHANAN DALAM TEKS TATTWA SANGKANING DADI JANMA

Oleh
Putu Cory Candra Yhani
STAHN Mpu Kuturan Singaraja
candrayaniputu@yahoo.co.id
Putu Sri Marselinawati
STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Kadek Agus Wardana
Universitas Hindu Negeri Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

ABSTRACT
The Hindu concept says that humans consist of 2 human elements, namely physical and
spiritual. The body is the body, the human body, while the spiritual is the eternal, eternal
essence of God, which is called Atman. Living in a community, besides providing a sense of
security, also through that community, humans can develop their resources maximally in
order to achieve a prosperous life through social exchange and of course good
communication therein, while as a religious being, human life cannot be separated from its
relationship with God. A lontar that discusses the essence of God in human body parts,
namely Tattwa Sangkaning Dadi Janma, in the Tattwa Sangkaning Dadi Janma text teachings
about kamoksan, containing teachings about the nature of Shiva, about the origin and purpose
of being human. The substance which is so thick that binds the elements from the toe to the
head of the human is discussed in the text. The teachings that are encapsulated through divine
symbols are translated into parts of the body, making the human seem the most perfect among
other creatures.
Key words: Concept of God, Tattwa Sangkaning Dadi Janma Teks

I. PENDAHULUAN untuk mempelajari dan memahami


Hasan (2005:9) Manusia merupakan penciptanya dan apa yang menjadi tolak ukur
mahluk sosial yang bisa dikategorikan awal terciptanya sebuah manusia. Konsep
ketergantungan oleh sesuatu hal yang ada di Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri
seluruh alam semesta termasuk dengan dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani.
sesamanya. Secara umum manusia senang Suhardana (2011:34) jasmaninya
pada keindahan, baik itu keindahan alam adalah badan, tubuh manusia sedangkan
maupun seni, manusia tergolong mahluk rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi,
yang terbilang unik karena memiliki akal dan kekal, yang disebut dengan Atman. Hidup
budhi untuk berpikir. Dengan memiliki didalam sebuah komunitas selain
kompenen akal dan budhi tersebut manusia memberikan rasa aman juga melalui
dapat menciptakan suatu kreasi seni dalam komunitas tersebut manusia dapat
memenuhi kebutuhan dalam bertahan hidup. mengembangkan sumber daya yang
Mulai dari memproduksi bahan dimilikinya secara maksimal demi mencapai
mentah menjadi matang, menciptakan sebuah kesejahteraan hidup melalui jalan pertukaran
tulisan, maupun seni lainya. Seiring sosial dan tentunya komunikasi yang baik
berlalunya waktu dan zaman yang telah didalamnya, sedangkan sebagai makhluk
dilalui manusia tersebut, ability, research, religius, kehidupan manusia tidak dapat lepas
dan experience menjadi tolak ukur manusia dari hubungannya dengan Tuhan.
144
Tidak kalah penting juga Hindu lain dengan diberikannya ruang bagi konsepsi
Nusantara khususnya di Bali, para pendahulu desa, kala, patra dalam pelaksanaan
menciptakan seni kedalam bentuk sastra yang ritualnya. Percaya terhadap Tuhan,
berupa lontar. Dari beberapa kajian lontar mempunyai pengertian yakin dan iman
diantaranya memuat tentang unsur-unsur terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan iman
aksara dan simbol-simbol ketuhanan pada ini merupakan pengakuan atas dasar
setiap organ yang berada pada manusia itu keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu
sendiri. Sekian banyak seni sastra lontar yang ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha
dibuat oleh pendahulu terdapat sebuah lontar segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang membahas tentang esensi ketuhanan yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman),
yang berada di dalam bagian tubuh manusia adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini.
yaitu lontar Tattwa Sangkaning Dadi Janma, Dalam sastra Sanskerta dan berbagai kitab
didalam ajaran teks Tattwa Sangkaning Dadi suci Hindu, Ilmu yang mempelajari tentang
Janma menceritakan kamoksan, memuat Tuhan dinamakan Brahma
ajaran tentang hakekat Siwa, tentang asal dan Vidya atau Brahma Tattwa Jnana.
tujuan menjadi manusia. Konsep Kata Brahma merupakan gelar yang
epistemologi yang begitu kental membalut diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang
unsur-unsur dari ujung kaki hingga ke ubun- memberi kehidupan kepada semua ciptaan-
ubun manusia dibahas di dalam teks tersebut. Nya dan juga unsur Sabda atau Aksara (Yang
Ajaran yang dikemas melalui simbol-simbol Maha Kuasa). Vidya atau Jnana keduanya
ketuhanan dijawantahkan kedalam bagian- memiliki arti sama yaitu ilmu, sedangkan
bagian tubuh menjadikan manusia tersebut kata Tattwa berarti hakikat tentang Tat (Itu,
seolah-olah paling sempurna dan paling yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna
bernilai diantara mahluk lainya. Brahman), sehingga kata Tattwa Jnana
artinya sama dengan ilmu tentang hakikat,
II. PEMBAHASAN yaitu ilmu tentang Tuhan (Pudja,1999: 3).
Manusia, Tuhan, dan alam semesta Keberadaan ilmu pengetahuan tentang
merupakan objek kajian dari filsafat, dalam Ketuhanan sangat erat kaitannya dengan
Hindu manusia juga tidak hanya dipandang ajaran tattwa, tattwa adalah Bahasa
sebagai mahkluk badaniah, namun juga jiwa Sansekerta, kemudian setelah di
yang memiliki asas rohani, yang bersifat Indonesiakan menjadi “Tattwa”. Tattwa
kekal, yang berasal dari Tuhan, bahkan memiliki berbagai pengertian, seperti
memiliki sifat yang sama dengan tuhan kebenaran, kenyataan, hakekat hidup, sifat
seperti yang di jelaskan dalam Bhagavad Gita kodrati, dan segala sesuatunya bersumber
bab 2. Dalam teks nusantara juga dari kebenaran sejarah atau ceritera yang
membenarkan hal ini terdapat teks tattwa diceriterakan dengan jujur dengan sifat
sangkaning dadi jadma yang mengungap kebaikan maupun keburukan. Disamping kata
konsep ketuhanan dan tujuan kelahirang Tattwa juga terdapat kata Tattwadyatmika
sebagai manusia yang akan di bahas dalam (tentang Tuhan), Tattwadnyana (hakekat
bab ini. hidup), Tattwakmrta (dasar kehidupan),
Tattwapadeśa gama (ajaran kenyataan dan
2.1 Konsep Ketuhanan agama) (Punyatmadja, 1993:18). Di dalam
Kompleksitas kedudukan Tuhan lontar-lontar di Bali kata Tattwa inilah yang
dalam konsepsi Hindu (terlebih di Bali dan digunakan untuk mengatakan kebenaran itu
Indonesia pada umumnya) semakin tidak (Sura dkk, 1981:15). Dalam tulisan yang
mudah dijelaskan dan dipahami oleh pihak terkait dengan artikel ini penulis akan

145
mengkaji secara kongkrit dalam menafsirkan penyakit, kekalahan, kejatuhan, kegagalan,
substansi yang terkandung dalam teks lontar dan kematian. Dengan prahara, keyakinan,
Tattwa Sangkaning Dadi Janma. wawasan, prinsip, pandangan dan nilai-nilai
2.2 Teks Tattwa Sangkaning Dadi Janma akan runtuh dan kita terhempas pada palung
Tattwa Sangkaning Dadi Janma eksistensi kita sendiri. Tetapi paradoksnya
adalah sebuah pustaka lontar yang memuat adalah: dengan kesengsaraan itu malah akan
ajaran tentang hakikat Siwa. Lontar ini bermuara dalam ketenangan, keheningan, dan
mengacu pada pustaka yang lebih tua seperti, kedamaian ontologis. Seolah-olah kita sedang
Bhuwanakosa, Wrehaspati Tattwa, Tattwa mendayung eksitensi kita dengan kesadaran
Jnana, Jnana Siddhanta, Ganapati Tattwa. penuh melawan arus yang menghadang.
Materi Pokok yang diajarkan dalam pustaka Seperti kutipan dari teks Tattwa
Tattwa Sangkaning Dadi Janma adalah Sangkaning Dadi Janma selanjutnya:
pengetahuan rahasia, yaitu tentang ilmu Iḍā ngaran awaning sĕkul mungwing tĕngĕn.
kadyatmikan, ilmu untuk melepaskan Sang Ya Brahmā Loka. Rūpa lwir Sūryya wawu
Hyang Urip untuk kembali ke asalnya atau mijil. Ang mantra. Yan tinūt margga ngkana,
kamoksan, kalepasan, kesunyataan. mantuk maring Brahmā Loka. Yan dumadi
Disamping itu teks Tattwa Sangkaning Dadi muwah manusa, aÑjanma ring Brāhmaṇa
Janma juga menceritakan setiap potong dari kita.
tubuh manusia. Setiap unsur dan bagian dari Iḍā adalah urat tempat bergeraknya sari-sari
tubuh manusia tersebut mengandung aksara makanan di bagian kanan. Itu adalah Brahmā
maupun simbol dari ketuhanan itu sendiri. Loka. Tampak bagaikan warna sinar matahari
Seperti awal kutipan teks Tattwa Sangkaning baru terbit. Mantranya Ang. Jika jalan itu
Dadi Janma sebagai berikut: yang diikuti, bisa kembali ke Sorganya
Brahmā. Jika menjelma menjadi manusia
Nihan Tattwa Sangkaning Dadi Janma, lagi, akan menjelma menjadi Brāhmana.
ulihin dadi janma Wahyanira Ongkāra. Kehidupan seseorang dalam Agama
Ongkāra ngaran śarīra, Śarīra pinaka Hindu tujuan akhirnya adalah moksha, yaitu
witning Tri Nādi ngaran Iḍā, Pinggalā, penyatuan dengan sang Brahman. Akan
Susumnā. tetapi karma hidup manusia terdahulu tidak
Terjemahan: bisa dipungkiri sehingga bisa jadi manusia itu
Semoga tidak ada halangan. Inilah Tatttwa menjelma kembali sesuai karma wasana
Sangkaning Dadi Janma (perihal kebenaran masing-masing. Seperti kutipan teks diatas
menjadi manusia), yaitu ajaran tentang asal jika penyesuaian kehidupan manusia
dan tujuan menjadi manusia. Ongkāra adalah tergantung cara manusia menjalani proses
wujud Nyatanya, Ongkāra adalah badan. kehidupan, jika memahami kodrat dan
Badan sebagai pangkal dari Tri Nādi, yang hakekat diri tidak bisa dipungkiri akan
terdiri dari Iḍā, Pinggalā dan Sumsumnā. mendapat balasan yang baik pula.
Watra (2006:22) setiap pangkal Penyesuaian realita yang ada
bagian tubuh manusia merupakan hal yang (manusia) dengan tujuan tertinggi (Yang
penting, dalam kutipan teks diatas tujuan Maha Kuasa) harus selalu dibangun dan
yang sesungguhnya menjadi manusia adalah dihidupkan. Proses ini akan membawa realita
untuk merealisasikan kehidupan secara pada tahap yang lebih berkualitas atau pada
sempurna agar tidak mengalami reinkarnasi titik yang dicita-citakan. Ketika realita
seperti yang diajarkan dalam Hindu. Manusia kehidupan (manusia/umat Hindu) selalu
selalu akan menemui Angst (kecemasan) diarahkan pada tujuan yang tertinggi
ketika prahara menyentuh kehidupannya baik (Brahman), maka kehidupan manusianya

146
akan lebih bermartabat dan lebih berkualitas sungguh sulit (didapat), karenanya
sesuai dengan keinginan dan hasrat dalam pergunakanlah penjelmaan itu untuk
hidup (wants and desires/Purusharthas). Ini melaksanakan dharma yang menyebabkan
juga dibagi menjadi empat, yaitu: a. Karma; musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya
b. Artha; c. Dharma; d. Moksha, (Untara & Supastri, 2020).
2.3 Konsep Ketuhanan dalam Teks Tattwa Hinduisme memberikan penjelasan
Sangkaning Dadi Janma tentang substansi yang menggerakkan dan
Manusia secara harpiah, berasal dari menghidupkan manusia yang disebut nafas
kata manu yang artinya mahluk yang (prana). Istilah prana ini dianggap masih
berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk terlalu fisikal, maka, diganti dengan istilah
yang telah dibekali salah satu kelebihan Atman yang memiliki makna yang lebih
dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu halus. Istilah ini, mungkin sepadan dengan
terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri ruh dalam Islam atau Roh subjektif dalam
dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya dialektika Hegel. Hinduisme beranggapan,
memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, bahwa pada diri manusia terdapat unsur-
sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda unsur yang menyerupai unsur-unsur yang
dimana binatang memiliki tenaga untuk terdapat dalam alam semesta, seperti angin,
bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan api, udara, dan air. Keberadaan unsur-unsur
suara, sedangkan manusia memiliki ini menjadikan manusia dalam anggapan
ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh mereka sebagai mikrokosmos (alam kecil)
manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. yang sekaligus juga menjadikan manusia
Eksistensi manusia sangat kompleks karena sebagai pusat alam, sehingga muncul
mencakup dimensi spiritual, emosional, ungkapan Atman adalah Brahman dan
intelektual, moral, dan juga dimensi fisikal. Brahman adalah Atman (Untara & Suardika,
Dengan memiliki pikiran maka 2020)
diharapkan manusia mempunyai wiweka Ungkapan ini menunjukkan sifat
mampu membedakan mana yang baik dan imanensi Tuhan dalam diri manusia dan sifat
buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih transendensi Tuhan pada alam. Setelah
dahulu sebelum melakukan tindakan. memberikan penjelasan tentang jati diri
Manusia juga dengan pikirannya diharapkan manusia Hinduisme juga menerangkan
mengetahui asal, tujuan dan tugas serta tentang lapisan-lapisan yang menjadi
kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini penghalang kesadaran manusia akan
maka pola hidup serta cara pandangnya kesatuannya tersebut, yaitu: badan, nafas,
terhadap kehidupan akan mampu mengilhami budi, dan gnosis atau pengetahuan yang
setiap tindakannya sehingga tetap berada sering diistilahkan dengan wahyu kosmik
pada jalur yang benar, sesuai etika dan atau wangsit. Seperti yang diungkap dalam
ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan teks Tattwa Sangkaning Dadi Janma:
dalam ajaran agama. Seperti yang disebutkan Ring ĕndi ta prĕna ira. Hana ring Śūnya
didalam S rasamu aya : Nīskāla prĕnah ira. Punapi katĕmu dening
M nusyam durla ham pr pya bhuwana pukulun, awang-awang uwung-
vidyullasita a alam, uwung, tan pagamonga. Kewala kaya
havak ayem ati k y kĕdaping maṇik weṣṇawa.Ikang lupa tan
havopakara esu a. ginawe-gawe. Nirlĕkas, nirlawan, nirahsya,
Terjemahan: nirj āna. Nanging lamun hana rasa sakiri,
Menjelma menjadi manusia itu, sebentar apan hyang-hyang ngkana, sipi kiri nohanya,
sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir,

147
ikang tĕka ri ngkana, sakeng saikāla ning Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu
ahurip mangke. dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala
Dimanakah tempat-Nya. Beliau ada di Śūnya ikatan terhadap sukses maupun kegagalan.
Nīskāla (alam keampaan). Bagaimanakah Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.
cara mencapai alam itu ya Tuhanku, yang Bhagavad-gita 5.9
menggelut samar-samar, yang tidak Walaupun orang yang sadar secara rohani
berpegangan. Tetapi bagaikan kerlip permata sibuk dapat melihat, mendengar, meraba,
bangsing hitam. Itulah lupa yang tidak mencium, makan, bergerak ke sana ke mari,
dibuat-buat. Tanpa kegiatan, tanpa tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di
bandingan, sangat rahasia, tidak terpikirkan. dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama
Tetapi jika ada rasa yang terasa, sebab ada sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui
sifat kedewasaan disana, sangat bahwa berbicara, membuang hajat, menerima
membahagiakan, yang dapat datang disana. sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia
Dari tempat kita hidup sekarang ini (Untara selalu mengetahui bahwa hanyalah
& Somawati, 2020) indriaindria material yang sibuk dengan
Lapisan terdalam ini adalah lapisan obyek-obyeknya dan bahwa dirinya (Atman)
yang terhalus. Pada tahap inilah manusia menyisih dari indria-indria material tersebut
akan menyadari ke-Atman-annya dan (Suadnyana, 2020).
sekaligus ke-Brahman-annya yang tidak Dalam hal untuk mencapai kebebasan
terbatas oleh materi, ruang, dan waktu. kutipan teks Bhagawadgita diatas sama
Dengan menyelami dirinya inilah manusia persis dengan kutipan dari teks Tattwa
akan terus merasakan kesatuannya dengan Sangkaning Dadi Janma sebagai berikut:
Brahman (Darmawan, 2020). Apa cara-cara Nihan yoga uttama pinĕh. Haywa lupa. Yan
yang harus ditempuh oleh manusia untuk meh ing pralaya, anuntun tĕka ring
menghubungkan dirinya dengan Tuhan? kamoktan. Ndi ta yoga uttama ngaran.
Bagaimana usaha yang harus ditempuh untuk Kawruhakĕna. Yan umĕnĕng nirmmala
mengetahui bahwa dirinya adalah satu- idĕpta, rasa Sang Hyang Aj āna ika. Yan
kesatuan dengan Brahman?. Ilmu umĕnĕng niraśraya idĕpta tan patutugan,
pengetahuan tentang hakekat kebenaran yang ring yawa ring dalĕm, rasa sang hyang
mutlak sebagai landasan untuk mengabdi paramārtha ika. Yan umĕnĕng malihang
kepada Tuhan dengannya mampu idĕpta, rasa Sang Hyang Śūnya ika. Yan
membedakan yang baik dan yang benar umĕnĕng lwir lupa idĕpta, tan pangamĕlan
begitu juga sebaliknya (pengetahuan sebagai ring rāt, rasa Sang Hyang Taya ika. Yang
alat keimanan) (Darmawan, 2020). umĕnĕng idĕpta nguśwasā, moksa tan
Pengetahuan yang paling baik adalah ketika patutur. Kewala tan pahamvngan. Ilang
akal budi mampu membedakan antara yang ikang rāt ka eh, rasa Sang Hyang Kamoksan
hakiki-abadi dan semu-sementara sampai ika. Ya ika yoga uttama ngaran, apan
penyatuan dengan yang Maha Kuasa. wĕkasing yoga ngarananya
Seperti pada kutipan pada kitab Bhagavad- Terjemahan:
gita 2.15: Ini adalah ajaran Yoga yang utama,
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), pikirkanlah. Jangan dilupakan. Jika ajal
orang yang tidak goyah karena suka ataupun hampir tiba, yang akan menuntun jalan
duka dan mantap dalam kedua keadaan itu menuju kea lam moksa, kelepasan abadi.
pasti memenuhi syarat untuk mencapai Yang manakah disebut yoga utama utama. Itu
pembebasan. hendaknya diketahui. Jika dalam keadaan
Bhagavad-gita 2.48 diam pikiran hening tanpa noda, itulah rasa

148
dari Sang Hyang Ajñāna. Jika dalam keadaan Hinduisme memiliki pemikiran strukturalis
diam pikiran itu jernih adanya, itulah rasa yang utuh dan solid mengenai ketuhanan,
dari Sang Hyang Śūnya. Jika dalam keadaan kemanusiaan, dan alam (Untara &
diam pikiran bagaikan lupa, tidak Gunawijaya, 2020)
ketergantungan di dunia, itulah rasa dari Sang Proses dialog antara Yang Maha
Hyang Taya. Jika dalam keadaan diam Kuasa (Brahman) dan Jati Diri manusia
pikiran mengikuti nafas, bebas tanpa berpikir. (Atman) juga terkait dengan pemikiran yang
Hening tanpa halangan. Dunia menjadi luhur mengenai alam. Tuhan dalam
lenyap, itulah rasa dari Sang Hyang pandangan Hinduisme memiliki manifestasi
Kamoksan. Itulah yang dimaksud dengan yang beragam. Jalan apapun yang akan
yoga yang utama, sebab itu adalah puncaknya ditempuh oleh manusia menuju yang Maha
Yoga disebutkan (Suadnyana, 2020). Kuasa akan mengantarkannya pada One
Manusia, dengan kesadaran jiwa yang Absolutly. Beragam variasi jalan tersebut sah
dimilikinya, menyadari akan pentingnya dalam pandangan Hinduisme. Hal ini
memahami dan menjalani hidup ini dengan disebabkan oleh ketidaksamaan mahlukNya
benar, maka dalam kehidupan ini, manusia dari berbagai dimensi (fours in four) seperti
perlu menghilangkan karma negatif tersebut yang telah dideskripsikan sebelumnya.
agar dia bisa menyatu dengan Brahman Dalam kehidupan ini, hendaknya manusia
(Suadnyana, 2020). Kalau ia tidak berhasil, selalu mengarahkan segala yang terkait
maka ia akan lahir kembali (berreinkarnasi) dengan dimensi dirinya kepada realitas
dalam berbagai bentuk yang lebih rendah tertinggi (Brahman) agar terhindar dari
sesuai dengan karma yang telah dilakukan. “karma” dan reinkarnasi (samsara) sehingga
Dengan demikian manusia akan menjalani terlepas dari “jeratan” keduniaan menuju
rentetan hidup atau rentetan kelahiran yang kesatuan (moksha) dengan Yang Maha Kuasa
disebut samsara. Jika rentetan kelahiran itu (Brahman) (Suadnyana & Darmawan, 2020).
terputus karena karmanya sudah habis, maka Secara mendalam untuk menemukan
berakhirlah samsara (akibat manusia yang Tuhan yang sesungguhnya perlu kajian
telah menyadari kesalahannya/ketertipuannya kebenaran yang terdapat pada Tri Pramana.
oleh hawa nafsu/manusia bebas dari ikatan Segala benda maupun kejadian yang menjadi
dunia) (Untara, 2019) pengetahuan dan pengamalan kita sebenarnya
Manusia telah memiliki kesadaran semua didapat melalui Tri Pramana. (1)
akan kesamaannya dengan isi alam atau tidak Agama Pramana adalah suatu ukuran atau
berbuat kerusakan pada alam atau pada cara yang dipakai untuk mengetahui dan
mahluk lain. Pada tahap inilah manusia meyakini sesuatu dengan mempercayai
menyatu dengan alam juga menyatu dengan ucapan- ucapan kitab suci, karena sering
Yang Maha Kuasa. Dalam kondisi ini, mendengar petuahpetuah dan ceritra para
manusia sudah mencapai alam Nirwana guru, Resi atau orang-orang suci lainnya. (2)
(moksha), yaitu tingkatan dimana tidak ada Anumana Pramana adalah cara atau ukuran
pemisahan antara abdi dengan Tuhan, yang untuk mengetahui dan meyakini sesuatu
ada adalah satu: Brahman/Atman. Kondisi ini dengan menggunakan perhitungan logis
sering disebut sat (yang sesungguhnya), chit berdasarkan tanda-tanda atau gejala- gejala
(yang baka), dan ananda (kebahagiaan yang yang dapat diamati. Cara menarik
sempurna). Dalam tradisi India bisa di kesimpulannya dengan dalil : Yatra Yatra
Saccidananda yang berarti kesadaran yang Dhumah, Tatra Tatra Wahnih : Di mana ada
sangat mendalam dan eksplosif mengenai asap di sana pasti ada api. (3) Pratyaksa
Tuhan sebagai Tuhan dalam Tuhan. Pramana adalah cara untuk mengetahui dan

149
meyakini sesuatu dengan cara mengamati Darmawan, I. P. A. (2020). Bab 10
langsung terhadap sesuatu obyek, sehingga EKSISTENSI SENI DI TENGAH
tidak ada yang perlu diragukan tentang BADAI PANDEMI COVID-
sesuatu itu selain hanya harus meyakini. 19. Bali vs COVID-19: Book
Selain tiga kebenaran yang diungkapkan Chapters, 151.
dalam Wrhaspati Tattwa, Kitab Nyanya Hasan, Fuad. Pengantar Filsafat Manusia.
Darsana menambahkan satu kebenaran lagi 2005. Jakarta: Pustaka Jaya.
yakni Sabda Pramana : pengetahuan yang Mantra, I. B. 2009. Bhagawadgita Alih
diperoleh berdasarkan pendengaran secara Bahasa dan Penjelasan. Denpasar:
langsung atau melalui penyaksian Percetakan Buku-Buku Penuntun
(Maswinara, 1999:127). Agama Hindu Pesraman Remaja.
III. SIMPULAN Maswinara, I Wayan. 1999. Sistem Filsafat
Pandangan manusia dalam mencari Hindu (Sarva Darśana Samgraha).
hakekat tuhan tidak bisa seperti membalikan Surabaya: Paramita.
telapak tangan. Terkadang kebanyakan Puja, Gede. 1984. Agama Hindu. Jakarta:
manusia masih dalam mencari keluar dari Mayasari.
alam semesta ini. Jarang manusia tersebut Punyatmadja, Oka. 1993. Panca Sradha.
mencari sesosok Yang Esa (Tuhan) ke dalam Denpasar: Upada Sastra.
diri. Keambiguan manusia terkadang sangat Smith, Huston, Agama-agama Manusia,
berbahaya bagi unsur-unsur tubuh manusia. Jakarta: Obor, 2008.
Penjelasan teks Tattwa Sangkaning Dadi Suadnyana, I. B. P. E. (2020). AJARAN
Janma sangat jelas bahwa ajaran kelapasan, AGAMA HINDU DALAM KISAH
kesunyataan, kekuatan untuk bertemu sang ATMA PRASANGSA. Sphatika:
pencipta ada pada unsur tubuh manusia, akan Jurnal Teologi, 11(2), 209-221.
tetapi masih banyak yang belum memahami Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Kain Tenun
ajaran tersebut. Cagcag pada Upacara Manusa
Simbol dari ketuhanan pun melekat Yadnya di Kelurahan Sangkaragung
erat padabagian tubuh manusia, tergantung Kabupaten
cara memahami dan mengedukasi diri. Jembrana. J ānasiddhânta: Jurnal
Ajaran kamoksan memang tidaklah mudah Teologi Hindu, 2(1), 51-60.
untuk diterapkan semua tergantung karma Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Ajaran Agama
bhakti seseorang dan tidak kalah penting cara Hindu dalam Cerita Batur
mengaplikasikan kedalam tujuan hidup. Taskara. Sanjiwani: Jurnal
Banyak para tetua yang mumpuni dalam hal Filsafat, 11(2), 232-244.
sastra akan tetapi goyah dalam penerapan. Suadnyana, I. B. P. E., & Darmawan, I. P. A.
Manusia tersebut mahluk yang tergolong (2020). Nilai Pendidikan Agama
unik dan menarik, mempunyai cara tersendiri Hindu Dalam Lontar Siwa
dalam menjalani kehidupan secara umum, Sasana. Cetta: Jurnal Ilmu
secara khususnya adalah bagaimana bisa Pendidikan, 3(2), 371-391.
bertemu dan menyatu kepada penciptanya. Sura, dkk. 1981. Pengantar Tattwa Darsana
DAFTAR PUSTAKA (Filsafat). Denpasar: Sandhiyasa.
Darmawan, I. P. A. (2020). Pemujaan Barong Suhardana, K.M. 2011. Atman Brahman
di Bali dalam Pandangan Animisme Aikyam. Surabaya: Paramita.
Edward Burnett Tylor. Sanjiwani: Untara, I. M. G. S. (2019). KOSMOLOGI
Jurnal Filsafat, 10(2), 147-153. HINDU DALAM

150
BHAGAVADGĪTĀ. J ānasiddhânt
a: Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
Untara, I. M. G. S., & Supastri, N. M. (2020).
AJARAN AHIMSA DALAM
BHAGAVADGĪTĂ. Vidya Darśan:
Jurnal Mahasiswa Filsafat
Hindu, 1(1).
Untara, I. M. G. S., & Suardika, I. N. (2020).
MAKNA FILOSOFI AJARAN
SIWA BUDDHA DALAM
LONTAR BUBUKSAH. Genta
Hredaya, 3(1).
Untara, I. Made Gami Sandi, and Ayu
Veronika Somawati. "Internalisasi
Pendidikan Karakter Pada Anak
Usia Dini Dalam Keluarga Hindu Di
Desa Timpag Kabupaten
Tabanan." Cetta: Jurnal Ilmu
Pendidikan 3.2 (2020): 333-358.
Untara, I. M. G. S., & Gunawijaya, I. W. T.
(2020). Estetika dan Religi
Penggunaan Rerajahan pada
Masyarakat Bali. J ānasiddhânta:
Jurnal Teologi Hindu, 2(1), 41-50.

Watra, I Wayan. 2006. Filsafat Manusia


Dalam Persfektif Hindu. Surabaya:
Paramita
Website:
http://wayansedikitjutek.blogspot.com/2014/
11/hakekat-manusia-menurut-hindu.html
file:///C:/Users/ASUS.ASUS-
PC/Downloads/1390-4303-1-PB.pdf

151

Anda mungkin juga menyukai