I Made Arya
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
ABSTRACT
Lontar Gong Besi is one of the referens of Hindus especially mazab shiva. Lontar is
written a mahakawi, as well as the rajakerta Hindu community in Bali, named Mpu Kuturan.
Many teachings can be learned from reading this ejection. Careful scrutiny, descriptions for the
description of the eons of Gong Gong found, the Concept of Godhead, the omnipotence of Bhatara
Dalem, Hyang Parameswara (ista Dewata) saktiya Siwa. The omnipotence of the soul becomes
the source of creation (utpati), the maintenance (stiti), and the power restores to its origin (pralina).
In the tradition of Hindu community life in Bali, the concept of the lontar cadence of Gong Wesi
is manifested in the form of worship, both at the village level of pakraman, and at the family
level. Sanggah/Studio as linggih (stana) Hyang Tunggal, Hyang Atma in Kamulan Tengen (right
room) is Bapanta, Paratma in Kemulan Kiwa (left room) is Ibunta, and Hyang Siwatma in
Kemulan Madya (living room) is raganta. Susunatma is meme, father and ragane go back to
Dalem become Hyang Tunggal. Conclusion, the concept of divinity in ejection Gong Wesi in the
religious social life of Hindu society in Bali.
I. PENDAHULUAN
Kekayaan yang paling mulia adalah bergelar Sang Hyang Catur Bogha. Sebutan
ajaran kebenaran dan ilmu pengetahuan yang Dewa dalam Veda dan lontar Gong Besi agak
ada dalam Veda, termasuk ilmu pengetahuan berbeda walaupun ada beberapa istilah
tertuang di dalam lontar-lontar yang sebutan/gelar ada yang sama, hal ini patut
mengandung antara lain: 1) berisi ajaran mendapat kajian lebih mendalam,
tattwa, 2) Ketuhanan, 3) Sosial Politik, sebagaimana maksud penulisan jurnal ini
4) Hukum, 5) Ekonomi, 6) Kesehatan / ingin menggali isi ajaran makna yang tersirat
obat-obatan (bhs. Bali: Tetamban), 7) dalam Tutur Gong Besi.
pendidikan etika, agama, 8) ritual, 9) hari
baik (padewasan), 10) seni dan arsitektur, II. PEMBAHASAN
provided by Jurnal STAHN MPU Kuturan Singaraja
dll.
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Konsep Ketuhanan adalah paham atau
CORE
brought to you by
Demikian pula lontar Gong Besi atau ajaran tentang dasar kepercayaan kepada
Tutur Gong Wesi yang disebut dengan Tuhan Yang Maha Esa beserta sifat-sifat
sebutan Ketatwaning Gong Besi Tuhan dan segala yang berhubungan dengan
mengungkapkan aspek tattwa Ketuhanan Tuhan itu sendiri. Pandangan Ketuhanan
dengan berbagai fungsi berbeda-beda dan dalam Veda adalah tunggal (Esa) bisa dipetik
berpindah-pindah sembilan belas kali dari dari mantram sloka Atharva Veda XIII.4.15.21
awal Dalem Kawi dengan sebutan Sang seperti di bawah ini :
Hyang Triodasa Sakti sampai terakhir di
Sanggar Kemimitan (Kemulan) yang
63
Volume 2, No. 1, Juli 2018 ISSN : 2598-6848
64
KONSEP KETUHANAN DALAM LONTAR GONG ...(I Made Arya, 63-69)
arah mata angin yaitu berturut-turut sebagai nama Hyang Tryo Dasa Saksi. Dalam buku
berikut : Tukang Banten bahwa yang dimaksud dengan
Sa di timur : Hyang Iswara Hyang Tryo Dasa Saksi adalah Hening yang
Ba di selatan : Hyang Brahma memiliki makna khusuk, menyatunya sabda,
Ta di barat : Hyang Mahadewa bayu, idep yaitu keyakinan, kegagalan
A di utara : Hyang Wisnu manah Hyang Tryo Dasa Saksi meliputi:
I di tengah : Hyang Siwa Adhitya (matahari), Candra (bulan), Anila
Na di tenggara : Hyang Mahesora (angin), Agni (api), Apah (Air), Akasa
Ma di barat daya : Hyang Rudra (langit), Pertiwi (tanah), Atma (sang
Si di barat laut : Hyang Sangkara Hyang Atma), Yama (sabda), Ahas
Wa di timur laut : Hyang Sambu (rahina), Ratri (malam), Sandya (senja)
Ya di tengah : Hyang Siwa dan Dwaya (semeng/Pagi). Hyang Tryo
Ang di tengah : Hyang Siwatma Dasa Saksi bersthana di Pura Puseh. Pura
Ung di tengah : Hyang Sadasiwa Puseh kata Puseh adalah berasal dari kata
Mang di tengah : Hyang Paramasiwa puser yang berarti pusat.
Ciwa yang Tunggal (Siwaisme) Kata pusat mengandung makna
sebagai pusatnya kesejahteraan dunia yang
Sedangkan sebutan Hyang Tryodasa mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
Saksi adalah bukan atas nama bagi umat manusia, sehingga upacara-
kemahakuasaanNya akan tetapi selaku upacara yang berhubungan dengan kesuburan
upasksi (saksi) dalam kegiatan Panca Yajna/ dunia dilaksanakan di Puseh. Dewa Wisnu
upacara yajna, beliaulah yang diwujudkan sebagai Dewa pemelihara ciptaan Hyang
dalam banten, atau mantram pada saat Widi dalam seni arca digambarkan dengan
upacara berlangsung. Beliau selaku Agni, laksana atau ciri bertangan empat yang
Dewa Yang Agung, api suci yang Maha Suci masing-masing memegang, cakra, sangka
sebagaimana disebutkan dalam upanisad- dan buah atau kuncup teratai. Wahana adalah
upanisad. Garuda, sedangkan saktinya adalah Sri atau
Menurut Dewa Ketut Djareken Laksmi (Dewi Kebahagiaan). Mengenai
bahwa dalem kawi adalah Brahman itu denah dari Pura Puseh dapat dibagi atas dua
sendiri, Brahman adalah merupakan sumber bagian sebagaimana denah dari Pura Desa.
dari segala sumber kehidupan, Brahma Pembagian atas dua bagian tersebut adalah:
adalah sebagai Tri Purusa yaitu Utpeti, Sthiti halaman pertama atau disebut dengan jabaan
dan pralina alam semesta. Kata Dalem dari pura dan halaman kedua disebut jeroan
secara harafiah berarti jauh atau sulit dicapai. dari pura.
Disebut demikian karena dalam Pada halaman pertama terdapat
kenyataannya Dewa Siwa adalah sulit dicapai beberapa buah bangunan, seperti candi
oleh manusia karena beliau adalah niskala, bentar, bale kulkul, pawaregan, bale gong,
wyapi-wyapaka. apit lawang dan candi kurung. Mengenai
Berdasarkan dari keterangan informan fungsi dari bangunan-bangunan tersebut di
di atas maka dapat dicermati bahwa dalam atas adalah sama dengan bangunan-bangunan
Lontar Gong Besi mengajarkan Brahman yang terdapat pada halaman pertama dari
adalah merupakan sumber dari segala sumber Pura Desa. Pada halaman kedua atau jeroan
kehidupan yang ada di alam semesta ini baik pura terdapat pula beberapa buah bangunan
tentang kelahiran kehidupan dan kematian dengan fungsinya masing-masing seperti:
manusia. Beliau bersthana di Dalem dengan Sanggar Agung yaitu Bangunan suci ini
65
Volume 2, No. 1, Juli 2018 ISSN : 2598-6848
66
KONSEP KETUHANAN DALAM LONTAR GONG ...(I Made Arya, 63-69)
memusnahkan segala isi Bhuwana Agung dan panti, semua piyasan, sakti di parhyangan/
Bhuwana Alit dengan wujud Dewa Siwa pura.
berambut api. Selanjutnya setelah dari Setelah dari gunung agung beliau
pemuhunan (pembakaran mayat) beliau bersthana pada jurang dan sungai, kali,
bersthana di penguluning setra dengan gelar menjadilah beliau Bhatari Gangga,
Hyang Prajapati namanya, Mrajapati adalah namanya, setelah dari sungai dan kali,
penghuni kuburan dan perempatan agung bersthanalah beliau di petak-petak sawah,
yang berhak merusak mayat yang ditanam menjadilah beliau Bhatari Uma di sawah,
melanggar waktu dewasa. Juga Ia boleh namanya setelah beliau dari sawah,
menganggu orang yang memberikan dewasa kemudian bersthanalah beliau di lumbung,
yang bertentangan dengan ketentuan upacara. menjadi beliau Dewi Sri, bersthana beliau
Prajapati adalah merupakan salah satu dari di antara tempat beras, menjadilah beliau
catur sanak yang berasal dari darah pada Hyang Tri Suci, setelah beliau dari tempat
kelahiran manusia yang berstana di selatan beras, menjadi Hyang Tri Suci, kemudian
demikian juga yang lainnya, Anggapati, berstanalah beliau di dapur, menjadilah
Banaspati, maupun Banaspati Raja. Kalau beliau Hynag Pawitra, saraswati namanya.
dilihat dari Bhuana Alit (diri manusia) catur Secara etimologi, kata Saraswati berasal dari
sanak ini erat kaitannya dengan organ-organ Bahasa Sansekerta yakni dari kata Saras yang
tubuh manusia seperti Anggapati (jantung, berart i “sesuatu yang mengalir” atau
dengan warna putih), Prajapati (hati) “ucapan”.
dengan warna merah, Banaspati (usus) Setelah beliau dari dapur, kemudian
dengan warna kuning, dan Banaspatiraja bersthanalah beliau di tungku, di tempat
(limpa, empedu) dengan warna hitam. tempayan, menjadilah beliau Hyang Tri
(lontar Kanda Pat) sekembalinya beliau dari Mertha (air, nasi, dan lauk) namanya,
penguluning setra kemudian bersthana setelah beliau dari tempayan, kemudian
beliau di segara (lautan) dengan gelar bersthanalah beliau di Sanghgar Kamimitan,
Hyang Mutering Bhuwana. Sanggar Kamimitan atau kawitan
Setelah dari segara kemudian beliau mempunyai karakter yang ditentukan oleh
bersthana di akasa menjadilah beliau Hyang adanyta ikatan (wit) atau asal leluhur yang
Taskarapati, Taskara pati adalah Suryapati, berdasarkan garis keturunan (genegologis).
Hyang Surya Pati dikenal dengan Dewa Suatu keluarga inti yaitu ayah ibu dan anak
Indra setelah beliau dari langit bersthanalah dalam istilah antropologi disebut keluarga
beliau di Gunung Agung, menjadilah Hyang batih yang mempunyai tempat pemujaan
Giri Putri namanya, ibunya gana namanya, yang disebut sanggah atau pemerajan.
putra beliau putra Bhatara Guru/Dewa Siwa, Disebutkan “kel uarga tersebut akan
Putra dari Dewa Siwa adalah Ganesa yang berkem bang dan bertambah banyak
digambarkan berkepala gajah dengan empat jumlahnya sehingga tempat pemujaannya
buah tangan, yang masing-masing pun ikut berkembang menjadi dadya atau
memegang mangkuk, patahan gading, tunggal sembah, pura dadya” (subagiastha,
aksamala (tasbih dengan 50, 81, atau 108 1995:376)
butir manik) dan kapak. Ganesa disembah Beliau bernama catur bhoga, aku
sebagai Dewa penyelamat dari segala berwujud laki-laki, berwujud wanita,
rintangan dan juga sebagai Dewa ilmu kemudian berwujud kotor, maka
pengetahuan. Beliau Bhatara Guru menjelmalah aku menjadi seorang manusia,
bersthana yang berada di sanggar penataran, aku bernama sang hyang tuduh, Sang Hyang
67
Volume 2, No. 1, Juli 2018 ISSN : 2598-6848
69