Oleh
Made Laksmi Damayanti
ABSTRAK
Lontar Sundarigama adalah salah satu teks susastra yang dijadikan pedoman oleh
umat Hindu dalam hal menjalankan kehidupan beragama. Lontar ini berdasarkan
isinya membahas tentang hari-hari suci, upakara yang dihaturkan ketika pelaksanaan
yadnya, serta kepada dewa/ istadewata siapa yadnya itu dihaturkan. Selain mencakup
konsep ilmu wariga. Lontar Sundarigama juga menjelaskan tentang konsep
totemisme yang sudah sangat mendarah daging dalam sistem keagamaan di Bali.
Totemisme adalah sistem keyakinan yang berakar dari adanya hewan/tumbuhan yang
dipercaya memiliki kekuatan gaib, atau memiliki hubungan yang erat dengan
keberadaan para dewa. Secara sederhana konsep totemisme dalam lontar
sundarigama, berkisar pada pemuliaan kepada hewan, pada hari suci Tumpek
Kandang, dan pemuliaan terhadap tumbuhan, pada hari suci Tumpek Wariga.
Sesungguhnya semua ranah tersebut, mengarah menuju ucapan syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan.
II. PEMBAHASAN
II.1. Struktur Lontar Sundarigama
Lontar Sundarigama adalah salah satu lontar dari sekian banyak lontar yang
memuat ajaran tentang ajaran Tattwa.jika dilihat dari isinya Lontar ini merupakan
lontar yang bercorak Siwaistik dimana terlihat dari adanya penjelasan tentang
pelaksanaan hari hari suci umat Hindu di Bali. Dalam sudut pandang sejarah, agama
Hindu di Bali adalah Hindu yang bercorak Siwa Siddhanta. Hal inilah yang menjadi
dasar mengapa Lontar Sundarigama dapat dikategorikan ke dalam paham Siwaistik.
Sedangkan Jika dilihat dari segi Fisiknya Lontar ini terdiri dari puluhan lembar
halaman, ditulis dalam huruf/aksara Bali dan disajikan dalam bentuk rangkaian-
rangkaian kalimat yang dipisahkan per sub-bab.
Lontar Sundarigama menurut I Made Suandra dalam bukunya berjudul “
Cundarigama “ tidak dapat dipastikan kapan terciptanya, tetapi dapat diduga lontar ini
telah ada di Bali pada Zaman pemerintahan Dalem Waturenggong dengan Dang
Hyang Dwijendra selaku Bhagawanta-nya. Kata “telah ada “ dapat diartikan sebagai
ditulis oleh pendahulunya.
Mengenai arti dari Sundarigama dijelaskan dalam “kamus bahasa kawi
Indonesia” oleh Y.B Suparian , kata “ sundari “ diartikan sebagai “ pemandangan,
ayam hutan, atau mata air.” Seedangkan kata “ gama “ diartikan sama dengan
“agama”. Dalam “Kamus Pepak Bahasa Jawa” karya Drs, Slamet Mulyono , kata
“Sundari” berasal dari akar kata “Sunar” yang artinya “sinar” dan kata “gama”
diartikan sama seperti di atas yaitu “agama”. Dari kedua pembagian Etimologi
tersebut dapat kita maknai bahwa “Sundarigama” berarti “Sinar Agama”. Dimana
pengertian tersebut bermakna bahwa lontar ini bertujuan sebagai sarana untuk
memberikan penyuluhan atau tuntunan tentang agama kepada masyarakat.
Dari pengertian sebagaimana diuraikan di atas jelas bahwa Lontar
Sundarigama adalah suluh agama atau Sunar agama yang merupakan petunjuk atau
tuntunan dalam melaksanakan upacara agama Hindu. upacara termaksud
dilaksanakan pada hari-hari tertentu, dengan berpegang kepada hari-hari Suci
berdasarkan wuku, wewaran dan Sasih seperti Galungan, Kuningan, Purnama tilem,
Kajeng Kliwon, Hari Hari Kliwon, Sasih kapat, kesanga, kadasa, Tumpek dan lain-
lain. Lontar sundarigama upacara-upacara suci dan dibenarkan dalam melaksanakan
ajaran agama sebagaimana disabdakan oleh Ida Sang Hyang Widhi wasa dan patut
dilakukan oleh masyarakat. Tujuannya adalah agar negara dan pemerintah menjadi
aman dan tentram. sementara rakyatnya menjadi Sejahtera.
Lontar Sundarigama juga merupakan tuntunan pelaksanaan penyucian diri
sebagai sarana bagi manusia dapat menikmati kebahagiaan dan ketentraman yang
kekal di muka bumi ini. Pada gilirannya menjadi sucilah dunia ini karena Ida Sang
Hyang Widhi wasa telah memberikan kedamaian . itulah sebabnya umat manusia
sepatutnya menyatakan cinta kasih kepada sesamanya sebagaimana juga Ida Sang
Hyang Widhi Wasa memberikan kasihnya kepada umat manusia.
Terjemahan :
…….Hari sabtu/ saniscara kliwon wuku Uye dinamakan tumpek kandang,yaitu
hari untuk mengupacarai segala binatang ternakdan binatang lainnya.untuk sapi
,kerbau, gajah, dan lain-lain binatang yang besar bantennya adalah tumpeng
tebasan, pareresik, penyeneng, dan jerimpen.untuk babi banten-nya adalah
tumpeng tebasan. Penyeneng dan canang raka.untuk babi betina adalah
ketupat belokok,belayag tunggal dan sagu. Untuk burung ,ayam, itik, perkutut,
dan sejenisnya bantennya adalah ketupat menurut bentuk rupanya. Kalau
burung berupa ketupat paksi, kalau ayam dengan ketupat ayam disertai banten
penyeneng ,tetebus dan kembang payas. Patut dijelaskan bahwa upacara untuk
binatang itu dilakukan seperti hal-nya mengupacarai manusia, sebab binatang
itu memperoleh perlindungan dari Sang Hyang Rare Angon ( Siwa ). Manusia
itu sebenarnya adalah makhluk utamanya makhluk-makhluk binatang itu .
manusia itu menurut Sang Hyang Rare Angon merupakan badan
utamanya……..
Dari uraian di atas dapat kita jelaskan bahwa selain menganggap tumbuhan
merupakan suatu hal yang harus di hormati , umat juga memberikan perlakuan yang
khusus kepada hewan ternak terkhususnya hewan-hewan yang erat kaitannya dengan
kediupan manusia. Konsep Totemisme disini bukan dalam artian derajat manusia
lebih rendah sehingga kita diharuskan menyembah tumbuhan dan binatang, akan
tetapi, yang dimaksudkan disini manusia diajarakan akan pentingnya memberikan
serta mengucapkan syukur serta terimakasih kepada semua ciptaan beliau ( Ida Sang
Hyang Widhi Wasa ) yang telah membantu manusia di dalam menjalani kehidupan di
dunia. Salah satu wujud terimakasih itu ialah umat Hindu di Bali memiliki suatu
perayaan atau Hari suci untuk memuliakan tumbuhan dan hewan.
Hal ini erat sekali kaitannya dengan hubungan manusia dengan lingkungannya.
Seperti yang kita tahu, bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki akal, budi,
dan rasa dalam hati nurani, tentu saja kita sebagai makhluk sosial yang normal akan
mengerti akan pentingnya menjaga keharmonisan hidup manusia dengan Tumbuhan
dan hewan. Dan inilah salah satu latar belakang mengapa umat Hindu memiliki sutu
perayaan untuk memuliakan lingkungan beserta isisnya ini.
III. PENUTUP
III.1.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian secara kronologis mengenai Lontar Sundarigama dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Lontar Sundarigama adalah salah satu lontar yang memiliki eksistensi yang penting
dalam kehidupan beragama masyarakat terkhususnya bagi umat Hindu di Bali, lontar
ini secara sederhana merupakan lontar yang memuat tentang bentuk-bentuk perayaan
hari Suci dan upakara-upakara apa saja yang diperlukan serta makna yang terkandung
di dalam upacara tersebut. Sundarigama itulah nama lontar ini yang berarti sinar yang
mencerahkan dan memberikan pemahaman akan aspek-aspek dalam keagamaan .
2. Konsep Totemisme adalah suatu kepercayaan yang menganggap bahwasannya
ciptaan tuhan yaitu tumbuhan dan Hewan atau yang sejenisnya semua hal itu
memiliki kaitan dan kekuatan gaib sehingga karena atas dasar tersebut beberapa
hewan dan tumbuhan mendapatkan perlakuan yang berbeda atau istimewa dalam
kehidupan .Totemisme ini adalah salah satu kepercayaan kuno yang masih tetap ada
sampai saat ini.
3. Mengenai konsep Totemisme dalam lontar Sundarigama secara jelas itu diuraikan
melalui adanya pelaksanaan haru suci yang berdasarkan pawukon / wuku yaitu hari
suci Tumpek Uye dan Tumpek Wariga. Dimana kedua hari ini adalah salah satu
wujud adanya ajaran konsep Totemisme dalam Agama Hindu terkhususnya pada
lontar Sundarigama.
DAFTAR PUSTAKA
……, 1998 . Alih Aksara lontar Cundarigama . Tabanan : Phdi kabupaten Tabanan
https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-totemisme-sistem-kepercayaan-manusia-
praaksara-1unWIbPWn6s/full DIAKSES PADA TANGGAL 13 Oktober 2021 JAM 18.00
file:///C:/Users/HP%20Laptop/Downloads/Lontar%20sundarigama%20lengkap.pdf
DIAKSES PADA TANGGAL 15 Oktober 2021 JAM 15.00
Naskah Transliterasi Lontar Sudarigama milik Perpustakaan Gedong Kertya ( nomor keropak
tidak diketahui )