Anda di halaman 1dari 18

TUTUR ATMA

PRASANGSA

Downloaded By:
I Nyoman Rauh
6 August 2022
www.komangputra.com

TUTUR ATMA PRASANGSA

Teks Atma Prasangsa ini merupakan salinan lontar yang memuat


ajaran Sivaistik sesuai dengan penjelasannya bahwa tujuan akhir
adalah menuju ke Siva Lokha.

Tokoh utama dalam Teks Atma Prasangsa yang paling menonjol yaitu
“Bhagawan Penyarikan”.

Sang Bhagawan Penyarikan ini dilukiskan sebagai seorang Brahmana


yang mengetahui tentang ajaran Veda salah satunya mengenai
perjalanan sang roh dan menegetahui apa penyebab para roh berada
di “Tegal Penangsaran” tersebut.

Seperti yang termuat dalam kutipan teks berikut:

Purusāh Pañarikan ca, masastrāh ratna trayajnāh, likitāh


kāpalangkānah, prākretih kārah gatināh. Artānya, Bhagawan Pañarikan
sirā mangāji ring Sang Hyang Ratna-trayajnāh sirā, tumākwanakenā
prawretini janmā saka sowing-sowang, ri denya yā tinuduh de Bhātarā
maring naraka, ana tinuduh maring swarga gātinya, telas pwā de
Bhagawan Pañarikan manghaji yuga sengkor
Terjemahan :
Awal mulanya, diceritakan ada seorang Bhagawan Penyarikan sedang
berguru atau belajar kepada Sang Ratna Traya. Beliau mempelajari dan
menanyakan perjalan atau perputaran manusia masing-masing. Pada
waktu Bhagawan Penyarikan menamatkan segala ilmu yang
dituntutnya sampai kebatas-batasnya yang ditentukan, Beliau
diperintahkan oleh Bhatara menuju ke neraka dan juga ke Swarga.

kāruna manāh Bhagawan Pañarikan tuminggal ing sarwa papā samuhā,


tan pakecāp sire teher mālintang, anan manguwuh-uwuh, anan
masyangi rawongnya, anan mamapagi lāmpah Bhagawan Pañarikan,
tan iyan pāngucap nikāng ātma samuha
Terjemahan :

Tutur Atma Prasangsa | 1


www.komangputra.com

Tak kuasa Bhagawan Penyarikan menahan rasa kasih sayang dan belas
kasihannya, tetapi beliau lewat begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah
katapun dari bibirnya. Kepiluan hatinya semakin bertambah tatkala
menyaksikan para atman ada yang merintih menahan rasa sakit, ada
yang mengajak sesama berkumpul disuatu tempat, dan nada yang
mengikuti kemana perginya Bhagawan Penyarikan. Semuanya berharap
agar diberikan bantuan dan kesejukan untuk meringankan
penderitaannya.

Māngke harep weruha ri wasananya, manke ta kamung ātma, padā kita


kari /hariwasana ing kene, angāntiha ring wasāna ing ātma, padā
atadāh tangan ikāng ātman lānang wadon, sinungān bubur pirāta
adakara sāsuru mas turte sowing, watrā den irā dum
Terjemahan :
Dan sekarang tengadahkanlah tanganmu baik para atma laki-laki
maupun perempuan, akan ku berikan bubur pirate sekedar untuk
makananmu tetapi kandungan amertanya luar biasa, kepada para
atman dibagikan secara merata.

Dari kutipan tersebut di atas sangat jelas dikatakan bahwa Bhagawan


Penyarikan adalah seorang yang berhati mulia, penuh dengan kasih
sayang dan memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai perjalanan
para atman atau roh di alam kehidupan setelah mati.

Tokoh pendamping dalam Teks Atma Prasangsa ini yaitu Bhagawan


Mercukunda

dan Sang Hyang Narada. Bhagawan Mercukunda adalah seorang


pendeta yang betemu dengan Bhagawan Penyarikan di tengah
perjalan menuju ke sebuah pertapaan di dekat kuburan tersebut,
seperti yang termuat dalam kutipan berikut:

Mānolih Sāng Bhagawan Pañarikan, kāncit samānta jing hawān, dātang

Tutur Atma Prasangsa | 2


www.komangputra.com

Bhagawan Marcukunda, samā araryān sirā ring heb ning kayu tejā,
prāsama sirā
Terjemahan :
Hal itu diketahui oleh Bhagawan Penyarikan. Tiba-tiba ditengah
perjalan, datang Bhagawan Marcukunda, bersama berdiri ditengah
jalan dengan Bhagawan Penyarikan. Bersama-sama juga beliau
beristirahat dan berteduh dibawah pohon teja.

Bhagawan Mercukunda memiliki sifat seperti Bhagawan Penyarikan,


kasih sayang dan sangat peduli dengan semua makhluk, namun beliau
tidak muncul dari awal cerita hinggga akhir, hanya muncul
dipertengahan cerita saja. Beliau menanyakan dan membicarakan
mengapa para atman mendapatkan penderitaan yang sangat
berlebihan, seperti kutipan berikut:

Māwuwus Bhagawan Marcukunda ring Bhagawan Pañarikan,


mangkanā ling nirā, uduh Bhagawan Pañarikan kamākara denā ikāng
atma māngamasi pāncāgati sāngsarā, padā sinekitān den ikāng
Yamābalā. Samāngkāna tan kahān kawes ikāng manusā kāng kari ring
madyāpadā ikāng angulahākena kādursilān ri denya ngāmbekāken
drembā mohā, sāhasa cāpala, hāngkarā banggā porakā, ikā kāng
ginerek ing selāmātekep
Terjemahan :
Lantas berkata Bhagawan Mercukunda kepada Bhagawan Penyarikan,
uduh Bhagawan Penyarikan, sangat berlebihan para atma mendapatkan
penyiksaan walaupun itu sudah merupakan buah karmanya yang harus
diterima dari Yama Bala. Walaupun demikan tidak juga manusia di
manusia loka mau dan sadar sehinga mengurangi perbuuatan dursila
dan keangkara murkaannya. Malah semakin meraja lela, seolah-olah tak
memikirkan pahit getirnya siksaan dan kesengsaraan di neraka seperti
ini.

Dari kutipan tersebut sangat jelas dikatakan bahwa Bhagawan


Mercukunda memiliki sifat yang peduli terhadap sesama makhluk dan
sifat kasih sayang. Beliau hanya muncul dalam pertengahan cerita

Tutur Atma Prasangsa | 3


www.komangputra.com

untuk memperjelas isi dari cerita ini. Setelah demikian beliau kembali
ke pertapaannya. Dan tidak muncul lagi dalam lanjutan cerita
berikutnya.

Tokoh pendamping selanjutnya yaitu Sang Hyang Narada. Beliau


adalah utusan dari Bhatara Iswara untuk melihat keadaan di
madyapada. Hal ini desebutkan dalam kutipan berikut:

Dādi tā Sāng Narada inutus de Bhātara Iswāra, atilikā ikāng rāt ring
Madyapada, angādeg Sāng Narada ring madyān ikāng āwyāti, ring luhur
Sāng Narada Mānglāyang ring Ambārakāsa, kātinggalān den irā sāng
Narada ing sor ikāng akāsa ambāra, nga. Pating kredāp, pating kredep,
pati gurilap, pating ing sārwa katon
Terjemahan :
Pada saat itu Ida Sang Narada diutus oleh Bhatara Iswara, menyelidiki
keadaan dunia. Ditengah – tengah Biomantara Sang Narada berdiri
tetapi sudah jelas terlihat segala sesuatu yang ada di permukaan bumi
ini. Di angkasa raya beliau terbang kesana – kemari, terlihat oleh beliau
di bawah (dipermukaan bumi) ada cahya warna warni pati gurilap
itulah yang pertama dilihat dari angkasa.

Sang Narada yang merupakan utusan dari Bhatara Iswara, turun ke


dunia yaitu memeriksa bagaimana keadaan manusia di dunia. Di
dunia beliau menemukan lebih banyak cahaya yang tak sedap di lihat
di bandingkan cahaya yang sedap dipandang.

Latar merupakan salah satu unsur sastra yang berhubungan dengan


tempat dan waktu terjadinya sebuah peristiwa atau alur cerita
tersebut. Dalam Teks Atma Prasangsa ditemukan beberapa tempat
yang dicantumkan oleh pengarang diantaranya yaitu:

Kuburan Dan Taman adalah tempat dimana berkumpulnya para


Atman, Sang Hyang Ratna Tranaya yang memerintahkan Bhagawan
Penyarikan untuk pergi Ketempat tersebut seperti yang terdapat
dalam kutipan Teks Atma Prasangsa berikut:

Tutur Atma Prasangsa | 4


www.komangputra.com

Nimitān ing Sang Peñarikan tinuduh de Bhatara, dātenge ring tamān ri


wāsana, ksetre māgeng, pāpupulan ing hidep nikāng wwang jālwistri,
mwang kāng wwang halā-hayu
Terjemahan :
Pertama sang Penyarikan disuruh oleh Bhatara datang ke taman dan
wilayah kuburan yang maha luas. Di tempat itulah merupaka pusat
terkumpulnya para roh dengan berbagai macam penderitaan baik
maupun buruk.

Dari hasil kutipan diatas sangat jelas dikatakan bahwa tempat


kejadian atau peristiwa yaitu di taman dan kuburan yang maha luas.
Disinilah tempat berkumpulnya berbagai jenis roh.

Berdasarkan Teori Roh, pernyataan tentang alam kehidupan setelah


mati itu benar adanya, dalam teori ini dinyatakan bahwa setelah
kematian, sang roh akan berada di dunia atau alam setelah kematian,
namun roh tersebut masih terpengaruh dengan sifat duniawi. Roh
tersebut masih dalam keadaan bingung dan masih merasa terikat
dengan sifat duniawi. Dalam Teks Atma Prasangsa dikatakakn sebagai
berkut:

Ikāng tan kawāsa minutur sakā ring unggwānya, mangrengān


mamalāku wwai nasi, kāruna manāh Bhagawan Pañarikan tuminggāl
ing sarwa papā samuha, anān manguwuh-uwuh, anan masyāngi
rowāgnya, anan māpagi lāmpah Bhagawan Panarikan, tān iyan
pāngucap nikāng ātma samuhā. Kapilu Bhagawan Pañarikan sawet ning
welās nira, henti ta welās nirā umulāt ing rikāng papa kābeh. Punāpa ta
dāwn ing drerida parāka, atāna -tana papa sukā sowang – soawangan
Terjemahan :
Kepiluan hati Bhagawan Penyarikan makin bertambah tatkala
menyaksikan para atman ada yang merintih menahan rasa sakit, ada
yang mengajak sesama atman untuk berkumpul disuatu tempat dan ada
yang mengikuti kemana perginya sang Bhagawan. Selurhnya berharap
agar diberikan bantuan dan kesejukan untuk meringankan
penderitaannya.

Tutur Atma Prasangsa | 5


www.komangputra.com

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai alam


kehidupan setelah mati. Pada bab ini akan dijelaskan secara
menyeluruh mengenai hal tersebut. Ada pendapat mengatakan bahwa
segala kenyataan kehidupan setelah kematian badan fisik adalah hal
yang tidak bisa diketahui akan tetapi setelah perkembangan
penyelidikan observasi, riset tentang keadaan setelah kematian, maka
keadaan dialam sesudah mati menjadi benar-benar dapat dipahami.

Langkah pertama untuk menuju pemahaman tentang kehidupan


setelah mati adalah mempertanyakan, siapakah aku?

Pertama kita harus memahami bahwa badan ini bukanlah Aku, tapi
Aku adalah roh yang bersemayam di dalam sebuah badan. Sebagai
roh, kita telah ada sebelum tubuh seorang bayi terbentuk. Untuk lahir
sebagai manusia, maka kita sebagai roh terlebih dahulu memasuki
dan bergabung dengan tubuh seorang bayi di dalam kandungan.

Jenis-jenis kematian dan penyebab kematian itu banyak hal yaitu mati
tidak wajar, mati akibat bunuh diri atau dibunuh, tenggelam, jatuh
dari pohon, jatuh dari kuda, tertidas batu hingga mati, mati mendadak
tanpa sebab, mati karena tersiram air panas, dan jenis-jenis penyebab
kematian lainnya secara mendadak.

Ketika mengalami kematian, harus segera melepaskan badan halunya


agar tidak terus bergentayangan di dunia ini. Yaitu dengan cara
mengembangkan rasa ikhlas untuk berpisah dengan benda – benda
duniawi dan berusaha menyadari bahwa adanya kehidupan yang lebih
agung di alam yang lebih halus (alam kehidupan setelah mati).

Hal pertama yang perlu diberi penjelasan dalam menggambarkan


tentang alam astral, yakni tentang realitasnya yang mutlak. Yaitu,
bahwa benda – benda dan penduduk alam astral sungguh nyata,
mereka adalah kenyataan yang tidak dapat diabaikan, karena
sebagian besar umat manusia belum dapat menyadarinya.

Dalam Teks Atma Prasangsa, yang dikatakan alam yang lebih luhur

Tutur Atma Prasangsa | 6


www.komangputra.com

adalah tempat yang lebih tinggi dari pada surga seperti kutipan
berikut:

Wus māngkāna umungguh ring kā Widyādaren, alinggih ring


pādmasana mānik, angāyep ing widyadari, ingāturan boga suboga
sādrasa, sināmoni den ing saptaswāra gamelan, ganjāran ing wwang
sādu tuhu
Terjemahan:
Setelah naik menuju widyadaren, duduk dipadmasana manik, berdoa
kepada widyadari, dan menghaturkan Bhoga Subhoga Sadrasa, diiringi
oleh suara gamelan, yang merdu indah mempesona. Itulah hadiah atau
upah terhadap siapapun yang benar – benar Sang Sadhu Dharma.

Kutipan diatas merupakan tempat dimana seseorang yang telah


berbuat dharma maka akan memperoleh tempat yang lebih luhur dari
pada surga. Surga (suvah loka) adalah tempat para atman yang telah
berbuat Dharma atau berbuat kebaikan namun belum mendapatkan
tempat yang lebih istimewa. Alam yang lebih luhur.

PERJALANAN ROH DI TUTUR ATMA PRASANGSA


Dalam cerita ini diceritakan orang yang suci tersebut dapat segera
menyadari bahwa badan halusnya telah terpisah dari badan kasarnya,
dalam ceritera ini atma dari orang suci tersebut melihat badan
kasarnya sangat mengerikan jika diandaikan seperti melihat sosok
Barong biasa ditarikan dalam tarian barong dibali), atma tersebut
duduk didepan jasatnya yang tengah diupacarai oleh keluarganya
dimana ketika duduk di samping jasatnya di ceritakan atma tersebut
berterima kasih kepada jasatnya yang telah diajaknya hidup semasa
hidupnya di Dunia (mercepada), sambil menangis sang atma berpesan
kepada jasatnya.

Pesan yang disampaikan antara lain agar sang jasat yang sangat
disayangi, dimana telah diajak semasa hidupnya mengarungi
kehidupan, tempat untuk belajar agama dan kehidupan kembali

Tutur Atma Prasangsa | 7


www.komangputra.com

keasalnya sesuai dengan perintah ( titah ) Sang Pencipta, yang


berasal dari api kembali ke api ( Brahma Loka ), yang berasal dari
angin kembali ke angin, yang berasal dari air kembali ke air, yang
berasal dari tanah kembali ke tanah, semua unsur kembali dari
asalnya masing –masing, jika tiba saatnya nanti (reingkarnasi) yang
kembali ke tanah akan masuk ke tubuh ibu melalui tanaman dan
menjadi unsure tubuh, yang kembali ke angin maka akan masuk pada
saat manusia / si ibu bernapas begitu juga unsur lainnya di dalam
kandungan sang ibu maka seluruh unsure akan berkumpul dan akan
membentuk kembali tubuh manusia.

Diceritakan setelah menyampaikan pesan terakhir tersebut sang atma


yang telah mengerti / mempelajari aji kemoksan menuju pura di
rumah ( pemerajan ) untuk menghadap kepada Ida Betara Hyang
Guru untuk memohon petunjuk menuju perjalanannya selanjutnya,
petunjuk yang diperoleh dari Ida Betara Hyang Guru supaya sang
atma melanjutkan perjalanan menuju Pura Dalem menghadap kepada
Ida Hyang Betari Durga yang merupakan ratu dari dunia kegelapan
dimana Ida Hyang Betari Durga akan menunjukan jalan yang harus
ditempuh oleh sang atma. Diceritakan Sang atma melanjutkan
perjalanan untuk menuju tempat yang di tunjukkan oleh Ida Betara
Hyang Guru.

Sang atma sudah berada di sekitar areal Pura Dalem untuk


menghadap Ida Hyang Betari Durga, setelah tiba di pura dalem atma
tersebut mendengar suara yang sangat keras seperti suara singa yang
sangat galak sehingga sang atma merasa terkejut dan ragu, namun
karena sang atma sudah sangat mengerti dengan ajaran kemoksan (
perjalanan menuju kehidupan selanjutnya ) maka sang atma
melanjutkan perjalanan untuk menghadap Ida Hyang Betari Durga
tanpa rasa takut, pada saat itu sang surya sudah mulai bersembunyi
pertanda malam telah tiba.

Setelah tiba di tempat Ida Hyang Betari Durga kebetulan Ida Hyang

Tutur Atma Prasangsa | 8


www.komangputra.com

Betari Durga sedang melakukan pertemuan kecil dengan para


bawahannya (rencangnya) dimana bawaha Ida Hyang Betari Durga
sangat banyak dan dengan rupa yang menyeramkan serta mengerikan
rupanya disamping itu para bawahan Ida Hyang Betari Durga terlihat
sangat beringas siap untuk menerkam dan memangsa sang atma, para
bawahan Ida Hyang Betari Durga seperti macan kelaparan dan tidak
terkendali melihat sang atma yang hadir dalam pertemuan tersebut
namun mereka tidak berani untuk mendekati sang atma sebelum ada
perintah dari Ida Hyang Betari Durga.

Ida Hyang Betari Durga yang melihat kehadiran sang atma suci
tersebut langsung menghampiri sang atma, dan duduk didepan sang
atma yang sedang duduk menghaturkan sembah bakti, Ida Hyang
Betari Durga berkata kepada sang atma sambil menangis adapun
perkataan Ida Hyang Betari Durga antara lain “ wahai anakku sang
atma suci jangan takut melihat semua bawahan dan muridku yang ada
disini apalagi engkau seorang atma yang suci dimana semasa hidup
telah dapat menerapkan ajaran agama dengan baik dan benar dapat
menjaga hubungan baik dengan sang pencipta, sesama manusia dan
dengan alam sekitarnya “.

Sang atma menghaturkan sembah bakti kepada Ida Hyang Betari


Durga sambil berkata “sembah bakti hamba haturkan kepada Ida
Hyang Betari Durga semoga hamba tidak kena chakra wibawa, tidak
kena kutukan dan tidak kena kutukan sebagai atma yang durhaka, Ida
Hyang Betari Durga di sebut Sang Hyang Bhagawati ketika di puja di
Pura Bale Agung dimana pada saat dipuja disana Sang Hyang Betari
memberikan ilmu dan kepintaran.

Ketika berada di Pura Dalem Sang Hyang Betari disembah sebagai


Ida Hyang Betari Durga yang berhak untuk mengatur dan
memberikan jalan kepada seluruh roh / atma, Ketika berada di
Pemuhun (tempat pembakaran mayat ) Sang Hyang Betari bernama
Sang Hyang Berawi, ketika berstana di Gunung Agung Sang Hyang

Tutur Atma Prasangsa | 9


www.komangputra.com

Giri Putri nama Sang Hyang Betari, ketika dipuja di Gunung Batur
Sang Hyang Danu nama Sang Hyang Betari.

Kalau Sang Hyang Betari berada di telaga dan di pancoran Dewi


Gayatri nama Sang Hyang Betari, jikalau Sang Hyang Betari berada di
sungai yang besar dan dalam (tukad) Dewi Gangga nama Sang Hyang
Betari. Jika berstana di pura sawah (ulun carik) Betari Sri nama Sang
Hyang Betari semua anugrah Sang Hyang Betari sangat besar bagi
kehidupan umat manusia, saat ini terimalah sembah bakti hamba dan
sesajen yang telah disiapkan oleh sanak saudara hamba semoga Sang
Hyang Betari dapat menerima dan memaklumi segala kekurangannya

Sang Hyang Betari Durga berkata “wahai engkau atma suci yang
telah mendalami ajaran kemoksan sekarang silakan lanjutkan
perjalananmu menuju swarga loka semoga mendapatkan swarga
bhuana yang sangat baik, semoga kamu tegar dalam perjalanan
karena dalam perjalanan nanti kamu akan melewati banyak rintangan
dimana akan melewati goa, gunung dan hutan yang angker, “

Setelah selesai menerima pesan dari Sang Hyang Betari Durga dan
menghaturkan sembah untuk berpamitan akhirnya sang atma
melanjutkan perjalanan keluar dari candi bentar yang ada di pura
dalem menuju arah timur laut ( kaja kangin / airsenia ) sepanjang
jalan yang dilalui oleh sang atma terlihat pemandangan yang indah
mempesona, banyak sekali bunga yang sedang berbunga disana sini
serta berwarna warni dengan bau yang harum semerbak hal tersebut
dikarenakan pada saat itu adalah musim semi dimana semua tanaman
dan bunga sedang berbunga dan berbuah, burung – burung bersuara
merdu bagaikan musik dari kayangan

Diceritakan sang atma sudah sampai di sebuah sungai yang sangat


besar (tukad ageng) dimana airnya sangat jernih, dipinggir sungai
tersebut ada sebuah batu kali yang bentuknya pipih serta dipayungi
oleh pahon cempaka yang sangat rindang, sang atma duduk di batu

Tutur Atma Prasangsa | 10


www.komangputra.com

tersebut sambil melihat kearah seberang sungai yang sangat jauh,


melihat air yang sangat jernih dan sejuk timbul keinginan sang atma
untuk mandi di sungai tersebut, namun ketika sang atma akan
melanjutkan niatnya tersebut tiba – tiba muncul seekor buaya yang
sangat besar mendekati sang atma dan siap untuk menggigit serta
memangsa sang atma.

Untuk menghindari sang buaya sang atma naik kembali ke atas batu
sambil melihat mata sang buaya yang ada di depannya, sang atma
berkata “uduh dewa (wahai engkau) sang jugul ageng (sang buaya
besar), jangan engkau mengelak karena aku sudah mengetahui siapa
engkau sebenarnya, engkau adalah adikku yang lahir dari satu rahim
ibu, waktu itu engkau dan aku lahir bersamaan tidak lain engkau
adalah ari – ari.

Wahai sang jugul ageng (buaya besar) engkau dan aku bersaudara
untuk itu sebaikan antar aku menyebrangi sungai ini supaya lebih
cepat aku bisa menyelesaikan perjalanan ini, siapa lagi selain idewa
(engkau) yang pantas menolong aku “ mendengan penjelasan sang
atma, sang buaya sadar dan menangis seraya berkata” uduh kakak
sang atma mohon ampun atas kesalahan hamba, silakan naik ke
punggungku akan ku antar kakak sampai di tepi sungai besar ini “
setelah sampai ketepian sang atma menyampaikan terima kasih
kepada sang buaya dan melanjutkan perjalanannya menuju arah
semula timur laut (kaja kangin / airsenia).

Sang atma sekarang telah tiba di tepi hutan rimba yang sangat
mengerikan, ketika sang atma hendak masuk ke hutan tersebut sang
atma merasa terkejut melihat semua hewan lari tunggang langgang,
burung – burung yang ada di dahan pohon semuanya terbang ke
angkasa semua hewan mencari tempat persembunyian, terdengar dari
hutan tersebut suara yang menyerupai auman macan menuju ke arah
sang atma, setelah menunggu beberapa saat muncul raksasa
perempuan yang sangat besar menutup jalan sang atma raksasa

Tutur Atma Prasangsa | 11


www.komangputra.com

tersebut besar bentuknya bulat tidak memiliki tubuh, matanya besar


dan melotot, taringnya yang terlihat sangat besar dan tajam, ketika
sang raksasi itu berteriak maka seperti suara gemuruh yang
menggoncangkan ibu pertiwi. Raksasa tersebut tidak memili badan
dan hanya kepala saja yang sangat besar (raksasi ulu).

Tanpa rasa takut sang atma mendekati raksasi ulu tersebut sampil
berkata dengan sangat halus, “ ibu terimalah sembah bakti hamba,
hamba tidak ada lain adalah anakmu engkau lahirkan dahulu, hamba
mengerti penjelmaan MU ini adalah salah satu kesaktian dari rahim
yang ada dalam tubuhmu, ijinkan hamba lewat untuk menuju tempat
yang harus hamba tuju “ sang raksasi ulu menjawab “ wahai engkau
anakku sang atma suci, engkau sangat paham dengan aji kemoksan (
ajaran moksa ) dan sangat tekun dan taat kepada ajaran agama untuk
itu ibu sangat mendoakan perjalananmu semoga kamu tidak menemui
rintangan sang sulit dan semoga kamu mendapat tempat yang utama
nantinya, aku akan membuatkanmu jalan melewati daerah
kekuasaanku “ setelah selesai menerima sembah bakti dari sang atma
raksasi tersebut berbalik dan bergelinding membuatkan jalan untuk
sang atma karena kesaktian sang raksasi apapun yang tersentuh
olehnya hancur berantakan.

Sang atma melanjutkan perjalanan setelah menghaturkan terima


kasih kepada sang raksasi ulu, didepan terlihat pegunungan yang
cukup sulit untuk dilewati di sebuah lembah sang atma kembali
bertemu dengan macan yang sangat galak dan mengerikan, sambil
mengeluarkan suara yang menyayat sang macan bersiap untuk
menerkam sang atma, sang atma berhenti sambil berkata dengan
lembah lembut “ uduh idewa ( wahai engkau ) sang macan mungkin
engkau belum mengetahui siapa aku sebenarnya, aku tiada lain
adalah soudaramu di kehidupan yang lalu, sewaktu didalam
kandungan wujudmu adalah darah, setelah waktunya untuk lahir
engkau dan aku secara bersamaan lahir dari rahim sang ibu,

Tutur Atma Prasangsa | 12


www.komangputra.com

kelahiran kita secara bersamaan pada saat kehidupan di dunia “

Setelah mendengan perkataan sang atma ssang macan mengerti dan


menunduk sambil meninggalkan sang atma yang sedang berdiri, sang
atma melanjutkan perjalanannya setelah melewati lebmah tersebut
sang atma kembali melihat hutan dimana di hutan tersebut penuh
dengan pohon bunga yang sedang berbunga, bau semerbak wangi
dari bunga – bunga yang sedang mekar tersebut membuat sang atma
terkagum – kagum, disisi lain burung dan hewan lainnya bernyani
riang seperti musik yang menyambut kehadiaran sang atma, sambil
berlompat kesana kemari binatang – binatang yang ada di hutan
tersebut seperti menari – nari melihat kehadiran sang atma tidak bisa
diceritakan keindahan yang ada di tempat tersebut.

Sang atma melihat seekor anjing besar berwarna hitam pekat


menghampiri sang atma seraya duduk didepan sang atma, sang atma
yang betul – betul sudah mempelajari ajaran agama dengan baik dan
menerapkannya samasa hidupnya berkata dengan lembut “ uduh asu
selem idewa ( wahai sanga ajing hitam engkau ), aku tiada lain adalah
kakakmu dikehidupan yang lalu dimana pada saat di dalam
kandungan sang ibu engkau berwujud air ketuban ( yeh nyom )
engkau adalah adikku dalam kehidupan yang lalu dimana kita
bersama – sama lahir kedunia “ . mendengan perkataan sang atma
tersebut sang anjing hitam tersebut menunduk sambil menjilat sang
atma, terasa kesedihan dalam diri sang anjing, sambil berdoa dalam
hati sang anjing melepas kerinduannya kepada sang atma, selanjutnya
sang anjing meninggalkan sang atma.

Setelah itu sang atma kembali melanjutkan perjalanannya tidak


diceritakan jalan yang ditempuh, sampai sang atma sangat lelah dan
dahaga, timbul niat sang atma untuk berhenti melepas lelah di sebuah
pancuran yang ada didepannya, setelah tiba di pancuran tersebut
sang atma duduk disebuah batu yang ada disana. Tanpa disadari oleh
sang atma ada sekelompok bebutan ( sejenis raksasa ) melesat

Tutur Atma Prasangsa | 13


www.komangputra.com

menghampiri sang atma sambil mengepungnya, sambil bersorak


gembira bebutan tersebut mengepung sang atma bersiap untuk
memangsanya, dengan mengeluarkan senjata masing – masing para
bebutan tersebut bersiap untuk mengoyak dan menikam sang atma .

Sang atma berkata dengan sangat halus kepada kelompok bebutan


tersebut “ uduh idewa sang bebuthan sami, kalau memang boleh
jangan marah dengan keberadaan hamba disini, engkau sang bhawal,
sang badpamiad dan seterusnya ……… , engkau dan hamba adalah
sama, aku sudah menjadi atma sudah berada di alam niskala ( dialam
lain ), lebih baik engkau ke mercepada ( dunia ) disana keluaga hamba
telah mempersiapkan sesajen yang berhak untuk kalian nikmati,
idewa sang bhuta badmoti segehan bubuh dagianmu, idewa sang
bhuta mrajasela sekar ura punyamu, merupa bubur pirata sang bhuta
bhawal punyamu dan seterusnya ………….” Setelah mendengan
perkataan sang atma suci kelompok bebhutan tersebut segera
menghilang dari tempat tersebut.

Diceritakan sang atma sudah sampai di simpang tiga ( marga tiga ),


sang atma bermaksud untuk berhenti sejenak untuk beristirahat
namun belum sempat sang atma untuk duduk tiba – tiba terdegar
suara gemuruh yang sangat keras angin bertiup sangat kencang
semua hewan berlarian seperti ketakutan, namun sang atma tetap
tegar menunggu apa yang akan datang, secara tiba – tiba muncul
empat kala ( sejenis raksasa ) didepan sang atma rambutnya merah
dan kusut, sambil setengah menari ke-empat kala tersebut secara
bersamaan tertawa, suaranya sangat keras menyerupai gemuruh
guntur dan kilat, keempat kala tersebut berkata “ ini ada atma disini
tampaknya sangat enak untuk dimangsa “ mendengar perkataan
keempat kala tersebut sang atma menghaturkan sembah sambil
berkata dengan lembut “ uduh beli ( wahai kakakku ) sang
Jogormanik, sang Suratma, sang Maha kala adikku, begitu juga sang
Doro kala, hamba mohon engkau tidak menghlangi perjalanan hamba

Tutur Atma Prasangsa | 14


www.komangputra.com

karena engkau berempat dan aku tidak ada lain dan tiada bukan
adalah bersaudara, ketika engkau kecil sang angga pati yang pertama
sang prajepati yang kedua sang banas pati yang ketiga dan yang
keempat sang banaspati raja , didalam tubuh engkau juga memiliki
tempat seperti sang prajapati engkau di hati tempatmu dan
seterusnya …………….. begitulah keberadaan kalian semuanya, lebih
baik kalian berempat kerumah hamba di mercapada ( bumi ) disana
telah disiapkan saji darpana agung silakan dinikmati di sana.
Selanjutnya ijinkan saya melanjutkan perjalanan”.

Keempat kala tersebut berkata “ inggih sang atma suci silakan


melanjutkan perjalanan semoga engkau memperoleh sorga yang
utama” selanjutnya dicerikan sang atma dan sang kala berpissah,
sang atma melanjutkan perjalanannya menuju timur laut ( kaja kangin
/ airsenia ), setelah melewati beberapa rintanggan akhirnya sang atma
tiba disebuah taman yang sangat indah dan semerbak wangi dari
kembang yang tumbuh di sekitar taman tersebut airnya sangat suci
dan dingin taman tersebut bernama Pancaka Tirta, sang atma mandi
ditaman tersebut untuk mensucikan dirinya karena taman tersebut
adalah anugrah Ida Sang Hyang Wisnu untuk mensucikan atma yang
bendak menuju sorga.

Ketika sang atma sedang mandi berita tentang kedatangan sang atma
sudah tiba di swarga selanjutnya para dewa – dewi, bidadari
mempersiapkan penyambutan, dengan diiringi suara musik yang
sendu rombongan penyambut tersebut menuju tempat Pancaka Tirta
tempat sang atma mensucikan diri.

Diceritakan kembali sang atma yang telah selesai mandi berteduh


disebuah pohon untuk melepas lelah sambil menikmati pemandangan,
terdengan suara sayup – sayup musik yang sangat indah dari
kejauhan dengan diiringi bau harum yang semerbak, sang atma duduk
bersila sambil menunggu kedatangan suara tersebut, setelah
rombongan penjemput tersebut tiba sang atma menghaturkan sembah

Tutur Atma Prasangsa | 15


www.komangputra.com

bakti kepada para dewa yang mendekatinya.

Salah satu dari para dewa tersebut berkata “uduh dewa (wahai
engkau) sang atma engkau sangat taat, suci dan uttama kami semua
datang untuk menjemput kedatangan mu menuju sorga, kamu pantas
untuk mendapatkan sorga yang utama, yang akan kamu peroleh
adalah rumah yang terbuat dari emas yang terbaik”

Sang atma menghaturkan sembah seraya berkata “sembah sujud


hamba kehadapat para dewata semua hamba mohon jangan melebih –
lebihkan hamba sebenarnya hamba tidak mengetahui apa – apa,
hamba mohon ampun jika perkataan hamba ada yang salah “

Dewa tersebut berkata “itu memang benar dalam kehidupanmu di


dunia kamu telah sangat tulus dalam berbuat baik kepada dewa,
manusia, dan alam, menjalankan apa yang menjadi tugasmu tanpa
pambrih, tidak tergoda dan selalu menghaturkan sesajen walaupun
sekedar canang dan dupa, walaupun hanya dengan doa, yang penting
adalah ketulusan. Ingat dengan leluhur, beryadnya semampunya, nah
sekarang naiklah ke joli emas itu kita lanjutkan perjalanan menuju
sorga “

Setelah mendengan perkataan dewa tersebut sang atma tidak berani


membantah dan naik keatas joli emas yang sangat indah dihiasi
dengan manik dan batu permat, diceritakan rombongan tesebut telah
tiba di pintu gerbang menuju sorga didepan pintu gerbang tersebut
terdapat sebuah balai (bangunan) yang sangat indah dihiasi emas dan
permata, di tempat tersebut telah menunggu Rsi sorgawi untuk
menyucikan sang atma. Upacara penyucian untuk sang atma digelar
dengan sangat khusuk, setelah upacara tersebut selesai sang atma
diantar menuju sorga dan tempat yang terlah ditentukan, di tempat
tersebut sang atma bertemu dengan orang tua dan sanak saudaranya
yang telah terlebih dahulu menempuh perjalanan tersebut, sambil
menangis keluarga tersebut melepas kerinduannya.

Tutur Atma Prasangsa | 16


www.komangputra.com

Tidak diceritakan berapa lama sang atma berada di tempat tersebut


sampai akhirnya semua atma dijemput menuju Siwa Loka, tempat
bersatunya Atma dengan Parama-Atma atau Jiva dengan Brahman.

Tutur Atma Prasangsa | 17

Anda mungkin juga menyukai