KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kita panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas asung kerta wara
nugrahanya, kita senantiasa diberikan kekuatan, kesehatan, dan umur panjang, sehingga dapat
melaksanakan Dharma Agama dan Dharma Negara kita dengan sebaik-baiknya, melalui
pengamalan Sraddha dan mewujudkan Bhakti, dalam rangka mencapai kesejahteraan lahir dan
bathin (jagadhita) dan kebahagian yang kekal abadi (moksa).
Diksa adalah suatu upacara penyucian diri untuk mencapai tingkatan Dwijati. Diksa yang
memiliki tujuan untuk menyucikan diri secara lahir maupun bhatin sebagai jalan untuk mentransfer
pengetahuan ke-Tuhan-an (Brahmavidya). Setelah melakukan diksa, barulah seseorang disebut Dwi
Jati. Dengan diksa seseorang memperoleh daksina (penghormatan), dengan daksina seseorang
mencapai Sraddha (keyakinan yang teguh), melalui Sraddha seseorang akan mencapai Satya
(Tuhan)
…"Vratena diksam apnoti, diksayapnoti daksinam, daksinam sraddham apnoti sraddhaya satyam
apyate ".
Proposal ini dibuat untuk dapat memberikan informasi rencana seluruh kegiatan pediksaan,
sebagaimana yang akan dijelaskan secara cukup sistematis dan terperinci di dalam setiap bab
proposal ini. Untuk melaksanakan dan menyukseskan proses regenerasi sulinggih, mulai dari Tahap
Persiapan, Pra-Diksa, Proses Padiksaan, dan Pasca-Padiksaan, diperlukan adanya dukungan tenaga,
waktu, perhatian, sarana-prasarana pendukung, dan pendanaan. Untuk itu, panitia membutuhkan
dukungan dari semua pihak, baik dari perorangan maupun dari instansi-instansi, sehingga seluruh
rangkaian kegiatan dapat berjalan sesuai harapan.
Demikian hal ini disampaikan. Semoga kegiatan ini secara keseluruhan dapat berjalan lancar
dan sukses, serta memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan...............................................................................................4
1.2.1 Maksud..................................................................................................................4
1.2.2 Tujuan....................................................................................................................4
1.3 Dasar Kegiatan.......................................................................................................5
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN...........................................................................................6
2.1 Calon Diksa dan Guru............................................................................................7
2.2 Waktu dan Tempat.................................................................................................9
2.3 Susunan Kepanitiaan..............................................................................................9
2.4 Jadwal dan Susunan Acara...................................................................................12
BAB III ESTIMASI BIAYA DAN RENCANA SUMBER PENDANAAN...................................13
3.1 Rekapitulasi Estimasi Biaya.................................................................................13
3.2 Rencana Sumber Pendanaan................................................................................13
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................14
LAMPIRAN 1 SK. PHDI Jawa Barat Nomor: 001/SK/Parisada Prov.Jabar/I/2020, tanggal 17
Januari 2020 tentang Pengesahan dan Susunan Personalia Panitia Adhock Prosesi
Pencalonan Sulinggih sampai Ritual Dwijati.......................................................156
LAMPIRAN 2 Surat Pernyataan Calon Sulinggih Pinandita Ida Bagus Suciptha..........................18
LAMPIRAN 3 Fotocopy Rekening Bank.......................................................................................20
LAMPIRAN 4 Jadwal dan Susunan Acara......................................................................................21
LAMPIRAN 5 Rincian Biaya..........................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parisada Hindu Dharma Indonesia Jawa Barat (PHDI Jabar) merupakan Majelis Tertinggi
Umat Hindu Indonesia di Jawa Barat, yang salah satu fungsinya antara lain memasyarakatkan
ajaran Veda, Bhisama, dan Keputusan-Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia. Pada
tanggal 24 November 2019, PHDI Jabar melaksanakan Pesamuan Madya PHDI Jabar, dimana
salah satu program kerja yang disepakati adalah pembentukan Panitia Adhock Prosesi
Pencalonan Sulinggih, dalam rangka program regenerasi sulinggih dan mendampingi Ida
Pedanda Gede Putu Singarsa yang sudah sepuh, untuk menjamin kesinambungan pelayanan
kepada umat utamanya dalam pelaksanaan ritual keagamaan. Program ini menjadi prioritas
untuk segera dilaksanakan.
Sehubungan dengan program tersebut PHDI Jabar telah membentuk panitia Adhock
melalui Surat Keputusan PHDI Jabar Nomor : 001/SK/Parisada Prov.Jabar/I/2020, tanggal 17
Januari 2020 tentang Pengesahan dan Susunan Personalia Panitia Adhock Prosesi Pencalonan
Sulinggih sampai Ritual Dwijati.
Panitia sudah mulai bekerja dengan melaksanakan rapat-rapat untuk menampung usulan-
usulan dari umat melalui perwakilan Ketua Banjar se-Bandung Raya yang juga merupakan
anggota dari Panitia dimaksud serta anggota panitia lain yang merupakan representasi PHDI
Kota dan Kabupaten se-Bandung Raya. Dari dua pelaksanaan Rapat Pleno yang dilaksanakan,
pertama pada tanggal 23 Februari 2020 bertempat di Pura Wira Satya Dharma Ujung Berung
Bandung dan yang kedua tanggal 15 Maret 2020 dilaksanakan di Pura Wira Chandra Dharma
Secapa AD Hegarmanah Bandung, telah disepakati untuk mencalonkan Pinandita Ida Bagus
Suciptha sebagai calon Sulingih.
Langkah berikutnya adalah melakukan verifikasi terhadap calon yang dipilih untuk
memverifikasi persyaratan administratif berupa dokumen-dokumen yang menjadi persyaratan
yang harus dipenuhi, dan yang paling utama adalah kesediaan yang bersangkutan bersama istri
untuk mengikuti seluruh rangkaian prosesi dari persiapan sampai proses Diksa sebagai
Sulinggih, sesuai kriteria Ketetapan Sabha PHDI ke II No. V/KEP./PHDP/68, tentang Tata
Keagamaan (Kesulinggihan, Upacara dan Tempat Suci) dan Bhisama Sabha Pandita PHDI
Pusat Nomor 04/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/V/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan
Diksa Dwijati.
dan Guru Saksi yang akan membimbing dan membina beliau untuk siap melaksanakan Upacara
Padiksaan.
Untuk memperlancar terlaksanannya Upacara Padiksaan yang direstui Guru Nabe, Ida
Pedanda Gde Putu Singarsa, Guru Waktra Ida Pedanda Gde Kerta Arsa dan Guru Saksi Ida
Pedanda Gde Pidada Sebali Keniten serta keluarga besar calon diksa mengharapkan upacara
padiksaan tersebut di laksanakan di Grya Amertha Sari Lombok Nusa Tengga Barat yang
mengacu pada asal usul leluhur dan runtutan Upacara Pra Dikasa, Diksa dan Pasca Diksa dan
pemerajan dari calon Diksa.
Untuk melaksanakan dan menyukseskan proses regenerasi sulinggih, mulai dari Tahap
Persiapan, Proses Pediksaan, dan Pasca-Pediksaan, diperlukan adanya dukungan tenaga, waktu,
perhatian, sarana-prasarana pendukung, dan pendanaan. Pendanaan adalah tantangan utama
yang dihadapi oleh panitia saat ini dan ke depannya. Untuk itu, panitia membutuhkan dukungan
dari semua pihak, baik dari perorangan maupun dari instansi-instansi, sehingga seluruh
rangkaian kegiatan dapat berjalan lancer dan sukses.
a. Untuk meningkatkan kesucian diri guna dapat memperoleh bimbingan dari Guru Nabe,
Guru Waktra dan Guru Saksi
b. Untuk mengetahui secara keseluruhan prosesi dari pelaksanaan upacara, biaya dan sarana
prasana yang di perlukan dalam pelaksanaan Pra-Diksa, Diksa dan Pasca- Diksa.
5
a) Hasil Pesamuan Madya Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Jawa Barat yang
dilaksanakan di Bandung tanggal 24 Nopember 2019.
b) Surat Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Jawa Barat Nomor:
001/SK/Parisada Prov.Jabar/I/2020, tanggal 17 januari 2020 tentang Pengesahan dan
Susunan Personalia Panitia Adhock Prosesi Pencalonan Sulinggih Sampai Ritual Dwijati.
c) Hasil rapat terbatas Ketua Pengurus Harian PHDI Jabar dengan Ketua Paruman Pandita
PHDI Jabar, Ida Pedanda Gde Putu Singarsa.
d) Hasil rapat-rapat pleno dan proses verifikasi Panitia Adhock Prosesi Pencalonan Sulinggih
Sampai Ritual Dwijati.
e) Hasil musyawarah dan mufakat dengan Guru Nabe, Guru Waktra, Guru Saksi, dan Keluarga
Besar calon Sulinggih.
6
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kedudukan Pandita dalam masyarakat Hindu sangat mulia sehingga oleh umat Hindu di
Indonesia beliau disebut juga Sulinggih. Sulinggih artinya kedudukan yang utama. Di samping disebut
Sulinggih, Pandita disebut juga Sang Dwi Jati artinya orang yang telah lahir dua kali. Manusia
pertama- tama lahir dari seorang ayah dan ibu. Saat lahir dari ayah dan ibu manusia di samping lahir
dengan badan jasmaninya juga lahir dengan membawa karma wasana. Agama dan ilmu pengetahuan
berfungsi sebagai arsitek untuk membangun karma wasana tersebut, baik untuk mengembangkan
sifat-sifat yang baik maupun mengembangkan bakat dan minat yang terpendam untuk menjadi
ketrampilan dan keahlian. Kalau sifat-sifat baik ini dapat dikembangkan akan menjadi moral yang
luhur dan mental yang tangguh. Kalau hal itu dapat dipertahankan terus menerus akan sampai
menjadikan seseorang mencapai tingkat kesucian yang tinggi. Tingkat kesucian yang tinggi ini yang
akan membawa orang untuk lahir kedua kalinya. Lahir kedua kali inilah yang disebut Dwi Jati. Dwi
Jati inilah sesungguhnya merupakan kelahiran yang sebenarnya.
Dalam Manawa Dharmasastra II, 148 disebutkan, kelahiran yang diberikan oleh seorang Guru
Kerohanian yang mengajarkan seluruh Weda sesuai dengan peraturan dan mendapatkannya melalui
Sawitri Mantram, kelahiran itulah kelahiran yang sebenarnya serta terbebas dari umur tua dan
kematian. Dalam tradisi Hindu di Indonesia lahir dari kandungan ibu atau Deha Mata disebut lahir
pertama. Sedangkan lahir dari kandungan Weda atau Weda Mata disebut Dwi Jati. Lahir dari ibu, baru
memiliki kesadaran duniawi sedangkan lahir dari kandungan Weda sudah mencapai kesadaran rohani.
Untuk dapat menjadi Dwi Jati sesungguhnya tidaklah hanya dilihat dari aspek formal upacara.
Sebelum itu haruslah dipersiapkan dengan matang sesuai Sastra Weda.
Sesungguhnya proses untuk menjadi seorang Pandita atau Dwi Jati tidaklah dapat dipersiapkan
dengan jalan menghafalkan doa-doa untuk mengantarkan suatu upacara agama saja. Harus diawali
dengan membangun niat ke arah kehidupan spiritual untuk menguasai diri.
Penguasaan diri itu dalam kitab Ayur Weda XX, 25 diawali dengan melakukan bratha (disiplin
diri). Kalau proses brata ini dapat dilakukan dengan sukses barulah boleh seseorang melakukan diksa
(penyucian diri). Setelah melakukan diksa, barulah seseorang disebut Dwi Jati. Dengan diksa
seseorang memperoleh daksina (penghormatan), dengan daksina seseorang mencapai Sraddha
(keyakinan yang teguh), melalui Sraddha seseorang akan mencapai Satya (Tuhan) …"Vratena diksam
apnoti, diksayapnoti daksinam, daksinam sraddham apnoti sraddhaya satyam apyate ".
Brata itu bukanlah suatu penyiksaan diri secara berlebihan. Brata artinya janji diri yang tumbuh
dari niat sendiri untuk melakukan suatu disiplin yang bersifat jasmani dan disiplin rohani. Tujuan
brata tersebut agar seorang calon Dwi Jati sehat jasmani dan sehat rohani. Seorang Dwi Jati dalam
melakukan swadharma-nya harus didukung oleh jasmani yang sehat dan rohani yang tangguh serta
wawasan tentang Weda yang memadai. Semua proses brata untuk mempersiapkan diri menjadi
seorang Dwi Jati diuraikan dalam beberapa Lontar seperti Sila Krama, Wretthi Sesana, Siwa Sesana,
dan lain sebagainya. Proses tersebut dilukiskan dalam prosesi Upacara Padiksaan untuk menjadi Dwi
Jati.
Melalui keyakinan terhadap kebenaran diksa ini, mengantarkan umat memahami Veda dan
melalui diksa pula umat Hindu memiliki kewenangan belajar dan mengajarkan Veda. Dengan
demikian diksa memiliki kedudukan sebagai institusi yang bersifat formal. Melalui pelaksanaan diksa
seseorang menjadi Brahmana, "janmana jayate sudrah samskarairdvija ucyate" semua orang lahir
sebagai sudra melalui diksa/dvijati seseorang menjadi Brahmana).
Sesuai rapat pleno Panitia Adhock Prosesi Pencalonan Sulinggih sampai Ritual Dwijati, telah
ditetapkan sang calon Sulinggih (Diksita) yaitu Pinandita Ida Bagus Suciptha dan Jro Widya
Swari. Selanjutnya, untuk dapat mengikuti pelaksanaan diksa yang memiliki tujuan untuk
menyucikan diri secara lahir maupun bhatin sebagai sarana atau jalan untuk mentransfer pengetahuan
ke-Tuhan-an (Brahmavidya), peran para guru begitu sentralnya.
Dalam lembaga diksa dvijati kedudukan Guru Nabe begitu sentralnya, yakni memiliki hak
prerogatif terhadap sisya-nya. agar tidak terjadi pengingkaran terhadap sasana/dharmaning kawikon.
Maka demi menegakkan Dharma berdasarkan ketentuan sastra, seseorang yang akan menjadi Pandita
wajib mengangkat Guru Nabe (manavaguru), Guru Vaktra, Guru Saksi, selain Siddha Guru ataupun
Divya Guru.
Melalui media Guru Nabe, sekaligus sebagai pembimbing moral dan spiritual. Dengan
melaksanakan diksa, umat Hindu disebut Sadhaka atau Pandita yang meliputi berbagai nama abhiseka
seperti : Pedanda, Bhagawan, Mpu, Dukuh, Danghyang, Acarya, Rsi, Bhiksuka, Vipra, Sadhu,
8
Brahmana, Brahmacari, Sannyasi, Yogi, Muni dan lain-lain yang memiliki kewenangan melakukan
bimbingan Dharmopadesa maupun Lokapalasraya kepada umat.
Guru Nabe
Seorang calon Sulinggih sebelum didiksa harus memilih Nabe yang dianggap nyambung
dengan keterikatan batin. Di sisi lain, seorang Nabe juga harus cermat menerima Nanak atau anak
rohaninya. Ditambahkan Sandika, dalam tradisi aguron-guron, sang calon Diksita atau yang akan
menjadi Sulinggih, hendaknya memilih tiga Nabe yang utama, yakni Nabe Napak, Nabe Waktra, dan
Nabe Saksi. Dalam proses memilih Nabe pun bukanlah perkara mudah, sebab melalui Ala-Ayu
Nunggal, yakni ada ikatan batin yang kuat antara calon Diksita degan Nabe. Oleh karena itu, bagi
calon Diksita diperkenankan mengunjungi beberapa Nabe untuk berdiskusi dan 'nyambung rasa'. Dan,
jika tidak ada rasa itu (nyambung rasa), diperkenankan memilih Nabe yang lain. Nabe pun demikian,
sangat memerlukan kecermatan untuk menerima Nanak atau Anak Rohani, sebab apapun nantinya
Sang Nabe yang bertanggung jawab terhadap segala kemungkinan terburuk sekali pun.
Guru Waktra
Guru Waktra yaitu Pandita yang secara teknis mengajar calon Diksa. Ida Pedanda Gde Kerta
Arsa berdomisili di Griya Amertha Sari Pagesangan Mataram-NTB, yang Juga Sebagai Ketua
Paruman Sulinggih di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Dharma Upavati di Parisada Hindu Darma
Indonesia Wilaya Nusa Tenggara Barat.
Beliau ditunjuk Langsung Oleh Adhi Guru Nabe untuk sebagai Guru Waktra Calon Diksa yang
akan menuntun, membimbing serta mengarahkan, segala aturan yang terkait terhadap Sesana dan
sistem kesulinggihan baik secara formil maupun non-formil dan sekaligus Penanggung Jawab dalam
Pelaksanaan Upakara Upacara Padiksan di Pamerajan Griya Amertha Sari Pagesangan Mataram
Lombok Barat.
Guru Saksi
Guru Saksi adalah juga seorang Pandita yang berfungsi sebagai pengawas tentang benar dan
tidaknya pelajaran yang dipelajari oleh calon Diksa, baik yang didapatkan dari Guru Waktra maupun
dari diri sendiri. Ida Pedanda Gede Pidada Sebali Keniten berdomisili di Griya Amertha Jati
Pagesangan Mataram-NTB yang juga sebagai Wakil Ketua di Paruman Sulinggih di wilayah Nusa
Tenggara Barat.
9
Beliau ditunjuk sebagai Guru Saksi dari calon Diksa yang ruang lingkupnya adalah sebagai
saksi dalam Proses Penuntunan, Pembimbingan serta pengarahan aturan, Sesana Kesulinggihan serta
pelaksanaan upacara dan upakara dari awal sampai akhir acara Padiksaan.
Ketiga Guru rokhani inilah yang menentukan tentang siap dan tidaknya seorang calon Diksa
untuk di-Dwi Jati secara formal ritual. Sebelum calon Diksa mendapat gelar Diksa terlebih dahulu
harus melakukan prosesi upacara yang disebut amati raga, amari sesana, amari aran dan amari wesa
amati raga artinya calon Diksa haruslah sudah mampu menguasai hawa nafsunya.
Raga dalam bahasa Sanskerta artinya hawa nafsu. Amati dalam hal ini bukanlah berarti
membunuh secara fisik alat-alat indria itu. Amati raga lebih tepat diartikan membunuh sifat-hawa
nafsu untuk menguasai pikiran atau manah. Amari sesana artinya disiplin dan kebiasaan waktu walaka
diganti dengan tradisi kehidupan seorang Dwi Jati yang jauh lebih ketat dari walaka. Sedangkan amari
aran artinya menggantikan namanya saat walaka dengan nama baru sebagai Dwi Jati. Nama Dwi Jati
ini diberikan oleh Guru Nabe. Amari wesa artinya seorang Dwi Jati tidak boleh lagi mengenakan
pakaian dan atribut lainnya seperti waktu walaka.
Hari/Tanggal
: Minggu/28 Maret 2021
Waktu
: 07:00 WITA - Selesai
Tempat
: Griya Amertha Sari Pagesangan Mataram – NTB
a) Panitia Adhock Prosesi Pencalonan Sulinggih sampai Ritual Dwijati yang ditetapkan
melalui Surat Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Jawa Barat Nomor :
001/SK/Parisada Prov.Jabar/I/2020, tanggal 17 januari 2020.
b) Panitia Padiksaan Pinandita Ida Bagus Suciptha dan Jro Widya Swari yang akan
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Maret 2021 di Griya Amertha Pagesangan
Mataram – NTB, sesuai hasil musyawarah dan mufakat dengan Guru Nabe, Guru Waktra,
Guru Saksi, dan Keluarga Besar calon Sulinggih.
10
I. Penasehat:
1. Ketua PHDI Jawa Barat : DR. Made Widiada Gunakaya, SA., SH., MH.
2. Ketua PSN Korwil Jabar : JM. Gusti Made Arya, SE.
3. Sekretaris PHDI JABAR : Ir. Ida Bagus Rai Adnyana, M.Fil
II. Panitia Adhock:
Ketua : Drs. Anak Agung Gede Anom, MT
Wakil Ketua : I Ketut Wiguna, ST.
Sekretaris : Ir. I Ketut Darsumantra
Sekretaris-2 : Ir. Nengah Widiada
Bendahara : Ir. IGP Raka Astawa
Bendahara-2 : Ir. I Putu Yasa, MT.
III. Anggota:
1. Prof. Ketut Adnyana
2. Drs. Nyoman Sukadana 10. I Nengah Mertha
3. I Wayan Suanda, SE. 11. I Ketut Arsana
4. I Nyoman Lasiana, MM 12. I Wayan Sukertha
5. Drh. A. Agung Adnyana 13. Ir. I Ketut Nunas
6. Made Artika 14. I Nyoman Sarjana
7. Ir. Wayan Bagiadra 15. Nengah Kastika
8. Cening Sadiana, 16. Nengah Diastha
9. Wayan Sumardika 17. I Made Rai Netra
Panitia Pelaksana:
Ketua : Ida Bagus Satwika
Wakil Ketua 1 : Ida Bagus Jaya Kusuma
Wakil Ketua 2 : Ida Bagus Sarjana
Sekretaris : Ida Bagus Cakra Bawa
Bendahara : Gusti Istri Sukerti
11
Kepanitiaan berfungsi sebagai pelaksana kebijakan organisasi dalam upaya melaksanakan suatu
program kerja dan bertanggungjawab kepada seluruh pengurus organisasi. Adapun tujuan umum
pembentukkan kepanitiaan adalah :
Demikian penjelasan tentang makna dari proses pediksaan, tahapan pelaksanaan kegiatan,
aspek- aspek penting dalam proses pediksaan, dan jadwal pelaksanaan serta susunan acara, semoga
dapat memberikan gambaran yang cukup lengkap kepada kita semua, sehingga kita dapat mengikuti
dan memberikan dukungan sepenuhnya pada setiap tahapan rangkaian kegiatan tersebut. Atas asung
kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, semoga seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan
baik dan lancar.
13
BAB III
ESTIMASI BIAYA DAN RENCANA SUMBER PENDANAAN
Untuk melaksanakan dan menyukseskan proses regenerasi sulinggih, mulai dari Tahap
Persiapan, Proses Pediksaan, dan Pasca-Pediksaan, diperlukan adanya dukungan tenaga, waktu,
perhatian, sarana-prasarana pendukung, dan pendanaan. Pendanaan adalah tantangan utama yang
dihadapi oleh panitia saat ini dan ke depannya. Pada bagian ini akan disajikan rekapitulasi total
kebutuhan biaya, perincian biaya, dan rencana sumber pendanaan.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan seluruh
rangkaian kegiatan mulai dari tahap Persiapan di Bandung dan tahap Pra-Diksa, Diksa, serta Pasca-
Diksa di Mataram, berikut ini adalah rekapitulasi estimasi biaya:
Untuk perincian biaya masing-masing tahapan kegiatan dapat dilihat dalam beberapa table
perincian pada Lampiran 5.
3.2 Rencana Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan tersebut di atas, antara lain berasal dari:
Iuran umat Hindu se-Bandung Raya
Partisipasi pura-pura se-Bandung Raya
PHDI Kota/Kabupaten
Bantuan pemerintah
Donasi berbagai pihak baik perorangan maupun institusi. Donasi bersifat tidak mengikat.
Demikian penjelasan tentang perincian biaya, rekapitulasi biaya, dan rencana sumber
pendanaan terkait dengan pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan pediksaan semoga dapat
memberikan gambaran yang menyeluruh kepada kita semua, berkenaan dengan total kebutuhan dana
dan masing-masing alokasinya.
14
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dan semoga dapat memberikan informasi rencana seluruh
kegiatan, sebagaimana yang telah dijelaskan secara cukup sistematis dan terperinci dalam bab-bab
sebelumnya. Untuk menyukseskan seluruh kegiatan, diperlukan adanya dukungan dari semua pihak
dalam berbagai bentuk, baik tenaga, waktu, perhatian, fasilitas pendukung, dan pendanaan. Setiap
partisipasi dan dukungan akan sangat berarti dan bermakna bagi kegiatan ini.
Tiada henti-hentinya doa yang kita panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa semoga kita
semua senantiasa diberkati kekuatan, kesehatan, dan kesuksesan, sehingga kita senantiasa dapat
melaksanakan Dharma Agama dan Dharma Negara kita, sebagai wujud bhakti kita kehadapan Tuhan,
sesama, dan lingkungan sekitar kita, khususnya Bandung Raya, dan Jawa Barat pada umumnya.
Semoga kegiatan ini secara keseluruhan dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan.
Bagi yang berkenan memberikan bantuan dan dukungannya, dapat menyampaikan kepada
panitia melalui:
Dana Punia
Rekening Bank Mandiri KCP Bandung Soekarno–Hatta,
No. Rekening 130 – 00 – 1001193 – 3 , atas nama Parisada Hindu Dharma Indonesia
Jawa Barat
LAMPIRAN 1
16
17
18
LAMPIRAN 2
19
20
LAMPIRAN 3
21
detail, masing-masing kegiatan diperinci sesuai tabel jadwal pelaksanaan kegiatan dan susunan acara di bawah ini:
1. PRA DIKSA
1 Minggu 14 Pebruari 2021 Griya Amertha Sari, Pagesangan Pembetukan Panitia Kepanitiaan Fix
Timur, Mataram NTB
Bersih- bersih
Para Sulinggih
11 Rabu, 24 Maret 2021 3. Pura Batu Bolong Senggigi Mapinton Segara Gunung
4. DIKSA
arsa / Mepuja.
Mataram NTB
Minggu, 28.Maret 2021 Griya Amertha Sari Ngadegang Sanggar Kraman
Pagesangan Timur Maring Utara Marep.
24
Mataram NTB
6 Minggu 28.Maret 2021 Griya Amertha Sari Pagesangan Upacara Ring Harepan Sang
Timur Adhiguru Mapuja
Mataram NTB
7 Minggu, 28 Maret 2021 Griya Amertha Sari Pagesangan Upakara Ring Harepan Guru Saksi
Timur Kewala Tan Milu Anapak Sang
Diniksan.
Mataram NTB
8 Minggu, 28 Maret 2021 Griya Amertha Sari Pagesangan Upakara Pangaskaran, Magenah Ring
Timur, Mataram NTB Harepan Sang Adi Guru Mapuja
Pagesangan Timur
Mataram NTB
25
5. PASCA DIKSA
Pagesangan Timur
Matarm NTB
Pagesangan Timur
Mataram NTB
Mataram NTB
26
Biaya Pra-Diksa
No Kegiatan Satuan Volume Jumlah
3. Kegiatan Pra-Diksa
3.1 Persiapan :
Pembentukan Panitia ls 1 500.000,-
Konsumsi Penyiapan tempat untuk 50 orang Prasmanan 1 1000.000,-
Pasang Terob set 1 10.000.000,-
Punia 11 Pandita (@ Rp. 500.000,-) orang 11 5.500.000,-
Mejauman ls 1 10.000.000,-
Matur Piuning 3 Merajan ls 1 6.000.000,-
Mapiton dan Segara Gunung ke 4 Pura ls 4 10.000.000,-
3.2 Diksa Pariksa oleh lembaga PHDI : Diksa pariksa
3.3 dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan calon ls 1 3.000.000,-
3.4 diksa dan pemenuhan terhadap persyaratan untuk
menjadi sulinggih.
3.5 Pelaksanaan berdasarkan surat permohonan yang
diajukan oleh calon diksa selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan sebelum hari pediksaan
3.6 Mecaru ls 1 1.000.000,-
3.7 Mlaspas Sarana Upacara ls 1 1.000.000,-
48.000.000,-
SUB TOTAL 3
27
Biaya Padiksaan
No Kegiatan Satuan Volume Jumlah
4. Proses Pediksaan
4.1 Amati Raga, Penyekeban ls 1 2.700.000,-
Ngadegang Sanggar Surya-Sewana Munggah
Biaya Pasca-Padiksaan
No Kegiatan Satuan Volume Jumlah
5. Pasca Diksa
5.1 Ngelinggihang Weda ls 1 6.000.000,-
5.2 Gotong Royong dan Pembubaran Panitia Diksa di ls 1 2.000.000,-
Griya Amertha Sari Pagesangan Timur
Mataram NTB