Anda di halaman 1dari 9

UPACARA NELU BULANIN

Oleh :

Nama : Ni Made Dwi Ayu Reni Saputri

NPM : 1741121088

Kelas : B1

JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS WARMADEWA TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nelu Bulanin atau Upacara Tiga Bulanan bayi termasuk salah satu upacara untuk
bayi yang baru lahir, upacara nelu bulanin perlu dilaksanakan karena di dalam
upacara tersebut bayi akan diupacarai yang dengan keyakinan umat hindu dapat
berguna untuk melindungi anak dari pengaruh panca indria dan sebagai bentuk
syukur atas kelahiran anak tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa definisi dari upacara Nelu Bulanin


 Apa saja tujuan upacara Nelu Bulanin
 Bagaimana prosesi dari upacara Nelu Bulanin

1.3 Tujuan

 Mengetahui definisi dari acara Nelu Bulanin


 Mengetahui tujuan dari upacara Nelu Bulanin
 Mengetahui bagaimana prosesi dari upacara Nelu Bulanin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Upacara Tiga Bulanan atau Nelu Bulanin adalah upacara yang dilakukan pada
saat bayi berumur 105 hari, atau tiga bulan dalam hitungan pawukon.
Upacara tiga bulanan dan otonan sebaiknya dilaksanakan tepat pada harinya, yaitu
: untuk tiga bulan, pada hari ke 105 setelah kelahiran. Upacara otonan pertama
setelah berumur 6 bulan kalender Bali : 6x35 hari = 210 hari setelah kelahiran.
Ketika berusia 105 hari organ tubuh bayi sudah sempurna dalam arti panca
indranya sudah aktif, peredaran darah dan pencernaannya sudah normal. Aktifnya
panca indra membawa dampak positif dan negatif pada kesucian atman (roh).

2.2 Tujuan Upacara Nelu Bulanin

Tujuan upacara Nelu Bulanin yaitu :


1. Menyiapkan anak untuk waspada akan pengaruh-pengaruh panca indria.
2. Mengucapkan terima kasih kepada kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang
telah menjaga bayi sejak dalam kandungan sampai lahir yaitu Nyama Bajang,
dan Kandapat.
3. Bayi sudah menjadi "manusia" dan boleh diberi nama dan kakinya boleh
menginjak tanah.

2.3 Prosesi

Prosesi Upacara Nelu Bulanin yaitu :

1. Sarana
a) Upakara kecil : panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara
dan tataban.
b) Upakara besar: panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten
kumara, tataban, pula gembal, banten panglukatan, banten turun tanah
2. Waktu

Upacara ini dilakukan pada saat anak berusia 105 hari. Bila keadaan tidak
memungkinkan, misalnya, keluarga itu tinggal di rantauan dan ingin
upacaranya dilangsungkan bersama keluarga besar sementara si anak terlalu
kecil untuk dibawa pergi jauh, upacara bisa ditunda. Biasanya digabungkan
dengan upacara 6 bulan.
3. Tempat
Seluruh rangkaian upacara bayi tiga bulan dilaksanakan di lingkungan rumah.

4. Pelaksana

Upacara ini dipimpin oleh Pandita atau Pinandita.

5. Tata cara

a) Pandita / Pinandita memohon tirtha panglukatan


b) Pandita / Pinandita melakukan pemujaan, memerciki tirtha pada sajen
dan pada si bayi
c) Bila si bayi akan memakai perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung
dan lain-lain, terlebih dahulu benda tersebut diparisudha dengan
diperciki tirtha.
d) Doa dan persembahyangan untuk si bayi, dilakukan oleh ibu bapaknya
diantar oleh Pandita / Pinandita.
e) Si bayi diberikan Tirtha Pengening (Tirtha Amertha) kernudian
ngayab jejanganan.
f) Terakhir si bayi diberi natab sajen ayaban, yang berarti memohon
keselamatan.

6. Urutan Upacara

a) Ayah dan Ibu bayi mebiakala dengan tujuan menghilangkan cuntaka


karena melahirkan.
b) Nyama bajang dan kandapat "diundang" untuk dihaturi sesajen sebagai
ucapan terima kasih karena telah merawat bayi sejak dalam kandungan
sampai lahir dengan selamat. Tattwa yang sebenarnya adalah syukuran
kehadapan Hyang Widhi atas kelahiran bayi.
c) Si Bayi natab banten bajang colong artinya menerima lungsuran
(prasadam) dari "kakaknya" yaitu kandapat (plasenta: ari-ari, getih,
lamas, yeh-nyom)
d) Si Bayi "mepetik" (potong rambut, digundul, menghilangkan rambut
"kotor" yang dibawa sejak lahir).
e) Si Bayi "mapag rare" (disambut kelahirannya) di Sanggah pamerajan,
memberi nama, dan menginjakkan kaki pertama kali di tanah didepan
Kemulan.
f) Si Bayi menerima lungsuran (prasadam) Hyang Kumara yaitu
manifestasi Hyang Widhi yang menjaga bayi.
g) Si Bayi "mejaya-jaya" dari Sulinggih, yaitu disucikan oleh Pendeta.

7. Symbol
Symbol (niyasa) yang digunakan dalam upacara Tiga Bulanan yaitu :
a) Regek yaitu anyaman 108 helai daun kelapa gading berbentuk
manusia, sebagai symbol Nyama Bajang.
b) Papah yaitu pangkal batang daun kelapa gading sebagai symbol ari-ari.
c) Pusuh yaitu jantung pisang sebagai symbol getih (darah).
d) Batu sebagai symbol yeh-nyom.
e) Blego sebagai symbol lamas.
f) Ayam sebagai symbol atma.
g) Sebuah periuk tanah yang pecah sebagai symbol kandungan yang
sudah melahirkan bayi.
h) Lesung batu sebagai symbol kekuatan Wisnu.
i) Pane symbol Windu (Hyang Widhi).
j) Air dalam pane symbol akasa.
k) Tangga dari tebu kuning sepanjang satu hasta diberi palit (anak
tangga) tiga buah dari kayu dapdap sebagai symbol Smara-Ratih
(Hyang Widhi yang memberi panugrahan kepada suami-istri).

8. Mantram

a) Mantram panglepas aon

 Mantram 1 :

Pukulun Bhatara Bhrahma,Bhatara Wisnu, Bhatara lswara,


manusanira (nama anak) anglepas aon, ipun ribatara tiga,
pukulun anyuda leteh ipun, teka sudha, teka sudha, teka sudha,
lepas malanipun.

Artinya :

Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Bhatara


Brahma, Wisnu, lswara. Hamba (nama anak) lepas aon,
membersihkan kekotorannya sehingga menjadi suci dan bebas
dari kesengsaraan atau penderitaan.

 Mantram 2 :

Pukulun kaki sambut, nini sambut, tanedanan sambut agung


tanedanan sambut alit, yen lunga mangetan, mangidul,
mangalor, mangulon, mwang maring tengah, atmane si jabang
bayi, tinututan dening pawatek dewata, pinayungan kala
cakra, pinageran wesi, sambut ulihakena atma bayu
premanane si jabang bayi maka satus delapan, amepeki raga
sariranipun.
Artinya :
Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai kaki
sambut, nini sambut, tanpa kecuali sambut besar dan kecil,
perkenankanlah hamba memohon apabila roh si jabang bayi
barangkali ia pergi ke Timur, Selatan, Barat, Utara dan berada
di Tengah, agar selalu mendapat perlindungan dari para
Dewata ibarat dipayungi oieh Kalacakra dan pagar besi.
Selanjutnya kembalikanlah kesempurnaan roh si bayi ke
badannya.

b) Mantram mengelilingi lesung (simbul tanam).

Pukulan Kaki Prajapati, Nini Prajapati, Kaki Citragotra, Nini


Citragotri, ingsun aneda sih nugraha ring kita sambuta, ulapi atmane
si anu (nama anak) manawi wenten atmanipun angati ring pinggiring
samudra, ring tengahing udadi, ndaweng ulihakena ring awak nia si
anu (sebut nama anak), depun tetap mandel kukuh, pageh aweta urip. 
Om ayu werdhi, yasa werdhi pradnya suka sriyah dharma santana
wredisca, santute sapta wredhayah.

Artinya :

Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Kaki Prajapati,


Nini Prajapati, Kaki Citragotra, Nini Citragotri (empat saudara: air
tuba, lendir / lamad, ari-ari, darah) hamba mohon kehadapan-Mu suatu
kehidupan yang sejahtera lahir batin, diberikan panjang umur,
dijauhkan dari penyakit dan mara bahaya.

c) Mantram menurunkan bayi (menginjak tanah).

Pukulun Kaki Citragotra, Nini Citragotri, ingsung minta nugraha


nurunaken rare ring lemah, turun ayam ameng-ameng sarwa kencana
sri sedana, katur ring Bhatari Mangkurat, Bhatari Wastu, Bhetari
Kedep makadi Kaki Citragotra, Nini Citragotri, iki aturanipun
srahatan aweta urip waras, dirgha yusa, tan keneng geget,
wewedinan, asung ana aweta urip, waras teguh timbul, abusana kulit,
akulit tembaga, aotot kawat, abalung wesi, anganti atungkel
bubungan, angantos batu makocok, ulihakena pramana nama maka
satus dua lapan maring raga waluna nta si jabang bayi

Artinya :

Om Hyang Widhi Wasa, hamba mohon wara nugraha-Mu dengan


turunnya bayi ke tanah, turun ayam, bermain-main dan memakai harta
benda emas perak yang berharga untuk dipersembahkan kehadapan-
Mu. Inilah persembahan hamba guna mohon keselamatan jasmani dan
rohani.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Upacara nelu bulanin sangat perlu dilakukan karena dari bayi masih di dalam
kandungan, sudah terdapat upacara untuk menyucikan diri bayi tersebut, terbukti
dari prosesi acara tersebut, bayi diberikan tirta serta mantram mantram yang suci,
rangkaian upacara tersebut salah satunya adalah upacara nelu bulanin atau tiga
bulanan bayi.

3.2 Saran

Dewasa ini banyak orang tua yang melewatkan upacara-upacara untuk anak
mereka tidak terkecuali upacara nelu bulanin ini, perkembangan teknologi dan
jaman modern tidak boleh menghalangi orang tua dalam melaksanakan upacara-
upacara untuk anak mereka
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=630&ei=W4thWoHeDsL18gW2s6zQCg&q=sejarah+nelu+bulanin&
oq=sejarah+nelu+bulanin&gs_l=psy-
ab.3...3230804.3240564.0.3241276.20.20.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.psy-
ab..20.0.0....0.gAYmhNTBTDA

http://ibn.adreach.co/ads-request?
j=9&i=178191854&t=2&s=I04132151634535377669&a=http://agussumaastika.blog
spot.com/2016/12/upacara-nyambutin-tiga-bulanan-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai