Anda di halaman 1dari 17

ARTI DAN LATAR BELAKANG WARIGA

A. Pengertian Wariga
Hingga saat ini masih bermacam-macam pendapat orang mengenai arti kata Wariga.
Jadi belum ada kesatuan pendapat mengenai hal tersebut.
Di bawah ini ditulis beberapa pendapat yang terdapat dalam beberapa buah
buku/majalah :
Warta Hindu Dharma nomor 42 Th. III 12 Maret 1971, yang direkomendasi oleh
Parisada Hindu Dharma Pusat, menyatakan bahwa istilah Wariga berasal dari : Wara =
yang mulia, i = menuju, ga = jalan. Jadi kata Wariga berarti petunjuk jalan untuk mencapai
yang mulia (berbahagia).
Menurut Acara (Sadacara) (1981 : 38), yang disusun oleh I Gede Bajrayasa Cs,
bahwa Wariga terdiri atas dua kata, yaitu : Wara yang berarti puncak atau istimewa, dan Ga
yang berati terang. Wariga adalah jalan untuk mendapatkan keterangan dalam usaha untuk
mencapai tujuan dengan memperhatikan hidup matinya hari.
Sedangkan Sarining Wariga (1981), yang disusun oleh I Ketut Guweng menyatakan
bahwa : kata wariga dapat diperkirakan berasal dari kata : Wara yang berarti mulia
(sempurna), I yang artinya menuju (mengarah), dan Ga yang berarti jalan. Jadi Wariga
ialah jalan menuju yang mulia (sempurna)
Sedangkan Kamus Jawa Kuna-Indonesia (1981: 664) yang disusun oleh L.
Mardiwarsito menyatakan, bahwa Wariga adalah juru nujum, yang bertugas mencari
hari/saat yang baik untuk berbagai keperluan di desa.
Selanjutnya Panuntun Padewasaan/Wariga (1984 : 5), yang disusun oleh I Wayan
Tusan dinyatakan bahwa Wariga artinya Warah ring raga yaitu petunjuk bagi kita. Wariga
adalah memuat baik buruknya hari untuk melakukan suatu pekerjaan atau yadnya tertentu.
Ada lagi pendapat lain, bahwa Wariga adalah suatu ilmu yang
membicarakan/memperhitungkan baik burukya hari untuk melakukan suatu pekerjaan atau
yadnya tertentu.
Demikianlah bermacam-macam pengertian mengenai wariga. Sebagai dasar pokok
dari wariga adalah Jyotisa (Astrologi) karena itu wariga erat kaitannya dengan pengaruh-
pengaruh alam semesta.
B. Latar Belakang Timbulnya Wariga
Dalam buku Cundamani (Tt : 13) yang disusun oleh Putra disebutkan bahwa tujuan
agama adalah Jagadhita dan Moksa. Jadi agama Hindu berfungsi untuk menuntun umat
manusia untuk berbuat agar mendapatkan kesejahteraan lahir batin di dunia dan
mendapatkan moksa yakni bersatunya Jiwatman dengan Paramātman di akhirat.
Berkenaan tujuan tersebut, maka Catur Purusartha adalah merupakan pegangan atau
pedoman hidup, yang terdiri dari: (1) Dharma = kebenaran, (2) Artha = benda/materi, (3)
Kama = kesenangan/nafsu, dan (4) Moksa = kebahagiaan yang abadi di akhirat. Untuk
kebahagiaan (kesejahteraan lahir batin) di dunia diperlukan adanya Artha dan Kama.
Karenanya usaha-usaha ke arah itu mutlak perlu, tetapi harus diingat, hendaknya selalu
dilandasi dengan dharma (kebenaran), sehingga nantinya bisa menuju moksa yang
merupakan tujuan akhir dari agama Hindu. Jadi jelas bahwa agama Hindu tidak saja
memberi tuntunan hidup spiritual, tetapi juga memberi tuntunan untuk mencapai
kesejahteraan hidup serta kerukunan dalam keluarga maupun masyarakat.
Intisari ajaran agama Hindu ialah Panca Sraddha yaitu : (1) Widhi Sraddha, (2)
Atma Sraddha, (3) Karmaphala Sraddha, (4) Punarbhawa Sraddha, dan (5) Moksa
Sraddha, sebagai penerapannya dalam kehidupan ialah Catur Marga yang meliputi : (1)
Bhakti Marga, (2) Karma Marga, (3) Jnana Marga, dan (4) Yoga Marga.
Yadnya yang merupakan suatu persembahan atau pengorbanan suci yang dilakukan
secara tulus ikhlas terhadap Ida Sang Hyang Widhi termasuk manifestasi dan ciptaan beliau
adalah merupakan sarana Catur Marga.
Memperhatikan tujuan agama Hindu sebagaimana tersebut di atas, maka umat Hindu
di samping melakukan yadnya juga harus melakukan kegiatan- kegiatan lain yang
ditunjukkan kepada kesejahteraan hidup lahir batin. Demi semua kegiatan, baik yadnya
maupun yang untuk kebutuhan hidup dapat dilaksanakan dengan baik, hendaknya semua
kegiatan dilakukan pada hari-hari yang dianggap baik sebagaimana tersebut dalam ajaran
Wariga. Inilah yang merupakan latar belakang dari timbulnya wariga.
Di samping itu Jyotisa yang menjadi dasar ajaran Wariga merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari Weda. Jyotisa adalah pelengakap Weda, tergolong kelompok
Wedangga, yang merupakan batang tubuh dari Weda, karena itu Wariga tidak bisa
dipisahkan dari ajaran agama Hindu.
PENGETAHUAN DASAR AJARAN WARIGA

Pengetahuan dasar ajaran Wariga ialah pengertian tentang wewaran, wuku,


tanggal/panglong, sasih dan dawuh yang menurut buku Acara (Sadacara) didalilkan
sebagai berikut :
wewaran alah dening wuku,
wuku alah dening tanggal/ panglong,
tanggal/panglong alah dening sasih,
sasih alah dening dawuh.

Menurut Warta Hindu Dharma Nomor 42 Th. 1971 ditambah lagi dengan “Dawuh
alah dening de Ning” masudnya, suatu perhitungan dawuh yang baik belum dapat
dikatakan mutlak baik bila Ning (perasaan) masih mengingkari. Jadi yang memegang
peranan utama adalah Perasaan (kepuasan hati). Untuk mencapai kepuasan hati dalam
melaksanakan sesuatu orang harus mempunyai pegangan kuat dengan memperhitungkan
pengaruh alam terhadap sekitarnya. Peranan kedua dawuh, ketiga tanggal/panglong,
keempat sasih, kelima wuku, dan peranan keenam adalah wewaran.

A. Wuku
1. Nama Wuku
Jumlah wuku ada 30 buah yang masing-masing 7 hari mulai dari Redite (minggu)
sampai dengan Saniscara (Sabtu). Menurut mitologi ada beberapa yang mengalami
perubahan dan ada juga yang merupakan lain kalanya seperti Ringita menjati Wayang,
Ringit sama artinya dengan Wayang, yaitu bayangan Giriswara menjadi Ukir, karena giri,
sama artinya dengan Ukir, yaitu gunung dan demikianlah yang lain seperti di bawah ini :

Nama Raja Nama Wuku


Dewi Sinta Kasih Sinta
Dewi Sanjiwartia Landep
Raja Giriswara Ukir
Raja Kuladewa Kulantir
Raja Tolu Tolu
Raja Mrebwana Gumbreg
Raja Waksaya Wariga
Raja Wariwisaya Warigadean
Raja Mrikjulung Julungwangi
Raja Sungsangtaya Sungsang
Raja Dunggulan Dunggulan
Raja Puspita Kuningan
Raja Langkir Langkir
Raja Medangsia Medangsia
Raja Pujutpwa Pujut
Raja Paha Pahang
Raja Kruru Krulut
Raja Mrangsinga Merakih
Raja Tambur Tambir
Raja Medangkusa Medangkungan
Raja Matal Matal
Raja Uye Uye
Raja Ijala Menail
Raja Yuddha Prangbakat
Raja Balaraja Bala
Raja Wingah Ugu
Raja Ringgita Wayang
Raja Kulawudra Klawu
Raja Sasawi Dukut
Raja Watugunung Watugunung

2. Dewanya
Disebut pula bahwa wuku-wuku tersebut ada Dewanya sebagai berikut :
Nama Wuku Dewanya
Sinta Bhatara Yamadipati
Landep Bhatara Mahadewa
Ukir Bhatara Mahayekti
Kulantir Bhatara Langsur
Tolu Bhatara Bayu
Gumbreg Bhatara Cakra
Wariga Bhatara Usmara
Warigadean Bhatara Maharesi
Julungwangi Bhatara Sambhu
Sungsang Bhatara Dana
Dunggulan Bhatara Kamajaya
Kuningan Bhatara Indra
Langkir Bhatara Kala
Medangsia Bhatara Brahma
Pujut Bhatara Guritna
Pahang Bhatara Tantra
Krulut Bhatara Wisnu
Merakih Bhatara Surenggana
Tambir Bhatara Siwa
Medangkungan Bhatara Basuki
Matal Bhatara Sakri
Uye Bhatara Kuwera
Menail Bhatara Citragotra
Prangbakat Bhatara Bisma
Bala Bhatari Durgha
Ugu Bhatara Singajalma
Wayang Bhatari Sri
Klawu Bhatara Sadana
Dukut Bhatara Baruna
Watugunung Bhatara Antaboga

3. Tempat Wuku dan Neptu (Urip)

Wayabya Uttara/Lor Airsanya


Urip : 1 Urip : 4 Urip : 6

Landep Ukir Kulantir


Sungsang Dungulan (wp) Kuningan(tp)
Merakih Tambir Medangkungan(tp)
Ugu Wayang Kulawu(tp)
Pascima/Kulon Purwa/Wetan
Urip : 7 Urip : 5

Sinta Tolu(wp)
Julungwangi Langkir
Krulut(wp) Matal
Bala Dukut(wp)
Genenyan
Nairiti Daksina/ Kidul
Urip : 8
Urip : 3 Urip : 9
Gumbreg (tp)
Warigadean(rt) Wariga (rt)
Medangsia
Pahang(rt) Pujut (rt)
Uye
Prangbakat(rt) Menail(rt)(wp)
Watugunung
Keterangan:
- Wuku yang berisi tanda (wp) disebut wuku Waspanganten
- Wuku yang berisi tanda (rt) disebut wuku Rangdatiga tidak baik melakukan
upacara pernikahan.
- Wuku yang berisi tanda (tp) disebut wuku Tanpaguru, tidak baik melakukan
pekerjaan-pekerjaan penting.
B. Wewaran
1. Nama Wewaran dan Sifatnya
Wewaran dibagi menjadi 10 kelompok yaitu Ekawara sampai dengan Dasawara.
- Ekawara : Luang, berarti kosong atau tunggal
- Dwiwara : Menga, = terbuka (terang), Pepet, berarti tertutup (gelap)
- Triwara : Pasah, = tersisih, terpisah (baik untuk Dewa Yadnya); Beteng =
makmur (baik untuk memulai Manusa Yadnya); Kajeng = tekanan tajam (baik
untuk Bhuta Yadnya)
- Caturwara : Sri = kemakmuran, kerta raharja, Laba= pemberian, berhasil; Jaya
= kemenangan(unggul); Mandala= daerah, sekitar, mencapai kemakmuran;
- Pancawara:Umanis = penguasa (sinar Iswara); Paing = Pencipta (Sinar
Brahma); Pon = pengantar (Sinar Mahadewa); Wage = pemelihara (Sinar
Wisnu); Kliwon = pengembalian (Sinar Siwa)
- Sadwara : Tungleh = tidak kekal; Aryang = kurus, merana; Urukung = punah;
Paniron = gemuk, subur; Was = kuat, bertemu kembali; Maulu = bertambah,
membaik.
- Saptawara : Redite = soca (semua yang beruas); Soma = bungkah (umbi-
umbian); Anggara = godang (sayur-sayuran); Buda = kembang (bunga-bungaan);
Wrespati = wija (biji-bijian); Sukra = woh (buah- buahan); Saniscara = pager
(pagar turus).
- Astawara: Sri = makanan (pengatur); Indra = indah (penggerak); Guru =
tuntunan (penuntun); Yama = adil (peradilan); Ludra = peleburan; Brahma =
pencipta; Kala= nilai (peneliti); Uma = pemelihara.
- Sangawara: Dangu = antara terang dan gelap (hari sedang); Jangur= antara
benar dan salah (hari sedang); Gigis = sederhana, ragu (hari sedang); Nohan =
gembira (hari sedang, mendekati baik); Ogan = bingung (hari buruk); Erangan
= dendam, cemas (hari buruk); Urungan = batal (hari buruk); Tulus = langsung
(hari baik); Dadi = jadi (hari baik).
- Dasawara : Pandita = bijaksana; Pati = tegas, dinamis; Suka = gembira,
periang; Duka = mudah tersinggung tetapi mempunyai jiwa seni; Sri =
kewanitaan, perasaan halus; Manuh = selalu taat, penurut; Manusa = mempunyai
rasa sosial yang tebal; Raja = jiwa; kepemimpinan; Dewa = budi Tuhan
(kerahayuan); Raksasa = jiwa keras.
2. Tempat Wewaran dan Neftu (Urip)
Sebelumnya perhatikanlah urip dan tempat berikut :
Utara/Lor (utara) mempunyai urip 4
Airsanya (timur laut) mempunyai urip 6
Purwa/Wetan (timur) mempunyai urip 5
Geneyan (tenggara) mempunyai urip 8
Daksina/Kidul (selatan) mempunyai urip 9
Nairiti (barat daya) mempunyai urip 3
Pascima/ Kulon (barat) mempunyai urip 7
Wayabya (barat laut) mempunyai urip 1
Madya (tengah) mempunyai urip 8
Dengan ini dapat dipastikan, bahwa uripnya wewaran itu sesuai dengan urip
tempatnya, kecuali Dasawara : Suka mempunyai urip 10 dan Manuh mempunyai
urip 2.
Ingat, Sukra mempunyai tempat dua : timur laut dan barat laut.

Wayabya Uttara/Lor Airsanya


Urip : 1 Urip : 4 Urip : 6
Ekawara : Luang Triwara : Beteng Caturwara : Sri
Astawara : Kala Pancawara : Wage Sadwara : Aryang
Sangawara : Erangan Saptawara : Soma Saptawara : Sukra
Dasawara : Raksasa Astawara : Uma Astawara : Sri
Sangawara : Urungan Sangawara : Tulus
Dasawara : Duka Dasawara : Sri
Pascima /Kulon Madya Purwa /Wetan
Urip :7 Urip : 8 Urip: 5
Dwiwara : Pepet Pancawara : Keliwon Dwiwara : Menga
Triwara : Kajeng Sangawara : Dadi Caturwara : Laba
Pancawara : Pon Pancawara : Umanis
Sadwara : Tungleh Sadwara : Urukung
Saptawara : Buda Dasawara : Suka Urip Saptawara : Redite
Astawara : Brahma 10 Astawara : Indra
Sangawara : Organ Manuh Urip 2 Sangawara : Dangu
Dasawara : Pati Dasawara : Pandita
Nairiti Daksina/ Kidul Genenyan
Urip : 3 Urip : 9 Urip : 8
Sadwara : Maulu Triwara : Pasah Caturwar : Jaya
Saptawara : Anggara Caturwara : Mandala Sadwara : Paniron
Astawara : Ludra Pancawara : Paing Saptawara : Wraspati
Sangawara : Nohan Sadwara : Was Astawara : Guru
Dasawara : Manusa Saptawara : Saniscara Sangawara : Jangur
Astawara : Yama Dasawara : Raja
Sangawara : Gigis
Dasawara : Dewa

Keterangan :
Ekawara, Dwiwara, Triwara, dan Sadwara menurut Bungkahing Sundari Terus,
Caturwara, menurut Wariga Gemet, Astawara, menurut Bhagawan Garga,
Sangawara menurut Panuntun Indik Padewasan/Wariga, Dasawara, berdasarkan
Wariga Dewasa.

3. Mencari Wewaran
Untuk mencari/menentukan Wewaran ada bermacam – macam cara:
a. Dengan Urip
Ekawara: urip Saptawara + urip Pancawara. Kalau genap = -, kalau ganjil =
Luang. Misalnya, Redite Paing = 5+9 = 14 (genap) = -.
Soma Pon = 4+7 + 11 (ganjil) = Luang
Dwiwara : urip Saptawara + urip Pancawara. Kalau genap = Menga, kalau ganjil
= Pepet. Misalnya : Soma Umanis = 4+5 = 9 (ganjil) = Pepet. Soma Wage = 4+4
= 8 (genap) = Menga
Dasawara : urip Saptawara + urip Pancawara +1, lalu dibagi 10. Sisa 1= Pandita,
sisa 2 = Pati, sisa 3 = Suka, sisa 4 = Duka, sisa 5 = Sri, sisa 6 = Manuh, sisa 7 =
Manusa, Sisa 8= Raja, sisa 9 = Dewa, sisa 10(0)= Raksasa. Bisa juga tidak
ditambah 1, tetapi ketentuan sisanya harus mundur, yakni : sisa 0 = Pandita, sisa
1= Pati, sisa 2 = Suka, dan seterusnya. Bisa juga tidak ditambah 1 dan tidak
dibagi 10. Jadi cukup dengan menjumlahkan urip Saptawara dengan Pancawara
dengan ketentuan sebagai berikut : jumlah 10 = Pandita, 11 = Pati, 12 = Suka, 13
= Duka, 14 = Sri, 15 = Manuh, 16 = Manusa, 7(17) = Raja, 8(18) = Dewa, 9 =
Raksasa.
Contoh : Buda Umanis
(7+5+1) : 10 = 13:10 = 1 sisa 3 = Suka
(7+5) : 10 = 12 : 10 = 1 sisa 2 = Suka
7+5 = 12 = Suka

b. Dengan Menggunakan Rumus


Secara garis besar ada dua cara :
Pertama : nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi dengan
nomor kelompok wewaran yang dicari. Untuk cara ini nomor Saptawara sebagai
berikut : Redite = 0, Soma = 1, Aggara = 2, Buda = 3, Wrespati = 4, Sukra = 5,
Saniscara = 6.

Kedua : (Nomor wuku – 1) x7+ nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi
dengan nomer kelompok wewaran yang dicari. Untuk cara yang kedua ini
nomor Saptawara berubah sebagai berikut : Redite = 1, Soma = 2, Anggara = 3,
Buda = 4, Wraspati = 5, Sukra = 6, Saniscara = 7.

Triwara : Nomor Wuku x 7 + nomor Saptawara yang akan dicari lalu dibagi 3. Sisa 1 =
Pasah, Sisa 2 = Beteng, Sisa 3 atau 0 = Kajeng. Misalnya : Soma Pujut (Soma
=1, Pujut = 15), jadi (15x7+1) : 3 = 106 : 3 = 35 sisa 1= Pasah.
Cara lain : (nomor wuku -1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 3 =
{(15-1)x7+2} : 3 = 100 : 3 = 33 sisa 1 = Pasah.

Caturwara : Dari Anggara Dungulan sampai Saniscara Watugunung


Nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 4. Sisa 1 = Sri, sisa
2 = Laba, sisa 3 = Jaya, sisa 4 atau 0 = Mendala. Misalnya : Buda Dukut (Buda =
3, Dukut = 29), jadi (29 x 7 + 3) : 4 = 206 : 4= 51 sisa 2 = Laba.
Cara lain : (nomor Wuku - 1) x 7+ nomor Saptawara yang dicari - 2 (karena
melewati wuku Dungulan), lalu dibagi 4 = {(29 - 1) x 7 + 4 -2} : 4 = 198 : 4 = 49
sisa 2 = Laba.
Dari Redite Sinta sampai Redite Dungulan
nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari + 2, dibagi 4. Misalnya : Buda
Sungsang (10x7+3+2) : 4 = 75 : 4 = 18 sisa 3 = Jaya.
Cara lain : (nomor wuku -1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 4=
{(10 - 1) x 7 + 4} : 4 = 67 : 4 = 16 sisa 3 = Jaya.
Pancawara : Nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 5. Sisa 1=
Umanis, sisa 2 = Paing, sisa 3 = Pon, sisa 4 = Wage, sisa 5 atau 0 = Keliwon.
Misalnya : Soma Ukir = (3 x 7 + 1) : 5 = 22 : 5 = 4 sisa 2 = Paing.
Cara lain : (nomor wuku – 1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari, dibagi 5 = {(3 -
1) x 7 + 2} : 5 = 16 : 5 = 3 sisa 1= Paing
Ingat dengan cara ini nomor Pancawara sebagai berikut :
1 = Paing, 2 = Pon, 3 = Wage, 4 = Keliwon, 5 = Umanis.
Sadwara : Nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 6. Sisa 1 =
Tungleh, sisa 2 = Aryang, sisa 3 = Urukung, sisa 4 = Paniron, sisa 5 = Was, sisa 6
atau 0 = Maulu.
Misalnya : Anggara Kulantir = (4 x 7 + 2) : 6 = 30 : 6 = 5 sisa 0 = Maulu.
Cara lain : (nomor wuku -1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 6 =
{(4 - 1) x 7 + 3} : 6 = 24 : 6 = 4 sisa 0 = Maulu.
Astawara : Dari Anggara Dungulan sampai Saniscara Watugunung
Nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 8. Sisa 1 = Sri, sisa 2
= Indra, sisa 3 = Guru, sisa 4 = Yama, sisa 5 = Rudra , sisa 6 = Brahma, sisa 7 =
Kala, sisa 8 atau 0 = Uma.
Misalnya : Anggara Wayang = (27 x 7 + 2) : 8 = 191 : 8 = 23 sisa 7 = Kala.
Cara lain: (nomor wuku - 1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari - 2, lalu dibagi 8
= {(27 - 1) x 7 + 3 - 2} : 8 = 183 : 8 = 22 sisa 7 = Kala.
Dari Redite Sinta sampai Redite Dungulan
Nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari + 2, lalu dibagi 8.
Misalnya : Wraspati Gumbreg = (6 x 7 + 4 + 2) : 8 = 48 : 8 = 6 sisa 0 = Uma.
Cara lain : (nomor wuku - 1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 8 =
{(6 - 1) x 7 + 5} : 8 = 40 : 8 = 5 sisa 0 = Uma.
Sangawara : Dari Buda Sinta sampai Saniscara Watugunung
Nomor wuku x 7 + nomor Saptawara yang dicari, lalu dibagi 9. Sisa 1 = Dangu,
sisa 2 = Jangur, sisa 3 = Gigis, sisa 4 = Nohan, sisa 5 = Ogan, sisa 6 = Erangan,
sisa 7 = Urungan, sisa 8 = Tulus, sisa 9 atau 0 = Dadi.
Misalnya : Sukra Wariga (7 x 7 + 5) : 9 = 54 : 9 = 6 sisa 0 = Dadi.
Cara lain : (nomor wuku - 1) x 7 + nomor Saptawara yang dicari lalu dibagi 9 ={(7
- 1) x 7 + 6 - 3} : 9 = 45 : 9 = 5 sisa 0 = Dadi.
Dari Redite Sinta sampai Anggara Sinta tidak perlu dengan rumus, karena sudah
jelas. Dengan berturut-turut sampai 4 kali dari Redite Sinta sampai Buda Sinta.

c. Dengan Menggunakan Tabel


Dengan cara ini akan diketahui pertama kali pada hari Minggunya (Reditenya).
Triwara :

Dora (Pasah) Wahya (Beteng) Byantara (Kajeng)


Sinta Landep Ukir
Kulantir Tolu Gumbreg
Wariga Warigadean Julungwangi
Sungsang Dungulan Kuningan
Langkir Medangsia Pujut
Pahang Krulut Merakih
Tambir Matal
Uye Medangkungan Prangbakat
Bala Menail Wayang
Kulau Ugu Watugunung
Dukut

Tabel ini menyatakan bahwa pada hari Redite wewaran (Triwara) tersebut jatuh pada
wuku-wuku di bawahnya dalam kolom. Bila Redite sudah diketahui, maka hari-hari
berikutnya mudah dicari.

Caturwara :

Sri Mandala Jaya Laba


1 2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 -
- 12 13 14
15 16 17 18
19 20 21 22
23 24 25 26
27 28 29 30

Keterangan :
Angka 1, 2, 3, 4 dan seterusnya adalah nomor-nomor wuku. Dalam hal ini adalah
sebagai pengganti Wuku.

Pancawara :
Paing Wage Umanis Pon Kliwon
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
21 22 23 24 25
26 27 28 29 30

Sadwara :

Tungleh Aryang Urukung Paniron Was Maulu


1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30

Astawara :

Sri Uma Kala Brahma Ludra Yama Guru Indra


1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 - - 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29 30

Sangawara:

Ogan Gigis Dang Tulus Eranga Nohan Jangur Dadi Urungan

u n
2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26 27 28
29 30 1

Kolom-kolom dengan menggunakan tabel ini bisa diganti dengan jari tangan dan ruas-
ruasnya, sebab mencari Wewaran, dengan tabel pada prinsipnya sama dengan
menggunakan jari, yakni untuk menyatakan terlebih dahulu Wewaran pada hari Redite
tiap-tiap wuku.
d. Dengan Jari
Triwara
Untuk mencari Triwara digunakan 3 jari yakni : 1. Telunjuk = Pasah, 2. Jari Tengah =
Beteng, 3. Jari Manis = Kajeng. Ingat, pertama kali akan didapat wewaran Reditenya.
Contoh : Misalkan akan mencari Triwara pada Anggara Kuningan
Sebutkan nama-nama wuku dari Sinta s.d Kuningan menurut urutan jari sebagai berikut
:

1 2 3
(Telunjuk) (Jari Tengah) (Jari Manis)
Sinta Landep Ukir
Kulantir Tolu Gumbreg
Wariga Warigadean Julungwangi
Sungsang Dungulan Kuningan

1 2 3
Ternyata wuku Kuningan jatuh pada jari ke-3 (jari manis) = Kajeng,
yang berarti pada Redite Kuningan adalah Kajeng. Jadi pada Anggara
Kuningan adalah Kajeng maju 2 hari = Beteng, sebab dari Redite ke
Anggara adalah maju 2 hari.

Caturwara
Untuk mencari Caturwara digunakan 4 jari, yakni : 1. Telunjuk = Sri, 2. Jari tengah =
Mandala, 3. Jari manis = Jaya, 4. Kelingking = Laba. Ingat pertama kali akan didapat
wewaran pada Reditenya.
Contoh : Misalkan akan mencari Caturwara pada Buda Medangsia, maka sebutkan
nama-nama wuku mulai dari Sinta s.d Medangsia menurut urutan jari, sebagai berikut :

1 2 3 4
(Telunjuk) (Jari tengah) (Jari manis) (Kelingking)

Sinta Landep Ukir Kulantir


Tolu Gumbreg Wariga Warigadean
Julungwangi Sungsang Dungulan -
- Kuningan Langkir Medangsia

Dari Dungulan ke Kuningan melompat 2 kali, karena pada wuku


Dungulan ada tambahan Jaya lagi 2 kali yaitu pada Soma (Senin) dan
Anggara (Selasa).
Ternyata Medangsia terletak pada jari ke-4 (kelingking) = Laba, yang
berarti pada Redite Medangsia adalah Laba. Jadi pada Buda Medangsia
adalah Laba maju 3 hari = Sri. Ingat urutan Caturwara : Sri, Laba, Jaya,
Mandala.

Pancawara
Untuk mencari Pancawara digunakan 5 jari, yakni
: 1. Ibu jari = Paing, 2. Telunjuk = Wage, 3. Jari
tengah = Umanis, 4. Jari manis = Pon, 5.
Kelingking = Kliwon. Ingat, pertama kali akan
didapat wewaran pada Reditenya.

Contoh: misalkan akan mencari Pancawara pada Buda Pahang. Sebutkan nama-nama
wuku dari Sinta s.d Pahang menurut urutan jari, sebagai berikut :

1 2 3 4 5
(Ibu jari) (Telunjuk) (Jari tengah) (Jari manis) (Kelingking)

Sinta Landep Ukir Kulantir Tolu


Gumbreg Wariga Warigadean Julungwang Sungsang
Dungulan Kuningan Langkir i Pujut
Pahang Medangsia

Ternyata wuku Pahang terletak pada jari ke-1 (ibu jari) = Paing, yang berarti pada
Redite Pahang adalah Paing. Jadi pada Buda Pahang adalah Paing, maju 3 har i=
Kliwon. Ingat urutang Pancawara : Umanis, Paing, Pon, Wage, Kliwon.

Sadwara
Untuk mencari Sadwara digunakan ruas-ruas jari tangan
seperti gambar di samping. Ruas 1 = Tungleh, ruas 2 =
Aryang, ruas 3 = Urukung, ruas 4 = Paniron, ruas 5 = Was,
dan ruas 6 = Maulu. Ingat pertama kali akan didapat
wewaran pada Reditenya.

Contoh : Misalkan akan mencari Sadwara pada Wraspati Krulut, maka sebutkan
nama-nama wuku dari wuku Sinta s.d Krulut, sebagai berikut.

Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3


Sinta Landep Ukir
Wariga Warigadean Julungwangi
Langkir Medangsia Pujut
Ruas 6 Ruas 5 Ruas 4
Gumbreg Tolu Kulantir
Kuningan Dungulan Sungsang
Krulut Pahang

Ternyata wuku Krulut terletak pada ruas 5 = Was, yang berarti pada Redite Krulut
adalah Was. Jadi pada Wraspati Krulut adalah Was, maju 4 hari = Urukung.

Astawara

Untuk mencari Astawara digunakan ruas-ruas jari tangan


seperti gambar di samping. Ruas 1 = Sri, ruas 2 = Uma, ruas
3 = Kala, ruas 4 = Brahma, ruas 5 = Ludra, ruas 6 = Yama,
ruas 7 = Guru, ruas 8 = Indra. Ingat pertama kali akan
didapatkan wewaran pada Reditenya.

Contoh : Misalkan akan mencari Astawara pada Anggara Langkir. Sebutkan nama-
nama wuku muali dari Sinta s.d Langkir menurut urutan ruas-ruas jari, sebagai
berikut :

Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3


Sinta Landep Ukir
Julungwangi Sungsang Dungulan
Ruas 8 Ruas 4
Warigadean Kulantir
-
Ruas 7 Ruas 6 Ruas 5
Wariga Gumbreg Tolu
Langkir Kuningan -

Bila disebutkan Astawara dengan urutan terbalik, maka Guru terletak pada ruas 7
bersama dengan wuku Langkir. Jadi pada Redite Langkir adalah Guru dan pada
Anggara Langkir adalah Guru maju 2 hari = Ludra. Ingat dari Dungulan ke
Kuningan harus melompat 2 kali, karena ada Kala Tiga yaitu pada hari Redite,
Soma, dan Anggara.

Sangawara
Untuk mencari Sangawara juga digunakan ruas- ruas jari
tangan seperti gambar di samping. Ruas 1= Dangu, ruas 2 =
Tulus, ruas 3= Erangan, ruas 4 = Nohan, ruas 5 = Jangur,
ruas 6 = Dadi, ruas 7 = Urungan, ruas 8 = Ogan, ruas 9 =
Gigis. Ingat pertama kali akan didapatkan wewaran pada
Reditenya.

Contonya: Misalkan akan mencari Sangawara pada Wraspati Kuningan, sebutkan


nama-nama wuku dari Sinta s.d Kuningan menurut urutan ruas- ruas jari, seperti
berikut:

Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3


Sinta - -
Kulantir Tolu Gumbreg
Ruas 6 Ruas 5 Ruas 4
- - -
Julungwangi Warigadean Wariga
Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9
- Landep Ukir
Sungsang Dungulan Kuningan

Dari wuku Sinta ke Landep harus melompat 7 kali. Ternyata wuku Kuningan
terletak pada ruas 9 = Gigis, yang berarti pada Redite Kuningan adalah Gigis. Jadi
pada Wraspati Kuningan adalah Gigis maju 4 kali = Urungan. Ingat urutan
Sangawara: Dangu, Jangur, Gigis, Nohan, Ogan, Erangan, Urungan, Tulus, Dadi.

Anda mungkin juga menyukai