Oleh
I Nyoman Suka Ardiyasa
Sekolah Tinggi Aagama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: suka.ardiyasa@gmail.com
ABSTRACT
One of the Sama Weda holy book is discuss Agni worship which is believed to be able
to destroy sins and be able to provide information or efforts towards success or efforts to
obtain art. In the Reg Vedic scriptures, in the first mantram, the first Sukta at the first
Mandala Agni is called Purohita the devata which leads to prosperity and happiness. In
Sama Weda, Agni is said to be a witness who still exists today in every Hindu worship.
Agni is a visible manifestation of God Almighty who is very close to his people who are
believed to always give his holy light to help his people in life, where in the implementation
of the yajna ceremony conducted by his people Agni is always the witness as an
ambassador, chosen, in the organizer of the holy yajna because it is believed Agni who
gave all the wealth and protect his people from all suffering.
I. PENDAHULUAN
Agama Hindu sangat kaya dengan yang dimana apabila tidak dipahami dengan
berbagai simbol yang tersebar di tengah- baik fungsi dari simbol simbol tersebut akan
tengah masyarakat. Namun dalam proses menyebabkan penyalahgunaan dan
pemahamannya terkait dengan simbol- pelecehan terhadap simbol-simbol suci
simbol tersebut tidak seluruhnya agama Hindu (Artiningsih, 2020).
masyarakat mampu untuk memahami Kompleksitas kedudukan Tuhan dalam
makna dari simbol-simbol tersebut. konsepsi Hindu (terlebih di Bali) semakin
Banyak pertanyaan yang muncul dan tidak mudah dijelaskan dan dipahami oleh
mereka tidak puas dengan penjelasan bila pihak lain sehingga dalam pergaulan antar
tidak bersumber pada kitab suci Veda atau pemeluk agama acapkali Agama Hindu
Susastra Hindu lainnya (Anggraini & dianggap sebagai agama politeisme, agama
Somawati, 2020). Tiap-tiap simbol yang memuja banyak Tuhan, tetapi
mempunyai makna tertentu dan dengan sebenarnya tidaklah begitu adanya, dan hal
pemahaman terhadap makna tersebut, umat tersebut belum dipahami dan belum mudah
Hindu mengembangkan apresiasi terhadap dijelskan oleh semua umat Hindu.
simbol-simbol tersebut, yang pada Hindu menganut paham monoteisme,
akhirnya dapat meningkatkan sraddha dan mengakui satu Tuhan sebagai yang Esa.
bhakti umat dan akhirnya menuntun Keyakinan akan ke-Esa-an Tuhan dalam
tingkah lakunya dalam kehidupan. agama Hindu dinyatakan dengan dua cara
Pemahaman terhadap simbol- pandang, yaitu Tuhan yang memiliki sifat-
simbol di kalangan intern umat Hindu akan sifat Nirguna Brahman (Tuhan tidak
mencegah atau menghindarkan berwujud, dan merupakan jiwa suci) dan
penyalahgunaan fungsi dari simbol-simbol Tuhan yang bersifat Saguna Brahman
62
P ISSN 2598-6848
GENTA HREDAYA Volume 4 No 1 April 2020 E ISSN 2722-1415
(Tuhan diberi nama, bentuk,dan atribut vadanti” hanya satu Tuhan, tapi para
lainnya) (Dewi, 2020). Monotheisme bijaksana menyebutnya dengan banyak
transcendent keyakinan yang memandang nama, hal tersebut sangat erat kaitannya
Tuhan Yang Maha Esa berada jauh diluar dengan beranekaragam penggambaran
ciptaan-Nya. Tuhan Yang Maha Esa Tuhan melalui dewa-dewa sebagai
berada jauh diluar ciptann-Nya.Tuhan manifestasi atau wujud pribadi Tuhan Yang
Yang Maha Esa maha luhur, tidak Maha Esa. Penjelasan di atas menegaskan
terjangkau oleh akal pikiran manusia, yang kedudukan Tuhan sebagai yang Esa, namun
berikutnya adalah Monotheisme Immanen dipersonifikasi dengan berbagai nama,
keyakinan yang memandang bahwa Tuhan atribut, dan peran yang berbeda-beda. Jadi,
Yang Maha Esa sebagai pencipta alam Hindu bukan agama yang memuja banyak
semesta dan segala isinya, tetapi Tuhan Tuhan, melainkan agama yang memuja satu
Maha Esa itu berada diluar dan sekaligus Tuhan beserta percikan sinar dan jiwa Tuhan
di dalam ciptann-Nya. Hal ini dapat yang disebut berbagai nama dan sebagai
diibaratkan dengan sebuah gelas yang bentuk pujian (Gunawijaya, 2020). Begitulah
penuh berisi air dalam gelas yang penuh sesungguhnya keyakinan mengenai
berisi air, kemudian sebagian air tumpah penggambaran konsep pemujaan Hindu yang
dalam gelas tidak berubah (Titib, 2003:32). sesungguhnya yang kemudian
Berbagai pandangan tentang Tuhan diimplementasikan memlaui pemujaan
yang banyak dikaji melalui pendekatan dalam bentuk upacara Yadnya yang
filsafat Ketuhanan tentunya sangat dilaksanakan sebagai bentuk pemujaannya
diperlukan oleh masyarakat. Sebagaimana kepada para Dewa manifestasi Tuhan,
yang telah didijelaskan di atas bahwa teologi dimana dalam betuk pemujaan tersebut
veda adalah Monotheisme Transcendent, disesuaikan dengan bentuk, tugas, fungsi dan
Monotheisme Immanent, dimana bagaimana letak Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
wujud Tuhan tersebut yang berpribadi dan ajaran Weda (Suadnyana, 2020).
Tuhan yang tidak berpribadi, dalam wujud Pada umumnya umat beragama
Tuhan yang berpribadi inilah yang di dalam menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang
Veda digambarkan melalui beberapa personal, yaitu dalam penggambaran
kategori agar lebih mudah umatnya untuk personal tersebut berada dalam alam pikiran
memahami wujud dan bentuknya yaitu manusia sebagai yang serba mulia, suci,
penggambaran antrophomorphhic (manusia luhur, agung dan yang tinggi jauh di alam
dengan berbagai kelebihan seperti mata sana yang dikuatkan dalam mantram Veda
seribu, berkaki tiga, bertangan empat dan dimana dalam mantram-mantram tersebut
lain sebagainya), penggambaran mengandung ajaran filsafat ketuhanan yang
semiantrhophomorphich (sebagai setengah sangat tinggi. Dalam mantram-mantram
manusia atau setengah binatang) hal ini lebih tersebut pula menunjukkan bahwa alam
menonjol dalam purana seperti contohnya pikiran manusia sangatlah terbatas, dimana
Dewa Ganesa manusia berkepala gajah, manusia tidak dapat menjangkau yang maha
penggambaran terakhir adalah besar (Hartaka, 2020). Para Dewa
Unanthrophomorphic (tidak sebagai sesungguhnya adalah merupakan satu yaitu
manusia, melainkan sebagai binatang saja disebut degan devata, hal tersebut
misalnya Garutman atau Garuda, sebagai diyakinkan dengan mantram-mntram yang
tumbuhan saja misalnya soma dan lain kita jumpai dengan pernyataan yang non
sebagainya) (Titib, 2003:33). simbolis tentang satunya dewa-dewa dalam
Di dalam sumber Rgveda juga Dewa yang satu yaitu aspek Tuhan Yang
ditemukan konsepsi Tuhan yang tunggal Maha Esa. Dari penjelasan tersebut di atas
sebagai berikut “Ekam sat wiprah bahudha maka dalam penjelasan berikutnya akan
63
PEMUJAAN AGNI DALAM SAMA WEDA...(I Nyoman Suka Ardiyasa, Hal. 62-71)
kami jelaskan mengenai manifestasi Tuhan mesti diketahui oleh umat Hindu di Bali.
Yang Maha Esa dalam bentuk pemujaan Oleh sebab itulah dalam tulisan ini dibahas
dewa Agni di Bali sebagai salah satu wujud tentang keberadaan Agni yang disebutkan
keyakinan dalam bentuk pemujaan dewa di dalam Kitab Suci Sama Weda.
Bali, yang dimana hal tersebut sering
dilaksanakan oleh masyarakat Bali pada II. PEMBAHASAN
umumnya hanya saja sebagian besar belum 2.1 Pemujaan Agni Menurut Weda Kitab
paham mengenai konsep pemujaan yang suci Weda merupakan kitab
dilaksanakan, masyarakat hanya suci agama Hindu, selain itu kitab suci
melaksanakan kegiatan pemujaan atau Weda merupakan sumber ajaran agama
yang disebutkan dengan yadnya tersebut Hindu yang diyakini umatnya berisikan
berdasarkan pemujaan secara turun ajaran kesucian yang diwahyukan oleh
temurun, tetapi secara prinsip tattwa atau Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
makna dari pemujaan tersebut belum Widhi Wasa), kemudian wahyu tersebut di
dipahami secara menyeluruh. terima oleh para Maha Rsi melalui
Penting agar diketahui bahwa dalam berbagai macam cara baik melalui gema
sumber ajaran agama Hindu yaitu yang yang diterima para Maha Rsi (svara nada),
berdasarkan susastra susastra Hindu dalam melalui pikiran para Maha Rsi dimasuki
hal ini Veda pemujaan terhadap para Dewa oleh sabda Brahman (Upanisad), melalui
sangatlah jelas adanya, yang dimana orang suci Rsi berhadapan langsung
disesuaikan dengan tugas dan fungsi Dewa dengan deva-deva (Darsanam), melalui
(Ida Sang Hyang Widhi Wasa), dan cara manusia berhadapan langsung dengan
disesuaikan dengan kebutuhan dari umatnya avatara-Nya (Avatara) (Krishna, 2020).
yang meyakininya, salah satunya seperti Weda di klasifikasikan menjadi dua
yang dibahas pada tulisan ini yaitu pemujaan bagian yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti
Agni menurut kitab Sama Weda (Heriyanti, yang diyakini merupakan kitab yang tidak
2020). Dipilihnya kitab suci Sama Weda boleh diragukan kebenarannya karena
dalam membahas pemujaan Agni sebab, diyakini berasal dari Ida Sang Hyang Widhi
kitab suci Sama Weda adalah kitab suci yang Wasa. Bahasa yang digunakan di dalam
diyakini mampu menmghancurkan dosa- kitab suci Weda adalah Bahasa Sansekerta
dosa dan mampu memberikan keterangan yang dimana di populerkan oleh Maha Rsi
atau upaya-upaya menuju keberhasilan atau Panini, tetapi dalam perkembangan zaman
usaha memperoleh arta benda. Karena kitab kitab suci Weda pun mulai diterjemahkan
suci sama weda adalah Nyanyian Weda Suci oleh para penulis Indonesia, untuk
yang terdiri 1875 mantram, dan di mana mempermudah umatnya mempelajari dan
1800 mantram merupakan pengulangan memahami isi dari kitab suci Weda tersebut
daripada Rgveda dan 75 mantram yang lain. (Marselinawati, 2020). Jadi baik Weda Sruti
Di Bali nyanyian-nyayian kepada Ida Sang maupun Weda Smerti tidak diragukan lagi
Hyang Widhi Wasa dilakukan dengan kebenarannya karena merupakan wahyu
melantunkan kidung yadnya yang berisikan yang berlaku secara institusional ilmiah yang
kalimat-kalimat pujian terhadap para dewa, merupakan sumber utama dan pertama yang
kepada para rsi dan pitara yang dianggap dipedomani oleh umat-Nya, seperti yang di
berjasa menghubungkan manusia dengan jelaskan dalam kitab Manawa
beliau. Tidak terkecuali pemujaan agni, Dharmasastra.II.6 yang menegaskan bahwa
terdapat banyak nyanyian-nyanyian yang Idanim dharma pramananyaha
Wedo khilo dharmamulam
disebutkan dalam kitab suci sama weda (G. Smrticile ca tadwidam
Pudja., 16 : 1979) Agni merupakan salah Acaraccaiwa sadhunam
satu ista dewata yang penting yang
64
P ISSN 2598-6848
GENTA HREDAYA Volume 4 No 1 April 2020 E ISSN 2722-1415
Sama Veda berkaitan dengan doa- Engkau Agni, telah didiksa sebagai
doa. Dalam kata Sama “Sa” berarti ilmu Hotara pada setiap Yajna, oleh De-
pengetahuan (Vidya) dan “Am” berarti wa-dewa, diantara rumpun manusia.
karma. Bila Sa+Am dirangkaikan akan c) Agnim dutam wrnimahe hotaram
membentuk kata Sama dimana akar kata wicwam wedasan, asya yajnasya suk-
“Sa” berarti Tuhan Yang Maha sakti dan tratum
“Am” berarti Sang roh. Keduanya, dalam Terjemahannya :
kata Sama Veda menjadi sangat bermakna. Agni sebagai duta, kami pilih, penye-
Mantra-mantra Sama, ditinjau dari sudut lenggara Yajna suci, Hotara, pemilik
yang membuatnya menjadi dapat dari semua Arta.
dinyanyikan ,disusun dalam irama Rca. d) Agnir wrtrani jangghanad drawi-
Kelebuhan mantra yang dapat dinyanyikan nasyurwipanyaya, samiddhah sukra
ini menjadikannya memiliki keunggulan ahutan.
tersendiri (Windya, 2020). Doa-doa yang Terjemahnnya
dinyanyikan dalam pemujaan Dewa Dewa Dilayani dengan yajna, dinyalakan,
berfungsi untuk penyatuan Tuhan dan Sang benderang, melalui cinta akan lagu,
Roh. Penyatuan ini menjadi unsur yang semoga agni menurut, atas arta keka-
terpenting dalam mantra-mantra Sama. yaan, membunuh Wrtra sampai mati.
Ada 1875 mantra terkandung di dalam e) Preastam wo atihim stute mitramiwa
keenam bab nya (Mittal : 2011 : 4) priyam, agne ratham na wedyam.
Samaveda merupakan bagian dari Terjemahnnya :
Catur Veda yang disebut juga “Nyanyian Hamba berseru kepada tamu Mu
Veda Suci. Samaveda memuat 1875 yang tersayang, seperti teman yang
mantram atau mantra, yang dimana 1800 setia, O agni, engkau sebagai kereta,
mantram merupakan pengulangan dari mera-khmati kami kekayaan.
pada Rgveda dan 75 mantram yang lain f) Twam no agne mahobhih pahi
memang disusun dan dimuat dalam sastra wicwasya arateh, uta dwiso martyas-
ini. Dalam kitab Sama Weda banyak ya
dijelaskan mengenai pemujaan terhadap Terjemahnnya :
berbagai macam manifestasi dari Tuhan, O agni, engkau lindungi kami dari se-
salah satunya adalah Dewa Agni. Sama gala penderitaan, ya, dari semua ke-
Veda banyak menguraikan mengenai bencian manusia yang fana.
pemujaan terhadap Agni yang selalu dipuji g) Ehyu su brawani te’gna itthyetara gi-
agar dapat hadir sebagai saksi dalam segala rah, ebhirwadhasi indubhih
pelaksanaan upacara Yadnya yang Terjemahannya :
dilaksanakan oleh umat-Nya. Berikut O Agni, kemari karena nyanyian –
adalah penjelasan dalam sloka-sloka Sama nyanyian pujian lain akan hamba
Veda I.1.11 sebagai berikut : nyanyikan untuk-Mu
a) Agna a yahi witaye grnano hawyada h) A te watso mano yamat paramaccit
taye, ni hota satsi barhisi sadhasthat, agne twam kamaye gira
Terjemahannya : Terjemahnnya :
Agni datang kemari, di puji den-gan Semoga watsa menarik pikiranmu dari
nyanyian, ketempat upacara dan tempat tinggalMu yang megah, Agni,
penyelenggaraan yajna, duduk, se- hamba mencariMu dengan nyanyian
bagai hotara di atas rumput suci i) Twamagne puskaradadhyatharwan-
b) Twamagne yajnanam hota wicwesam iramanthata, murddhno wicwasya
hitah, dewebhirmaruse jane waghatah
Terjemahannya : Terjemahnnya :
66
P ISSN 2598-6848
GENTA HREDAYA Volume 4 No 1 April 2020 E ISSN 2722-1415
PEMBANGUNAN PUJA
MANDALA. Genta Hredaya, 3(2).
Marselinawati, P. S. (2020). FILSAFAT
KETUHANAN DALAM
BHAGAVAD GITA. Genta
Hredaya, 3(1).
Minsarwati, W. 2002. Mitos Merapi dan
Kearifan Ekologi. Kreasi Wacana :
Yogyakarta.
Pudja, Gede. 1979. Sama Weda. Departemen
Agama RI : Jakarta.
Semadi Astra Dkk. 2010. Mutiara Warisan
Budaya Sebuah Bunga Rampai
Arkeologis. Arkeologi Fakultas
Sastra Kerjasama dengan Progran
Studi Magister dan Program Doktor
Kajian Budaya Universitas Udayana
Denpasar.
Titib., I Made. 2007. Teologi dan Simbol-
Simbol dalam Agama Hindu.
Paramitha : Surabaya.
Untara, I. M. G. S., & Suardika, I. N. (2020).
MAKNA FILOSOFI AJARAN
SIWA BUDDHA DALAM
LONTAR BUBUKSAH. Genta
Hredaya, 3(1).
Windya, I. M. (2020). KAKAWIN ARJUNA
WIWĀHA: KAJIAN TEOLOGI
HINDU. Genta Hredaya, 3(2).
Yhani, Putu Cory Candra. “RELEVANSI
AJARAN SOCRATES DALAM
AGAMA HINDU.” Genta
Hredaya 3.2 (2020).
Yogiswari, K. S. (2020). Tabu, Perspektif
Filsafat Seputar Seksualitas
Manusia. Nilacakra.
Yogiswari, K. S. (2018). PENDIDIKAN
HOLISTIK JIDDU
KRISHNAMURTI. GUNA
WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN
HINDU, 5(1).
Suadnyana, I. B. P. E. (2020).
AJARAN AGAMA HINDU
DALAM GEGURITAN
KUNJARAKARNA. Genta
Hredaya, 3(1).
71