Anda di halaman 1dari 10

Jñānasiddhânta

Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

KEUTAMAAN API SEBAGAI SIMBOL DEWA AGNI


DALAM AKTIVITAS RITUAL KEAGAMAAN
UMAT HINDU

Komang Heriyanti
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
email: heryan36@yahoo.com

ABSTRACT
Fire is an important element in human life. For Hindus people, fire has the
main function in a religious ritual. Fire has a very deep theological meaning,
because it is a symbol of God in its manifestation as an God Agni. Take fire material
in empowering the universe, fire or Agni displayed in real during the ceremony by
Hindus people. Various forms of fire in upakara facilities can be grouped into two,
using Agni in the form of a flame and Agni in the form of fumes. Agni in the form of a
flame like a torch. Agni in the form of fumes is certainly represented by incense and
pasepan which prioritizes puffs of fumes in every religious ritual. This is seen in
many daily rituals, both from canang and banten, which always use incense.
Keywords: Fire, God Agni

I. PENDAHULUAN menerima perubahan (kaum progresif)


Memahami ajaran agama dan kekuatan cenderung menolak
Hindu tidak bisa dipisahkan dengan perubahan (kaum konservatif). Dua
budaya. Budaya tersebut merupakan kekuatan inilah yang merupakan
keseluruhan gagasan dan karya dinamika sosial masyarakat yang selalu
manusia yang harus dibiasakan dengan tarik menarik (Diantary, 2019).
proses belajar beserta keseluruhan dari Secara umum setiap umat
hasil budi dan karyanya. Hakikat suatu beragama menyadarkan keyakinan dan
masyarakat dan kebudayaan, memiliki kepercayaan melalui ajaran-ajaran
suatu dinamika tertentu dengan unsur- seperti dalam ajaran agama Hindu yang
unsur yang tidak statis (Anggraini, disebut dengan Tri Hita Karana yaitu
2019). Setiap masyarakat pada tiga sumber yang mendatangkan
hakikatnya selalu berdinamika seiring kebahagiaan atau keselamatan, yaitu
dengan perubahan zaman yang didasari hubungan antara Tuhan dengan
adanya perubahan yang merupakan manusia, hubungan antara manusia
konsekuensi dari dinamika sebuah dengan lingkungan, hubungan antara
kehidupan masyarakat (Gunawijaya & manusia dengan manusia (Tim,
Putra, 2019). Masyarakat dan 1995:260). Pelaksanaan Tri Hita
budayanya tidak pernah berada dalam Karana dalam masyarakat Hindu dapat
keadaan statis, tapi selalu berada dalam dikaitkan dengan Tiga Kerangka Dasar
sebuah proses yang dinamis. Hal ini Agama Hindu yaitu tattwa, susila dan
disebabkan oleh karena masyarakat acara. Tattwa adalah cara kita
selalu bekerja dalam dua macam melaksanakan ajaran agama dengan
kekuatan yaitu kekuatan yang ingin mendalami pengetahuan dan filsafat

71
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

agama, susila adalah cara kita keagamaan umat Hindu adalah api
beragama dengan mengendalikan dalam maknanya sebagai Dewa Agni.
pikiran, perkataan, dan perbuatan Agni adalah dewa yang
sehari-hari agar sesuai dengan kaidah- bergelar sebagai pemimpin upacara,
kaidah agama, upacara adalah kegiatan dewa api, dan duta para dewa. Kata
keagamaan dalam bentuk ritual yadnya. Agni berasal dari bahasa Sansekerta
Ketiga bagian tersebut merupakan satu yang berarti api. Api sangat berguna
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bagi alam semesta, api sangat penting
antara yang satu dengan yang lainnya. bagi mahkluk hidup khususnya umat
Penerapan upacara yang manusia. Api selain difungsikan
merupakan bagian dari Tri Kerangka sebagai bagian dari alam yang mampu
Dasar Agama Hindu menggunakan membakar, menciptakan cahaya,
berbagai simbol. Simbol-simbol dibuat memproses bahan-bahan alam lainnya,
dengan indah, unik, dan menarik untuk juga diyakini sebagai sarana untuk
menggambarkan hakikat Tuhan yaitu menciptakan kehidupan spritual yang
Satyam (kebenaran), Sivam (kebaikan), memberikan perlindungan bagi umat
dan Sundaram (keindahan) (Kariarta, manusia (Hartaka, 2019). Pelaksanaan
2019). Umat Hindu memaknai simbol- ritual umat Hindu memerlukan banyak
simbol Hindu bersifat universal dan sarana. Diantara ratusan bahkan ribuan
dapat dipergunakan oleh siapa saja, benda material dalam upacara agama
tidak hanya terbatas oleh umat Hindu Hindu, penggunaan api adalah hal yang
Sendiri, dengan syarat penggunaan itu penting dalam menyertai upacara atau
dimaksudkan untuk tujuan kebaikan, ritual. Mulai upacara yang terkecil
dan ditempatkan pada tempat yang sampai yang terbesar, penggunaan api
pantas dan terhormat. Salah satu simbol adalah suatu keharusan dalam upacara
yang sering digunakan dalam kegiatan yadnya atau korban suci (Suparta,
2019).

II. PEMBAHASAN tiga unsur mendasar yaitu simbol itu


1. Pengertian Simbol sendiri, satu rujukan atau lebih dan
Ardhendu Sekhar Gosh (dalam hubungan antara simbol dengan rujukan,
Titib, 2003: 63) menyatakan bahwa kata sehingga hubungan antara simbol
simbol berasal dari kata symbolon sebagai penanda dengan sesuatu yang
(dalam bahasa Greek) yang berarti tanda ditandakan (petanda) sifatnya
dan dengan tanda seseorang mengetahui konfensional (Somawati & Diantary,
atau mengambil kesimpulan tentang 2019).
sesuatu. Dalam bahasa Sansekerta kata Kata simbol dalam bahasa
simbol adalah pratika yang mengandung Inggris berasal dari kata symbol yang
arti yang datang ke depan, yang mengandung arti untuk sesuatu atau juga
mendekati. Dengan demikian, pratika menggambarkan sesuatu, khususnya
mengandung makna menunjukan, untuk menggambarkan sesuatu yang
menampilkan atau menarik sesuatu immaterial, abstrak, kualitas, tanda-tanda
dengan analogi kualitas kepemilikan suatu objek, proses dan lain-lain
atau dengan mengasosiasikan ke dalam (Coulson, et. al, 1978, Vol. II, 1696).
fakta atau pikiran (Krishna & Kata simbol berasal dari bahasa Greek,
Suadnyana, 2020). Simbol juga dapat “sum-balloo yang mengandung arti
diartikan sebagai tanda yang mengacu “saya bersatu bersamanya”, penyatuan
pada objek itu sendiri yang melibatkan bersama”, apakah yang dapat disatukan

72
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

bersama di dalam simbol itu, disatu Gambar atau arca pada sebuah
pihak adalah bentuk, nilai harfiah dan di pura, walaupun terbuat dari batu, kayu,
pihak yang lain, kehidupan yang kertas atau logam sangat berharga bagi
membimbing kita, pengertian atau seorang penyembah, karena hal itu
kesalah pahaman, kesadaran atau menandakan ada hubungan dengan yang
ketidaksadaran. Demikianlah perbedaan disembah, Tuhan Yang Maha Esa atau
dari adanya tanda-tanda, walaupun manifestasi-Nya (Untara & Supastri,
tanda-tanda itu ada jarak dengan simbol. 2019). Gambar, arca atau simbol itu
Ketika tanda-tanda menjadi satu tidak menggantikan sesuatu yang ia sucikan
terpisahkan dengan kehidupan spiritual, dan abadi. Sebuah bendera hanyalah
maka hal itu sangat bermanfaat, hal itu sepotong kain kecil yang dicat atau
memberikan nilai tambah dan hal itu berwarna tertentu, namun bagi seorang
menjadi simbolis (Trisdyani & prajurit, bendera tersebut merupakan
Suadnyana, 2019). pengganti sesuatu yang dianggap paling
Penggunaan simbol ini dapat dicintainya. Ia sanggup berkorban untuk
ditemui dalam hal proses berpikir mempertahankan benderanya itu.
subjektif maupun reflektif. Hubungan Demikian pula arca, gambar atau simbol
antara komunikasi dan kesadaran tertentu yang sangat disayangi oleh
subjektif sedemikian dekat, sehingga pemujanya yang berkata kedalam rasa
proses itu dapat dilihat sebagai sisi tidak bhaktinya sendiri (Windya, 2019).
terlihat (convert) menginspirasi pikiran Seperti bendera yang membangkitkan
atau kesadaran. Suatu segi yang penting keperkasaan seorang prajurit, demikian
disini adalah bahwa intelegensi manusia pula arca, gambar atau simbol tertentu.
mencakup kesadaran tentang diri (self Tuhan Yang Maha Esa atau manifestasi-
consciousness) (Wirawan, 2012: 111). Nya ditempatkan di atas arca, gambar
Manusia pada umumnya selalu atau simbol itu, membangkitkan
berinteraksi dengan lingkungan hidup pemikiran ketuhanan dalam diri seorang
disekitarnya dan dalam pikirannya tidak pemuja. Begitu pula penggunaan api
bisa lepas dari simbol-simbol untuk dalam sebuah ritual, mampu
mengungkapkannya. Suatu simbol dapat membangkitkan jiwa spritual umat
memberikan arahan bagi seseorang Hindu karena percaya bahwa api sebagai
dalam pemilihan alat-alat tertentu atau simbol Dewa Agni.
menentukan cara yang akan dipakai
untuk tujuannya (Suadnyana & 2. Fungsi Api Sebagai Simbol Dewa
Yogiswari, 2020). Agni Dalam Aspek Ritual
Dalam makna tertentu, simbol Kehidupan sosial keagamaan
memiliki makna yang mendalam yaitu umat Hindu, dalam beraktivitas
suatu konsep yang paling bernilai dalam keagamaan masyarakat selalu mengacu
kehidupan suatu masyarakat. Dapat kepada Tuhan. Hal ini sebagai bukti
dikatakan bahwa simbol adalah bahwa masyarakat Hindu adalah
merupakan suatu tanda, ciri-ciri atau masyarakat yang religius (Windya,
angka sasaran yang dianggap sebagai 2019). Bukti empirik yang bisa dipakai
gambaran sesuatu. Seperti dapat dasar bahwa masyarakat Hindu selalu
digambarkan melalui pikiran ataupun bertindak serba religi adalah bahwa
perasaan ataupun hal-hal yang bersifat sekecil apapun aktivitas yang
abstrak ke dalam bentuk yang nyata dilaksanakan selalu dikaitkan dengan
(Yhani, 2019). hal-hal yang bersifat religi. Segala
sesuatu yang dilakukan oleh umat Hindu

73
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

merupakan pencerminan bahwa kemenyan, gula, kulit duku, kayu


masyarakat sangat taat beragama, karena cendana, kayu majegau, dan lain-
jika dilihat dari pengertiannya, sosio- lainnya. Dhupa atau dupa adalah sebagai
religius adalah salah satu ciri manusia nyala bara yang berisi wangi-wangian
yang beragama dan berbudaya. Terlihat yang dipakai dalam upacara dan untuk
dalam beragama tersebut merupakan menyelesaikan upacara. Dipa adalah api
hasil budaya masing-masing kelompok yang nyalanya sebagai lampu yang
manusia yang membudaya dan menjadi terbuat dari minyak kelapa, yang
sitem budaya. Manusia dimanapun merupakan alat penting dalam upacara
mempelajari budayanya dari generasi ke agama (Yuniastuti & Suadnyana, 2019).
generasi melalui pengamatan pada orang Upacara yadnya yang
lain disekitarnya, kemudian membuat dilaksanakan umat Hindu selain
inferensi-inferensi tertentu. proses menggunakan atau menyalakan api
pembelajaran manusia tersebut akhirnya dalam banten, warna merah yang sering
secara eksplisit dilaksanakan di dalam digunakan dalam upakara merupakan
kehidupan sehari-hari, karena segenap simbol api. Api memiliki makna teologis
pengetahuan tersebut berfungsi untuk yang sangat dalam, karena merupakan
menafsirkan dan mengembangkan simbol Tuhan dalam manifestasi-Nya
tingkah laku, maka keseluruhan sistem sebagai Dewa Agni atau Sang Hyang
budaya tersebut merupakan sistem Agni (Kariarta, 2019). Adapun sastra
makna dalam masyarakat. yang mengacu tentang penghormatan
Mengambil materi api dalam terhadap Sang Hyang Agni ditekankan
memberdayakan energi semesta, api atau dalam kitab Sarasamuscaya sebagai
Agni ditampilkan secara nyata saat berikut:
upacara oleh umat Hindu. Api juga Nihan ulaha sang waiçya, mangajya
ditampilkan dalam upacara berbentuk sira ri sang brahmana, ri sang
nyasa atau simbol. Penggunaan api ksatriya kuneng, mwang maweha
sebagai sarana upacara agama juga dana ri tekaning danakala, ring
disebut dengan Agni. Peranan api dalam cubhadiwasa, dumdumana nira ta
upacara agama sangat penting seperti: sakwehing mamaraçraya ri sira,
api adalah pengantar upacara yang mangelema amuja ring sang hyang
menghubungkan antara manusia dan tryAgni ngaranira sang hyang apuy
Tuhan, Agni adalah Dewa yang tiga, pratyekanira, ahawanìya,
mengusir raksasa dan membakar habis garhaspatya, citagni, ahawanidha
semua mala sehingga menjadikannya ngaranira apuy ning asuruhan,
suci, Agni adalah pengawas moral dan rumateng i pinangan, garhaspatya
saksi yang abadi, Agnilah yang menjadi ngaranira apuy ning winarang,
pimpinan upacara Yadnya yang sejati. apan Agni sakuka kramaning
Api sebagai sarana upacara agama yang winarang i kalaning wiwaha,
dipentingkan adalah api yang citagni ngaranira apuy ning
mengeluarkan asap yang berbau harum manunu çawa, nahan ta sang hyang
dan sangat dihindari penggunaan api tryAgni ngaranira, sira ta pujan de
yang terbuat dari lilin, oleh karena lilin sang waiya, ulah nira ika
itu tidak mengeluarkan bau yang harum. mangkana, ya tumekaken sira ring
Sedangkan kalau dhupa dan dipa serta swarga dlaha.
yang lainnya memang sudah dibuat (Sarasamuscaya, 59)
khusus agar dapat berbau harum atau
wangi yang dilengkapi dengan Terjemahan:

74
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Yang patut dilakukan oleh sang Api sakral merupakan api yang
waisya: ia harus belajar pada sang suci yang diperoleh melalui pemujaan
brahmana, maupun pada sang dengan mantra-mantranya. Apabila
ksatria dan hendaklah ia sarana api belum ada dalam upacara
memberikan sedekah pada saatnya; agama, maka suatu persembahan dapat
waktu persedekahan tiba, pada hari dikatakan belum lengkap, karena dengan
yang baik, hendaklah ia membagi- api umat Hindu dapat melaksanakan
bagikan sedekah kepada semua persembahan atau korban suci dengan
orang yang meminta bantuan sempurna. Sarana api untuk penyucian,
kepadanya, dan taat mengadakan sarana api dapat menghalau roh-roh jahat
pemujaan kepada tiga api suci, yang atau pengaruh-pengaruh yang baik
disebut TryAgni yaitu tiga api suci, karena api sebagai pengantar, sebagai
perinciannya adalah: ahawaniya, pemimpin upacara, dan sebagai saksi
garhaspatya dan citAgni; ahawaniya upacara agama Hindu. Adapun fungsi
artinya api tukang masak untuk api dalam kaitannya dengan upacara
memasak makanan, garhaspatya agama Hindu yaitu:
artinya api upacara perkawinan; 1) Api sebagai pendeta pemimpin
itulah api yang dipakai saksi pada upacara. Hal ini dimaksudkan bahwa
waktu perkawinan dilangsungkan; api dapat menuntun umat Hindu
citAgni artinya api untuk membakar untuk menuju pada arah kesucian,
mayat, itulah yang disebut tiga api selalu ada pada jalan yang benar
suci; api itulah harus dihormati dan (dharma).
dipuja oleh sang waisya; 2) Api sebagai perantara Pemuja dan
perbuatannya demikian itu Yang Dipuja. Menghormati dan
menyampaikan dia ke alam sorga memuja kebesaran Tuhan Yang Maha
kelak (Kajeng, 1997:52). Esa beserta manifestasinya
memerlukan kesucian hati atau
Menyimak pemaparan sloka ketulusan dan pemujanya. Di samping
tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan unsur kesucian juga sarana api dapat
bahwa api suci yang wajib untuk dipuja sebagai sarana atau perantara untuk
ada tiga bentuknya. Sebab api memiliki menyatukannya, agar Yadnya itu
banyak fungsi dalam kehidupan tidak sia-sia.
manusia. Tidak terkait hanya dalam hal 3) Api sebagai pembasmi segala
ritual, tetapi api juga membantu manusia kekotoran dan pengusir roh jahat.
untuk tumbuh berkembang dalam wujud Melakukan persembahan kehadapan
api yang dipergunakan untuk memasak Tuhan beserta dengan manifestasinya
makanan (Suadnyana & Yogiswari, perlu mempersiapkan diri dengan
2020). Penggunaan api dalam upacara suasana yang suci secara lahir dan
agama Hindu sangat banyak dijumpai batin. Demikian pula dalam
sesuai dengan jenis yadnya yang pemakaian api sebagai sarana
dipesembahkan dan fungsinya masing- upacara, maka diperlukan sarana api
masing. Jenis api yang dipergunakan yang telah suci. Atau sarana yang
dalam kaitannya dengan upacara agama akan digunakan perlu di sucikan
bukanlah jenis api biasa, namun apa terlebih dahulu, mengingat fungsi api
yang dimaksudkan adalah api yang adalah sebagai pembasmi segala
khusus berfungsi sebagai api sakral kekotoran dan pengusir roh jahat.
(Yogiswari & Suadnyana, 2019). 4) Api sebagai saksi upacara dalam
kehidupan. Semua sarana api

75
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

digunakan dalam upacara agama baik sebagai duta, sebagai pemberi berkah,
yang berupa dhupa, dipa, api takep, penjaga rumah, sebagai saksi dan lain
pasepan, dan yang sejenisnya sebagainya menyebabkan Agni tetap
merupakan saksi upacara atau dimuliakan. Fungsi Agni sebagai inti
pemimpin upacara. Dalarn umat yadnya sangat penting ditinjau dari
Hindu melakukan persembahyangan pemujaan terhadap Dewa Agni,
maka api dhupalah yang dipakai sebagaimana hal ini bisa dilihat pada
sebagai saksinya, sedangkan asapnya sloka yang pertama diturunkan yakni
melambangkan arahnya jalan pikiran dalam kitab Rgveda I.1.1 yang berbunyi:
untuk menyembah Tuhan menuju ke
arah akasa dengan penuh kesucian. Agnim ile purohitam
yajnasya devam rtvijam,
Dalam agama Hindu pemujaan hotaram ratna dhatamam.
kepada Dewa Agni mendapat tempat
yang utama. Pemujaan kepada Dewa Terjemahan:
Agni menduduki posisi utama (Jendra, Kami memuja Tuhan, pendeta
1999:29). Dewa Agni digambarkan utama alam semesta, yang
sebagai laki-laki merah, memiliki tiga melakukan kegiatan melalui
kaki, tujuh lengan, mata, alis dan hukum abadi, yang memelihara
rambutnya hitam kemerah-merahan, dan menghidupi segala yang
berlidah tujuh, kalungan buah-buahan bersifat ilahi dan cemerlang
pada lehernya, muncul lidah api dari (Maswinara, 2008:1).
mulutnya dan seluruh tubuhnya, tinggal Dalam sloka ini kata Agni
di atas sebatang kayu kering. Dewa Agni dimaksudkan untuk menyebutkan Tuhan
memperistri Dewi Swaha sebagai sebagai pemimpin upacara. Dalam
saktinya mempunyai tiga anak antara bidang mental, Agni adalah salah satu
lain: Pavaka, Pavamana dan Suci (Titib, penguasa yang sangat brilian dan kuasa
2003: 169). Dalam seni arca, Agni dipuja atas pikiran cerdas; serta dalam bidang
pada candi/mandir di India digambarkan material Agni merupakan penguasa teja
sebagai orang tua yang berbadan merah, atau sinar. Dalam pengertian api sebagai
perutnya besar, memiliki enam mata dan simbol pendeta maka Dewa Agni
tujuh tangan, memegang sendok kecil dipandang memiliki kekuatan,
dan sendok besar sebagai pelaksana kemampuan untuk menyampaikan
Agnihotra, memiliki tujuh lidah dan doa/permohonan dengan yang dipuja.
empat tanduk, tiga kaki, rambutnya Dalam pengertian api sebagai simbol
dikepang, berbusana warna merah, pada pendeta maka Dewa Agni dipandang
kaki kiri dan kanan terdapat arca Svaha memiliki kekuasaan yang amat
dan Svahana (Titib, 2003: 169). menentukan dalam suatu upacara.
Titib (2003: 168) Agni sering Adapun lima aspek atau wujud api ritual
disebut dalam Weda, di samping Indra adalah:
dan Surya. Dalam mantram pertama, 1) Brahma Agni (api yang sangat
sukta pertama dan mandala pertama luas) digunakan selama
kitab suci Rgveda, Agni disebut Purohita pelaksanaan upacara yang
para dewata dan peganugrah muncul sebagai api dunia.
kemakmuran dan kebahagiaan. Ia 2) Prajapatya Agni yaitu api yang
disebut sebagai saksi yang tetap eksis diberikan kepada para
sampai kini dalam setiap pemujaan umat Brahmacari ketika menerima
Hindu. Fungsi Agni sebagai pandita, benang upavita. Dengan api ini

76
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

mereka mempersembahkan musuh-musuh kami dan melindungi


upacara Agnihotra. serta memelihara kami dan
3) Garhyapatya Agni yaitu api membantu dalam memperoleh
untuk kepentingan keluarga yang makanan yang memperkuat. Semoga
diperoleh setelah upacara itu bersama kami dalam perjuangan
perkawinan di tengah-tengah kami menuju keberhasilan
upacara keluarga. Api ini (Maswinara, 2008:153).
hendaknya dipelihara selama Sumber di atas mengandung
hidup. pengertian bahwa api dilambangkan
4) Daksina Agni yaitu api yang sebagai penuntun umat dalam hidupnya.
ditujukan atau digunakan dalam Diharapkan api mampu menuntun umat
persembahan kepada leluhur. agar umat diberikan kesucian hati dan
5) Kravyada Agni yaitu api yang pikiran dalam menjalani kehidupan.
digunakan dalam upacara Dalam proses memohon tuntunan
pembakaran jenazah (Danielou, kepada Tuhan, manusia teramat kurang
1964: 90). untuk menjangkau Tuhan yang Maha
Penggunaan dupa dalam setiap gaib, Maha Suci dan Maha Sempurna.
rangkaian upacara adalah mewakili Api yang menyala dalam pelaksanaan
kekuatan Agni. Setiap prosesi ritual ritual adalah wujud Tuhan yang bisa
menyertakan Agni dengan berbagai dilihat dengan nyata dalam kehidupan
wujud misalnya: linting, dupa, api takep, sehari-hari (Anggraini, 2019). Sampai
obor-obor, damar kurung, damar sentir, saat ini penggunaan simbol-simbol
dan lainnya. Berbagai bentuk Agni pada dalam memuja Tuhan dan segala
sarana upakara dapat dikelompokkan manifestasi-Nya masih banyak ditemui
menjadi dua yaitu mengggunakan api bahkan tidak mudah untuk ditiadakan.
yang berwujud nyala api dan Agni yang Hal tersebut disebabkan oleh
berwujud asap. Agni dalam bentuk asap beragamnya tingkat spiritualitas umat.
tentunya diwakili oleh dupa dan pasepan Demikian pula penggunaan suatu simbol
yang lebih mengutamakan kepulan asap sebagai perantara antara pemuja dengan
pada setiap ritual keagamaan. Ini banyak Tuhan yang dipuja. Bagi orang yang
dilihat dalam ritual keseharian, baik di telah memiliki tingkat kwalitas spiritual
canang maupun banten yang selalu yang tinggi baik tingkat wijnana dan
menggunakan dupa. jnananya mungkin tidak perlu
Terkait dengan fungsi api menggunakan sarana sebagai perantara
sebagai dijelaskan pada kitab suci dalam memuja Tuhan.
Rgveda V.9.7 menyatakan sebagai
berikut: 3. Makna Api Sebagai Penerang
Makna api sebagai penerang, bisa
“tam no agne abhi naro rayim dilihat dengan pemahaman bahwa api itu
sahasvaa bhara, sa ksepayat sa sendiri memiliki bagian berupa cahaya
posayad bhuvad vajasya sataya (krisna & Suadnyana, 2020). Ibarat
utaidhi prtsu no vrdhe”. cahaya pada mata manusia menjadi
faktor penting yang menyebabkan mata
Terjemahan: bisa menangkap atau merespon warna.
Wahai api perkasa, mohon Dengan cahaya pada mata yang akhirnya
anugerahilah kemakmuran pada berasal dari anugrah Tuhan manusia bisa
kami, pelaksanaan kegiatan suci. mengetahui berbagai warna, bentuk,
Semoga api ini melumpuhkan gerakan dan reaksi benda serta mahluk-

77
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

mahluk hidup lainnya di alam ini keadaan sadarlah manusia mampu


(Suadnyana I. B., 2018). Bisa memilah-milah yang benar dan yang
dibayangkan bila Tuhan tidak salah, mana yang baik dan mana yang
menganugrahi mata, maka manusia tidak buruk. Kebaikan dan kebenaran tersirat
mampu membedakan banyak sesuatu. dalam ajaran agama akan mewarnai
Orang bijak mengatakan bahwa mata kwalitas keyakinan (sradha) seseorang.
merupakan jendela hati. Dengan Hal inilah yang memberi motivasi
membuka mata maka semua akan terhadap prilakunya. Dengan kesadaran
tampak lebih jelas, sehingga cakrawala yang demikian maka manusia akan lebih
pengetahuan menjadi lebih luas. cerdas manjalani dan menyikapi hidup.
Api juga dijadikan simbol Hal ini sesuai dengan slogan di
penerang dalam ilmu pengetahuan, masyarakat bahwa kebodohan identik
karena dengan ilmu pengetahuan dengan kemiskinan, dan kemiskinan
manusia bisa membuka kesadarannya adalah sama dengan penderitaan.
dan ilmu pengetahuan itu diibaratkan
sasuluh atau penerang dalam perjalanan III. PENUTUP
hidup manusia. Ilmu pengetahuan Aktivitas keagamaan umat Hindu
menjadikan hidup lebih baik, ilmu menggunakan berbagai simbol. Simbol-
pngetahuan menjadikan orang memiliki simbol dibuat dengan indah, unik, dan
nama besar atau termasyur. Dengan menarik untuk menggambarkan hakikat
luasnya ilmu pengetahuan, manusia akan Tuhan yaitu Satyam (kebenaran), Sivam
lebih bijaksana dan lebih cemerlang, (kebaikan), dan Sundaram (keindahan).
sehingga kwalitas spiritualnya menjadi Simbol memiliki makna yang mendalam
semakin meningkat. Dalam kitab suci yaitu suatu konsep yang paling bernilai
Bhagavadgita IV. 37 dijelaskan: dalam kehidupan suatu masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa simbol adalah
Yathaidhamsi samiddho „gnir merupakan suatu tanda, ciri-ciri atau
bhasma-sat kurute „rjuna, angka sasaran yang dianggap sebagai
jnanagnih sarva-karmani gambaran sesuatu. Dalam hal ini yang
bhasma-sat kurute tatha dimaksudkan adalah api sebagai simbol
Terjemahan: Dewa Agni. Dalam agama Hindu
Bagaikan api menyala, wahai arjuna pemujaan kepada Dewa Agni mendapat
yang membakar kayu api menjadi tempat yang utama. Pemujaan kepada
abu, demikian pula api ilmu Dewa Agni menduduki posisi utama.
pengetahuan membakar segala karma Agni disebut Purohita para
menjadi abu (Pudja, 2004:128). dewata dan peganugrah kemakmuran
dan kebahagiaan. Ia disebut sebagai
Berdasarkan sloka di atas Agni saksi yang tetap eksis sampai kini dalam
diibaratkan seperti ilmu pengetahuan setiap pemujaan umat Hindu. Fungsi
yang memiliki fungsi sebagai penerang. Agni sebagai pandita, sebagai duta,
Hidup manusia sebagai pemberi berkah, penjaga rumah,
sesungguhnya tidak sempurna tanpa sebagai saksi dan lain sebagainya
ilmu pengetahuan. Ketika kebodohan menyebabkan Agni tetap dimuliakan.
terbakar yang tersisa hanyalah Dalam pengertian api sebagai simbol
kesadaran. Kayu-kayu yang dibakar oleh pendeta maka Dewa Agni dipandang
api merupakan simbol kebodohan. memiliki kekuatan, kemampuan untuk
Ketika kayu terbakar maka yang tersisa menyampaikan doa/permohonan dengan
hanyalah abu kesadaran. Hanya dalam yang dipuja. Agni diibaratkan seperti

78
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

ilmu pengetahuan yang memiliki fungsi Komunikasi. Ganaya: Jurnal Ilmu


sebagai penerang, seumpama Agni Sosial Dan Humaniora, 2(2-3), 164-
membakar kayu yang merupakan simbol 171.
kebodohan. Kajeng, I Nyoman. 1997.
Sarasamuscaya. Jakarta: Hanuman
DAFTAR PUSTAKA Sakti.
Maswinara, I Wayan. 2008. Rgveda.
Anggraini, P. M. R. (2019). KONSEP Surabaya: Paramita.
CAKRA YADNYA TERHADAP Pudja, I Gede. 2004. Kitab Suci
PENGGUNAAN BUAH IMPORT Bhagawad Gita. Surabaya: Paramita.
DI BALI (Studi Kasus Perayaan Hari Somawati, A. V., & Made, Y. A. D. N.
Raya Galungan). Jñānasiddhânta: (2019). IMPLEMENTASI AJARAN
Jurnal Teologi Hindu, 1(1). TRI KAYA PARISUDHA DALAM
Coulson, J.et.al. 1987. The New Oxford MEMBANGUN KARAKTER
Illustrated Dictionary, Christian GENERASI MUDA HINDU DI
Brann Limited Cirencester. England. ERA DIGITAL. Jurnal Pasupati
Danielou, Alain. 1964. Hindu Vol, 6(1).
Polytheism, Routledge & Kegan Suadnyana, IBPE (2018). Kajian Nilai
Paul. London. Pendidikan Agama Hindu Dalam
Diantary, N. M. Y. A. (2019). Konsep Manyama Braya. Jurnal
KECANTIKAN WANITA DALAM PASUPATI , 5 (1), 48-60.
TEKS RUKMINI Suadnyana, I. B. P. E., & Yogiswari, K.
TATTWA. Jñānasiddhânta: Jurnal S. (2020). Peranan Komunikasi
Teologi Hindu, 1(1). Persuasif Dalam Implementasi
Gunawijaya, I. W. T., & Putra, A. A. Ajaran Tri Hita Karana Pada Sekaa
(2020). MAKNA FILOSOFIS Truna Truni. Ganaya: Jurnal Ilmu
UPACARA METATAH DALAM Sosial Dan Humaniora, 2(2-3), 104-
LONTAR EKA 112.
PRATHAMA. Vidya Darśan: Jurnal Suparta, I. G. A. (2020). TINJAUAN
Mahasiswa Filsafat Hindu, 1(1). KOSMOLOGI DALAM LONTAR
Jendra dan Titib. 1999. Agnihotra Raja BHUWANA SANGKȘÉPA. Genta
Upacara Multifungsi dan Efektif. Hredaya, 3(2).
Surabaya:Paramita. Tim Penyusun. 1995. Bahan Pendidikan
Hartaka, I. M. (2019, March). Building dan Pengajaran Agama Hindu Untuk
Patriotism Through Spiritual SMA Kelas 3 dan Sederajat.
Awareness Hindu Religion Denpasar: MGMP Agama Hindu
Perspective. In Proceeding SMU Propinsi Bali.
International Seminar Titib, I Made. 2003. Purana Sumber
(ICHECY) (Vol. 1, No. 1). Ajaran Hindu Komperehensip.
Kariarta, I. W. (2019). KONTEMPLASI Jakarta: PT. Pustaka Mitra Jaya.
DIANTARA MITOS DAN Titib, I Made. 2003. Teologi & Simbol-
REALITAS (CONTEMPLATION Simbol dalam Agama Hindu.
BETWEEN MYTHS AND Surabaya: Paramita.
REALITIES). Jñānasiddhânta: Trisdyani, N. L. P., & Eka, I. B. P. E. S.
Jurnal Teologi Hindu, 1(1). (2019). ETIKA HINDU DALAM
Krishna, I. B. W., & Suadnyana, I. B. P. CERITA TANTRI
E. (2020). Wayang Kulit Bali KAMANDAKA. Jñānasiddhânta:
Sebagai Media Jurnal Teologi Hindu, 1(1).

79
Jñānasiddhânta
Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Untara, I. M. G. S. (2019).
KOSMOLOGI HINDU DALAM
BHAGAVADGĪTĀ. Jñānasiddhânta
: Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
Windya, I. M. (2019). KONSEP
TEOLOGI HINDU DALAM
TATTWAJÑĀNA. Jñānasiddhânta:
Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori
Sosial Dalam Tiga Paradigma.
Jakarta: Kencana Praneda Media
Group.
Yhani, P. C. C. (2020). RELEVANSI
AJARAN SOCRATES DALAM
AGAMA HINDU. Genta Hredaya,
3(2).
Yogiswari, K. S. (2019). UPANISAD
PERSPEKTIF PENDIDIKAN
MODERN. Jurnal PASUPATI, 6(2),
88-99.
Yogiswari, K. S., & Suadnyana, I. B. P.
E. (2019, June). HOAX DI ERA
POST-TRUTH DAN
PENTINGNYA LITERASI
MEDIA. In Seminar Nasional
Filsafat (SENAFI) I (p. 173).

80

Anda mungkin juga menyukai