2 2021
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
E-ISSN : 2797-3603
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.719
Abstrak
Ritual sebagai bukti fisik juga bisa disebut wujud simbolik dilandasi dengan praktik
kreasi – kreasi positif yang berdasarkan sastra veda, salah satu ajaran atau sebagai
karangka dasar yang disebut tatwa (kebenaran), etika (Prilaku etis), dan upacara (Ritual/
Praktek nyata). menjadikan adanya suatu pengamalan (bukti nyata) yang memiliki
demensi ialah disebut Yadnya sehingga melahirkan unsur keikhlasan dengan sarana
yang terpenting digunakan yakni diebut air suci lumrahnya bernama tirtha. Dalam
penelitian ini dapat menemukan secara filosofis tirtha sebagai lambang Pesucian pada
upacara Dewa Yadnya memiliki fungsi pada setiap jenis tirta tersebut.
Kata Kunci: Tirtha, Upacara Dewa Yadnya
32
Filosofi Tirta Sebagai Air Suci dalam Implementasi Upacara Dewa Yadnya
Anak Agung Gde Krisna Paramita
sebagai wujud tirtha, memang sangat dalam kegiatan keagamaan umat Hindu.
diperlukan wujudnya oleh seluruh Dengan wujud inti dari tirtha yakni air,
ciptaan tuhan baik tumbuh – tumbuhan, merupakan sarana persembahyangan
binatang maupun manusia itu sendiri, yang penting dan diyakini sebagai air
karena air sebagai nutrisi kehidupan bagi pembersihan (pemarisudha) dan jenis air
semesta beserta isinya. anugrah ilahi (Wangsuh pada) yang
dipakai dalam persembahyangan sebagai
Menyinggung persefektif ilmu air suci di sebut tirta. Unsur ini tidak
biologi tentang air, bahwa air merupakan lepas dalam arti menjadi unsur
salah satu kebutuhan pokok sehari-hari terpenting disaaat yadnya dilakukan,
makhluk hidup di dunia ini yang tidak salah satunya yakni dalam konteks
dapat terpisahkan oleh air itu sendiri. penerapan dewa yadnya. Terkait hal itu
Tidak hanya penting bagi manusia, air dalam tulisan makalah ini akan
merupakan bagian yang penting bagi membahas tentang peranan tirtha
makhluk hidup baik hewan dan sebagai sarana penting dalam konteks
tumbuhan. Tanpa air kemungkinan tidak upacara Dewa yadnya dan bagaimana
ada kehidupan di dunia ini, karena semua makna sesungguhnya, sejauh mana
makhluk hidup sangat memerlukan air pentingnya tirtha serta fungsi tirtha yang
untuk bertahan hidup. Manusia mungkin digunakan secara rutinitas oleh umat
dapat hidup beberapa hari akan tetapi Hindu.
manusia tidak akan bertahan selama
beberapa hari jika tidak minum air, II. Metode
karena sudah mutlak bahwa sebagian
besar zat pembentuk tubuh manusia itu Peneliti ini menggunakan jenis
terdiri dari 73% adalah air penelitian kualitatif yang menyangkut
(Suriawiria,1996:28). agama, budaya, dan sosial karena dalam
penentuan datanya tidak menggunaan
Kegiatan sehari-hari manusia tidak perumusan atau data berupa angka, serta
dapat dipisahkan dengan manfaat menggunakan dua jenis data (data primer
penting dari air bagi kehidupan manusia dan data sekunder). Dalam
tersebut. Dijelaskan dalam Kanisius mengumpulkan data digunakan
(2003 :74) air sangat memiliki penentuan informan secara Purposive
kedudukan penting dalam kehidupan Sampling. Metode pengumpulan data
alam makro dan mikro karena hampir yang digunakan adalah observasi,
semua kegiatan manusia ini wawancara (interview), dokumen, dan
membutuhkan yang namanya peranan kepustakaan. Dalam metode analisis data
air, beberapa contoh sederhananya yang diperoleh diklasifikasikan dan
adalah dalam hal kebersihan rumah dan disusun secara sistematis sehingga
lingkungan pastinya kita membutuhkan diperoleh hasil yang disajikan dalam
air untuk mengepel, mencuci baju, bentuk narasi, uraian disertai
mencuci piring dan masih banyak lagi. argumentasi. Langkah-langkah yakni
Maka dari itulah kita tidak boleh Reduksi Data, Display data, dan
menyepelekan manfaat penting dari air Conclusion Drawing/Verification atau
bagi kehidupan manusia begitu pula mengorganisasikan data, menyusun ke
makhluk yang lainya sebagai penghuni dalam pola, memilih mana yang penting
semesta atau jagat raya juga memrlukan dan membuat kesimpulan.
air sebagai nutrisi hidupnya serta layak
mendapatkan air sebagai mana mestinya
33
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2021
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
E-ISSN : 2797-3603
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.719
34
Filosofi Tirta Sebagai Air Suci dalam Implementasi Upacara Dewa Yadnya
Anak Agung Gde Krisna Paramita
sebagai bhakti persembahan dari orang 2. Jenis – Jenis Tirtha Dalam Dewa
yang berhati suci (Pudja, 2013). Yadnya
Secara pemahaman tirtha diyakini Praktik Dewa Yadnya secara
oleh umat memiliki kekuatan spritual, makna ialah memuliakan Tuhan, dengan
karena secara proses diperoleh dari dua mempersembahkan rasa syukur umat
cara, dijelaskan dalam Putra (1991 :12) atas karunia-Nya. Sarana tirtha dalam
sebagai berikut : implementasi yang dilakukan wajib
digunakan dalam hal adanya
a) Dimatrai oleh Pendeta atau orang persembahyangan. Ada dua jenis tirtha
yang dianggap wajar untuk secara lumrah dikenal oleh umat pada
maksud tersebut. Tirtha ini masih persembahyangan yakni tirtha
diangap “penglukatan” atau pembersihan (pemarisudha) dan tirtha
pembersihan terhadap diri wangsuh pada. Seperti penjelasan diatas
seseorang serta alat – alat dan yang sudah dikemukakan bahwa air
sesajen yang akan dipergunakan merupakan sarana yang sangat penting
dalam suatu upacara. sebagai simbol dalam persembahyangan
b) Dimohon disuatu pelinggih atau seperti yang dijelaskan dalam
tempat yang diangap suci oleh Suhardhana (2005;17) sebagai berikut :
umat Hindu. Tirtha semacam ini
dianggap sebagai “anugrah” a) Air merupakan lambang
karena kesucian atau kekuatan penyucian diri dan amertha atau air
spritualnya diyakini berasal dari kehidupan dan kehidupan dan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa kebahagiaan. Ada dua jenis air
dalam berbagai manifestasi-Nya kehidupan yang dikenal air
yang dipuja pada pelinggih atau digunakan membersihkan panca
tempat bersangkutan. indra kita dan air kebahagiaan
yang disebut tirtha.
Penjelasan diatas terkait
pemahaman yadnya dalam teks b) Air biasa dengan sesajen (banten )
Bhagawad Gita tersurat kata toyam yang dan mantra dengan permohonan
artinya air. Air yang dimaksud ialah warenugraha kepada Tuhan dapat
tirtha itu sendiri sebagai salah satu dijadikan tirtha amertha yang
sarana utama dalam yadnya. Hal yang dapat memberikan kebahagiaan
perlu diketahui juga bahwa tirtha umat yang memuja-Nya. Karena
memiliki pengertian melakukan itu tirtha dikatakan sebagai
perziarahan atau melakukan perjalanan mempunyai fungsi pembersihan
mengujungi tempat – tempat suci seperti diri dari kekotoran dan
penjelasan diatas. Hal ini juga memiliki pencemaran fikiran, sebagai tirtha,
makna secara aplikasi beragama Hindu air suci itu menjadi benda sakral
yang sudah mentradisi dilakukan di Bali diyakini mampu mensucikan
adalah tirtha yatra. Tirtha yatra yang pikiran dan perasaan.
dijelaskan dalam kamus istilah agama
Hindu adalah perjalanan suci ketempat – Selain itu juga ada tirtha yang
tempat suci (Tim Penyusun, 2002:18). dibuat oleh sulinggih (Dwijati) atau
Pemahaman ini secara istilah disebut disebut juga Sang Diksita khususnya
sebagai ajaran dharma sedhana yang untuk tirtha pembersihan dalam tradisi
dimana dalam pengamalannya menitik loka disebut sebagai tirtha Griya karena
beratkan kepada prilaku – prilaku diperoleh dari seorang Sulinggih dan
pengamalan kerohanian untuk juga ada tirtha yang didapat melalui
melakukan pendakian spritual Hindu. memohon (nuur) oleh Pemangku,
pemangku dalang Balian (Wiana,
35
Widya Katambung:Jurnal Fisalfat Agama Hindu Vol.12 No.2 2021
Website Jurnal : https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/WK
E-ISSN : 2797-3603
DOI: https://doi.org/10.33363/wk.v12i2.719
40