Anda di halaman 1dari 15

NILAI - NILAI YADNYA DALAM

RAMAYANA

Oleh

Nama : Ni Made Anggun Ciptasari (27)

I Putu Prajanata Kusuma (15)

Ida Ayu Nyoman Pradnyasari (18)

Ni Putu Budi Agustini (31)

I Wayan Praja Pranajaya (17)

Dewa Putu Nanda Tresnadi Putra (04)

Kelas X MIPA 4
SMA Negeri 1 Mengwi
Tahun Pelajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca,

Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi


makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................v

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................v

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... vi

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... vi

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... vii

2.1 Pengertian Yadnya ...................................................................................... vii

2.2 Pembagian Yadnya ..................................................................................... viii

2.3 Bentuk Pelaksanaan Yadnya ........................................................................ ix

2.4 Cerita Ramayana .......................................................................................... xi

2.5 Nilai yadnya pada Ramayana ...................................................................... xii

BAB III PENUTUP ...............................................................................................xv

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................xv

3.2 Saran .............................................................................................................xv

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xvi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Yadnya dalam agama Hindu adalah aspek keimanan dan upacara dalam
ajaranHindu. Yadnya memiliki arti yang sangat luas. Menurut etimologi kata
yadnya ini berasal dari kata yaj yang artinya pengorbanan suci. Yadnya ini
dilakukan dengan tulus iklas dimana yadnya bertujuan untuk mewujudkan sradha
dan keyakinan dalam menyampaikan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.
Yadnya berkaitan dengan Tri Rna yaitu hutang yang dimiliki oleh manusia
sejak lahir dimana hutang ini dapatkan dibayarkan dengan melakukan Panca
Yadnya.
Pelaksanaan yadnya ini dapat dilakukan secara Nitya Karma dan juga Naitmitika
Karma.
Dalam kitab Ramayana yang merupakan hasil karya besar dari seorang Rsi
Walmiki mengandung arti yang sangat dalam. Cerita ini mengandung nilai-nilai
kebenaran yang abadi dimana hal ini bersifat kekal dan abadi , cerita Ramayana ini
sangat berkaitan erat dengan Yadnya.
Menurut penelitian menyatakan bahwa Ramayana tersusun oleh 24.000
stansa dan 7 kanda. Ramayan adalah sebuah epos yang menceritakan riwayat
perjalanan Rama dalam kehidupannya. Dalam kisah ini Rama merupakan tokoh
utama yang merupakaan jelmaan dewa Wisnu. Dalam kitab Purana diserbutkan
bahwa terdapat 10 awatara yang salah satunya adalah Rama yang merupakaan
jelmaan Dewa Wisnu.
Dalam kisahnya banyak teruarai hakekat dari Panca Yadnya sepeti Dewa
Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya. Di
Indonesia kekawin Ramayana ini dituliskan menggunakan bahasa Jwaw Kuno.
Kekawin Ramayana ini merupakan kekawin yang paling besar dan paling panjang
dalam kesusastraan Jawa Kuno.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Yadnya ?
2. Bagaimana pembagian daripada Yadnya ?
3. Bagaimana bentuk – bentuk pelaksanaa Yadnya ?
4. Bagaimana isi daripada kekawin Ramayana tersebut ?
5. Apa saja nilai yadnya yang terkandung pada kekawin Ramayana ?
1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.Memahami pengertian dari Yadnya.
2.Mengetahui pembagian dari Yadnya.
3.Memahami bentuk-bentuk pelaksanaan yadnya.
4.Mengetahui isi dari kakawin Ramyana.
5.Memahami nilai yadnya yang terkandung dalam Ramyana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Yadnya
Pada awalnya banyak orang mengartikan bahwa yadnya semata upacara
ritual keagamaan. Pemahaman ini tentu tidak salah karena upacara ritual
keagamaan adalah bagian dari yadnya. Pada dasarnya Yadnya bukanlah sekedar
upacara keagamaan, lebih dari itu segala aktivitas manusia dalam rangka sujud
bhakti kepada hyang Widhi adalah Yadnya.
Menurut etimologi kata Yajña berasal dari kata yaj yang artinya memuja
atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci. Kata ini juga diartikan bertindak
sebagai perantara. Dalam Ṛgveda VIII, 40. 4. Yajña artinya pengorbanan atau
persembahan. Yajña merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan
dengan penuh keikhlasan untuk melakukan persembahan kepada Hyang
Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan di dalamnya mengandung
unsur Karya (perbuatan), Sreya (tulus iklas), Budhi (kesadaran) dan Bhakti
(persembahan). Arti Yajña yang sebenarnya adalah pengorbanan atau
persembahan secara tulus kepada Ida Sang Hyang widhi Wasa. Yajamāna artinya
orang yang melakukan atau melaksanakan Yajña, sedangkan Yajus berarti aturan
tentang Yajña. Segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada Hyang
Widhi/Tuhan dengan penuh kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan
perilaku yang tulus demi kesejahtraan alam semesta disebut dengan Yajña.
Latar belakang manusia untuk melakukan Yajña adalah
adanya Ṛṇa (hutang) yang dibagi menjadi 3 sehingga disebut Tri Rna dengan
pemabgianyya antara lain adalah Dewa Rna, Rsi Rna, Pitra Rna yang kemudian
menimbulkan Pañca Yajña yaitu dari Dewa Ṛna menimbulkan deva Yajña dan
Bhuta Yajña, dari Ṛsī Ṛna menimbulkan Ṛsī Yajña, dan dari Pitra Ṛna
menimbulkan Pitra Yajña dan Manusa Yajña. Kesemuanya itu memiliki tujuan
untuk mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunjuk Veda,
meningkatkan kualitas kehidupan, pembersīhan spiritual dan penyucian serta
merupakan suatu sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan Hyang
Widhi/Tuhan.
2.2 Pembagian Yadnya
Menurut kitab sastra Agama hindu tentang pelaksanaan Panca Yadnya
memiliki berbagai macam rumusan, namun pada dasarnya memiliki makna dan
hakekat yang sama. Adapun Pembagian Yadnya yang dilaksanakan oleh umat
Hindu adalah :
1. Dewa Yadnya, yaitu yadnya yang dipersembahkan secra tulus iklas kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa .
Contoh-contoh pelaksanaan Dewa Yadnya dalam kehidupan :
1.Melaksanakan puja Tri Sandhya setiap hari .
2.Melaksanakan persembahyangan pada hari purnama, tilem dan hari raya
lainnya..
2. Pitra Yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci yang di tujukan
kepada roh-roh para leluhur dan bhatara-bhatara.
Contoh pelaksanaan Pitra Yadnya adalah sebagai berikut;
1.Menghormati orang yang lebih tua.
2. Menuruti nasehat orang tua .
3. Melaksanakan upacara pengabenan bagi orang tua atau leluhur kita yang
telah meninggal .
3. Rsi Yadnya adalah suatu bentuk persembahan karya suci yang di tujukan
kepada para rsi , orang suci , pinandita , pandita , sulinggih , guru , dan orang
suci yang berhubungan dengan agama hindu. Contoh-contoh pelaksanaan Rsi
Yadnya
1.Menghormati guru dan perintah yang diberikannya.
2.Menjaga kesehatan dan kesejahteraan orang suci.
3.Memberi sesari atau punia kepada orang suci
4. Manusa Yadnya adalah suatu upacara suci yang bertujuan untuk memelihara
hidup , mencapai kesempurnaan dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia
selama hidupnya . Contoh-contoh pelaksanaan Manusa Yadnya
1. Upakara/upacara bayi selama didalam kandungan (Garbha Wadana /
pagedong-gedongan )
2. Upakara/upacara bayi yang baru lahir kedunia
3. Upakara/upacara bayi kepus puser
4. Upakara/upacara bayi berumur 42 hari (Tutug Kambuhan)
5. Upakara/upacara bayi berumur 105 hari (nyambutin) atau biasanya di sebut
telu bulan karena lama nya hari itu 3 bulanan wuku bali
6. Upakara/upacara oton (otonan) yang biasanya di rayakan setiap 6 bulan
sekali di dalam kalender wuku bali .
7. Upakara/upacara potong gigi (Mepandas , metatah , mesangih)
8. Upakara/upacara perkawinan (Pawiwahan)
5. Bhuta yadnya adalah suatu upakara/upacara suci yang ditujukan kepada bhuta
kala atau makluk bawah . Contoh-contoh pelaksanaan Bhuta Yadnya
1. Upacara Mecaru (Membersihkan area baik itu pura maupun natah di rumah)
2. Ngaturang segehan untuk menetralkan sifat-sifat negative yang berada di
bumi

2.3 Bentuk Pelaksanaan Yadnya


Berdasarkan bentuk pelaksanaanya yajna dapat dibedakan menjadi:
1. Nitya Yadnya yaitu yadnya yang dilaksanakan setiap hari seperti halnya :
 Tri Sandhya
Tri Sandhya ini dilaksanakan setiap hari, dengan kurun pagi hari, siang hari,
dan sore hari.
 Yadnya Sesa
Mesaiban adalah yadnya yang dilakukan kehadapan Ida Sang Hyang
Widdhi Wasa setelah memasak atau sebelum menikmati makananan
 Jnana Yadnya
Jnana yadnya merupakan bentuk yadnya dalam bentuk pengetahuan.
2. Naitmitika Karma, yaitu yadnya yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
 Berdasarkan perhitungan warna, Contohnya : Kajeng Kliwon
 Berdasarkan Penghitungan wuku. Contohnya : Galungan, Kuningan.
 Berdasarkan perhitungan sasih. Contohnya : Purnama, Tilem, Siwa
Ratri.
3. Insidental
Secara kwantitas yadnya dapat dibedakan menjadi :
1. Kanista, artinya tingakatan kecil yaitu :
 Kanistaning Nista adalah terkecil diantara yang kecil.
 Madhyaning Nista adalah sedang diantara yang kecil.
 Utamaning Nista adalah terbesar diantara yang kecil.
2. Madya, artinya tingkatan sedang yaitu :
 Nistaning Madya artinya terkecil diantara yang sedang
 Madhyaning Madya artinya sedang diantara yang sedang
 Utamaning madya artinya yang terbesar diantara yang sedang.
3. Utama artinya tingkatan besar yaitu :
 Nistaning Utama artinya terkecil diantara yang besar.
 Madhyaning Utama artinya sedang diantara yang besar.
 Utamaning Utama artinya yang paling besar.
Secara Kwalitas yadnya ada 3 pembagian yadnya yaitu :
1. Tamasika Yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan tanpa
mengindahkan pentunjuk sastra.
2. Rajasika Yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan dengan bersifat
ingin pamer.
3. Sattwika Yadnya adalah yadnya yang dilaksanakna berdasarkan
sradha, lascarya, sastra, agama, daksina, anasewa, nasmit.
Untuk mewujudkan pelaksanaan Yadnya yang satwika, da tujuh syarat
yang wajib dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Sraddhā, artinya melaksanakan yajña dengan penuh keyakinan.
2. Lascarya, artinya yajña yang dilaksanakan dengan penuh
keiklasan.
3. Sastra, artinya melaksanakan yajña dengan berlandaskan sumber
sastra, yaitu Sruti, Smrti, Sila, Acara dan Atmanastuti
4. Daksina, artinya pelaksanaan yajña dengan sarana upacara (benda
dan uang)
5. Mantra dan gita artinya yajña yang dilaksanakan dengan
melantunkan lagu lagu suci untuk pemujaan
6. Annasewa, artinya yajña yang dilaksanakan dengan persembahan
jamuan makan kepada para tamu yang menghadiri upacara
7. Nasmita, artinya yajña yang dilaksanakan dengan tujuan bukan
untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.

2.4 Cerita Ramayana


Dari seluruh isi Kitab Ramaya dibagi menjadi tujuh kanda yang masing-
masing kanda saling berhubungan satu sama lain. Adapun dari tujuh kanda tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Balakanda
Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda
menceritakan Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu:
Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat orang, yaitu:
Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab Balakanda juga
menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara
dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
2. Ayodhyakanda
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama
Dewi Sita dan Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu,
Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan
menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali
ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.
3. Aranyakanda
Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di
tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering
membantu para pertapa yang diganggu oleh para rakshasa. Kitab
Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan
pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.
4. Kiskindhakanda
Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan
Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya
dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa
menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu
untuk menggempur Kerajaan Alengka.
5. Sundarakanda
Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang
membangun jembatan Situbanda yang menghubungkan India dengan
Alengka. Hanuman yang menjadi duta Sang Rama pergi ke Alengka dan
menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri
dan membakar ibukota Alengka.
6. Yuddhakanda
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera
Sang Rama dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan
usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan
mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana karena
terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di
tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat
ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
7. Uttarakanda
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang
Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian
Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan
melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama
pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan
Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.

2.5 Nilai yadnya pada Ramayana


1. Dewa Yajña
Dewa Yajña adalah Yajña yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh
manifestasinya. Dalam cerita Rāmāyana banyak terurai hakikat Dewa Yajña
dalam perjalanan kisahnya. Seperti pelaksanaan Homa Yajña yang
dilaksanakan oleh Prabu Daśaratha. Upacara ini dimaknai sebagai upaya
penyucian melalui perantara Dewa Agni.
Dari beberapa uraian singkat cerita Rāmāyana tersebut tampak jelas bahwa
sujud bakti ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi
Wasa merupakan suatu keharusan bagi makhluk hidup terlebih lagi umat
manusia. Keagungan Yajña dalam bentuk persembahan bukan diukur dari
besar dan megahnya bentuk upacara, tetapi yang paling penting adalah
kesucian dan ketulusikhlasan dari orang-orang yang terlibat melakukan
Yajña.

2. Pitra Yajña
Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Seperti apa
yang diuraikan dalam kisah kepahlawanan Rāmāyana, dimana Śrī Rāmā
sebagai tokoh utama dengan segenap kebijaksanaan, kepintaran dan
kegagahannya tetap menunjukkan rasa bakti yang tinggi terhadap orang
tuanya.
Nilai Pitra Yajña yang termuat dalam epos Rāmāyana terdapat pada
Kekawin Rāmāyana Trĕyas Sarggah bait 9 demi memenuhi janji orang
tuanya (Raja Daśaratha), Śrī Rāmā, Lakṣmaṇa dan Dewi Sītā mau menerima
perintah dari sang Raja Daśaratha untuk pergi hidup di hutan meninggalkan
kekuasaanya sebagai raja di Ayodhyā.
Dari kisah ini tentu dapat dipetik suatu hakikat nilai yang sangat istimewa
bagaimana bakti seorang anak terhadap orang tuanya. Betapapun kuat,
pintar dan gagahnya seorang anak hendaknya selalu mampu menunjukkan
sujud baktinya kepada orang tua atas jasanya telah memelihara dan
menghidupi anak tersebut.

3. Manusa Yajña
Dalam rumusan kitab suci Veda dan sastra Hindu lainnya, Manusa Yajña
atau Nara Yajña itu adalah memberi makan pada masyarakat dan melayani
tamu dalam upacara. Namun dalam penerapannya di Bali, upacara Manusa
Yajña tergolong Sarira Samskara. Inti Sarira Samskara adalah peningkatan
kualitas manusia.
Pada cerita Rāmāyana juga tampak jelas bagaimana nilai Manusa Yajña
yang termuat di dalam uraian kisahnya. Hal ini dapat dilihat pada kisah yang
meceritakan upacara Śrī Rāmā mempersunting Dewi Sītā. Selayaknya suatu
pernikahan suci, upacara ini dilaksanakan dengan Yajña yang lengkap
dipimpin oleh seorang purohita raja dan disaksikan oleh para Dewa, kerabat
kerajaan beserta para Mahaṛsī.

4. Ṛsī Yajña
Ṛsī Yajña itu adalah menghormati dan memuja Ṛsī atau pendeta. Pada kisah
Rāmāyana, nilai-nilai Ṛsī Yajña dapat dijumpai pada beberapa bagian dimana
para tokoh dalam alur ceritanya sangat menghormati para Ṛsī sebagai
pemimpin keagamaan, penasehat kerajaan, dan guru kerohanian.
Keberadaan beliau tentu sangat penting dalam kehidupan umat beragama.
Sudah sepatutnya sebagai umat beragama senantiasa sujud bakti kepada para
Mahaṛsī atau pendeta sabagai salah satu bentuk Yajña yang utama dalam
ajaran agama Hindu. Oleh karena itu banyak sekali hakikat Yajña yang dapat
dipetik untuk dijadikan pelajaran dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.

5. Bhuta Yajña
Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kala atau
berbagai kekuatan negatif yang dipandang dapat mengganggu kehidupan
manusia. Bhuta Yajña adalah usaha untuk memelihara kesejahteraan dan
keseimbangan alam.
Nilai-nilai Bhuta Yajña juga nampak jelas pada uraian kisah epos
Rāmāyana, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan Homa Yajña sebagai
Yajña yang utama juga diiringi dengan ritual Bhuta Yajña untuk
menetralisir kekuatan negatif sehingga alam lingkungan menjadi sejahtera.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Yajña merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan
dengan penuh keikhlasan untuk melakukan persembahan kepada
Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa
2. Pembagian Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu adalah Panca
Yadnya yang terdiri dari Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya,
Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya.
3. Bentuk pelaksanaan yadnya terdiri dari Nitya Krama, Naitmitika
Karma, Insidental.
4. Cerita Ramayana dikarang oleh Rsi Walmiki yang terdiri 7 kanda yang
disebut dengan Sapta Kanda.
5. Nilai – nilai Panca yadnya banyak terurai dalam cerita Ramayana.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis yaitu :
Sebagai umat beragama marilah kita menumbuhkan rasa iklas dengan beryadnya
karena dengan beryadnyalah kita mengucapkan syukur kepada Sang Pencipta
Tuhan Yang Maha Esa atas semua rahmat yang sudah diberikaan kepada kita dan
meniru sikap dari tokoh- tokoh dalam Cerita Ramayana yang bersifat postif .
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Ida Bagus Sudirga,M.Pd.H, 2016, Buku Pengembangan Materi Agama Hindu

https://id.wikipedia.org/wiki/Yadnya

http://tentanghindu.blogspot.com/2018/02/pengertian-panca-yadnya-bagian.html

http://wiracaritabali.blogspot.com/2014/08/sapta-kanda-cerita-ramayana.html

https://putuari765.blogspot.com/2019/04/nilai-nilai-yadnya-dalam-cerita-ramayana.html

Ida Bagus Sudirga, 2014, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Jakarta, Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.

Anda mungkin juga menyukai