Anda di halaman 1dari 22

Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102

Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198


DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

TEOLOGI KESEHATAN HINDU DALAM MEDITASI

(HINDU HEALTH THEOLOGY IN MEDITATION)


Made G. Juniartha
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Jl. Ratna No.51, Tonja, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali 80237

madejuni87@gmail.com

ABSTRAK
Dalam Hindu kesehatan manusia bisa dicapai tidak saja secara jasmani saja,
namun juga rohani. Secara rohani, tubuh sebagai simbol-simbol tempat bersthānanya
Tuhan dalam wujud Dewa tertentu yang merupakan media bagi umat Hindu untuk
mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, mengadakan dialog dengan Yang Maha Kuasa
untuk memohon perlindungan dan wara nugraha-Nya. Tulisan ini mengangkat judul
“teologi kesehatan Hindu dalam meditasi”, dengan mengangkat tiga pokok permasalahan
yaitu hakikat hidup manusia hindu, anatomi dan fisiologi manusia hindu, dan peran dewa
dalam meditasi.
Melalui meditasi kesehatan yang dikembangkan oleh Perkumpulan Bali Usada
diharapkan peserta meditasi selalu memiliki pikiran harmonis (konsentrasi, kesadaran,
cinta kasih dan kebijaksanaan). Dengan tujuan kebahagiaan hidup serta keharmonisan
hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia, serta dengan alam
semesta, dan ciptaan-Nya. Sehingga umat Hindu berkeyakinan bahwa, dalam tubuh
manusia secara kosmik dilinggakan Dewa untuk mengatur fungsi tubuh. Melalui latihan
meditasi fungsi-fungsi tubuh diaktifkan kembali dengan cara memproduksi konsestrasi,
kesadaran dan kebijaksanaan, yaitu getaran dari perbuatan meditasi yang sangat
diperlukan oleh tubuh dan merupakan pembangkit getaran-getaran energi semesta. Melalui
perspektif teologi kesehatan Hindu mengungkap tentang kesehatan terkait dengan
kepercayaan umat Hindu terhadap Tuhan, dimana Tuhan dipercayai sebagai sesuatu yang
mempengaruhi kesehatan.

Kata kunci: yoga, meditasi, teologi kesehatan.

ABSTRACT
In Hinduism human health can be achieved not only physically, but also spiritually.
Spiritually, the body as the symbols of the place of the Lord in the form of a certain God which
is a medium for Hindus to get closer to the God, hold a dialogue with the Almighty to ask for
protection and blessings. This writing takes title of ”Hindu health theology in meditation”, it
took three mains problems such as; real life of Hinduism human, anatomy and physiology of
hinduism human and the role of Gods in meditation.
Through health meditation which is developed by Perkumpulan Bali Usada, it is
expected to the meditation participants to always have harmonius mind (concentration,
consciousness, compassion and wisdom). With the goal of happiness and harmonious
relationship between man and God, between human beings and the universe, and His
creation. So that Hindus believe that, in a cosmic human body, God is left to regulate bodily
functions. Through meditation practice bodily functions are reactivated by producing
concretration, consciousness and wisdom, namely the vibration of the act of meditation which
is very necessary for the body and is the generator of vibrations of the universal energy.
Through the perspective of Hindu health theology reveals about health related to the belief of
Hindus towards God, where God is believed to be something that affects health.

Keywords: yoga, meditation, health theology.

23
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

I. Pendahuluan Melakukan meditasi bukan


Hakikat kehidupan sebagai hiasan Agama, namun
merupakan suatu proses dan merupakan upaya manusia
pemikiran manusia dalam didalam interaksinya terhadap
mencapai kesempurnaan. ekspresi atas ajaran agama dalam
Kesempurnaan berlandaskan atas bentuk tindakan, guna
kedamaian dan ketenangan jiwa. mendekatkan diri pada Sang
Dalam mencapai kesempurnaan Atma. Seperti pendapat Spinoza
manusia tidak lepas dari godaan (dalam Suseno, 2007:103) bahwa
dan perubahan. Perubahan demi atas dasar determinasi, manusia
perubahan terjadi dari waktu ke dapat meningkatkan mutu
waktu seiring dengan perubahan kehidupannya melalui usaha
yang terus berubah, tidak ada sendiri. Demikian juga para
satu kekuatan pun mampu penganut Agama terutama
menahan apalagi menghentikan penganut agama Hindu yang
proses perubahan. Hal itu terjadi sudah memiliki kesadaran akan
karena di dunia ini tidak ada yang berusaha dengan sendirinya
kekal kecuali perubahan itu melakukan peningkatan
sendiri (Donder, 2011: 29). spiritualnya. Keuntungan manusia
Manusia sendiri tidak lepas dari sebagai mahluk tertinggi adalah
siklus alami, yaitu lahir, menyadari sepenuhnya jiwa
hidup/berkembang dan mati universal dan dapat
dalam meningkatkan mengembangkan penyebab evolusi
perkembangan evolusi jiwa. (Rama, 2005: 231).
Meditasi adalah salah satu Hal ini menandakan teknik
jalan untuk mencapai ananda meditasi yang dilakukan pasti
(kebahagiaan). Meditasi pada membutuhkan totalitas perhatian,
entitas tertinggi disebut dengan sebagai simbolik dari idealisme
dhyāna. Ada gerakan pikiran yang untuk mencapai tujuan. Perhatian
meningkat terus menerus menuju totalitas itu dalam meditasi
Parama Purus’a (Sarkar, 1992: tentunya digunakan dalam
149). Meditasi merupakan kondisi perhatian yang totalitas
kesadaran manusia dalam menghadirkan Tuhan dalam sinar-
memfokuskan pikiran pada sinar sucinya sebagai istadewata
keadaan tubuh secara sadar dari berbagai aspek kepercayaan.
menjadi rileks dan pikiran Agama Hindu sangat kaya dengan
dibiarkan menjadi hening, tenang berbagai simbol, sangat terkait
seimbang, sadar bijaksana. Bagi dan tidak dapat dipisahkan
sebagian masyarakat yang lebih dengan ajaran ketuhanan (teologi
mencari kesaktian (kedyiatmikan) Hindu). Dalam makna tertentu,
ataupun pelepasan dimana simbol kerap kali memiliki makna
disiplin spritual mengenai mendalam, yaitu suatu konsep
konsentrasi kepada Tuhan, yang paling bernilai dalam
meditasi selalu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat,
hal-hal yang bersifat supranatural, sebagaimana halnya simbol-simbol
mistik atau berhubungan dengan keagamaan yang sangat dihormati
dunia gaib. oleh umat bersangkutan. Terkait

24
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

dengan hal tersebut, simbol bisa sesuai yang tertuang dalam


berdimensi horisontal imanen dan Bhagavadgita IX.11 yang
vertikal transenden. menyatakan, ‘karena Aku berada
Berkaitan dengan kesehatan dalam tubuh manusia, mereka
manusia Hindu disebutkan tubuh yang tidak tahu tidak
sebagai simbol-simbol tempat menghiraukan Aku, tidak
bersthānanya Tuhan dalam wujud mengetahui prakṛti-Ku yang lebih
Dewa-Dewa tertentu yang tinggi sebagai Penguasa Agung
merupakan media bagi umat dari segala yang ada’ (Donder,
Hindu untuk mendekatkan diri 2007: 213). Tuhan itu
dengan Sang Pencipta, bersemayam dalam tubuh
mengadakan dialog dengan Yang manusia hanya nama-Nya
Maha Kuasa dan memohon berubah, yakni bernama
perlindungan dan wara nugraha- Adhyātman, dan Dia adalah
Nya. Umat Hindu berkeyakinan penguasa yajña dalam tubuh
Tubuhnya ini adalah sthāna dari manusia (Donder, 2007: 213).
Tuhan. Ketika Beliau tidak Selain itu Tuhan juga disebutkan
bersthāna, manusia menjadi sakit dalam Bṛhad-āranyaka III.7.16-23
karena terjadi kekosongan dalam menempati semua organ dan
dirinya. Tubuh ini menjadi sehat indria manusia, seperti pada
dan memberikan vibrasi yang pikiran, wicara, telinga, budhi, air
murni ketika Tuhan bersthāna mani, dan sebagainya (Donder,
dan taksu tubuh muncul serta 2007: 254). Sehingga umat Hindu
berkembang. Melalui analisis berkeyakinan bahwa, dalam tubuh
simbol-simbol yang terdapat dan manusia secara kosmik
diyakini umat Hindu menjadikan dilinggakan dewa tertentu dalam
manusia yang utuh, baik secara tubuh manusia yang mengatur
jasmani maupun rohani sebagai fungsi tubuh.
makhluk ciptaan Tuhan. Karena,
simbol adalah konseptualisasi II. Kajian Pustaka
manusia tentang suatu hal, dan Wirayanti (1999) melakukan
sebuah simbol ada untuk sesuatu. penelitian yang berjudul
Melalui tulisan ini, akan “Perbedaan Derajat Kecemasan
dijelaskan tentang meditasi yang Sebelum Dan Sesudah Latihan
tidak dapat dipisahkan kaitannya Meditasi Vipassana Pada Peserta
dengan unsur ketuhanan. Meditasi Usia Dewasa Madya”.
Sebagaimana diyakini Tuhan Penelitian ini membahas tentang
sebagai sumber segala sumber, pengaruh latihan meditasi
baik sakit, sehat, senang, sedih, vipassana terhadap penurunan
bahagia maupun menderita. Hal derajat kecemasan pada peserta
ini bisa dilihat salah satunya meditasi pada Perkumpulan Bali
setiap meditasi diawali dengan Usada. Subyek dari penelitian ini
berdoa. Melalui praktik meditasi adalah peserta meditasi usia
simbol-simbol agama baik secara dewasa madya. Sampel berjumlah
etik maupun emik dijewantahkan delapan orang, diperoleh melalui
menjadi obyek, dimana Tuhan metode purposive sampling.
dipercayai sebagai sesuatu yang Pengambilan sampel dilakukan di
mempengaruhi kesehatan. Tuhan, Ciawi (Januari 1999) dan Bedugul

25
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

– Bali (April 1999). Rancangan Nala (1993) dalam


penelitian ini adalah teknik bukunya yang berjudul “Usada
analisa deskriptif komparatif, Bali”. Usada merupakan warisan
dengan desain penelitian one- kekayaan budaya dibidang
group design (before-after). Alat kesehatan tidak ternilai
ukur yang digunakan peneliti harganya. Buku ini
untuk mengetahui tingkat menguraikan usada, bukan
kecemasan subyek adalah STAI hanya pengobatan penyakit
(State Trait Anxiety Inventory) yang dengan ramuan tumbuhan saja.
disusun oleh Spielberger, Richard Isinya jauh lebih luas. Di
L. Gorsuch dan Robert Luschere, dalamnya tercakup ilmu tentang
dan distandarisasi oleh Dra. medico-psikosomatik, farmakologi,
Fanny Zefanya. Dengan farmasi, cara menegakkan
menggunakan uji statistic Tes diagnosis, menentukan prognosis
Ranking Bertanda Wilcoxon untuk dan terapi. Tercakup pula dharma
data berpasangan, dengan taraf sesananing dadi Balian atau etika
kepercayaan 95% (alpha 0,05). perbalianan (penyembuh). Seorang
Hasil penelitian yang diperoleh Balian yang baik adalah seorang
menunjukkan adanya penurunan yang mahir tentang, Katikelaning
derajat kecemasan baik Genta Pinarah Pitu, Sastra Sangga,
kecemasan sesaat maupun lontar Budha Kecapi, lontar Kalima
kecemasan dasar sesudah Usada dan lontar Dharma Usada.
melakukan latihan meditasi Katikelaning Genta Pinarah Pitu,
vipassana. Disimpulkan bahwa menguraikan cara membangkitkan
penurunan derajat kecemasan tenaga dalam seorang penyembuh
terjadi karena pada saat (Balian). Sastra Sangga, berisi
melakukan meditasi, terjadi Sembilan pelajaran berupa
respon relaksasi yang dapat Darsana agama, Tattwa Purusha
menurunkan derajat kecemasan Predana, Tattwa Bhuana Mabah,
meditator. Kontrol yang ketat Dewa Nawa Sangga, Wija Aksara
dalam teknik meditasi vipassana dan lain-lain. Dan bagi Balian,
menghidarkan meditator dari aksara-aksara suci bagaikan
pengaruh-pengaruh di lingkungan kekuatan. Karena itu memahami
luar. Disamping itu ceramah- hakikat Dasa Aksara, Panca
ceramah yang disampaikan dan Aksara, Tri Aksara, dan lain lain
pengalaman langsung yang amatlah penting. Karena aksara
diperoleh meditator, ini dapat dipergunakan
mempengaruhi penilaian kognitif menambah kekuatan obat dalam
mereka dalam mengevaluasi penyembuhan, khususnya
kembali situasi-situasi stressful berkaitan dengan metode meditasi.
yang dihadapi dan pola-pola
coping yang dilakukan. Kontribusi III. Metodologi
penelitian ini digunakan sebagai Penelitian ini dilakukan
referensi dan sekaligus menggunakan metode kualitatif,
pembanding dalam mengetahui sehingga analisis data dilakukan
manfaat latihan meditasi secara deskriptif kualitatif dan
terhadapan tingkat kesehatan interpretatif dengan pendekatan
jasmani dan rohani. studi kasus. Dipilihnya

26
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Perkumpulan Bali Usada di Desa Melihat manusia Hindu


Sanur Kauh Kecamatan Denpasar sebagaimana halnya manusia
Selatan Kota Denpasar sebagai pada umumnya maka hal pertama
lokasi penelitian atas yang menjadi perhatian adalah
pertimbangan perkumpulan Bali badan (tubuh) dan jiwanya.
Usada tanpa membedakan peserta Kesatuan yang utuh dan kompleks
meditasinya baik latar belakang dari badan-jiwa dalam makhluk
budaya agama, ras, umur serta yang bernama manusia ini
sering mengadakan kegiatan misi menjadikan ia sebagai pribadi
sosial dan berbagi. Penelitian ini yang secara psiko-fisik terus
mengkombinasikan teori-teori berkembang secara dinamis, baik
yang terdiri atas teori di dalam dirinya (substansi)
psikoanalisis, teori simbol dan maupun di dalam alam
teori interaksi simbolik. (lingkungannya) dilihat dari sudut
pandang filsafat manusia maka
IV. Pembahasan tubuh sebagai res extens yakni
4.1 Hakikat Hidup Manusia aktualisasi keluasaan substansi
Hindu semesta, sedangkan jiwa adalah
Sebagimana diuraikan res cogitans (perwujudan
dalam teori simbol bahwa, suatu substansi berpikir) (Suryani dkk,
hal merupakan pengantara 2009: 45).
pemahaman terhadap objek, Realitas manusia sebagai
sehingga simbol berfungsi pribadi yang memiliki badan
menuntun pemahaman subjek jasmani dan jiwa telah membuka
kepada objek (Triguna, 2000: 7). beberapa pemikiran dalam
Dalam hal ini, manusia menjadi pandangan filsafat manusia,
subyek sekaligus objek dari misalnya pandangan materialisme
simbol. Khususnya dalam hal ini (seperti dianut kaum Carvaka di
terkait simbol-simbol akan hakikat India) menganggap bahwa badan
manusia dan unsur-unsur jasmani lebih bernilai (penting)
pembentuknya hingga hadirnya di daripada jiwa. Sebaliknya,
dunia ini. Di dalam kitab Susruta pandangan spiritualisme
Samhita dan Charaka Samhita beranggapan bahwa jiwa jauh
(Nala, 1993: 28) disebutkan bahwa lebih bernilai (penting)
tubuh manusia itu terdiri atas dibandingkan badan jasmani.
badan kasar dan badan halus. Akan tetapi dalam pandangan
Badan kasar ini disebut sthula Veda (Hindu), baik badan jasmani
sarira berwujud panca mahabhuta, maupun jiwa memiliki hakikat
yakni vyoman, ap, teja, marut, dan yang sama pentingnya: jiwa-atma
ksiti. Kelima bhuta ini di Bali dapat menjadi dasar dalam
disebut akasa (ruang, hampa, pemahaman badan jasmani
wioman), apah (air), teja (agni, (wadag) atau dapat juga
api), vayu (bayu, udara, angin, sebaliknya. Bidang yang mengkaji
maruta), dan pertiwi (tanah, bumi, hakikat badan jasmani manusia
siti). Badan halus manusia yang Hindu sebagai res extensa dari
sering disebut suksma sarira atau substansi semesta (makrokosmos)
atman, mempunyai kekuatan adalah mayatattwa (filsafat
untuk menghidupkan makhluk. kebendaan, pradana, maya),

27
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

sedangkan bidang yang mengkaji maksudnya bahwa pemahaman


hakikat jiwa-atma sebagai res tentang hakikat manusia (nilai
cogitans dari substansi berpikir manusia dan kemanusiaannya)
adalah purusatattwa dan tidak saja terkait dengan diri
adipurusatattwa (filsafat non- pribadi manusia di dalam umat
kebendaan, purusa) (Suryani dkk, manusia umumnya, akan tetapi
2009: 46). berkaitan pula dengan dengan
Pembicaraan baik dari segi makhluk-makhluk hidup lainnya,
mayatattwa dan purusatattwa bahkan tidak terpisahkan dengan
terhadap hakikat badan jasmani realitas seisi alam semesta raya
dan jiwa-atma manusia yang pada ini.
dasarnya merupakan sebuah cara Ajaran Samkhya Dharsana
pemahaman yang esensial sebagai salah satu cabang filsafat
kosmologi Hindu. Kosmologi Hindu Veda yang bersifat dualistik-
menempatkan Tuhan pada posisi analisis rupanya dapat membantu
pertama dan utama sebagai causa menjelaskan hakikat badan-jiwa
prima, ”cikal-bakal” (sangkan atau purusa-prakerti (pradhana)
paraning dumadi) dari alam atau cetana-acetana yang
semesta ini (Donder, 2007: 4). selanjutnya menjadi pokok kajian
Secara kosmologis, manusia (yang bagi bidang mayatattwa dan
berupa kesatuan jiwa-badan purusatattwa. Menurut pandangan
jasmaninya) yang sering disebut Samkhya, Makhluk hidup dalam
mikrokosmos (bhuwana alit, jagad hal ini adalah manusia pada
cilik) adalah perwujudan dari (res dasarnya terbentuk dan tersusun
extens dan res cogitans) substansi atas 25 tattwa (unsur). Adapun
semesta atau makrokosmos yang dimaksudkan ke-25 unsur
(bhuwana agung, jagad raya). tersebut yang dari pertama sampai
Dengan demikian, eksistensi dan akhir seperti yang terlihat dalam
hidup manusia di dunia ini adalah Bagan 4.1 sebagai berikut.
satu-kesatuan kosmos/kosmis,

Bagan 4.1:
25 tattwa (unsur) yang membentuk manusia

(1) Purusa (2) Prakerti

(3) Buddhi

(4) Ahamkara
(5) Manas

(16-20) Panca Tan Matra

(6-10) Panca (11-15) Panca (21-25) Panca Mahabhuta


Buddhindriya Karmenndriya

28
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Sumber: (Suryani dkk, 2009: 45).


Keterangan :
1. Purusa : Unsur rohani, spiritual, jiwa-atma
2. Prakerti : Unsur badani, materi, material, jasmaniah
3. Buddhi : Kesadaran, kecerdasan, intelek
4. Ahamkara : Ego, rasa aku (keakuan)
5. Manah : Pikiran, rasio
(6-10) Panca buddhi indriya (lima indria untuk mengetahui)
6. Cakswindriya : Indria pada mata
7. Srotendriya : Indria pada telinga
8. Granendriya : Indria pada hidung
9. Jihvendriya : Indria pada lidah
10. Twakindriya : Indria pada kulit
(11-15) Panca Karmendriya (lima indria pelaku/penggerak)
11. Panindriya : Indria pada tangan
12. Padendriya : Indria pada kaki
13. Vakindriya : Indria pada mulut
14. Upastendriya/Bhagendriya : Indria pada kelamin pria/indria pada
kelamin wanita
15. Paywuindriya : Indria pada pelapasan (anus)
(16-20) Panca tan matra (lima macam sari, benih, tak terukur)
16. Sabda tan matra : Benih suara
17. Sparsa tan matra : Benih raba
18. Rupa tan matra : Benih rupa
19. Rasa tan matra : Benih rasa
20. Gandha tan matra : Benih bau/penciuman
(21-25) Panca Mahabhuta (lima unsur besar)
21. Pertiwi : Tanah, zat padat
22. Apah : Air, zat cair
23. Teja : Api, panas
24. Vayu : Udara, hawa, atmosfir
25. Akasa : Ether, ruang

Badan jasmani atau tubuh mengatakan bahwa manusia pada


mempunyai makna penting bagi dasarnya adalah baik dan latak,
jiwa-atma yang menjadi akar bahkan mampu berbuat luhur dan
hidup dan dilahirkan dalam badan mulia. Maharsi Wawaruci dalam
jasmani (badan wadag, sthula kitab Sārasamuccaya sloka 2,
sarira) sebagai manusia dalam menjelaskan hakikat badan
pandangan Hindu merupakan jasmani yang terlahirkan sebagai
suatu keutamaan dan kemuliaan. manusia sebagai berikut.
Hal ini bukan saja dinyatakan Ri sakwehning sarwa bhuta,
dalam kitab Veda atau para iking janma wwang juga
Maharsi, tetapi juga oleh ahli wênang gumawayaken ikang
manajemen sumber daya manusia śubhāśubhakarma, kuneng
seperti Ambraham Maslow (dalam panêntasakêna ring
Suryani dkk, 2009: 48) yang śubhakarma juga

29
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

ikangaśubhakarma terdapat kota sthana dewata,


phalaning dadi wwang. dengan 8 roda dan 9 pintu. Badan
Terjemahan: merupakan Pura bagi jiwa yang
Di antara semua makhluk abadi, yang diterangi sinar yang
hidup, hanya yang luhur. Jiwa terbungkus oleh
dilahirkan menjadi manusia badannya sendiri, Raja seluruh
sajalah, yang dapat alam semesta. Ia penuh rahasia
melaksanakan perbuatan dan hanya diketahui oleh mereka
baik ataupun buruk; yang memperoleh penerangan,
leburlah ke dalam perbuatan lebih lanjut dalam kitab Rg. Veda
baik, segala perbuatan yang mandala I, sukta 91.13 juga
buruk itu; demikianlah disebutkan sebagai berikut.
gunanya (phalanya) menjadi Soma pārandhi no hṛdi gāvo
manusia (Kadjeng dkk, na yanaseṣv ā,
2005: 8). marya iva sva okye.
Terjemahannya :
Tubuh manusia pada Wahai Tuhan penuh
hakekatnya adalah yoni dan jiwa- kebahagiaan, semoga
atma sebagai lingga, sehingga engkau gembira, bersama
sering disebut dengan istilah dalam hati kami seperti sapi
Lingga-Sarira, padma-hredaya perah pada hadiah rumput,
padmanala atau meru sarira. seperti pemuda dalam
Dalam sabda suci Atharva Veda rumahnya (Mawisnara,
X.2.31 dinyatakan sebagai berikut. 1999: 199).
aṣṭācakrā navadvārā
devānāṁ pūrayodyā, Dalam kitab-kitab Upanisad
tasyāṁ hiraṇyayaḥ kośaḥ dan Purana serta Kanda. Tafsir
svargo jyotiṣāvṛtaḥ. dan pemahaman tentang hakikat
Terjemahannya : badan jasmani dan jiwa manusia
Kekuasaan para deva diberi penjelasan yang lebih kritis
(sebagai wujud yang ilahi) dan mendalam. Dalam kitab
dapatlah dianggap dengan Maitreyi Upanisad (2) (Suryani
kereta besar beroda delapan dkk, 2009: 49) dinyatakan : ”deho
serta berpintu sembilan, devalayah proktah, sa jiva kevala
demikianlah gambaran sivah”, yang artinya badan itu
mengenai kekuasaan ilahi adalah sthana-Nya para Dewa
yang tak terbayangkan serta (devalaya). Dan jiwa itu sendiri
tak tertandingi oleh adalah Siwa yang meresapi
siapapun juga; yang segalanya. Dalam kitab Brahma
bagaikan bejana emas nan Purāṇa, 228, 45 (Wiana, 2007: 10)
berharga serta diselubungi ada disebutkan sebagai berikut:
cahaya surgawi Dharma, artha, kāma, mokṣanam
(Sāyaṇācārya, 2005: 413). śarīra sādhanām. Artinya badan
(tri śarīra) adalah alat untuk
Berkenaan dengan kutipan mencapai dharma (kewajiban,
sabda suci di atas, bahwa Tubuh kebajikan), artha (harta benda
manusia adalah lambang keadaan atau kekayaan), kāma
universal. Dalam tubuh manusia (kesenangan dan kebahagiaan

30
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

duniawi) dan mokṣa (kebebasan dan seluruh pengetahuan yang


abadi). Ini artinya bahwa menjadi cabang-cabangnya
menggunakan badan untuk tujuan senantiasa mempertegas dalam
di luar yang digariskan itu adalah uraiannya, bahwa perawatan
suatu penyimpangan bahkan badan jasmani ini, baik berkenaan
dosa. Dalam Brahmanda Purana dengan kebersihan ini, kesehatan
(Suryani dkk, 2009: 49) juga dan kesuciannya serta segala hal
disebutkan ungkapan yang hampir yang terkait sepatutnya terjaga
serupa, yakni: ”sariram adyam dengan teratur, harmonis dan
khalu dharma sadhanam”, yang tetap kondusif. Perawatan badan
artinya sesungguhnya badan jasmani teratur menurut prinsip-
jasmani ini merupakan jalan prinsip dharma, sistacra atau
utama untuk mencapai dharma tradisi suci dianggap sebagai
(kebenaran tertinggi) dalam ibadah religius, jiwa-atma yang
kehidupan. merupakan percikan dari Parama
Secara garis besar sejalan atma (Brahman) dapat
dengan pandangan Hindu bahwa bersemayam dengan tentram di
manusia terbagi atas badan kasar dalamnya. Hal ini dengan tegas
(badan) dan badan halus (batin). diatur dalam kitab hukum Hindu
Badan yang diuraikan meliputi Mānavadharmaśāstra atau Veda
badan kasar (organ, sistem saraf, Smṛti V.109, sebagai berikut.
otak, berfungsi untuk melakukan Adbhir gātrāṇi śuddhyanti
aktivitas manusia), badan manah satyena śuddhyanti,
meridian (energi kehidupan untuk vidyātapobhyāṁ bhūtātma
badan kasar yang sering dikenal buddhir jñānena śuddhyanti.
dengan nama prana), dan badan Terjemahannya :
cakra (energi yang merubah Tubuh dibersihkan dengan
vibrasi dari perbuatan dan pikiran air, pikiran disucikan
untuk mendukung badan kasar) dengan kebenaran, jiwa
yang dibentuk oleh genetika, manusia dengan pelajaran
makanan, temperatur, dan getaran suci dan tapa brata,
dari memori. Sedangkan batin kecerdasan dengan
merupakan unsur halus yaitu pengetahuan yang benar
atman yang dalam meditasi (Pudja dan Sudharta, 2004:
disebut badan mental. 250).
Menurut kitab Wṛhaspati
Tattwa manusia memiliki tiga lapis Disamping itu, untuk tetap
badan yang disebut Tri Śarīra. mengkondisikan kualitas badan
Sthūla Śarīra yaitu badan kasar, jasmaniah yang sehat-bersih-suci,
Sūkṣma Śarīra yaitu badan halus maka manusia selaku pribadi juga
dan Antaḥ Karaṇa Śarīra adalah patut memilih dengan cermat
badan penyebab yaitu jiwa. Ketiga segala makanan yang dimakan.
Śarīra tersebut adalah alat atau Hal senada juga diuraikan dalam
sebagai sādhanā untuk bukunya Merta Ada (1997: 25)
mewujudkan empat tujuan hidup terkait energi makanan, sebagai
tersebut. Melihat demikian berikut.
pentingnya makna badan jasmani ”Setiap manusia
manusia Hindu, maka dalam Veda membutuhkan udara,

31
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

makanan, minuman guna Anandamayakosa (lapisan


mendukung kehidupannya. pembungkusan berupa
Makanan dan minuman kebahagiaan). Karena itu bentuk
tersebut berproses dengan dan jenis makanan apa yang
oksigen dan membuat dimakan (anna=makanan) secara
metabolisme didalam tubuh. langsung akan memberi pengaruh
Makanan yang kita peroleh kepada jiwa-atma yang
tentunya selalu berubah- terbungkus di dalamnya. Atma
ubah. Mungkin tadi pagi kita tidak akan dapat tinggal dengan
sarapan bubur dan tentram di dalamnya, bahkan
minuman, segelas kopi, dapat meninggalkan jika badan
kemudian saat makan siang jasmani yang ditumpanginya itu
makan daging ayam atau telah rusak dan kacau.
kambing dengan segelas es Namun harus disadari pula
jeruk. Demikian dengan bahwa badan jasmani bukanlah
udara yang dihirup di mana tempat tinggal yang abadi, tetapi
kualitas oksigennya juga sampai batas waktu yang
berubah-ubah. Seperti di ditentukan pasti ditinggalkan.
daerah pegunungan yang Oleh karena badan jasmani
udaranya segar dengan di merupakan tumpangan sementara
jalan raya yang penuh bagi jiwa-atma maka, orientasi
polusi. semuanya pemahaman terhadap hakikat
mengandung energi positif, manusia Hindu pun akhirnya
negatif dan netral”. terarah kepada jiwa-atma, dan
selanjutnya pikiran manusia
Karena bahan dan sifat adalah dipusatkan pada jiwa-atma
makanan yang dimakan dalam sebagai upaya untuk
pandangan Upanisad secara mengendalikan badan jasmani,
apriori akan menentukan sifat, Hal ini disebutkan secara jelas
perilaku serta kesucian diri dalam kitab Bhagawadgita III.40-
manusia bersangkutan. Dalam 43 (Mantra, 1995: 57-58)
kitab Taittriya Upanisad II.2.1 disabdakan sebagai berikut:
(Radhakrishnan, 2008: 420) indriyāṇi mano buddhir asyā
disebutkan bahwa jiwa-atma di dhiṣthānam ucyate
dalam badan jasmani pada etair vimohayaty esa jñānam
dasarnya dibungkus 5 lapisan āvṛtya dehinam
yang disebut Panca Mayakosa, (Bhagawadgita III.40).
yang terdiri atas : (1) Terjemahannya :
Annamayakosa (pembungkus Indria, manas (pikiran) dan
berupa badan jasmani yang budi (intelek) dikatakan
terbentuk dari makanan yang adalah tempat musuh ini.
dimakan), (2) Pranamayakosa Dengan diselubunginya
(lapisan pembungkusan berupa kebijaksanaan oleh hal-hal
energi prana), (3) Manomayakosa ini, atma bisa tersulap.
(lapisan pembungkusan berupa
pikiran), (4) Vjanamayakosa tasmāt tvam indriyāṇy ādau
(lapisan pembungkusan niyamya bharatarṣabha
berupakecerdasan), (5)

32
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

pāpmānaṁ prajahi hy enaṁ yang merupakan kendaraan


jñānavijñānanāśanam pikiran, selanjutnya pikiran yang
Bhagawadgita III.41). merupakan rajanya indria dan
Terjemahannya : yang paling penting adalah jiwa-
Dari itu O, Arjuna kekanglah atma. Badan jasmani sama saja
indriamu dari permulaan artinya dengan benda mati
dan bunuhlah penghancur umumnya jika jiwa-atma telah
kebijaksanaan dan meninggalkannya. Karena itu,
pengalaman, penghancur pikiran selaku rajanya indria
yang penuh dosa. haruslah mampu mengendalikan
indria-indria pada badan yang
indriyāṇi parāṇy āhur dilekatinya, dan pengendalian
indriyebhyaḥ paraṁ manaḥ pikiran diatas indria-indria dan
manasas tu parā buddhir yo badan jasmani harus dipusatkan
buddheḥ paratas tu saḥ kepada jiwa-jiwa dan Atma
(Bhagawadgita III.42). (Tertinggi). Badan jasmani dan
Terjemahannya : indria-indria manusia yang
Indria katanya adalah besar, terkendalikan oleh pikiran yang
tetapi lebih besar lagi adalah terpusat kepada jiwa-jiwa dan
manas (pikiran), lebih besar Atma akan menjadikan hidup dan
manas adalah budi (intelek) kehidupan manusia itu bernilai,
lebih besar dari budi adalah yakni tercapainya duniawi
Dia (Atma). (jagadhita) dan kebebasan abadi
(moksa).
evaṁ buddheḥ paraṁ
buddhva saṁstabhyān 4.2 Anatomi dan Fisiologi
tmānma ātmanā Manusia Hindu
jahi śatrum mahābāho Pengetahuan terhadap alat-
kāmarūpaṁ durāsadam alat tubuh manusia (anatomi) dan
Bhagawadgita III.43). fungsi dari alat-alat tersebut
Terjemahannya : (fisiologi) amatlah penting untuk
Dengan setelah mengetahui dipahami terkait meditasi
atma itu adalah mengatasi kesehatan, sebagai upaya untuk
budi dan dengan mengekang meraih kesembuhan, baik fisik
atma dengan Atma maka (jasmani) maupun rohani. Anatomi
hancurkanlah musuh yang berasal dari bahasa Latin, yaitu:
tak dapat dikuasai itu Ana yang berarti bagian,
jeinginan, O, Arjuna. memisahkan dan Tomi yang
artinya iris atau potong. Jadi,
Dari ke-4 sloka Anatomi adalah ilmu yang
Bhagawadgita di atas, dapat mempelajari bentuk dan susunan
ditarik suatu pemahaman tubuh, baik secara keseluruhan
berkenaan dengan hakikat jiwa- maupun bagian-bagian serta
atma dan badan jasmani sebagai hubungan alat tubuh yang satu
tempat melekatnya indria-indria dengan yang lainnya. Sedangkan
dan pikiran. Pada hakekatnya Fisiologi berasal dari bahasa Latin,
badan jasmani adalah yang paling yaitu: Fisi yang artinya alam atau
rendah, kemudian indria-indria cara kerja dan logos yang artinya

33
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

ilmu pengetahuan. Jadi, Fisiologi dalam proses penyembuhan dalam


adalah ilmu yang mempelajari faal merasakan badan lebih detail.
atau pekerjaan dari tiap-tiap Menurut salah satu tokoh meditasi
jaringan tubuh atau bagian bagian usada Merta Ada menjelaskan
dari alat-alat tubuh dan bahwa, merasakan dengan sadar
sebagainya. Jika digabungkan, dan bijaksana meliputi empat
Anatomi - Fisiologi memiliki arti unsur dalam meditasi usada, yaitu
ilmu pengetahuan yang (1) unsur gerak (mendesak
mempelajari tentang susunan atau (kembang/kempis), menyangga);
potongan tubuh dan bagaimana (2) unsur panas (panas-dingin); (3)
alat tubuh tersebut bekerja unsur padat (keras, kasar, berat,
(Limbong dkk, 2011: 1). lembut, halus, ringan), dan (4)
Terkait anatomi dan fisiologi unsur air (melekat dan
tidak terlepas dari struktur tubuh mengalir/mengurai) yang ada di
manusia terdiri dari: (1) sel, yaitu badan (Wawancara tanggal 9 Juni
unsur dasar jaringan tubuh yang 2014).
terdiri atas inti sel/ nucleus dan Menurut Nala (2010: 2) yang
protoplasma; (2) jaringan, yaitu menjelaskan sesuatu yang masuk
kumpulan sel khusus dengan ke dalam formasi struktur dasar
bentuk dan fungsi yang sama; (3) tubuh secara keseluruhan atau
organ, yaitu bagian tubuh/ alat sesuatu yang mempertahankan
manusia dengan fungsi khusus; keberadaan tubuh disebut dengan
dan (4) sistem, yaitu susunan alat dhatu. Berdasarkan hal ini, maka
dengan fungsi tertentu (Limbong dhatu dikenal sebagai dasar
dkk, 2011: 1). Dalam teknik elemen jaringan, yaitu materi yang
meditasi hal ini dijelaskan untuk membangun jaringan tubuh.
mengenal bagian tubuh serta Karena unsur ini dalam tubuh
mengetahui letak bagian tubuh manusia terdiri atas tujuh elemen,
yang sakit sehingga mampu untuk maka disebut juga sebagai tujuh
mengirimkan pikiran harmonis unsur elemen tubuh atau sapta
sebagai metode dalam proses dhatu. Ketujuh dhatu yang
penyembuhan dalam meditasi. menyusuri tubuh manusia
Dengan memahami posisi letak tersebut adalah:
serta fungsi dari alat-alat tubuh 1). rasa (plasma dan cairan tubuh
manusia seperti jantung, hati, lainnya).
paru-paru, ginjal, empedu, otak, 2). rakta (darah dan semua bahan
usus, pembuluh darah, otot, urat yang berwarna merah).
syaraf dan yang lainnya 3). mamsa (otot, baik otot skeleta
memudahkan dalam mengirimkan maupun otot polos dan
energi positif dengan merasakan jantung).
dan getaran chakra yang berperan 4). meda (lemak cair yang ada di
terkait bagian tubuh tertentu, plasma dan padat berupa
serta mampu untuk merasakan jaringan lemak)
perubahan pada bagian tubuh 5). asthi (tulang, termasuk tulang
yang sakit. rawan)
Melalui pemahaman peserta 6). majja (sumsum
meditasi tentang anatomi dan tulang,termasuk sumsum
fisiologi manusia memudahkan tulang belakang dan otak) dan

34
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

7). sukra (benih reproduksi, baik pemusnahan/peleburan dan Dewa


sperma maupun telur). Iswara. Biasanya kekuatan ini
Dengan adanya dhatu ini diwujudkan dalam bentuk benang
maka plasma, darah, otot, lemak, yang berwarna merah, putih dan
tulang, sumsum dan benih hitam. Tri dhatu yang berwujud
reproduksi menjadi “hidup”. Tanpa benang ini sering dililitkan di
ada dhatu ketujuh unsur tubuh pergelangan tangan. Bagi
tersebut tidak akan “hidup”. siapapun yang memakai gelang ini
“Hidup” artinya dapat berfungsi setelah diupacarai, dipercayai
secara wajar. Tulang manusia akan mampu menolak segala
yang berserakan di dalam macam bahaya yang akan
kuburan misalnya, tidak “hidup”, mengancam keselamatan jiwanya.
karena tidak mengandung dhatu. Gelang tri dhatu ini sebagai simbol
Ketujuh dhatu itu bahannya penolak bala. Dengan memakai
terdiri atas kelima unsur panca gelang tri dhatu pada pergelangan
mahabhuta, yakni akasa (ether, tangannya, para pemakai akan
hampa, sunia, kosong), bayu merasa aman tentram pikirannya,
(udara, gas), teja (api, cahaya, lebih percaya diri. Adanya
panas), apah (air, cairan), dan kepercayaan diri dengan
pertiwi (tanah, padat). Hal ini juga sendirinya akan meningkatkan
dijelaskan dalam kitab Charaka pertahanan tubuhnya. Imunitas
dan Susruta Samhita (Nala, 1993: atau kekebalan tubuhnya akan
42) menyebutkan bahwa tubuh meningkat. Logislah bila sulit
manusia terdiri atas Panca dimasuki oleh unsur negatif ke
Mahabhuta. Tetapi dalam hal dalam tubuhnya. Pikiran yang
kandungan dhosa, (vata, pitta, kreatif akan selalu muncul di
kapha) hanya ada satu atau dua dalam dirinya dikarenakan adanya
unsur tri dosha yang dominan kekuatan utpatti atau penciptaan
pada salah satu dhatu. Jadi, dhatu dari Dewa Brahma. Apa yang
di dalam tubuh manusia berfungsi dipikirkan dan direncanakan
untuk memberi kekuatan hidup mampu menjadi kenyataan akibat
dan memelihara tubuh. Dhatu adanya kekuatan sthiti dari Dewa
meresap di seluruh sel, organ, Wisnu. Dan apa yang negatif atau
jaringan tubuh manusia. Seluruh jelek akan dimusnahkan oleh
tubuh manusia terdiri atas dhatu. Dewa Iswara, kemudian diganti
Di Bali dikenal ada tri dhatu oleh Dewa Brahma dengan yang
dan panca dhatu. Maknanya baru, yang lebih baik. Daur ini,
adalah sama, yakni sebagai utpatti-sthiti-pralina, atau
sesuatu yang masuk (sebagai diciptakan-dikembangkan-
elemen) ke dalam struktur tubuh dimusnahkan, akan terus
manusia. Dhatu ini akan memberi berlangsung selama hidup
kekuatan hidup. Tri dhatu manusia. Dengan demikian makna
merupakan tiga unsur kekuatan dan fungsi dari dhatu adalah
yang terdiri atas kekuatan utpatti elemen pembangun tubuh
atau penciptaan dari Dewa manusia, pemberi unsur hidup,
Brahma. Kekuatan sthiti atau sehingga semua organ dan sistema
pemeliharaan dan Dewa Wisnu. tubuh manusia dapat berfungsi
Dan kekuatan pralina atau dengan baik.

35
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Ketika secara simbolik 2. Aliran energi dari chakra dasar


mencari benang merah konsep ke chakra mahkota, terdiri dari
anatomi dan fisiologi manusia nadi (dingin), pinggala (panas)
Hindu tidak terlepas dari unsur dan susumna (hangat, netral).
panca mahabhuta. Dalam cabang Dua nadi yang pertama
ilmu biologi terurai dengan jelas bergerak menghilang, seperti
melalui organ, sel, sistem, dan gambar pada logo apotik.
jaringan yang semuanya tersusun 3. Chakra, pusat energi yang
dari panca mahabhuta. Unsur- terdiri dari tujuh chakra.
unsur panca mahabhuta ini Tujuh chakra pada tubuh
berkaitan dengan elemen yang manusia:
terdapat pada chakra manusia. 1. Chakra dasar (muladhara),
Yang terdiri dari chakra dasar terletak diantara anus dan
(muladhara) elemen tanah, chakra organ kelamin. Penyakit yang
seks (svasdhistana) elemen api, berhubungan dengan chakra
chakra pusar (manipura) elemen dasar adalah gangguan pada
air, chakra jantung (anahata) tulang, otot, dan ginjal.
elemen udara, chakra tenggorokan Misalnya: rematik, asam urat,
(visuddhi) elemen eter, chakra dan gangguan lainnya.
mata ketiga (ajna) elemen cahaya, 2. Chakra seks (svasdhistana),
dan sedangkan chakra mahkota terletak antara organ kelamin
(sahasrara) elemennya kosong dan pusar, ditengah-tengahnya.
mengingat proses mengalami Chakra seks berhubungan
samadhi, pintu masuk utama dengan sistem reproduksi,
energi spiritual (Effendi, 2012: 93). termasuk payudara pada
Ketika bermeditasi, peserta wanita. Misalnya: penyempitan
diajak membuat energi baik. rahim, produksi sperma atau
Energi baik ini paling mudah sel telur tidak baik, benjolan di
masuk ke badan chakra, payudara kelenjar prostat
kemudian ke badan kasar. membengkak kemampuan sek
Sehingga peserta mesti mengerti menurun.
pula tentang komponen badan 3. Chakra solar plexus (manipura),
chakra dan ketujuh chakra serta terletak tepat di ulu hati.
hubungannya dengan badan kasar chakra ini berhubungan
yang merupakan anatomi dan dengan organ di dalam perut;
fisiologi manusia. Menurut Merta empedu, lever, pancreas, limpa,
Ada (2014: 67) komponen yang lambung, usus besar, dan
terdapat pada badan chakra terdiri sebagainya.
dari: 4. Chakra dada/jantung
1. Kundalini terletak di ujung (anahata), berada di tengah-
tulang ekor. Energi yang tengah dada agak ke dalam.
terkumpul di kundalini berasal Dengan sering mengucapkan
dari keturunan yang sudah “Semoga semua hidup
berlangsung berabad-abad dan berbahagia” seharusnya chakra
dari setiap perbuatan yang pada para peserta meditasi
dilakukan. Getaran akan kesehatan sudah terbuka.
tersimpan ditempat ini. Chakra dada memegang
peranan penting pada seluruh

36
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

tubuh. Misalnya, pada kulit Beliau yang menentukan. Dalam


yang awet muda atau cepat tua, melaksanakan tugasnya ini, Beliau
jantung, paru-paru dan memerintahkan kepada para dewa
kelenjar timus. atau batara. Para dewa atau
5. Chakra tenggorokan (visuddhi), batara adalah Beliau sendiri,
terletak di dalam tenggorokan. dalam wujud yang lain,
Chakra ini brhubungan dengan disesuaikan dengan fungsinya.
semua penyakit yang Berkaitan dengan kesehatan
berhubungan dengan Hindu tidak bisa dilepaskan dari
tenggorokan, termasuk kelenjar tugas dan fungsi dari dewa yang
tiroid, selaput suara, sakit mempunyai linggih, genah, sthana
tenggorokan, ketenangan dan (tempat, kedudukan) baik di dalam
keseimbangan tubuh. badan manusia (bhuana alit,
6. Chakra kepala (ajna), trletak di mikrokosmos), maupun di alam
tengah-tengah kepala , diantara raya (bhuana agung,
kedua alis. Chakra kepala makrokosmos). Karena
memimpin lima chakra yang kepercayaan kepada Tuhan
lain, juga berhubungan dengan melalui manifestasinya, dipercayai
seluruh isi kepala; otak besar, sebagai penganugrah kesehatan
otak kecil, dan sistem hormon dalam wujud simbol sebagai
yang ada di kepala. keyakinan umat Hindu.
7. Chakra mahkota (sahasrara), Di Indonesia ada tiga Dewa
terletak di atas kepala ubun- yang paling dipuja melebihi dari
ubun. Chakra mahkota, Dewa-Dewa lainnya, Yaitu dewa
bersama-sama dengan chakra Brahma, Wisnu dan Siwa. Ketiga
kepala, juga memimpin lima Dewa ini disebut Tri Murti. Dewa
chakra lima chakra yang lain. ini sangat dihormati di Indonesia,
Chakra mahkota hanya tidak dapat dilepaskan dari
memegang hipopisis, salah satu pengaruh aliran atau madzab yang
hormon yang membuat tumbuh dan berkembang dengan
keseimbangan diseluruh badan subur di negara ini. Pada jaman
dan kortek yang berhubungan pemerintahan Raja Hayam Huruk
dengan memori. di Majapahit, terjadi percampuran
sebagai aliran atau sekte menjadi
4.3 Peran Dewa dalam Meditasi satu. Aliran-aliran tersebut adalah
Seluruh yang ada di alam ini Siwa-Siddhanta, Waisnawa,
termasuk kesehatan berasal dari Brahmana, Bhairawa, Pasupata
Sang Hyang Widhi (Tuhan). dan Sogata. Tetapi yang paling
Penyakit, obat dan dominan adalah aliran Siwa-
balian/penyembuh ada di dunia Siddhanta, kemudian disusul oleh
ini adalah kehendak Hyang Widhi. aliran Waisnawa dan Brahmana.
Hidup dan mati juga kehendak Karena itu tidaklah mengherankan
Beliau. Utpatti (lahir), Sthiti Bahwa Dewa Siwa mendapat
(hidup), dan pralina (mati) tiga penghormatan melebihi dari Dewa
kemahakuasaan Hyang Widhi. Wisnu dan Brahma.
Manusia hanya mampu Begitu halnya Umat Hindu
melakukan dharmanya di bumi di Bali yang mayoritas menganut
atau jagat ini, tetapi hasil akhirnya ajaran Siwa Siddhanta, tentang

37
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

kedudukan para Dewa di dalam Merta Ada, seseorang


dikpala, dimana Dewa siwa berada mendapatkan kesembuhan dari
di pusat sembilan penjuru mata sakit bisa melalui keyakinan,
angin. Di Bali ini sering disebut semangat, kesadaran, konsentrasi,
istadewata, adalah Dewa dan kebijaksanaan (Wawancara
Nawasanga (Nawasangga) dengan tanggal, 9 Juni 2014). Melalui
simbol-simbol tertentu. proses keyakinan dalam
Kesembilan dewa ini adalah para konteksnya pemanfaatan nama
dewa yang melinggih, bersthana, Dewa dalam meditasi tidak
berada di delapan arah penjuru disebutkan nama dewanya
angin ditambah satu dewa berada namun disadari hal ini
di tengah-tengah. Kedelapan dewa mengkoordinatkan tubuh dengan
sesuai arah mata angin adalah nama Dewa. seperti: Brahma
Dewa Iswara melinggih di timur menempati hati, Wisnu menempati
(purwa), Maheswara di tenggara empedu, Iswara menempati
(agneya), Brahma di selatan jantung, dan sebagainya.
(daksina), Rudra di barat daya Di lihat dari konsep Hindu
(neriti), Mahadewa di barat meditasi menekankan pada badan
(pascima), Sangkara di barat laut chakra. Karena, setiap apapun
(wayabya), Wisnu di utara perbuatan yang dilakukan baik
(Uttara), Sambhu di timur laut ketika berpikir, berbicara, atau
(ersania), ditambah Dewa Siwa berbuat dengan badan. Badan kita
yang melinggih di tengah-tengah bergetar, getaran badan ini
(madya). Kesembilan dewa inilah mempengaruhi kundalini, lalu dari
yang dipercayai dan diyakini oleh kundalini mengalir ke chakra-
umat Hindu di Bali, yang dianggap chakra yang berfungsi pada
mampu memberikan tubuh. Jadi konsep hukum karma
kesejahteraan, kedamaian, (sebab-akibat) sudah berjalan
perlindungan dan pertolongan, secara otomatis dari badan
serta menjaga keselamatan umat chakra. Misalnya, seseorang sering
dari mara bahaya yang mampu marah, kasar maka badan kita
menentramkan batin mereka. akan bergetar dengan kemarahan,
Disamping para Dewa keliaran, kasar, nanti energi kita
berada di alam semesta dan bergetar marah, kasar mencari
menjaga keseimbangan dunia. chakra yang cocok seperti chakra
Tubuh manusia boleh dikatakan marah, kasar berada di dada
sebagai tiruan dunia yang besar akibatnya orang tersebut
(bhuwana agung) karena itu mengalami dada yang tegang.
disebut bhuwana alit. Dikatakan Terkait hal tersebut perlu
tiruan dunia yang besar karena mengklasifikasikan simbol-simbol
apa yang terdapat di sana ada menjadi tiga yaitu (1) Simbol
pula dalam tubuh manusia. konvensional, (2) Simbol
Tubuh manusia ini didiami oleh aksidental, dan (3) Simbol
atma, juga dewa-dewa menempati universal. Simbol sering
bagian-bagian tubuh manusia, hal diistilahkan sebagai lambang
inilah dalam meditasi diyakini (Berger, 1984: 85). Lambang
sebagai pendorong seseorang meliputi kata-kata (pesan verbal),
meraih kesehatannya. Menurut perilaku nonverbal, dan objek

38
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

yang maknanya disepakati sebagai Ardvanariswara (aspek


bersama secara kolektif. Dalam androgen, kelakian)
hal ini, meditasi termasuk 6. Chakra ajna yang bersemayam
klasifikasi simbol kultural yang di Dewa Parama Siwa
latar belakangi oleh kebudayaan 7. Chakra sahasrara yang
Bali, yang memiliki bentuk dan bersemayam Dewa Brahma-
makna budaya sebagai Randhra.
kesepakatan kolektif masyarakat Di samping uraian dewa-
Hindu di Bali. Melalui hal dewa yang berperan dalam sapta
tersebut, bagian tubuh manusia chakra di atas, berkaitan dengan
yang dijadikan pusat konsentrasi kesehatan Hindu tidak bisa
yang berkaitan dengan nama dewa dilepaskan dari tugas dan fungsi
sebagai simbolisasi dan penguatan dari dewa yang mempunyai
untuk dimanfaatkan dalam proses linggih, genah, sthāna (tempat,
penyembuhan. Penggunaan kedudukan) baik di dalam badan
sarana berupa simbol dewa sangat manusia (bhuana alit,
bermanfaat di dalam mikrokosmos), maupun di alam
menumbuhkan rasa bhakti serta raya (bhuana agung,
makna dalam pribadi umat makrokosmos). Karena
mempraktikan meditasi. Untuk itu kepercayaan kepada Tuhan
bisa diuraikan bahwa dewa-dewa melalui manifestasinya, dipercayai
yang secara otomatis sebagai penganugrah kesehatan
mengkoordinatkan ketika dalam keyakinan umat Hindu.
merasakan badan yang Dalam dunia keagamaan dan
dimanfaatkan dalam meditasi pengobatan (usada) di Bali dikenal
yaitu yang bersthana di sapta beberapa kelompok aksara suci
chakra, antara lain: wijaksara atau bijaksara. Aksara
1. Chakra muladhara yang wijaksara atau bijaksara adalah
bersemayam Dewa Brahma aksara inti (wija, bija artinya inti,
2. Chakra svasdhistana yang benih) yang diyakini umat Hindu
bersemayam Dewa Wisnu memiliki kesucian, kekuatan
3. Chakra manipura yang magis, kekuatan gaib, magnetis,
bersemayam Dewa Rudra niskala serta spiritual religius,
4. Chakra anahata yang sebab di dalamnya terkandung
bersemayam Dewa Iswara kekuatan para dewa, seperti dalam
5. Chakra visuddhi yang Tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 dan
bersemayam Dewa Sada Siwa, 4.6 berikut ini.
Tabel 4.1:
Hubungan Dasa Aksara dengan Linggih, Dewa atau Batara, serta Warna
No Tulisan dan Linggih di Bhuana Alit Linggih di Dewa Batara Warna
Bunyi Bhuana Agung
Wijaksara
1 sº (Sang) Papusuhan jantung Timur (purwa) Iswara Putih
(hrdaya)
2 bº Ati Selatan (daksina) Brahma Merah
(Bang) Hati (yakrta)
3 tº (Tang) Ungsilan Buah Barat (pascima) Mahadewa Kuning
Pinggang (verkka)
4 ö (Ang) Ampru Utara (uttara) Wisnu Hitam
Empedu (tikta)
5 ּ (Ing) Tengahing ati Tengah (madya) Siwa Nila

39
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Pertengahan hati
(yakrt)
6 nº (Nang) Peparu Tenggara (agneya) Maheswara Dadu
Paru (puphusa)
7 ½ (Mang) Usus (srota) Barat daya (neriti) Rudra Jingga
8 ]º (Sing) Limpa (phila) Barat laut Sangkara Hijau
(wayabya)
9 w º (Wang) Ineban Kerongkongan Timur laut Sambu Biru
(mahasrota) (ersania)
10 yº (Yang) Susunan rangkaian Tengah (madya) Guru Panca
hati (yakrthrdaya) Warna
Sumber : Buku Aksara Bali dalam Usada (Nala, 2006: 108-109).

Tabel 4.2:
Hubungan Panca Aksara dengan Linggih, Dewa/Batara, Warna
Panca Brahma + Panca Bhuana Dewa atau
Bhuana Alit Warna
No Panca Tirta Aksara Agung Batara
sº + nº
mº Sang Hyang
1 Sang Jantung Timur Putih
Mang Iswara
Nang
bº+ mº
Áº Sang Hyang
2 Bang Hati Selatan Merah
Ang Brahma
Mang
tº+]º
ý Sang Hyang
3 Tang Buah Pinggang Barat Kuning
Ong Maha-dewa
Sing
Áº+ wº
Û Sang Hyang
4 Ang Empedu Utara Hitam
Ung Wisnu
Wang
÷º+ yº
yº Tumpuking Sang Hyang Panca
5 Ing Tengah
Yang Ati Siwa warna
Yang
Sumber : Buku Aksara Bali dalam Usada (Nala, 2006: 119).

Tabel 4.3:
Hubungan Catur Aksara dengan Linggih, Dewa/Batara, Warna
Bhuana
Catur Aksara Bhuana Alit Dewa atau Batara Warna
No Agung
Áº+ yº Áº Sang Hyang
1 Hati Selatan Merah
Ang + Yang Ang Brahma
û
2 Empedu Utara Sang Hyang Wisnu Hitam
Ung

3 Jantung Timur Sang Hyang Iswara Putih
Mang
ý Sang Hyang Maha-
4 Buah Pinggang Barat Kuning
Ong dewa
Sumber : Buku Usada Bali (Nala, 1993: 108).

Tabel 4.4:
Hubungan Tri Aksara dengan Linggih, Dewa, Warna, dan Wujud
Tulisan Bunyi Bhuana Dewa atau
Bhuana Alit Warna Wujud
No aksara aksara Agung Batara
Ati Sang Hyang Api
1 Áº Ang Selatan Merah
Hati Brahma Agni
û Ampru Sang Hyang Air
2 Ung Utara Hitam
Empedu Wisnu Udaka
Papusuhan Sang Hyang Udara
3 mº Mang Tengah Putih
Jantung Siwa Maruta
Sumber : Buku Aksara Bali dalam Usada (Nala, 2006: 124).

40
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Tabel 4.5:
Hubungan Dwi Aksara dengan Linggih, Dewa
Tulisan Bunyi Dewa atau
Bhuana Alit Warna Wujud
No aksara aksara Batara
Mata
Kanan Pusar/nab Sang Hyang Api
1 Áº Ang Merah
(netra hi Brahma Agni
bama)
Ung + Mata Kiri Ubun- Sang
û + mº Mang Air
2 (netra ubun/ Hyang Hitam
 Á; Udaka
 Ah daksina) siwadwara Wisnu
Sumber : Buku Usada Bali (Nala, 1993: 109).

Tabel 4.6:
Hubungan Eka Aksara dengan Linggih, Dewa dan Fungsi
Bunyi Dewa atau
Tulisan aksara Bhuana Alit Fungsi
No aksara Batara
Gabungan aksara Mengendalikam
Ong atau
Áº , û,mº Siwadwara atau Sang Hyang seluruh cakra yang
1 Om
Menjadi ubun-ubun Wenang ada di badan
(AUM)
þ manusia
Sumber : Buku Usada Bali (Nala, 1993: 109).

Melalui latihan meditasi dengan tegas memberitahukan


secara tidak langsung tekait titik- bahwa Tuhan ada dalam diri
titik konsentrasi yang diarahkan manusia meskipun dalam sebutan
dan perlakuan dalam meditasi yang berbeda (dewa), sebagaimana
pada dasarnya yang diulas ada di diuraikan.
dalam susastra-susastra Hindu Aksaram brahma paramam
terkait dewa-dewa yang memiliki svabhāvo’dhyātmam ucyate,
peran dan tugas yang bersthāna Bhuta bhāvodbhava karo
pada bagian tubuh manusia dan visargah karma samjnitah.
alam semesta ketika disadari (Bhagavadgītā, VIII. 3).
dengan kebijakasanaan penuh Terjemahan:
cetusan cinta kasih dan ketulusan Yang Kekal Abadi, Maha
dengan Tuhan sebagai agung, adalah Brahman,
personifikasi fungsi dan sifatnya persemayaman-Nya dalam
akan memberikan manfaat bagi badan individu dinamakan
kehidupan manusia itu sendiri, Adhyātmam, karma adalah
khususnya mengenai kesehatan nama yang diberikan kepada
yang diraih baik jasmani maupun persembahan yang
rohani. Ini terjadi akibat dari melahirkan makhluk hidup
pikiran yang fokus, terarah dan di dunia (dalam Donder,
seimbang yang tersubordinat 2007: 212).
kepada bagian tubuh sebagai
simbol atau media untuk Adhibhutam ksaro bhāvah
membayangkan kekuatan dewa puruṣas cādhidaivatam,
yang terletak pada bagian tubuh Adhiyajno’ham evātra dehe
tertentu melalui penyebutan deha brrtām vara.
aksara suci Tuhan. Bhagavadgītā (Bhagavadgītā, VIII. 4).

41
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Terjemahan: Tuhan juga tinggal dalam hati


Adhibhuta adalah wujud setiap makhluk hidup. Walaupun
yang tak kekal, ādhidaivata Tuhan ada dalam diri setiap orang,
adalah hakikat puruṣa dan namun Tuhan tidak serta merta
hanya Akulah sebagai membuat setiap orang
Adhiyajña yang ada dalam menampilkan perilaku Tuhan.
badan, wahai manusia Tuhan bagaikan batu permata,
termulia (dalam Donder, hanya batu permata yang selalu
2007: 212). digosok atau diamplas terus akan
terlihat mengkilat. Batu permata
Avajānanti mām mūdhā yang tidak pernah digosok akan
mānusim tanum āsritam, tetap selamanya batu yang tidak
Param bhāvam ajānanto bedanya dengan batu lainnya.
mama bhūta maheśvaram. Tuhan seperti batangan emas,
(Bhagavadgītā, IX. 11). hanya emas yang diolah menjadi
Terjemahan: perhiasan saja hanya Nampak
Karena Aku berada dalam indah mengkilat atau mengkilau
tubuh manusia, mereka dan menarik hati. Demikian pula
yang tidak tahu tidak Tuhan yang ada dalam tubuh
menghiraukan Aku, tidak manusia akan nampak berkilau
mengetahui prakṛti-Ku yang jika setiap manusia mau
lebih tinggi sebagai menggalinya dengan raja dari raja
Penguasa Agung dari segala pengetahuan yakni dengan
yang ada (dalam Donder, Ātmavidyā (pengetahuan tentang
2007: 213). roh) atau Brahmavidyā
(pengetahuan tentang Tuhan)
Aham ātma gudākesa sarva (Donder, 2007: 213).
bhūtāsaya sthitah, Gambaran singkat di atas
Aham ādis ca madhyam ca tentang wijaksara atau bijaksara
bhūtānām anta eva ca. baik dalam bentuk, maupun
(Bhagavadgītā, X. 20). linggih di Bhuwana Alit dan
Terjemahan: Bhuwana Agung, bagaimana
Aku adalah Sang Diri yang hubungannya dengan kekuatan
ada dalam hati semua para dewa, serta peranan aksara
makhluk, wahai Gudākesa, wijaksara (bijaksara) yang kerap
Aku adalah permulaan, dipergunakan dalam usada
pertengahan dan akhir dari sebagai pencegahan (preventif) dan
makhluk semua (dalam pengobatan (kuratif) penyakit oleh
Donder, 2007: 213). para penyembuh khususnya
Balian di Bali.
Dari uraikan śloka-śloka di
atas, dapat diketahui bahwa V. PENUTUP
Tuhan itu bersemayam dalam 5.1 Simpulan
tubuh manusia hanya nama-Nya Berdasarkan atas deskripsi
berubah, yakni bernama analisis diatas, maka dapat
Adhyātmam, Dia adalah penguasa disimpulkan bahwa, konsep teologi
yajña dalam tubuh manusia. kesehatan Hindu dalam teknik
Selain dalam tubuh manusia meditasi terjadinya pemanfaatan

42
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

dewa-dewa yang tidak bisa juga penulis sampaikan kepada


dilepaskan dari tugas dan fungsi seluruh Tim Redaksi Jurnal Widya
dari dewa yang mempunyai Genitri yang telah
linggih, genah, sthāna (tempat, menyempurnakan tulisan ini.
kedudukan) baik di dalam badan
manusia (bhuana alit, DAFTAR PUSTAKA
mikrokosmos), maupun di alam Donder, I Ketut. 2011. Teologi
raya (bhuana agung, Sosial Persoalan Agama dan
makrokosmos). Karena Kemanusiaan Perspektif
kepercayaan kepada Tuhan Hindu. Surabaya: Pāramita.
melalui manifestasinya, dipercayai Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi
sebagai penganugrah kesehatan Hindu: Penciptaan,
dalam wujud simbol sebagai Pemeliharaan, dan Peleburan
keyakinan umat Hindu. Hal ini Serta Penciptaan Kembali
diyakini dapat memberikan Alam Semesta. Surabaya:
manfaat secara memurnikan Pāramita.
kesehatan jasmani dan Effendi, Irmansyah. 2012.
memurnikan kesadaran rohani. Kundalini: Tenik Efektif
Untuk Membangkitkan,
5.2 Saran Membersihkan, dan
Umat Hindu khususnya Memurnikan Kekuatan Luar
hendaknya bersedia dan Biasa dalam Diri Anda.
memperdalam pengetahuan Jakarta: PT. Gramedia
tentang meditasi, karena meditasi Pustaka Utama.
(dhyāna) merupakan salah satu Geertz, Clifford. 1992. Tafsir
bagian dari sistem yoga dan Kebudayaan (Diterjemahkan
meditasi merupakan wujud inti dari judul asli The
dari latihan yoga, sebagai nantinya Interpretation of Cultures:
menumbuhkan kesadaran diri Selected Essays oleh Budi
dalam pendakian spiritual. Tulisan Susanto SJ.). Yogyakarta:
yang dilakukan terhadap teknik Kanisius.
meditasi ini masih belum Kadjeng, I Nyoman dkk. 2005.
sempurna, mengingat masih Sārasamuccaya. Surabaya:
banyak aspek yang belum Parāmita.
dibahas. Untuk itu perlu terus Limbong, Chandra dkk. 2011.
diungkap, dalam rangka Anatomi Dan Fisiologi
mencerdaskan umat dan Tubuh Manusia. (Online),
memberikan pemahaman yang (http://mbegedut.files.wordp
baik dan benar. ress.com/2013/07/anatomi-
fisiologi-tubuh-manusia.pdf,
5.3 Ucapan Terimakasih diakses tanggal 16 Juni
Penulis ucapkan terimakasih 2014).
kepada beberapa pihak, baik Mantra, Ida Bangus. 1995.
moral maupun material sehingga Bhagawadgita (Alih Bahasa
penelitian ini dapat dilaksanakan & Penjelasan). Denpasar:
dengan baik serta telah Pemerintah Daerah Tingkat I
memberikan kerjasama yang baik Bali.
dalam penelitian ini, Terima Kasih

43
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 23-44 E-ISSN : 2685-7198
DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.287 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Maswinara, I Wayan. 1999. Veda Smṛti Compendium hukum


Śruti Ṛg Veda Saṁhitā Hindu. Surabaya: Pāramita.
Sākala Śākhā Maṇḍala I, II, Rama, Swami. 2005. Hidup
III. Surabaya: Pāramita. Dengan Para Ṛṣi Himalaya
Merta Ada, Pannasagara. 1997. (Penerjemah: I Gede Oka
Pikiran Harmonis Membantu Sanjaya). Surabaya:
Kesehatan Kita. Denpasar: Pāramita.
Bali Usada. Radhakrishnan, S. 2008.
Merta Ada, Pannasagara. 2014. Upaniṣad- Upaniṣad Utama
Meditasi Kesehatan Meditasi (Penerjemah: Agus S.
Pikiran Harmonis Getaran Mantik). Surabaya:
dan Mmenyehatkan Diri Pāramita.
Sendiri (Edisi Revisi). Sarkar, Shrii Prabhat Ranjan.
Denpasar: Bali Usada. 1992. Psikologi Yoga.
Nala, Ngurah. 2006. Aksara Bali Jakarta: Persatuan Ananda
dalam Usada. Surabaya: Marga Indonesia.
Pāramita. Sāyaṇācārya, Of Bhāṣya. 2005.
Nala, Ngurah. 2010. Ayurweda Atharvaveda Saṁhitā II.
(Rasa, Wirya, Wipaka dan Surabaya: Pāramita.
Dhatu Rasa, Wirya, Wipaka Suryani, I Gusti Ayu Putu dkk.
dan Dhatu). 2009. Pendidikan Agama
(Online),(http://vaprakeswar Hindu Di Perguruan Tinggi.
a.wordpress.com/page/5/, Denpasar: Udayana
diakses tanggal 5 Juli 2014) University Press.
. Suseno, Frans Magnis. 2007. 13
Nala, Ngurah. 1993. Usada Bali. Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius
Denpasar: Upada Sastra. Titib, I Made. 2003. Teologi dan
Nala, Ngurah. 1999. “Usada Bali” Simbol-Simbol Dalam Agama
dalam Meditasi Kesehatan. Hindu. Surabaya : Paramita.
Disajikan Pada Program Triguna, I.B Yuda. 2000. Teori
Meditasi Tapa Brata Bali Tentang Simbol. Denpasar:
Usada. Bali 6 s/d 12 Widya Dharma.
September 1999. Wiana, I Ketut. 2007. Tri Hita
Pudja, G dan Tjokorda Rai Karana Menurut Konsep
Sudharta. 2004. Hindu. Surabaya: Parāmita.
Mānavadharmaśāstra (Manu
Dharmaśāstra) atau Veda

44

Anda mungkin juga menyukai