Anda di halaman 1dari 11

Ni Wayan Ramini Santika 87

PEMAHAMAN KONSEP TEOLOGI HINDU


(PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU)

Ni Wayan Ramini Santika


Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangkaraya
bawiayahfda@gmail.com

Riwayat Jurnal
Artikel diterima :-
Artikel direvisi :-
Artikel disetujui :-

Abstrak
Dalam kehidupan beragama khususnya agama Hindu yang memiliki suatu
Pemahaman Konsep Teologi Hindu yang bersumber daripada Kitab Suci Veda dan Kitab
Suci Panaturan, karena kitab suci sebagai pedoman umat Hindu dalam memperkuat
keimanan tentang pengetahuan Ketuhanan. Agama Hindu mengembangkan ajarannya
sesuai dengan desa (tempat), kala (waktu/penentuan hari baik atau buruk) dan patra
(keadaan sosial ekonomi, situasi dan kondisi). Selain itu, dalam pelaksanaan ajaran agama
Hindu juga selalu berpegang pada Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa
(filsafat), etika (tata susila) dan ritual (upacara). Ketiga kerangka ini merupakan sebagai
dasar bagi setiap umat Hindu dalam usahanya untuk mencapai ketenangan dan
ketentraman dalam keyakinanya. Aspek tattwa atau filsafat agama merupakan inti ajaran
Agama Hindu, sedangkan aspek susila atau etika merupakan pelaksanaan ajaran agama
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Aspek upacara atau ritual agama merupakan yadnya, persembahan atau
pengorbanan suci yang tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ketiga aspek
tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena itu
ketiga kerangka dasar agama tersebut harus dipahami, mengingat ketiganya saling
berkaitan. Memahami atau tidak memahami salah satu aspek, dapat mengakibatkan
pemahaman terhadap Agama Hindu menjadi tidak lengkap dan bahkan bisa mengaburkan
atau memberi pengertian yang keliru terhadap Agama Hindu.. Pendidikan Agama Hindu
diberikan pada peserta didik diharapkan agar menjadi orang yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan Pendidikan Agama Hindu dapat menjalankan dan mengamalkan
ajaran Agama Hindu sehingga terbentuknya budi pekerti yang luhur dan berakhlak yang
mulia.

Kata Kunci : Pemahaman, Konsep Teologi Hindu, Pendidikan Agama Hindu

I. Pendahuluan saing sebuah bangsa yang kita sadari


Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan memiliki peran sangat
salah satu cara untuk meningkatkan daya penting. Pemerintah Indonesia terus

Jurnal Bawi Ayah Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 88

berupaya dalam meningkatkan tanggap terhadap tuntutan jaman


pemerataan kualitas dan layanan (Sisdiknas dalam Tim Penyusun, 2007:6).
pendidikan. Dalam Undang-Undang Agama Hindu merupakan salah
Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan satu agama yang diyakini di Indonesia
Nasional dalam pertimbangannya selain keyakinan agama yang ada.
menyatakan bahwa Undang-Undang Sebagai bagian dari keyakinan Bangsa
Dasar Negara Republik Indonesia tahun Indonesia yang sangat majemuk, di dalam
1945 mengamatkan pemerintah menjalani ajaran agamanya umat Hindu
mengusahakan dan menyelenggarakan sama seperti agama lain yang diakui di
suatu sistem pendidikan Nasional yang Indonesia. Agama Hindu di dalam
meningkatkan keimanan dan ketakwaan mengembangkan ajarannya sesuai dengan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta desa (tempat), kala (waktu/penentuan hari
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan baik atau buruk) dan patra (keadaan
kehidupan bangsa yang diatur dengan sosial ekonomi, situasi dan kondisi).
Undang-Undang bahwa Sistem Selain itu, pelaksanaan ajaran agama
Pendidikan Nasional harus mampu Hindu juga selalu berpegang pada Tiga
menjamin kesempatan pendidikan, Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu
peningkatan mutu, serta relevansi dengan tattwa (filsafat), etika (tata susila) dan
efesiensi manajemen pendidikan untuk ritual (Upacara). Ketiga kerangka ini
menghadapi tantangan sesuai dengan merupakan sebagai dasar bagi setiap umat
tuntutan perubahan pendidikan secara Hindu dalam usahanya untuk mencapai
terencana, terarah dan berkesinambungan. ketenangan dan ketentraman dalam
Sistem pendidikan nasional adalah keyakinanya. Aspek tattwa atau filsafat
keseluruhan komponen yang saling agama merupakan inti ajaran Agama
terkait dan terpadu untuk mencapai tujuan Hindu, sedangkan aspek susila atau etika
pendidikan nasional. Pendidikan nasional merupakan pelaksanaan ajaran agama
adalah pendidikan yang berdasarkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Aspek upacara atau ritual agama
tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai merupakan yadnya, persembahan atau
agama, Kebudayaan Nasional dan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 89

pengorbanan suci yang tulus ikhlas pelaksanaan upakara/upacara, filosofi dan


kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. susilanya.
Ketiga aspek di atas merupakan II. Pembahasan
suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat 2.1 Pemahaman
dipisah-pisahkan. Karena itu ketiga Pemahaman didefinisikan proses
kerangka dasar agama tersebut harus berpikir dan belajar. Pemahaman
dipahami, mengingat ketiganya saling menurut Kamus lengkap Bahasa
berkaitan. Memahami atau tidak Indonesia yaitu proses, perbuatan dan
memahami salah satu aspek, dapat cara memahami. Indikator pemahaman
mengakibatkan pemahaman terhadap sama artinya dengan memahami sesuatu
Agama Hindu menjadi tidak lengkap dan berarti seseorang dapat mempertahankan,
bahkan bisa mengaburkan atau memberi membedakan, menduga, menyimpulkan
pengertian yang keliru terhadap Agama dan menuliskan kembali. Pemahaman
Hindu. Oleh karenanya, barang siapa yang dimaksud adalah Konsep Teologi
ingin mempelajari Agama Hindu Hindu. Pemahaman Konsep Teologi
hendaknya mendalami ketiga kerangka Hindu yang bersumber dari pada Kitab
dasar agama tersebut. Suci Veda dan Kitab Suci Panaturan,
Bagi umat Hindu sendiri Kitab Suci sebagai pedoman umat Hindu
memahami dan mendalami ketiga aspek dalam memperkuat keimanan tentang
tersebut diatas tentu akan menjadi sangat pengetahuan Ketuhanan.
penting. Janganlah hanya berpegang 2.2 Teologi Hindu
kepada salah satu aspeknya saja misalnya Etimologi Teologi, ada banyak
aspek upakara dan upacaranya saja. definisi (terminologi) tentang istilah
Usahakanlah mempelajari, menghayati teologi ini, namun pada hakikatnya semua
dan mengamalkan bukan saja aspek definisi ini mengarah pada satu
upakara dan upacaranya, tetapi juga pengertian, yaitu pengetahuan “Tuhan”.
aspek filosofi dan susilanya. Dengan Sebagaimana pendapat seorang teolog
demikian, maka akan terdapat besar dari Roma Katholik yang bernama
keseimbangan dalam pemahaman dan Albert, ia menguraikan bahwa : Istilah
“teologi” secara harafiah berarti studi

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 90

mengenai Allah. Yang berasal dari kata (pemeliharaan dan peleburan); asya
Yunani theos, yang berarti Tuhan dan adalah dari dunia ini; yatah adalah dari
akhiran-ology dari kata Yunani logos mana. Brahman adalah asal muasal dari
yang berarti wacana, teori, atau alam semesta dan segala isinya. Tuhan
penalaran. Selain definisi tersebut Yang Maha Esa yang disebut Brahman
pendapat lain yaitu Agustinus dari Hippo ini merupakan asal mula segalanya.
mendefinisikan bahwa teologi berasal Beberapa penjelasan tentang Tuhan Yang
dari bahasa Latin, yaitu theologia, sebagai Maha Esa merupakan asal mula
penalaran atau diskusi mengenai segalanya dalam kitab suci Rg Veda,
Ketuhanan, selain itu Richard Hooker sebagai berikut :
mendefinisikan “theology” dalam bahasa Purusa evedam sarvam
yadbhutam yacca bhavyam,
Inggris sebagai “ilmu tentang hal-hal
utamrtatvasyesa no
yang ilahi”. Juga secara umum, teologi yadannenati rohati.
Artinya:
adalah studi iman agama, praktik, dan
Tuhan sebagai wujud kesadaran
pengalaman atau spiritualitas. agung merupakan asal dari segala
yang telah dan yang akan ada. Ia
Ontologi teologi adalah sebuah
adalah raja di alam yang abadi dan
ilmu pengetahuan, dan sebagai ilmu juga di bumi ini yang hidup dan
berkembang dengan makanan
pengetahuan, teologi harus mampu
(Rgveda X.90.2).
membuktikan kebenaran ilmu
Demikian pula, Tuhan Yang
pengetahuannya. Pembuktian teologis,
Maha Esa sebagai sumber segala dan
walaupun melibatkan daya nalar manusia,
sumber kebahagiaan hidup, dinyatakan
namun teologi tetap bertumpu pada
pula di dalam mantra Atharvaveda,
pewahyuan dan kebenaran-kebenaran
sebagai berikut :
iman (Donder, 2009:1-14).
Yo bhutam ca bhavyam ca
Pengertian tentang Tuhan Yang
sarvam yas cadhitisthati,
Maha Esa dalam Brahma sutra sebagai svar yasyaca kevalam tasmai
jyesthaya Brahmane namah.
berikut : Janmadyasya yatah (I.1.2),
Artinya :
yang oleh Swami Sivananda Tuhan Yang Maha Esa hadir
dimana-mana, asal dari segala yang
diterjemahkan sebagai berikut : janmadi
telah ada dan yang akan ada. Ia
adalah Asal mula dan lain-lain penuh dengan rakhmat dan

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 91

kebahagiaan. Kami memuja Hiranyagarbhah samavartatagre


Engkau, Tuhan Yang Maha Tinggi Bhutasya jatah patireka asit,
(Atharvaveda X.8.1). Sa dadhara prthivim dyam utemam
Kasmai devaya havisa vidhema
Mendekatkan diri kepada Tuhan Artinya:
Siapakah yang kami puja dengan
Yang Maha Esa merupakan hal yang
persembahan kami yang suci yang
wajib untuk dilakukan guna mewujudkan ada dalam permulaan, yang
diwujudkan sebagai Tuhan Sang
kesejahtraan dan kebahagiaan yang sejati.
Maha Pencipta yang menguasai
Jalan kebaktian kepada Tuhan Yang bumi dan langit (Titib, 1996:205).
Maha Esa adalah jalan yang paling
Tuhan Yang Maha Esa sebagai
mudah diikuti oleh umat manusia pada
sumber kekuatan-kekuatan jiwa yang
umumnya. Tuhan Yang Maha Esa
bayangan-Nya adalah keabadian dan
merupakan sumber kehidupan dalam
kematian, dinyatakan dalam kitab suci
kitab suci Yajur Veda XXVI.3, sebagai
Rgveda X.121.2 sebagai berikut :
berikut :
Ya atmada balada yasya visva
Om bhur bhuvah svah Upasate prasisam yasya devah
Tat savitur varenyam Yasya chayamrtam yasya mrtyuh
Bhargo devasya dhimahi, Kasmai devaya havisa vidhema
Dhiyo yo nah pacodayat. Artinya:
Artinya: Siapakah yang akan kami puja
Ya Tuhan Yang Maha Esa, Sang dengan persembahan ini? Ia yang
Hyang Widhi Wasa, Engkau adalah memberikan kekuatan jiwa dan
sumber kehidupan, sumber tenaga yang hukum-Nya dipatuhi
kecerdasan dan sumber oleh seluruh alam semesta, dipatuhi
kebahagiaan, pencipta alam oleh kekuatan kosmos yang
semesta. Kami memuja kilauan-Mu bayangan-Nya adalah keabadian
yang bercahaya. Kami mohon dan kematian (Titib, 1996:205).
bersedialah Engkau memberikan
tuntunan yang benar kepada Konsep Ketuhanan yang
kecerdasan budi pekerti kami (Titib,
menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha
1996:204).
Esa merupakan awal segala kejadian
Persembahan kepada Tuhan Yang
terkandung dalam kitab suci panaturan
Maha Kuasa sebagai Tuhan Sang Maha
yang merupakan kitab suci Hindu
Pencipta yang menguasai bumi dan
kaharingan, terdapat pada Panaturan pasal
langit, dinyatakan dalam kitab suci Rg
1 ayat 1 sebagai berikut :
Veda X.121.1, sebagai berikut :

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 92

Hemben huran tutuk panambalun Malambung Bulau, marung Laut


tambun, baya ije atun IE ije Bapantan Hintan.
tamparan taluh handiai, JAI Artinya :
panapatuk sukup simpan, Ia adalah awal segala kejadian,
hasambalut umba ambun ije dia memperlihatkan Kebesaran dan
bajahuntun tanduk, basakupa KekuasaanNya; Ia yang maha
dengan enun isen baterus kening, sempurna; Menyatakan Keagungan
hinje hasambalut umba kahain dan KemuliaanNya, dan bersama
kuasae belum japa jimat maharing. dengan itu, bergetarlah alam
Artinya: semesta laksana Guntur
Jaman dahulu kala, permulaan menggelegar Langit, Petir dan
segala masa, yang ada Ia adalah Halilintar menggetar semesta alam,
Awal segala Kejadian, Ia yang maka memancarlah Cahaya Terang
maha sempurna diliputi oleh yang bersih suci, menghalau
Kekuatan dan KekuasaanNya, kegelapan alam, serta Ia yang awal
menyatu didalam Keagungan dan segala kejadian, berfirman dan
KemuliaanNya (MB-AHK, menyatakan diriNya : Aku inilah
2009:1). Ranying Hatlla yang bertahta pada
balai bulau napatah bulau,
Tuhan Yang Maha Esa adalah dikelilingi tasik malambung bulau
laut bapantan hintan (MB-AHK,
awal segala kejadian, yang
2009:1).
memperlihatkan Kebesaran dan
Tuhan Yang Maha Esa atau
KekuasaanNya, dinyatakan dalam kitab
Ranying Hatalla yang memiliki cahaya
suci Panaturan, Pasal 1 ayat 2, sebagai
kehidupan yang kekal abadi, dinyatakan
berikut :
dalam kitab suci Panaturan, Pasal 1 ayat 3
sebagai berikut :
Ie ije tamparan taluh handiai mukei
kahain kuasae, Jai panapatuk sukup Aku tuh Ranying Hatalla ije
simpan murai japa jimat tanteng, paling kuasa, tamparan taluh
hayak auh Nyahu Batengkung handiai tuntang kahapuse, tuntang
Ngaruntung Langit, homboh kalawa jetuh iete kalawa
Malentar Kilat Basiring Hawun, pambelum, ije inanggareKu
palus ambun ije dia bajahuntuk gangguran area bagare hintan
tanduk, enun basansinep isen kaharingan.
baterus kening, badandang manjadi Artinya:
balawa hayak barasih, lenda- Aku inilah Ranying Hatalla Yang
lendang, linge-lingei, hayak Ie Maha Kuasa, awal dan akhir
hamauh mananggare arepe : Aku segala Kejadian dan cahaya
tuh Ranying Hatalla, mijen Balai Kemuliaan-Ku yang terang, bersih
Bulau Napatah Hintan, Balai dan suci adalah cahaya kehidupan
Hintan Napatah Bulau, mijen Tasik yang kekal abadi dan aku sebut ia

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 93

hintan kaharingan (MB-AHK, Ranying Hatalla, memperhatikan


2009:1). wujud itu dengan sungguh-
sungguh, bahwa itu adalah
Tuhan Yang Maha Esa atau bayanganNya sendiri, dan Ia
memberikan nama kepada
Ranying Hatalla memiliki kekuatan jiwa
bayanganNYA itu, adalah jatha
yang bayanganNya adalah keabadian. balawang bulau, kanaruhan
bapager hintan (zat yang maha
Panaturan, Pasal 1 ayat 5 menyatakan
mulia), yang berada didalam papan
sebagai berikut : malambung bulau, bertachta pada
laut bapantan hintan (MB-AHK,
Intu hete Ie nyantah bulau balawan
2009:2).
tanduk, tampajahen sambil
ngantau, Jai niling rabia rantunan
Berdasarkan kutipan daripada
kening, nureng ulang pajambilei,
eleh benyem nyalantinau buang; Kitab Suci Veda dan Kitab Suci
Mariarae tiai bulau balawan
Panaturan tersebut di atas yang
tanduk, nuntun hila ngiwa; Hete
taratuntue atun ampin pahaliar menyatakan tentang kemaha kuasaan dan
tingang ije sama kilau Ie.
keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
Artinya:
Disanalah Ia melihat sekelilingNya, 2.3 Perspektif Pendidikan Agama
memperhatikansekitarNya, sepi, Hindu
sunyi, senyap; Ia memandang
kebawah, disitu terlihat oleh-Nya, Pendidikan Agama Hindu
ada suatu wujud serupa Ia (MB-
merupakan suatu pendidikan yang sangat
AHK, 2009:2).
penting, Pendidikan Agama Hindu ini
Tuhan Yang Maha Esa atau
bertujuan memberikan pengajaran mental
Ranying Hatalla memiliki kekuatan jiwa
dan spiritual bagi si anak. Pendidikan
yang bayanganNya adalah zat yang maha
Agama Hindu telah diajarkan pada setiap
mulia. Panaturan, Pasal 1, ayat 6
sektor pendidikan, dimulai dari tingkat
menyatakan sebagai berikut :
dasar sampai pada tingkat perguruan
Ranying Hatalla nuntun pahaliar
tinggi. Sesuai dengan UUD 1945 pada
tingang, nureng nyababeneng
tanduk, handung katawae hete puna pasal 29 ayat 1 dan 2 serta Pancasila
pahalingei bitie, hayak Ie
sebagai dasar falsafah bangsa Indonesia,
mananggare gangguranan area
bagare jatha balawang bulau, maka pendidikan agama merupakan segi
kanaruhan ba-pager hintan, mijen
pendidikan yang utama yang menjadi
papan malambung bulau, marung
laut bapantan hintan. dasar semua segi pendidikan lainnya.
Artinya:

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 94

Pendidikan Agama Hindu “Moksartham Jagadhita ya ca iti


diberikan pada peserta didik diharapkan Dharma”.
agar menjadi orang yang bertaqwa kepada Dalam Ajaran Agama Hindu
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan terdapat nilai pendidikan ke dalam tiga
Pendidikan Agama Hindu dapat ranah yang tak dapat dipisahkan antara
menjalankan dan mengamalkan ajaran satu dengan yang lainnya yaitu terurai
Agama Hindu sehingga terbentuknya dalam tiga kerangka dasar Agama Hindu
budi pekerti yang luhur dan berakhlak yang terdiri dari Tattwa (Filsafat), Susila
yang mulia, sebagaimana yang (Etika) dan Upacara.
dinyatakan dalam Sarasamuscaya yang 1. Pengertian Tattwa
menyatakan sebagai berikut : Tattwa berasal dari bahasa
Apan iking dadi wwang, uttama Sanskerta yaitu “Tatwa” kemudian
juga ya nimitaning mangkana,
setelah di Indonesiakan menjadi
Wenang ya tumulang
awaknyasangking sangsar, “Tattwa”. Tattwa memiliki pengertian
mangkasadhana
seperti : kebenaran, kenyataan, hakekat
Subhakarma, hinganing
kottamaning dadi wwang ika hidup, sifat krodati, dan segala sesuatunya
(Sarasamuscaya,4)
bersumber dari kebenaran sejarah atau
Artinya:
Menjelma menjadi manusia itu cerita yang diceritakan dengan jujur
adalah sungguh-sungguh utama,
tentang sifat kebaikan maupun
Sebabnya demikian, karena ia dapat
menolong dirinya dari keburukan. Disamping kata Tattwa juga
keadaan sengsara (lahir dan mati
terdapat kata Tattwadyatmika (tentang
berulang-ulang) dengan jalan
berbuat baik, demikian Tuhan), Tattwadnyana (hekekat hidup),
keuntungannya menjadi manusia
Tattwakmrta (dasar kehidupan),
(Kajeng,dkk,2003:9).
Tattwapadesagama (ajaran kenyataan dan
Dari kutipan Sarasamuscaya di
agama). Aspek Tattwa merupakan inti
atas, bahwa kehidupan itu sebagai proses
dari ajaran Agama Hindu (Warta, 2007:1)
pendidikan yang mana untuk
2. Pengertian Susila
memperbaiki diri sehingga tercapainya
Susila atau Etika agama berasal
kesempurnaan hidup yang disebut
dari kata “su” yang artinya baik dan “sila”
yang artinya tingkah laku. Susila agama

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 95

berarti aturan-aturan yang baik mengenai dan kehidupan manusia Hindu. Dengan
tingkah laku yang harus dijadikan melaksanakan ajaran kebenaran dan
pedoman hidup oleh manusia yang kejujuran, maka hidup dan kehidupan
beragama, khususnya umat Hindu. Ajaran seseorang akan diselamatkan dari
Susila (etika) memegang peranan sangat berbagai mala petaka. Ikutilah jalan
penting dalam kehidupan manusia. kebenaran dan kejujuran itu yang dikutip
Dengan ajaran Susila ini manusia akan dari Yayur Veda X.121.2 I.5 di bawah ini
dapat membina hubungan yang selaras, :
harmonis dan rukun antara sesamanya Agne vratapate vratam carisyami
Tacchakeyam tanme radhyatam
dan makhluk-makhluk hidup lainnya
Idam aham anrtat satyam upaimi
(Suhardana, 2010: 31) Yayurveda I.5
Artinya :
Pengertian Susila menurut
Ya Sang Hyang Agni, penguasa
pandangan Agama Hindu adalah tingkah peraturan-peraturan suci, Kami
akan menjalankan janji kebenaran
laku hubungan timbal balik yang selaras
itu. Semoga kami dimahkotai
dan harmonis antara sesama manusia dan dengan keberhasilan dalam
menjalankan janjiku. Kami
alam (lingkungan) yang berlandaskan atas
menderapkan langkah dengan tegap
korban suci (Yajna), keikhlasan dan kasih pada jalan kebenaran, dengan
menahan diriku sendiri dari
sayang.
kebohongan (dusta) (Titib,
Ajaran Etika tata susila Hindu 1996:310).
merupakan ajaran tingkah laku yang baik
3. Pengertian Upacara
dan benar bertujuan untuk terciptanya
Upacara atau ritual agama
kebahagiaan hidup dan keharmonisan
merupakan kerangka dasar yang ketiga
hubungan antara manusia dengan Tuhan,
dari Agama Hindu. Upacara berasal dari
antara manusia dengan manusia dan
dua suku kata, yaitu : Upa dan Cara. Upa
manusia dengan lingkunganya. Dalam
artinya dekat atau mendekat. Dan Cara
Kitab Suci Weda, ajaran tata susila itu
dari urutan kata “Car” yang memiliki arti
mencakup berbagai bidang yang sangat
harmonis, seimbang dan selaras. Dengan
luas antara lain tentang kebenaran.
keseimbangan, keharmonisan dan
Kebenaran dan kejujuran
keselarasan dalam diri, kita mendekatkan
(satyam) merupakan prinsip dasar hidup
diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 96

Sebelum kita mendekatkan kepada-Nya, Arjuna, Inilah ketetapan dan


pandangan-Ku yang terbaik (Pudja,
hendaknya terlebih dahulu kita dapat
1999:405).
menciptakan keseimbangan dan
Demi bakti kehadapan Tuhan
keselarasan serta keharmonisan dalam
umat Hindu ikhlas mempersembahkan
diri kita, agar dapat terwujudnya
segala sesuatu yang mereka miliki demi
keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha
bakti kepada Tuhan yang dicintainya.
Esa (Wijayananda,2004:49).
III. Penutup
Dengan upacara rasa bakti
3.1 Simpulan
menjadi semakin meningkat, upacara
1. Pemahaman konsep teologi Hindu
penting untuk mensucikan diri asal
sangat penting dengan cara sebenarnya
dilaksanakan dengan penuh keikhlasan
keyakinan tentang Ketuhanan adalah
berkorban dan bebas dari pamrih sesuai
merupakan keyakinan rohani yang ada
dengan kutipan sloka Bhagawadgita di
pada setiap individu. Sebagai makhluk
bawah ini.
yang terbatas, manusia berkeyakinan
Yajna dana tapah karma
Na tyajyam karyam eva tat, ada suatu kekuatan diluar kekuatan
Yajno danam tapas caiva
dirinya, serta diluar jangkauan
Pavanani manisinam.
Bhagawadgita XVIII.5. manusia yang dapat memberikan sinar
Artinya:
hidup pada setiap makhluk.
Kegiatan berkurban, bersedekah
dan tapa, jangan diabaikan 2. Aspek tattwa atau filsafat agama
Melainkan harus dilakukan sebab
merupakan inti ajaran Agama Hindu,
yajna, sedekah dan tapa
Brata adalah pensuci bagi orang sedangkan aspek susila atau etika
arif bijaksana” (Pudja, 1999:405).
merupakan pelaksanaan ajaran agama
Etany api tu karmani dalam kehidupan masyarakat sehari-
Sangam tyaktva phalani ca,
hari. Aspek upacara atau ritual agama
Kartavyaniti me partha
Niscitam matam uttamam. merupakan yadnya, persembahan atau
Bhagawadgita XVIII.6
pengorbanan suci yang tulus ikhlas
Artinya:
Tetapi kegiatan inipun harus kehadapan Ida Sang Hyang widhi
dilakukan dengan jalan melepaskan
Wasa.
ikatan dan keinginan akan
pahalanya; wahai

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017


Ni Wayan Ramini Santika 97

3. Pendidikan Agama Hindu diberikan Suhardana, K.M. 2006. Pengantar Etika


dan Moralitas Hindu, Bahan
pada peserta didik diharapkan agar
Kajian Untuk Memperbaiki
menjadi orang yang bertaqwa kepada Tingkah Laku. Surabaya :
Paramita.
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
Tim Penyusun. 2007. Pendidikan Agama
Pendidikan Agama Hindu dapat Hindu di Perguruan Tinggi,
Surabaya : Paramita.
menjalankan dan mengamalkan ajaran
Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-
Agama Hindu sehingga terbentuknya Simbol dalam Agama Hindu,
Surabaya : Paramita.
budhi pekerti yang luhur dan
. 2003. Veda Sabda Suci
berakhlak yang mulia Pedoman Praktis Kehidupan.
Surabaya : Paramita.
3.2 Saran – Saran
Watra, I Wayan. 2007. Pengantar
Menanamkan pemahaman konsep Filsafat Hindu (Tattwa I).
Penertbit Paramita. Surabaya
teologi Hindu sejak dini pada anak-anak
Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya.
agar lebih memperkuat keyakinananya. 2004. Makna Filosofis Upacara
dan Upakara dalam Kehidupan.
Diharapkan kepada seluruh umat
Surabaya : Paramita.
masyarakat Hindu terutama generasi
muda agar selalu meningkatkan
keyakinan/kepercayaan terhadap ajaran
Agama dan menjadikan pedoman hidup
dalam pergaulan sehari-hari.
Daftar Pustaka

Donder, I Ketut. 2006. Brahmavidya


Teologi Kasih Semesta. Surabaya :
Paramita.
Kajeng dkk, I Nyoman. 1999.
Sarasamuccaya. Surabaya :
Paramita.
MBAHK. 2009. Panaturan.
Palangkaraya.
Pudja. 1999. Theologi Hindu (Brahma
Widya). Surabaya : Paramita.
. 1999. Bhagawad Gita
(Pancama Veda). Surabaya :
Paramita.

Jurnal Bawi Ayah. Volume 8. Nomor 1. April 2017

Anda mungkin juga menyukai