Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“HAKIKAT AGAMA DAN KEBERAGAMAAN DALAM ISLAM”


Dosen Pengampu : Dr. Ade Irma Solihah, M.Pd

Disusun oleh :
HERIYANTO LABA
DANASWARA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCA SARJANA INSTITUS AGAMA ISLAM PERSIS


BANDUNG- JAWA BARAT

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim dan puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, berkat
rahmat dan hidayahnya kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah Hakikat Agama dan
keberagaman dalam islam pada mata kuliah Hakikat agama dan keberagaman peserta didik .
Shalawat serta salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan sahabatnya.
Selanjutnya, kami selaku penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran pembuatan makalah ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Terima kasih kepada Al Ustadzah Dr. Ade Irma Solihah, M.Pd
selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing kami. Semoga makalah ini dapat berguna baik
untuk diri kami, teman teman, dan semua yang membaca makalah ini.
Kami selaku penyusun memohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi tugas yang diberikan. Terima kasih.

Penulis

PENDAHULUAN

Hakikat merupakan Upaya pencari kebenaran melalui cara berfikir dengan konsep konsep
yang dimiliki sehingga jika menanyakan hakikat sesuatu maka sama saja dengan menanyakan
asal muasal atau asal terjadinya sesuatu itu, sementara agama dapat diartikan sebagai ajaran-
ajaran yang mengantarkan kita kepada keyakinan akan adanya tuhan.
Hakikat Agama merupakan hal yang sangat penting untuk kita pelajari Bersama karena
dari hal ini kita bisa mempelajari mengenai hal dasar ajaran atau pemahaman spiritual yang kita
anut. Yang mana jika kita telah mengetahui hal tersebut akan menjadikan kita lebih dekat dengan
tuhan. Banyaknya perbedaan ajaran-ajaran yang ada di muka bumi ini yang menjadikan kita
akan berfikir kritis mengenai kebenaran ajaran tersebut sehingga dengan menggunakan akal
pikiran dan dalil-dalil dari ajaran tersebut mengantarkan kita untuk menjadi lebih yakin lagi
dengan ajaran yang kita ikuti.
Pada pembahasan kali ini penulis membahas agama secara umum berdasarkan naskah naskah
yang penulis temui melalui buku-buku yang ada.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut
1. Apa dan bagaimana itu hakikat ?
2. Apa dan bagaimana itu agama?
3. Bagaimana hakikat agama dan keberagamaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT AGAMA DAN KEBERAGAMAAN

A. Pengertian Hakikat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) Hakikat secara etimologi Intisari
atau dasar, kenyataan yang sebenarnya1 hakikat juga merupakan kata serapan dari bahasa
arab yaitu hak yang artinya benar adapun secara istilah hakikat adalah kebenaran yang
principal.
Setiap orang, baik secara individu, maupun kolektif selalu mencari dan
menginginkan kebenaran, dan kebaikan dalam kehidupannya. Namun dalam menakar
kebenaran dan kebaikan itu kadang kala relatif bagi setiap orang, atau bagi kolektif.
Maka dari itu upaya untuk mencari kebenaran dan kebaikan tersebut setiap orang
memiliki dasar patokan kebenaran yang dianut oleh individu atau kolektif. Upaya
mencari kebenaran demikian dapat dikatakan mencari hakikat.2
Dengan demikian memikirkan hakikat sesuatu secara mendalam dan terperinci
sama halnya kita melakukan berfilsafat. Yang dimana arti filsafat sendiri adalah berfikiri
secara mendalam.
B. Pengertian Agama
Agama dalam tinjauan filsafat adalah suatu gejala yang luas dan rumit dan ada
banyak teori antropologis, sosiologis, psikologis, naturalitstik dan keagamaan tentang
sifat dasar agama sehingga akibatnya tidak ada definisi yang diterima secara universal
benar. Tetapi para filosuf telah mencatat cirriciri yang menentukan dari.3
Emile Durkheim berpendapat bahwa Agama merupakan sistem sosial yang
memperkuat perikatan sosial antar individu dan kelompok, solidaritas sosial semacam ini
tumbuh berdasarkan pada perasaan kesamaan moralitas dan kepercayaan yang dianut
bersama, solidaritas ini juga diikat oleh pengalaman emosional penganut agama. Menurut
Durkheim “nilai-nilai dan ajaran agama menjadi perekat antar masyarakat” sementara
tuhan dianggap sebagai idealism dari masyarakat sebagai “sesuatu yang paling sempurna

1
Meitti Taqdir Qodratillah dkk, KBBI, Jakarta: Pusat Bahasa,2008, hal. 503
2
Hisarma Saragih dkk, Filsafat Pendidikan ( Medan, Yayasan Kita Menulis, 2021) Hal. 1
3
Hisarma Saragih dkk, Filsafat Pendidikan ( Medan, Yayasan Kita Menulis, 2021) Hal. 49
dibandingkan dengan makhluk”. Dengan demikian, pemikiran Durkheim mengenai
sosiologi agama tergolong fungsional, karena ia merekatkan masyarakat pada nilai-nilai
yang harus dijaga. Dalam perpektif ini, kesamaan praktik-praktik agama atau fungsi-
fungsi yang wajib dijalankan dalam sistem sosial menjadi sesuatu yang menarik perhatian
Durkheim, bukan perbedaan pada karakteristik keyakinan dan ritual dari agama-agama
yang ada.4
Karl Marx mengasumsikan bahwa agama tidak lebih dari suatu ideologi. Dengan
konsep “materialisme historis” Marx memandang agama diguankan sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan dan menjaga status. Marx mengatakan “agama itu candu”.5
Sementara itu menurut K.H.Thaib Thahir Abd. Mu’in, agama adalah peraturan
Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal dan memegang peraturan
Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan dan kebahagaiaan.
Sementara itu menurut KH, Azhar Basyir, agama itu mempunyai unsur terpenting yakni
keyakinan adanya kenyataan lain dari kenyataan sekarang ini. Adanya unsur keyakinan
bahwa dibalik kenyataan duniawi ini ada kenyataan lain yang lebih agung, lebih suci
tempat manusia bergantung dan berdasar untuk mendekatinya.6
Dengan demikian dari beberapa pengertian agama diatas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa agama sebagai suatu ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui perantara Rasul sebagai UtusanNya untuk diyakini kebenarannya serta
didayagunakan untuk mencapai keselamatan, bagi diri mereka dan masyarakat luas pada
umumnya yang jika dijalani dengan baik akan memperkuat ikatan sosial sehingga akan
menjadi candu bagi pengikut-pengikutnya dalam menjalankan ibadah.
Selanjutnya berkaitan dengan Hakikat Agama seperti pembahasan ini maka dapat
disimpulkan bahwa berpikir secara mendalam mengenai ajaran yang diwahyukan oleh
tuhan untuk mengetahui hal yang benar. Maka dengan membahas mengenai pemikiran-
pemikiran yang mendasar pada agama akan mengantarkan kita lebih dekat dengan tuhan.
Sebagai contoh di dalam agama Islam yang merupakan agama rahmatan lilalamin
yang mana Pelajaran tauhid yang menjadi dasar atau landasan kita untuk menegenal

4
Gunawan Adnan, Sosiologi Agama(Banda Aceh, Arraniry Pres, 2020) Hal. 36-37
5
Ibid hal 38
6
Kasno, Filsafat Agama, (Alpha,Surabaya,2018) Hal. 1.
Allah SWT. Semakin kita mengenal Allah SWT maka akan menjadikan kita semakin
dekat dengannya.
C. Keberagamaan
Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secra terpisah,
meskipun keduanya mempunyai makna yang sangat erat. Sedangkan keberagamaan
berarti pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan
antara agama dan penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
(penganut agama) yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.
Sikap keberagamaan tersebut merupakan integrasi secara kelompok antara pengetahuan
agam, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukan
bahwa sikap keberagamaan menyangkut dan berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.15
Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang perjalanan sejarah umat
manusia adalah fenomena keberagamaan (Religiosity). Untuk menerangkan fenomena ini
secara ilmiah, bermunculan beberapa konsep religiusitas.7
Keberagamaan (Religiusitas) menurut Ghufron, mengutip Gazalba berasal dari
kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akarnya adalah religure yang berarti
mengikat. Dengan demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada
umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang atau
sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam
sekitarnya.8
Berbicara tentang konsep Religiusitas, banyak para ahli yang mengemukakan
konsep religiusitas, seperti:
1. Menurut William James sikap keberagamaan orang yang termasuk ke dalam
sakit jiwa (The sick-soul) ditemui pada mereka yang mengalami latar
belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Mereka meyakini agama
karenaadanya penderitaan batin yang anatara lain mungkin disebabkan oleh
adanya sebuah musibah yang menimpa mereka, konflik batin ataupun sebab
lainnya yang rumit diungkapkan secara ilmiah.9

7
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 1994) hal 76.
8
M. Nur Ghufron & Rini Risnawinta S, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: ARR-RUZZ MEDIA, 2011), hal. 167
9
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hal 109
2. Hurlock sebagaimana dikutip oleh Gufron mengatakan bahwa religi terdiri
dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur
pelaksanaan ajaran agama. Sementara Spink mengatakan bahwa agama
meliputi adanya keyakinan, adat, tradisi, dan juga pengalaman-pengalaman
individual. Religiusitas atau keberagaamaan diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas
lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang
tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu keberagamaan
seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian,
agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.
Dari kedua konsep keberagaamn diatas penulis mengambil konsep Glock
& Stark yang dianggap sebagai konsep yang paling sesuai dengan Islam. Hal
ini juga sejalan dengan pandangan Suroso yang mengatakan bahwa konsep
religiusitas versi Glock & Stark adalah rumusan brilian. Konsep tersebut
mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua
dimensi, tapi mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan dalam
Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga
menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara
menyeluruh pula. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan
tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.
Sehingga, untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah
konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam Islam.10
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi keberagamaan adalah seluruh
aspek atau sisi kehidupan manusia yang dalam menjalani kehidupannya
didasarkan pada aturan-aturan atau nash dalam sebuah agama, yang berfungsi
untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungannya terhadap Tuhan, semua manusia serta alam sekitarnya.

10
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 1994) hal 76.
Adapun pembagian dimensi-dimensi religiusitas, menurut Glock dan Stark
terdiri dari lima dimensi keberagamaan, yaitu11 :
1. Dimensi Keyakinan, yaitu dimensi yang mengacu pada serangkaian
kepercayaan yang menjelaskan eksistensi manusia atau dimensi akidah
2. Dimensi Pengetahuan , yaitu dimensi yang menunjukan tingkat
pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3. Dimensi Pengalaman, yaitu berkaitan dengan pengalaman keagamaan
seseorang, perasaan-perasaan tertentu, persepsi-persepsi seseorang,
dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang dalam hubungannya
dengan Tuhan. Misalnya, merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut
berbuat dosa atau merasa do’a yang dikabulkan, diselamatkan Tuhan
dan sebagainya.
4. Dimensi peribadatan, yaitu mengenai hal hal spiritual atau ibadah.
5. Dimensi pengamalan, yaitu komitmen untuk menjalankan agamanya
secara kaffah.
Adapun dimensi religiusitas dalam agama islam yaitu dengan adanya
iman, kepercayaan dan keyakinan yang tinggi seperti yang terdapat
pada rukun iman. Disemnsi dimensi yang ada pada agama islam ini
yang akan mengantarkan pengikutnya menjadi hamba yang solih.12

Dengan demikian keberagamaan merupakan hal yang mutlak yang kita harus
jalani sebagai seorang yang beragama dengan menelaah dimensi-dimensi yang telah di
paparkan diatas yang memiliki keterkaitan antara satu dan laiannya yang jika
dilaksanakan dengan tertib maka akan menjadikan umat beragama hidup rukun dan
damai.

D. KEBERAGAMAAN DALAM ISLAM

11
Ahmad Munir , Teologi Dinamis, (Yogyakarta: STAIN Po Press, 2010), hal 32.
12
Nathiqiyyah, Jurnal Psikologi Islam Vol.5, No.1,2022 Hal : 1-8
Islam menyuruh umatnya untuk beragama (berislam) secara menyeluruh. Hal ini
seperti yang tercantum dalam Alquran Surah Ali’Imran ayat 208, yang berbunyi:

‫َي ا َاُّي َه ا اَّلِذيَن َاَم ُنوا اْد ُخ ُلوا ِفى الِّس ْل كآَّفًة‬.
‫ِم‬

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu.(QS 2: 208).
Setiap Muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan
untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas, Muslim diperintahkan untuk melakukannya
dalam rangka beribadah kepada Allah. Di manapun dan dalam keadaan apa pun, setiap
Muslim hendaknya berislam. Islam adalah agama yang mengajarkan tentang tauhid (al
iman), syariat (pengalaman lahir), dan al-ihsan secara bersama-sama.
E. Urgensi Mempelajari Keberagamaan
Salah satu pentingnya untuk mempelajari materi tentang keberagamaan ini yaitu
menmbahkan rasa iman dan takwa kita kepada Allah SWT, karena pucuk dari sebuah ilmu
itu yakni agar menjadikan kita lebih dekat dengan Allah SWT. Dengan menjalankan sikap
religious kita maka ibadahnpun akan menjadi khusyu’.
KESIMPULAN

1. Hakikat merupakan landasan atau asal usul sesuatu yang berdasarkan pemikiran pemikiran
yang mendalam untuk mencari suatu kebenaran.
2. Agama sebagai suatu ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui perantara
Rasul sebagai UtusanNya untuk diyakini kebenarannya serta didayagunakan untuk
mencapai keselamatan, bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya yang jika
dijalani dengan baik akan memperkuat ikatan sosial sehingga akan menjadi candu bagi
pengikut-pengikutnya dalam menjalankan ibadah
3. berpikir secara mendalam mengenai ajaran yang diwahyukan oleh tuhan untuk mengetahui
hal yang benar.
4. Keberagamaan merupakan Religiusitas yang mengandung makna bahwa religi atau agama
pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya.

Anda mungkin juga menyukai