Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH STUDI AL-QURAN DAN HADITS

PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“Al-‘Adalah Ilahiyah Dalam Persfektik Ilmu Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu : Dr. Roni Nugraha, M.Ag

Disusun oleh :
Aji Wahyu Mazid
23060001
Ebah Habibah
23060020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCA SARJANA INSTITUS AGAMA ISLAM PERSIS


BANDUNG- JAWA BARAT
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia diciptakan Allah sebagai kholifah di muka bumi (Q.S.2:30) dan


sekaligus untuk memakmurkan bumi (Q.S.11). Tugas mulia ini akan dapat dilaksanakan
dengan baik apabila manusia secara bertahap, berkesinambungan dan terus menerus
mendapatkan pendidikan. Ada banyak konsep pendidikan yang ditawarkan dan yang
telah diaplikasikan di dunia pendidikan, misalnya; konsep pendidikan behavioristik,
kognitivistik, humanis-materialistik, sekular, liberal dan lain sebagainya. Namun
pendidikan yang selaras, sejalan dan mendukung ke arah keuniversalan manusia sebagai
khalifah adalah pendidikan yang sarat akan nilai, karena manusia itu sendiri adalah
makhluk yang selalu terikat oleh nilai. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai keislaman.
Nilai ini sangatlah murni dan mencakup segala kebutuhan pendidikan bagi manusia.
Menurut Abdullah Al Darraz, pendidikan yang mengisi nilai-nilai keislaman adalah
pendidikan akhlak. Akhlak menjadi tugas diutusnya Rasul saw: "Dan Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak". Oleh karena itu, yang dijadikan pedoman dalam pendidikan
akhlak adalah Rasulullah saw. Pendidikan akhlak harus merefleksikan sosok Rasulullah
dan selaras dengan tujuan penciptaan manusia.1

Sejatinya, Bumi yang terhampar luas diciptakan Allah SWT untuk kesejahteraan
umat manusia. Selain menjadi khalifah, manusia juga mengemban tugas mulia, yakni
beribadah (QS az-Zariyat[51]:56), dan memakmurkan alam (QS Hud[11]:61). Sebab,
semua makhluk bertasbih dan bergerak sesuai ketentuan Ilahi, sekaligus menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang berpikir. (QS Ali Imran[3]:190). Dalam menjalani tugas
pengabdian, manusia dibekali perangkat lunak berupa naluri (insting), akal pikiran dan
hati agar mampu memahami segala kejadian dan mengelola sumber daya alam. Namun,
perangkat tersebut belum memadai, sehingga Allah SWT menurunkan agama Islam

1
Hoirun Nisa, Nilai-Nilai Ilahiyat Dalam Pendidikan Sebagai Syarat Pembentukan Kepribadian
Muslim: Jurnal Pusaka (2016) 7 : 13-26ISSN 2339-2215
sebagai petunjuk jalan yang benar disertai panduannya dalam Alquran. (QS Ali Imran[3]:
138).

Kebudayaan tinggi dan luhur dibentuk dari perjalanan pengajaran dan


implementasi yang panjang oleh setiap individu. Lembaga Pendidikan Islam baik pondok
pesantren, dayah, surau ataupun meunasah menjadi salah satu pilar dalam melahirkan
peradaban, seperti yang tertuang dalam Undang – Undang tahun 2019 terkait tujuan
pendirian pesantren salah satunya adalah untuk membentuk individu yang unggul di
berbagai bidang yang memahami dan mengamalkan nilai ajaran agamanya dan atau
menjadi ahli ilmu agama yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, mandiri,
tolong-menolong, seimbang, dan moderat.2

Manusia merupakan mahluk mulia yang terhormat di sisi tuhan. karena manusia
di ciptakan dalam bentuk yang sangat sempurna dan dikaruniai akal untuk berpikir yang
tidak dipunyai oleh ciptaan Allah yang lainnya seperti, hewan, tumbuhan dan lain
sebagainya.3 Oleh karena itu, mereka yang telah menerima amanah melaksanakannya
dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta mengabdi kepada
sesama dengan sikap kasih sayang dan saling mencintai. Manusia merupakan khalifah
yang mempunyai tugas dalam menjaga, memelihara dan memakmurkan Alam semesta
ini, dimulai dari dirinya sendiri, istri, anak-anaknya, keluarganya, tetangga,
lingkungannya, masyarakat dan negaranya.4 Amanah juga ditunjukkan dalam bentuk
keahlian dan bakat. Misalnya pengrajin pemilik kewajiban, petani pemilik kewajiban,
ulama, guru, istri dan suami, orang tua, dan segala aktivitas kehidupan, yang satu
melengkapi yang lain. Jadi lakukan apa yang Anda bisa. dan Perintah bagi para khalifah
agar melaksanakan yang telah menjadi amanahnya. Dengan demikian, Allah
memerintahkan umatnya melaksanakan Amanah, seseorang yang diberi amanah
diwajibkan melaksanakannya dengan penuh ketulusan dan pengabdian terhadap apa yang

2
Isma‟il bin Umar bin Katsir (Ibnu Katsir), Tafsir Al-Quran Al-„Adziim Jilid 2, (Riyadh: Daar
Thayyibah, 1999), hal : 94

3
Nurmaningsih, 2019
4
RI, 2011
diembannya baik itu amanah kepada Allah swt, kepada orang lain atau kepada diri
sendiri.5

A. Rumusan Masalah
1. Apa Dan Bagaimankah Al-Adalah Ilahiyah ?
2. Apa Dan Bagaimana keadilan dalm filsafat barat dan filsafat Islam?
3. Bagaimanakah Al-Adalah Ilahiyyah Dalam Implementasi Penyampaian Amanah
B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Apa Dan Bagaimana Al-Adalah Ilahiyah
2. Mengetahui keadilan dalam filsafat barat dan filsafat Islam
3. Mengetahui Al-Adalah Ilahiyah Dalam Implementasi Penyampaian Amanah

BAB I
5
Muhammad Qais Arrasyid, Nilai-Nilai Pendidikan Menurut Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 58 tentang
Kompetensi Guru: (unisab press),h.21
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Adalah Ilahiyah


Persoalan keadilan selalu menjadi perdebatan yang menarik untuk dibicarakan,
masing-masing orang menekankan perbuatan-perbuatan Allah swt sebagai ke Maha
Adilan. Setiap nikmat yang datang dari Allah swt adalah keutamaan, dan setiap bentuk
bencana, cobaan, kebinasaan (kehancuran umat) yang datangnya dari Allah swt adalah
bentuk keadilannya. Allah swt tidak akan membebani hambanya kecuali sesuai dengan
kadar kemampuannya. Allah swt menetapkan kewajiban yang sesuai keleluasaan dan
kadar kemampuan, maka akan sangat mudah bagi seseorang untuk dapat melakukan apa
yang dibebankan atasnya.6 Demikian halnya Allah swt tidak akan memberikan sanksi
kepada seseorang karena perilaku orang lain. Dengan keadilan Allah swt dapat dipahami
dan dirasakan dengan berbagai petunjuk yang diberikan-Nya, sehingga dalam segala hal
tidak ada unsur paksaan terhadap balasan atas apa yang telah diperbuat-Nya. Berkaitan
dengan pemahaman tersebut, maka pengertian keadilan dalam hubungannya dengan
keadilan-Nya tentulah bahwa Tuhan (Allah swt) menepati apa yang telah dijanjikan-Nya,
meskipun Tuhan berkuasa untuk mengingkarinya, namun demikian Tuhan tidak akan
pernah menzalimi hamba-hamba-Nya.7
Keadilan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan kepada norma-
norma, baik norma Agama maupun norma hukum dan lain sebagainya. Dalam buku-buku
agama banyak kita temui pengertian adil itu adalah: 8 “meletakan sesuatu sesuai dengan
tempatnya” Hal ini sesuai dengan firman Allah swt: “Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. AlMâidah/5: 8).
Selanjutnya pada ayat yang lain pula Allah swt berfirman:“Dan apabila kamu
berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil”. (QS. Al-An’âm/6: 152). Dalam satu hadis

6
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Asma’ al-Husna, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003, hal. 149.
7
Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995, hal. 66.
8
Jamil Saliba, al-Mu’jam al-Falsafy Bî al-Fâz al-‘Arabyyah Wa Inkliziyah, Beirut: Dâr
al-Tsaqafah, t.th, Juz II, hal. 33.
nabi kita Muhammad saw mengatakan tentang keadilan yang berbunyi: “Dari Abdillah
bin Amr’ bin ‘Ash R.A. berkata: Bersabda Rasûlullah saw: sesungguhnya para penegak
keadilan itu disisi Allah swt, kelak mereka akan berada diatas mimbar dari cahaya,
mereka yang terpuji itu adalah orang-orang yang adil dalam menghukumi sesuatu
bahkan terhadap keluarga mereka sendiri dan orang-orang yang mereka pimpin” (HR.
Muslim).
Secara bahasa (etimologis) kata adil berasal dari kata al-adl yang berarti tidak
berat sebelah, tidak memihak, atau menyampaikan yang satu dengan yang lain (al-
Musawah).9 Istilah lain dari al-adl adalah al-qist. Pada umumnya orang memahami arti
al-adl dan al-qist dengan makna yang sama, padahal antara satu kata dengan kata yang
lain dalam AlQur’ân tidak bisa saling menggantikan, sehingga pada dasarnya masing-
masing kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Dari hasil penelusuran penulis al-adl
lebih umum dari pada al-qist, al-adl merupakan keadilan yang tidak Nampak, samar,
sehingga dampaknya susah untuk dirasakan semua pihak, bisa jadi sesuatu itu dianggap
adil untuk sebagian orang tapi tidak bagi sebagian yang lain, seperti kasus keputusan
hakim. Sedangkan al-qist merupakan perbuatan yang Nampak, jelas (zahir) dan
transparan, seperti keharusan menegakan takaran (al-kayl) dan timbangan (al-wazn) al-
qist yakni sempurna, tidak melebihkan dan tidak pula mengurangi.10
Secara terminologis adil berarti “mempersamakan” sesuatu dengan yang lain, baik
dari segi nilai maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah
dan tidak berbeda dengan satu sama lain. Adil juga berarti “berpihak atau berpegang
kepada kebenaran”. Keadilan lebih dititik beratkan pada pengertian meletakan sesuatu
pada tempatnya.11
Keadilan berasal dari kata kerja ‘adala’ yang berarti pertama, meluruskan atau
duduk lurus, mengamendemenkan atau merubah. Kedua, melarikan diri berangkat atau
mengelak dari satu jalan (yang keliru) menuju jalan lain yang benar. Ketiga, sama,

9
Muhammad Huseîn al-Thabathaba’I, al-Mizan Fî al-Tafsîr Al-Qur’ân, Beirut:
Muassasah al-A’la Lî al-Matbu’at, t.t, Juz 12, hal. 331.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2001, hal. 517.
11
Anonim, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hal. 50-51.
sepadan atau menyamakan. Keempat, menyeimbangkan atau mengimbangi, sebanding
atau berada dalam suatu keadaan yang seimbang.12
Kata “keadilan” dalam bahasa Inggris adalah ‘justice’ yang berasal dari bahasa
latin ‘justisia’. Kata ‘justice’ memiliki tiga macam makna yang berbeda yaitu: pertama,
secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair. Kedua, sebagai tindakan, berarti
tindakan menjalankan hukum atau Tindakan yang menentukan hak dan ganjaran atau
hukuman. Ketiga, sebagai orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan
persyaratan sebelum suatu perkara Adibawa ke pengadilan.13
Al Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun yang memiliki arti
sama dengan atau seimbang. Hakikat Al Adalah menurut ilmu akhlak yaitu meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Kemudian ia memberikan atau menerima sesuatu pada haknya,
dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya.
Setelah itu menghukum yang jahat sesuai dan kesalahan serta pelanggarannya.
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak,
atau menyamakan yang satu dengan yang lain (al-musawah). Sedangkan secara
terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi
ukuran, sehingga sesuatu itu tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lainnya.
Makna keadilan, juga dirumuskan oleh al-Raghib al-Asfahani dalam Mufradatnya
yakni : ‫ لفظ يقتضي معنى المساواة‬: ‫ العدالة والعدل‬bermakna suatu lafaz yang menunjukkan arti
persamaan. Kata ‘adl digunakan untuk hal-hal yang dapat dicapai dengan mata batin
(basirah), seperti persoalan hukum. Dalam konteks ini, merujuk kepada QS. al-Māidah/5:
95. ‫ او عدل ذلك صياما‬Ia mempersamakan antara term ‘adl dan Taqsit (al-qist).
Sementara dalam al-Qur’an, kata yang digunakan dalam menentukan kata term
‘adl (keadilan) berasal dari huruf hija’iyah ‫ د – ع‬- ‫ ل‬dengan berbagai bentuk kata berulang
yang turunannya yaitu: ‫ َع َد َلَك – َأِلْع ِدَل – َتْع ِد ْل – َتْع ِد ُلْو ا – َيْع ِد ُلْو َن – اْع ِد ُلْو ا – َع ْد ل – َع دال‬yang
berulang kali sebanyak 28 kali, yaitu pengungkapan kata adil sebagai bentuk masdar
(infinitif) diulang sebanyak 14 kali, yaitu sebagai berikut; ( ‫ ) َع ْد ٌل‬QS. Al-Baqarah/2:48,
123 dan 282 ; ( ‫)بالَع ْد ِل‬, QS a-Nisa’/4: 58, ( ‫)بالَع ْد ِل‬, QS al-Ma’idah/5: 95 ( ‫ )َع ْد ٌل‬dan 106 ( ‫ )َع ْد ٍل‬,
QS al-An’am/6: 70 ( ‫)َع ْد ٍل‬, QS al-Nahl/16: 87 dan 90 ( ‫)بالَع ْد ِل‬, al-Hujarat/9: 9 ( ‫)بالَع ْد ِل‬, QS al-

12
12 Majid Khaddurî, Teologi Keadilan Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1999, hal. 8.
13
L.J. Van Alperdorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 2008,
Cetakan ke 29, hal. 12.
Talaq/65: 2 ( ‫)َع ْد ٍل‬, serta dalam QS al-An’am/6: 115 (‫ )عدال‬sementara pengungkapan kata
adil sebagai bentuk kata kerja (fi’il) yaitu fi’il al-mudari’ diulang sebanyak 12 kali dan
fi’il al-amar terulang sebanyak 2 kali.
Berdasarkan periode turunnya, term ‘adl dalam al-Qur’an lebih banyak
diungkapkan pada periode Madinah yaitu 16 kali dibanding periode Makkah yaitu 12
kali. Menurut penelitian Abd. Muin Salim, bahwa tidak semua ayat tentang keadilan yang
diturunkan di Makkah bersifat mutlak, bahkan dengan diutusnya Nabi saw. diperintahkan
agar berbuat adil dalam masyarakat berdasarkan wahyu yang diterimanya. Karena
keadilan sangat relevan dengan martabat kemanusiaan dan keadilan sosial serta
didapatkan pula ayat hukum yang diturunkan sebelum hijrah Nabi saw. ke Madinah.
Penggunaan kata ‘adil dalam al-Qur’an tidak hanya untuk mengungkapkan ajaran
keadilan, akan tetapi digunakan juga untuk menjelaskan masalah- masalah lain misalnya;
Kebenaran, seperti di dalam QS al-Baqarah/2: 282; 2).Menyandarkan perbuatan kepada
selain Allah dan atau menyimpang dari kebenaran, seperti di dalam QS al-Nisa’/4: 135;
3). Membuat sekutu bagi Allah atau mempersekutukan-Nya (musyrik), seperti di dalam
QS al-An’am/6: 1 dan 150; 4).Menebus, seperti di dalam QS. al-Baqarah/2: 48, 123 dan
QS al-An‘am/6: 70.
Jenis-jenis adil dalam islam yaitu, Adil kepada Alloh, adil kepada diri sediri, adil
kepada sesame dan adil kepada makluk lain beserta lingkungan. Selain itu berikutr adalah
ciri-ciri seseorang bersikap adil: Orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap
yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan,
persamaan suku, bangsa maupun agama. Penilaian, kesaksian, dan keputusan hukum
hendaknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri, saat di mana
berperilaku adil terasa berat dan sulit. Dari perilaku adil, maka akan tampak dari sikap
orang yang menerapkan sikap adil.
Berbagai ciri-ciri dari orang yang berperilaku adil, antara lain: Tidak berpihak
kepada siapapun. Apabila berkata senantiasa jujur. Memberikan hak-hak kepada orang
lain dengan adil. Perilaku yang dilakukan bersifat tidak menyimpang dari ajaran Al-
Quran dan As-Sunnah. Menempatkan segala sesuatu sesuai dengan porsi dan keadaanya.
Dalam pengertian lain adil menurut Al-Jurjani menjelaskan bahwa kata al-adl
diambil pengertian keadaan yang menengah antara dua keadaan yang ekstrem. Oleh
sebab itu, kata al-adl memiliki derivasi kata al-mizan (timbangan). Kemudian diimbuhi
14
ke-an.
menjadi kata sifat yang berarti perbuatan atau perlakuan yang adil. 15 Keadilan pada
umumnya adalah keadaan dimana setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya
dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari keyakinan kita Bersama. 16
Dari keterangan diatas, dapat dibedakan antara pengertian kata al-adl dan al-
adalah. Kata al-adl berarti Tindakan yang adil, sedangkan al-adalah karakter yang
mendorong perbuatan adil.17 Terkait dengan adil, buya hamka mengatakan, “sedangkan
maksud dengan ‘adl (adil) adalah nafs, yaitu suatu kekuatan batin yang dapat
mengendalikan diri Ketika marah atau Ketika syahwat naik.” Buya Hamka mengatakan,
“di dalam undang-undang dasar, keadilan mengandung tiga perkara: persamaan,
kemerdekaan dan hak milik.”18
Pemahaman Keadilan Allah swt dalam pemikiran ilmu kalam (tauhid) itu
tergantung pada pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak
dan berbuat, ataukah manusia itu hanya terpaksa saja. Perbedaan pandangan terhadap
bebas atau tidaknya manusia ini menyebabkan perbedaan penerapan keadilan yang sama-
sama disepakati yang mengandung arti meletakan sesuatu pada tempatnya
Aliran kalam yang menekankan kebebasan manusia cenderung memahami
keadilan Allah swt dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional yang
memberi tekanan pada ketidak bebasan manusia ditengah kekuasaan dan kehendak
mutlak Allah swt,19 cenderung memahami keadilan Allah swt dari sudut pandang Allah
swt sebagai pemilik alam semesta. Di samping faktor-faktor tersebut, perbedaan aliran-
aliran kalam dalam persoalan kehendak mutlak dan keadilan Allah swt itu didasari pula
oleh perbedaan pemahaman terhadap kekuatan akal. Bagi aliran yang berpendapat bahwa
14
Kata ke-an merupakan kata imbuhan konfiks nominal yang bisa berarti yang mempunyai ciri atau sifat,
mis. Keadilan , kemakmuran, kerakyatan. Lihat, Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporere,
(Jakarta:Modern English Press, 2002),h.679
15
Departemen Pendidikan, Kamus Besar,h.10
16
Franz Magnis, Kuasa dan Moral, h. 50.
17
Imas Rosyabti, Esensi al-Quran,h. 246.
18
Abdul Haris, Etika Hamka Kontruksi Etika Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta:LKis Yogyakarta,2010),h.
126.
19
Secara etimologi kata kehendak terambil dari kata Syâ’a yang memiliki makna secara terminologis adalah
suatu konsep tentang rencana Tuhan yang terjadi pada seluruh makhluk ciptaan-Nya, seperti manusia, malaikat, jin,
maupun benda seluruhnya. (Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta: UI Press,
2006, hal. 4.
akal mempunyai daya yang besar, kekuasaan Allah swt pada hakikatnya tidak lagi
bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah swt tetap bersifat mutlak. 20
1. Mu’tazilah

Kelahiran aliran Mu’tazilah pada awal abad kedua membawa dimensi baru dalam
pemikiran teologi Islam. Ia membawa masalah-masalah teologi lebih dalam dan bersifat
filosofis bila dibandingkan dengan aliran teologi lainnya. Pembahasan teologis yang
dilakukan golongan Mu’tazilah lebih rasional karena kaum Mu’tazilah lebih banyak
menggunakan akal dalam pembahasannya. Hal ini pula yang menyebabkan golongan ini
dikenal dengan sebutan “kaum rasionalis dalam Islam”.21

Kaum Mu’tazilah percaya pada kekuatan akal dan kemerdekaan serta kebebasan
manusia, mempunyai tendensi untuk meninjau tentang keadilan Allah swt itu dari sudut
rasio dan kepentingan manusia. Dalam hal ini, bahwa seluruh makhluk lainnya yang
diciptakan Allah swt adalah untuk kepentingan manusia.22

Berdasarkan atas tendensi Mu’tazilah tersebut, persoalan keadilan mereka tinjau


dari sudut pandang manusia. Bagi mereka, sebagaimana yang diterangkan oleh Abd al-
Jabbar yaitu seorang pemuka Mu’tazilah mengatakan bahwa keadilan Allah swt erat
sekali hubungannya dengan hak dan keadilan, diartikan memberi seseorang akan
haknya.23 Dengan kata lain, Allah swt dalam pandangan Mu’tazilah, mempunyai
kewajiban-kewajiban yang ditentukan Allah sendiri bagi dan untuk dirinya sendiri.24

2. Asy’ariyah

20
Harun Nasution, Theologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Prees, 1974, hal.
118.
21
Harun Nasution, Theologi Islam, hal. 118.
22
A. Mustajib, Materi Pokok Aqidah Akhlak II, Jakarta: Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1996, hal. 138.
23
Harun Nasution, Theologi Islam, hal. 24.
24
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003, hal. 183
Pemikiran rasional golongan Mu’tazilah dan kekerasan yang mereka lakukan
dalam usaha mensyiarkan pahampaham Mu’tazilah menimbulkan keresahan dikalangan
umat muslim, termasuk didalamnya memahami tentang hakikat keadilan Allah swt. Aksi
yang dilakukan oleh golongan Mu’tazilah tersebut menimbulkan reaksi dimanamana,
antara lain munculnya aliran teologi baru dalam Islam yang dipelopori oleh Abu al-Hasan
al-Asy’ari, yang dikenal dengan nama golongan al-Asy’ariyah, dan merupakan salah satu
sekte dalam aliran sunni (ahl alSunnah wa al-Jama’ah), dan ajaran-ajaran Abu Hasan
alAsy’ari ini banyak menolak pendapat golongan Mu’tazilah salah satunya dalam hal
keadilan Allah swt.25

Semua ketentuan dan hukum Allah yang dikenakan kepada makhluk dalam jagat
raya ini adalah dibawah kekuasaan dan keadilannya. Jika sudah demikian, maka jelaslah
bahwa semua makhluk dalam hal kehendak dan perbuatan adalah dibawah kehendak dan
kekuasaan Allah swt. Terserahlah kepada Allah swt untuk dibagaimanakan makhluk di
alam raya ini, apakah dia dimasukan kedalam surga atau ke neraka, diabadikan
kehidupannya atau dibinasakan keseluruhannya. Menurut Asy’ari pengertian adil adalah
“menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya, sedangkan ketidak adilan adalah
sebaliknya”.26 Sedangkan Allah swt menurut golongan Asy’ari adalah “Raja yang bersifat
absolut dan berkuasa penuh, maka tidak berhak baginya dikatakan tidak adil dan tidak
ada padanya perbuatan-perbuatan jahat, karena Ia berbuat atas kehendak bebas tak
terbatas.27

Jadi pengertian keadilan Allah swt menurut Asy’ari adalah Allah swt merupakan
raja yang berkuasa mutlak, tidak terbatas bagi makhluk-Nya, berbuat sekehendak-Nya,
menetapkan hukum sesuai keinginan-Nya. Bukan berarti Allah swt tidak adil bila Ia
membinasakan atau memasukan kedalam neraka akan satu kaum atau golongan tertentu,
karena zalim dan jahat itu pengertiannya berkuasa atas hak milik orang lain, bukan
kepunyaan sendiri atau menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.28

25
M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam, Jakarta: Amzah, 2014, hal. 99
26
bû al-Fath Muhammad bin Abû Qasim Abd al-Karîm bin Abû Bakar Ahmad AlSyahrasttânî, Al-Milal Wa al-Nihal,
Kairo: Dâr al-Ittihad, 1968, hal. 42.
27
Abû Bakar Ahmad Al-Syahrasttânî, Al-Milal Wa al-Nihal, hal. 101
28
Laily Mansur, Imam Asy’ari, mengenal hidup dan pokok-pokok pikiran theology, Surabaya: Bina Ilmu,
1981, hal. 42.
Lawan dari keadilan adalah zalim, aniaya. Zalim terbagi menjadi duan bagian,
pertama, zalim terhadap diri sendri. Kedua, zalim lantaran tidak mau menghalangi suatu
kezaliman yang akan berlaku, padahal dia sendiri sanggup menghalanginya. Menggaggu
hak orang lain lantaran marah atau lantaran membalas dendam, atau karena nafsu serakah
semata-mata, bukanlah berarti menganiaya orang yang dianiaya saja, tetap menganiaya
diri sendiri. Kata- kata zalim beasal dari zhulm, zhulm artinya gelap gilita. Tidak tercela
mengumpulkan harta. Karena harta adalah laksana jembatan untuk mencapai maksud.
Yang tercela dan tidak adil ialah jika mengumpuljkan harta untuk diri, dilengahkan hak
orang lain, sehingga dilakukan tipuan, rampasan, rampokan, kicuh dan dusta. Pada
keyakinan kaum sosialis, segala ini hanya dapat dihindari jika kekayaan-kekayaan yang
bersifat keperluan orang banyak dikuasai oleh negara.29

Dalil Al-Adalah Ilahiyah


1. Surah Al-An'am Ayat 144
١١٥ - ‫َو َتَّم ْت َك ِلَم ُت َر ِّبَك ِص ْد ًقا َّوَع ْد ۗاًل اَل ُم َبِّد َل ِلَك ِلٰم ِتٖه ۚ َو ُهَو الَّسِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬
Artinya: “Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur'an) dengan benar dan adil.
Tidak ada yang dapat mengubah firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.”(QS. Al An'am [6]:115)
2. Surah Al-Hujurat Ayat 13

‫ ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬-

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.”(QS. Al Hujurat [49]:13)

3. Surah Al-Araf ayat 54

‫ِإَّن َر َّبُك ُم ُهَّللا اَّل ِذ ي َخ َل َق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِفي ِس َّتِة َأَّي اٍم ُثَّم اْس َتَو ٰى َع َلى اْلَع ْر ِش ُيْغ ِش ي الَّلْي َل الَّنَه اَر َيْطُلُب ُه َحِثيًث ا‬
‫َو الَّشْمَس َو اْلَقَم َر َو الُّنُجوَم ُمَس َّخ َر اٍت ِبَأْم ِر ِهۗ َأاَل َلُه اْلَخ ْلُق َو اَأْلْم ُرۗ َتَباَر َك ُهَّللا َر ُّب اْلَع اَلِم يَن‬

29
Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Quran Dan As-Sunah.
(Jakarta:Republika Penerbit,2015),h.366
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ʻArasy) Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, hanya milik-Nyalah segala
penciptaan dan urusan. Maha melimpah anugerah Allah, Tuhan semesta."

4. Surah Al-Hadid ayat 25


‫َلَقْد َأْر َس ْلَنا ُرُس َلَنا ِباْلَبِّيَناِت َو َأْنَز ْلَنا َم َع ُهُم اْلِكَتاَب َو اْلِم يَز اَن ِلَيُقوَم الَّناُس ِباْلِقْس ِط ۖ َو َأْنَز ْلَنا اْلَحِد يَد ِفيِه َبْأٌس َش ِد يٌد َو َم َناِفُع‬
‫ِللَّناِس َو ِلَيْع َلَم ُهَّللا َم ْن َيْنُصُر ُه َو ُرُس َلُه ِباْلَغْيِبۚ ِإَّن َهَّللا َقِو ٌّي َع ِزيٌز‬
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-
bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan)
agar manusia dapat berlaku adil. Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan
hebat dan berbagai manfaat bagi manusia agar Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
5. Surat An-Nisa ayat 58
‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا اَأْلَم اَناِت ِإَلٰى َأْهِلَها َوِإَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبِهۗ ِإَّن َهَّللا‬
‫َك اَن َسِم يًعا َبِص يًرا‬
Artinya, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (memerintahkan kalian) apabila menetapkan hukum
di antara manusia untuk menetapkannya dengan adil. Sungguh Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. Sungguh Allah Maha Mendengar dan
Maha Melihat,” (Surat An-Nisa’ ayat 58).
B. Konsep Keadilan dalam Filsafat Barat dan Filsafat Islam
Muslehuddin dalam bukunya philosophy of Islamic law and orientalists,
menyebutkan pandangan plato sebagai berikut,”in his view, justice consists in a
harmonious relation, between the various parts of the social organism, every citizen must
do his duty in his appointed place and do the thing for whichs is nature is best suited.”
Plato memandang keadilamn sebagai hubungan harmoni dengan berbagai organisme
social. Setiap warga negara harus melakukan tugasnya sesuai dengan posisi dan sifat
alamiahnya.30
30
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.398.399
Keadilan dalam konsep plato sangat terkait dengan peran dan fungsi individu
dalam masyarkat. idealism dapat menempatkan dirinya pada proporsi masing-masing dan
tanggung jawabpenuh terhadap tugas yang diemban, selanjutnya tidak mencampuri
urusan dan tugas kelompok lain. Plato membentuk manusia dalam kotak-kotak kelompok
(rasis), peran kelompok tidak data menyebrang ke kelompok lain. Keadilan hanya akan
terwujud manakala manusia menyadari satatus social dan tuasnya seagi delegasi
kelompoknya.31
Aristoteles, yangh berpendapat keadilan berisi unsur egalitarian, bahwa semua
benda yang ada pada ala mini dibagikan rata dan pelaksanaanya terkontrol oleh hukum.
Dalam pandangan Aristoteles, keadilan dibagi menjadi dua bentuk, sebagai berikut:
1. Keadilan dsitributif, adalah keadilan yang ditentukan oleh pembuatundang-
undang, distribusinya membuat jasa, hak dan kebaikan bagi anggota-
anggotamasyarakat menurut prinsip-prinsip kesamaan proposional.
2. Keadilan korektif, yaitu keadilan yang menjamin, mengawasi dan memelihara
distribusi yang melawan serangan-serangan illegal. Fungsi korektif keadilan
pada prinsipnya diatur oleh hakim dan menstabilkan Kembali status qou
dengan cara mengembalikan milik korban yang bersangkutan dengan cara
mengganti rugi atas miliknya yang hilang.32

Aristoteles memandang keadilan dianggap ideal Ketika unsur masyarakat


mendapat bagian yang samadari semua benda yang ada di alam. Manusia oleh Aristotels
dipandang sejajar dan mempunyai hak yang sama atas kepemilikan suatu barang
(materi).33

Kemudian menurut Al-Kindi (801-873)berpendapat bahwa keutaman manusia


tidak lain adalah budi pekerti manusia yang terpuji. Keutamaan ini kemudian dibagi
menjadi kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Pertama merupakan asas dalam jiwa,

31
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.399

32
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.399

33
Elfan Helmi juni, Filsafat Islam, (Bandung;Pustaka Setia,2012).h.400
tetapi bukan asas negative. Yaitu pengetahuan dan perbuat(ilmu dan amal). Hal ini dibagi
menjadi tiga: kebijaksanaan (hikmah), keberanian (nadjah) dan Kesucian (iffah).34

Menurut Ibn Maskawaih (921-1030M) adil adalah sifat yang utama bagi setiap
mansia, yang ditumbuhkan oleh tiga kekuatan yang terdapat pada dirinya, yaitu al-hikam
(kebijsanaan), al-iffah (memelihara diri dari maksiat), dan al-Syaja’ah (keberanian)35
Ibnu Maskawih menyebut asas semuakeadilan adalahcinta kepada sesame manusia.
Tanpa cinta yang demekian suatu masyarakat tidak mungkin ditegakkan.

Konsep keadilan menurut Buya Hamka menyatakan bahwasannya di dalam


hukum dasar dunia keadilan mengandung tiga perkara: persamaan, kemerdekaan, dan hak
memiliki.36 Persamaan, adalah hak seganap manusia. Karena kejadian manusia semua
sama, keperluan hidup juga sama, oleh sebab itu kehendaklah mereka sama-sama
mendapatkan hak dalam hidup. Hak yang sama dalam hidup dan hak yang sa,a di muka
hukum. Kemerdekaan, kebebasan manusia menurut fitrahnya. Manusia dilahirkan
merdeka. Dia datang dari dalam perut ibunya tidak mengenal perbedaan. Sebab itu
hendaklah dalam kehidupan dia tetapi mereka tidak diikat oleh belenggu perbudakan dan
tawanan. Kemerdekaan dalam segala anugrah yang diberikan Alloh sejak dia lahir tanpa
menganggu kemerdekaan orang lain atau ketentraman masyarakat remain. Maka tidaklah
akan bersih dan jernih hidup manusia kemerdekaan.37 Hak memiliki, hukum mengakui
hak memiliki seseorang atas harta sendiri. Pemerintan tidak mencampuri hak milik orang,
itulah perbedaan ukuran keadilan di zaman kemajuan dengan zaman kegelapan. Dizamn
itu rakyat tidak mempunyai milik apa-apa. Yang mempunyai milik atas tanah dan ruamh
ialah raja atau tuan (feodalisme). Harta rakyat kalua bagus kelihatan oleh raja, diambilnya
saja.

C. Al-Adalah Ilahiyah Dalam Implementasi Penyampaian Amanah

34
H.A Mustofa, fisafat ilmu, (Bandung:Pustaka Setia,1997),h. 111.
35
Imas Rosyanti.esensi …,h.250
36
Hamka, Falsafah Hidup:Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Quran dan As-sunah,(Jakarta:Republika
Penerbit,2015), hlm317.
37
ibid
Agama Islam mengharuskan setiap pemeluknya memiliki hati dan perasaan yang
kuat, dengan hati yang kuat semua hak-hak Allah SWT dan hak-hak manusia dapat
dipelihara dengan baik, semua amal perbuatan dapat dijauhkan dari sikap ekstrim dan
memudah-mudahkan. Karena itulah agama Islam ini mewajibkan setiap muslim memiliki
sifat dapat dipercaya (amanah). Amanah dalam perspektif agama Islam memiliki makna
dan kandungan yang luas, dimana seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara pada
satu pengertian yaitu setiap orang merasakan bahwa Allah SWT senantiasa menyertainya
dalam setiap urusan yang dibebankan kepadanya, dan setiap orang memahami dengan
penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung jawaban atas urusan
tersebut

Sementara pengertian amanah menurut kaca mata kebanyakan orang awam


seringkali diletakan pada pemahaman yang sempit, yaitu sebatas memelihara barang
titipan, padahal makna hakikatnya jauh lebih besar dan lebih berat dari makna yang
diduga. Amanah sebuah kewajiban, di mana sudah seharusnya semua orang Islam saling
mewasiatinya dan memohon bantuan kepada Allah SWT dalam menjaganya.38

Kata amanah adalah bentuk mashdar dari kata kerja aminaya`manu-amnan-wa


amanatan. Kata kerja ini berakar huruf-huruf hamzah, mim, dan nun, bermakna pokok
aman, tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut. 39 Secara terminologi amanah adalah
menunaikan segala sesuatu yang dititipkan dan dipercayakan kepada seseorang.40

Dalam kitab Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim menjelaskan amanah
tersebut mempunyai dua arti, yaitu arti khusuh dan arti umum: arti khusus dari amanah
adalah sikap bertanggung jawab orang yang dititipi barang atau harta atau lainnya dengan
mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang atau harta itu. Dia menyadari
bahwa dirinya hanya bertugas menjaga barang atau harta tersebut jangan sampai rusak
atau hilang, dia sama sekali tidak mempunyai hak untuk menggunakannya. Jika orang
yang mempunyai harta atau barang itu meminta kembali, dia dengan serta merta akan
mengembalikan harta atau barang tersebut. Adapun arti amanah secara umum, sangat

38
Ali Fikri Noor, Serial Akhlak Muslim: Amanah, dikutip dari
http://www.alhikmah.ac.id/soft/artikel/akhlak/amanah/pdf/pada hari senin 11 desember 2023 jam 08.17 WIB.
39
M. Quraish Shihab, EnsiklopediAl-Qur’an, Kajian Kosakata..., h. 83.
40
Inti Medina, Amanah (Terpercaya)/Amalia Husna,... h. 1
luas sekali. Sehingga menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan kepada
orang yang meminta pendapat dan menyampaikan pesan kepada pihak yang benar (sesuai
dengan permintaan orang yang berpesan) juga termasuk amanah. Orang yang
menceritakan rahasianya kepadamu berarti dia percaya kepadamu bahwa kamu bisa
menyimpan rahasia itu. Orang yang meminta pendapatmu, tentunya mengawali
pembicaraannya dengan mengungkapkan problemproblem yang dihadapinya dan
berharap kamu mau memberikan saran atau pendapat meskipun tidak sesuai dengan yang
dia harapkan. Bila kamu mau mengungkapkan pendapatmu, maka kamu termasuk orang
yang dapat dipercaya. Begitu juga jika ada orang yang meminta kamu menyampaikan
kabar kepada orang lain. Bila kamu menyampaikan pesannya dengan benar maka kamu
termasuk orang yang dapat dipercaya (amanah).41

Penulis mengartikan bahwasannya amanah dalam artian luas bukan hanya amanh
dalam artian menyampaikan kebaikan dan keadilan kepada sang pencipta dalam ibadah
sehari-hari. Namun, amnah disini adalah menyampaikan ilmu dari seoang pendidik
kepada peserta didik dengan disertai keadilan. Sebagimana yang tertera dalah surat An-
Nisa ayat 58 yang berbunyi:

‫ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن ِت ِآٰلى َاْهِلَهۙا َو ِاَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِباْلَع ْدِۗل ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبٖۗه ِاَّن‬
‫َهّٰللا َك اَن َسِم ْيًعاۢ َبِص ْيًرا‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya.


Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Amanah dapat digambarkan sebagai bentuk komitmen untuk memprofesionalkan


apa yang diberikan Tuhan, termasuk segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan
manusia. Atau kewajiban atau beban agama yang menutupi apapun yang Allah berikan
kepada hamba-hamba-Nya. Menurut para pakar bahwa Adil merupakan sifat, perbuatan
dan perlakuan dalam memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai dengan hak dan
kewajiban yang telah dilakukan. Adil berarti meletakan sesuatu pada tempatnya,
menerima hak tanpa lebih dan memberikan orang lain hak tanpa kurang dan
41
Abdul Mu’min Al-Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari Dan Muslim..., h. 266-267
penghukuman orang sesuai dengan kesalahan dan pelanggaran. Perintah Adil di tunjukan
terhadap para pemimpin, wali atau hakim untuk menetapkan hukum dengan adil diantara
sesama manusia, kepada diri sendiri dan hak-hak Allah.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang


SistemPendidikan Nasional, pada bab I pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan
adalah usahasadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Kalimat “mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan” adalah amanah untuk mencari danmenyampaikan ilmu yang bukan hanya
sebatas pengetahuan tapi harus diimplementasikandalam kehidupannya sehari-hari
berupa sikap dan karakter.

Ilmu adalah amanah yang harus ditunaikan dan dipertanggungjawabkan oleh


yangmengembannya. Menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu adalah amanah kepada
dirinya sendiridan amanah pada perintah Allah. Dengan konsep amanah itulah
problematika-problematikadalam pendidikan Islam dapat teratasi.42

Sebagaimana persepsi umum bahwa ilmu merupakan salah satu amanah yang
benarbenar harus ditunaikan karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
“Barangsiapa yangmenempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala akan
memudahkan baginya jalan menujusurga.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Ilmu adalah amanah yang harus ditunaikan oleh orang yang mempunyai ilmu
(pendidik)atau orang yang sedang mencari ilmu (peserta didik) karena berniat ibadah
kepada Allahsebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat 11. Ilmu yang baik
adalah ilmu yangberada dalam kontrol iman sehingga manfaat ilmu tersebut untuk dapat
dirasakan karenapengembangannya didasarkan pada perbaikan dan kelangsungan hidup
manusia untukmenjadi khalifah di muka bumi ini. Allah juga secara khusus mengangkat

42
IslamIwan Hermawan Diterbitkan , Konsep Amanah dalam Perspektif Pendidikan: 9 September 2020
dan meninggikankedudukan para ulama dengan beberapa derajat yang tinggi dalam hal
kehormatan dankemuliaannya di dunia serta dalam hal pahala di akhirat.43

Dengan demikian, guru harus berkompeten dalam mencerdaskan kehidupan


warganya dan melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal itu
berupa realisasi apa yang harus dilakukan dan sikap terhadap hak Allah, hak orang lain
dan hak sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. untuk menerapkan keadilan. kemampuan pendidikan, kemampuan kepribadian,
kemampuan sosial, kemampuan profesional. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab
guru, fungsi dan peran guru, tujuan persekolahan, dan peran guru dalam proses belajar
mengajar, guru yang kredibel dan adil adalah guru yang memikul beban dan tanggung
jawab. bahwa dia menentukan. saya. Bahwa batas karakteristik antara semua makhluk
hidup di alam semesta berupa aqidah (keyakinan), pengetahuan, tugas, kewajiban,
pemenuhan misi, dan perlindungan bagi mereka yang menderita.

Makna Amanah dalam Kompetensi Guru; Guru yang bertanggung jawab dan
mempunyai keahlian diharuskan memiliki kemampuan, pemahaman, pengelolaan,
pemahaman, pengembangan, perancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Contohnya, Siswa
biasanya percaya guru mereka lebih dari orang tua mereka. Oleh karena itu, guru harus
memberikan pengetahuan yang positif, valid dan sesuai usia kepada siswanya.
Kepercayaan siswa terhadap gurunya sangat tinggi sehingga mereka selalu bertanya
tentang gurunya yang tidak mereka ketahui. Hal berkaitan dengan Amanah sebagai
bentuk sikap profesional terhadap profesi dengan melaksanakan tugas dengan baik. Guru
yang kredibel adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, kualifikasi
pendidik, dan bertugas mencapai tujuan pendidikan dengan sehat jasmani dan rohani.
Pemahaman tentang materi kurikulum, struktur, konsep, dan metode ilmiah, cakupan
materi, dan pemahaman tentang hubungan antar konsep mata pelajaran terkait. Serta
penerapan konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.44

Makna Adil tentang Kompetensi Guru Makna Adil dalam Kompetensi Guru;
Guru berkewajiban mempunyai sikap dan perlakuan yang diaplikasikan kepada anak
43
Az-Zuhaili, 2013, p. 416
44
Muhammad Qais Arrasyid, Erhamwilda, Fitroh Hayati, Nilai-Nilai Pendidikan Menurut Al-Quran Surat An-
Nisa Ayat 58 tentang Kompetensi Guru. (Bandung, Unisba Press),h. 21.
didiknya, yaitu bersikap sama, seimbang, dan menepatkan sesuatu pada tempatnya.
Contohnya, Guru tidak boleh membeda-bedakan siswa yang pinter, kurang pinter, kaya
atau miskin, agama, laki-laki dan perempuan, budaya dan latar belakanngnya semua
harus diperlakukan sama. Guru menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban antara
siswa laki-laki dan perempuan, guru harus mencontohkan berkaitan dengan kepribadian
religius terhadap anak didinya, contohnya, guru harus jujur dalam melakukan pekerjaan,
mengerjakan tugas ketika di berikan tugas, adil ketika diamanahi dalam menjadi
pemimpin di kelas, selalu menjaga kebersihan di kelas, tanggung jawab terhadap
perbuatan yang di lakukan, tidak melakukan hal yang di larang di sekolah, tertib dengan
masuk kelas sesuai dengan jam pelajarannya, dan selalu menjaga kebersihan di sekolah. 45

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari keterangan diatas, dapat dibedakan antara pengertian kata al-adl dan al-
adalah. Kata al-adl berarti Tindakan yang adil, sedangkan al-adalah karakter yang
mendorong perbuatan adil. Terkait dengan adil, buya hamka mengatakan, “sedangkan
45
Ibid
maksud dengan ‘adl (adil) adalah nafs, yaitu suatu kekuatan batin yang dapat
mengendalikan diri Ketika marah atau Ketika syahwat naik.” Buya Hamka mengatakan,
“di dalam undang-undang dasar, keadilan mengandung tiga perkara: persamaan,
kemerdekaan dan hak milik.
Keadilan dalam konsep plato sangat terkait dengan peran dan fungsi individu
dalam masyarkat. idealism dapat menempatkan dirinya pada proporsi masing-masing dan
tanggung jawabpenuh terhadap tugas yang diemban, selanjutnya tidak mencampuri
urusan dan tugas kelompok lain. Plato membentuk manusia dalam kotak-kotak kelompok
(rasis), peran kelompok tidak data menyebrang ke kelompok lain. Keadilan hanya akan
terwujud manakala manusia menyadari satatus social dan tuasnya seagi delegasi
kelompoknya.
Menurut Ibn Maskawaih (921-1030M) adil adalah sifat yang utama bagi setiap
mansia, yang ditumbuhkan oleh tiga kekuatan yang terdapat pada dirinya, yaitu al-hikam
(kebijsanaan), al-iffah (memelihara diri dari maksiat), dan al-Syaja’ah (keberanian)46
Ibnu Maskawih menyebut asas semuakeadilan adalahcinta kepada sesame manusia.
Tanpa cinta yang demekian suatu masyarakat tidak mungkin ditegakkan.

46
Imas Rosyanti.esensi …,h.250

Anda mungkin juga menyukai