Anda di halaman 1dari 12

Nama : Benarissa Christivany

Lamhot Hutabarat

Rexy Agriva Ginting

Tingkat/ Jurusan : V-A/ Teologia

Mata Kuliah : Seminar Ilmu Agama

Dosen : Dr. Erick Jhonson Barus

PAHALA DAN ANUGERAH

Suatu Tinjauan Religionum Terhadap Pahala dan Anugerah dalam Perspektif Islam
dan Kristen dalam Upaya Memaknai Keselamatan Serta Mewujudkan Kerukunan
Umat Beragama

I. Latar Belakang Masalah


Dalam memeluk suatu agama tentu setiap agama memiliki ajaran masing-masing
kepada orang-orang yang menganut agama tersebut. Dan ini juga berlaku pada ajaran
khususnya agama Islam dan Kristen. Dan setiap agama pasti memiliki konsep tersendiri
dalam mendapatkan keselamatan. Dimana Islam sendiri lebih condong mengumpulkan pahala
dengan berbuat baik untuk memperoleh keselamatan, dan begitu juga dengan Kristen sendiri
mendapat yang telah mendapat anugerah kesalamatan yang diberikan kepadanya.
Namun disisi lain Islam memiliki ajaran untuk terus berbuat baik, beramal, dll untuk
memperoleh pahala kepada dirinya. Dan yang menjadi titik fokusnya adalah berbuat baik
kepada sesamanya. Dalam Agama Kristen juga memilikan ajaran bahwa Kristen
mendapatkan anugerah yang datangnya dari Yesus sendiri. Dan tidak jarang juga berpikir
ketika dirinya mendapatkan anugerah dari Allah itu sendiri, mereka mengganggap bahwa
dengan itu saja mereka sudah memperoleh keselamatan tanpa menunjukkan dalam
kehidupannya bahwa dirinya sudah diberi anugerah. Dan inilah yang menjadi titik
permasalah penyeminar temukan, ketidakpahaman akan melakukan sesuatu untuk
mendapatkan keselamatan tidak jarang justru membuat jarak kepada agama diluar yang
dianutnya, sehingga ini menimbulkan kesenjangan yang luar biasa dari antar agama.
Khususnya yang ingin penyeminar bahas yaitu Agama Islam dan Kristen. Dimana Islam
fokus pada dirinya dan sesamanya dan Kristen menganggap bahwa tanpa aksi mereka sudah
mendapat keselamatan.

II. Pembahasan

II.1. Pengertian Pahala


Menurut KBBI Pahala adalah ganjaran Tuhan atas perbuatan baik manusia, buah
perbuatan baiknya.1 Pahala adalah catatan emas dan “reward” atau imbalan dari Tuhan
atas niat, ibadah, akhlak, dan amal-amal kebaikan yang kita lakukan. Niat yang berpijak
pada pengabdian kepada Allah Yang Esa dan aktivitas bermakna dan bermaslahat bagi
diri kita sendiri dan manusia. ibarat mau masuk, pahala merupakan kunci pembuka. 2
Dikalangan ahli hukum Islam, pahala erat kaitannya dengann perbuatan yang wajib dan
sunnah serta perbuatan yang makruh dan haram. Pahala diberikan kepada seseorang
yang haram dan makruh itu karena tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Namun
dikalangan ulama, pahala berhubungan erat dengan perintah (al-amr) dan larangan
(annahy) syari’ (Pencipta hukum, Allah SWT). Perintah yang meliputi perbuaatan yang
wajib serta sunah dan larangan meliputi perbuatan yang haram serta makruh. Jadi
apabila terdapat perintah larangan didalam Al-Quran atau sunah (hadis) untuk
mengerjakan sesuatu, maka yang mengerjakan akan mendapat pahala. Begitu pula
apabila meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.3

II.2. Konsep Pahala dalam Islam


Dalam terminologi Islam, konsep pahala (tsawab/reward) dan dosa
(adzab/punishment) merupakan bagian penting dari pembahasan tentang perbuatan
manusia. Pemahaman terhadap konsep pahala dan dosa ini selanjutnya menjadi faktor
yang cukup penting terutama untuk melihat bagaimana umat Islam melakukan
perbuatannya (al-khuluq, plural; akhlaq). Perbuatan yang baik (al-akhlaq al-
mahmudah) timbul dari adanya kesadaran untuk mendapatkan pahala; sedangkan
perbuatan yang buruk (al-akhlaq al-mazmumah) menimbulkan pemahaman akan
4
adanya dosa. Uraian masalah ini disebutkan dalam al-Quran dalam banyak tempat.

1
KBBI, (Jakarta: PT Gramedia Pustaa Utama, 2015), 998
2
Muhammad Monib, 8 Pintu Surga, (Jakarta: Media Komputindo, 2011), 8
3
http://niia1993.blogspot.com/2013/03/pahala-dan-dosa.html, Pahala dan Dosa, Diakses tanggal
10oktober 2020 pukul 20:00 Wib
4
Syahrin Harahap (editor), Ensiklopedi Akidah Islam, (Jakarta : Penerbit Kencana, 2003), 317.
Dalam QS. Al-Maidah; 9 disebutkan “Mereka yang beriman dan beramal soleh bagi
mereka ampunan dan balasan yang besar”. Begitu juga dalam QS. Fusshilat; 46, bahwa
“Siapa yang beramal saleh maka (pahalanya) untuk dia sendiri dan siapa yang berbuat
jahat maka (siksanya) untuk dia sendiri”.
Pola hubungan yang bisa kita lihat dari ayat-ayat ini adalah bahwa setiap perbuatan
baik (al-a’mal al-shalihat) merupakan kebaikan dan dipastikan akan mendapat ganjaran
pahala (tsawab; ajr) dari Allah SWT; dan setiap perbuatan buruk (al-a’mal al-sayyi`at)
merupakan kesalahan dan karena itu juga akan mendapatkan dosa (dzanb; itsm) dari
Allah SWT. Kesadaran terhadap pahala dan dosa inilah yang selanjutnya menjadi filter
dan penyaring bagi umat Islam untuk memelihara aspek kegunaan (al-intifa’) dalam
hidupnya. Disini, hadis Nabi yang menyebutkan bahwa manusia yang baik adalah
manusia yang mampu memberikan manfaat kepada manusia lain menjadi salah satu
bentuk dari pemahaman tersebut.5
Sejak awal kita perlu mengatakan bahwa pemahaman terhadap konsep pahala dan
dosa yang berhubungan dengan pekerjaan manusia lebih bersifat teologis-praktis
daripada normatif. Disebut teologis-praktis, pada dasarnya adalah untuk melihat
bagaimana konsep pahala dan dosa itu dapat memberikan pengaruh langsung kepada
pola hidup dan kegiatan manusia. Dengan demikian, seseorang yang ‘terpengaruh’
dengan konsep ini akan memposisikan dirinya berikut pekerjaannya berada dalam garis-
garis ketaqwaan dan keridhaan Allah. Inilah yang selanjutnya dapat membantu
seseorang meningkatkan mutu pekerjaannya sehingga sesuai dengan hadis yang disebut
di atas, ia akan memperoleh manfaat dan memberikan manfaat itu untuk orang lain.
Selain itu juga, pemahaman terhadap konsep pahala dan dosa tersebut seharusnya
mengiringi setiap usaha dan pekerjaan seseorang sehingga ia tidak hanya bekerja demi
kepentingan materi tetapi juga meyakini bahwa pekerjaannya adalah amanah.
Implikasinya akan mewujud dalam bentuk disiplin, tanggung jawab dan sikap sadar
manusia. Inilah yang kemudian disebut dengan etos (ethos); yaitu suatu karakter, sikap,
kebiasaan serta kepercayaan yang bersifat khusus tentang seorang individu atau
sekelompok manusia.6

II.3. Teologi Islam dalam mencapai Keselamatan

5
Nurcholish Madjid, Eniklopedia Nurcholish Madjid Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban (Bandung:
Mizan, 2006), 465.
6
Nurcholish Madjid, Eniklopedia Nurcholish Madjid Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban, 678-679.
Petunjuk yang dibutuhkan untuk mengetahui kebenaran dan untuk mendapatkan
keselamatan diberikan oleh nabi Muhammad SAW dan washinya, yaitu ‘Ali setara
imam-imam Isma’ili dari keturunan Ali. Dengan kata lain keselamatan manusia
tergantung pada apakah ia memperoleh jenis ilmu yang khusus dari sumber yang unik
atau sumber hikmah tersebut. pengetahuan yang dibutuhkan dapaat ditanamkan hanya
melalui ajaran pada pembimbing yang diberi makna hakkiki dari wahyu, yang dapat
memberikan penafsiran yang otoritatif melalui ta’wil.7
Islam mempercayai untuk masuk ke dalam kehidupan yang kekal dalam
kebahagiaan, atau yang dikenal dengan surga, jalannya sangat sulit sehingga
kadangdigambarkan seperti melewati titian rambut dibelah tujuh tapi syaratnya
memangsederhana yaitu mengimani Allah SWT sebagai tuhan dan Muhammad saw
sebagai NabiNya.8 Ajaran Islam juga mengharuskan umatnya mengikuti perintah-
perintah yang telah diperintahkan Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan
nanti jika tiba pada hari kiamat manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Menurut Agama Islam konsep keselamatan adalah beriman kepada Allah dan
mengerjakan amal sholeh Q.S. Al Bayyinah (98).9
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu
adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Ada
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya.Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. AlQur’an menyatakan
bahwwa keselamatan adalah hasil sinergi antara iman dan amal manusia (Qs baqarah
25). Agama Islam memaknai keselamatan manusia merupakan hasil upaya manusia
dalam menghasilkan amalan-amalan yang diperbuat dari manusia itu sendiri yang pada
akhirnya ditentukan oleh Allah. Pola dan sistem Islam terbangun untuk kemaslahatan
manusia dan alamlingkungannya, sehingga diperoleh kehormatan serta kebahagiaan
kehidupannya. Halini sejalan dengan perintah Allah SWT :
“(Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan,memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji,kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamudapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl : 90). Perintah Allah tersebut, hendaknya

7
Farhad Daftary, Tradisi-tradisi Intelektual Islam, (Erlangga, 2002), 141
8
Smith, Huston,   Agama-Agama Besar Dunia, (Jakarta:: YOI,2008), 35
9
Smith, Huston,  Agama-Agama Besar Dunia, 22
dapat ditegakkan pada semua aspek tatanan kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat.10

II.4. Pengertian Anugerah


Kata 'anugerah' berasal dari istilah kharis yang diterjemahkan sebagai "kasih
karunia". Istilah ini dipakai untuk mengungkapkan sikap Allah yang
menyediakan keselamatan bagi manusia. Dengan demikian keselamatan bukan
berdasarkan kebaikan manusia tetapi semata-mata berdasarkan kehendak Allah sendiri.
Kehendak Allah ini salah satunya tercermin dalam tema pendamaian yang sangat
menonjol dalam narasi-narasi Alkitab.11

II.5. Konsep Anugerah dalam Kristen


Diselamatkan oleh anugerah adalah suatu konsep dalam teologi Kristen yang
menyatakan bahwa keselamatan manusia adalah pemberian Allah. Dalam konsep ini,
keselamatan manusia tidak ditentukan oleh perbuatan yang dilakukannya, melainkan
berdasarkan anugerah dari Allah. Konsep ini terdapat di dalam tulisan-tulisan Rasul
Paulus yang ada di Alkitab Perjanjian Baru Dalam sejarah kekristenan selanjutnya
konsep ini banyak diperdebatkan, khususnya mengenai kontribusi manusia dalam
mengusahakan keselamatannya. Tokoh-tokoh Kristen seperti Agustinus dan Martin
Luther banyak memberi kontribusi dalam perkembangan konsep ini.12

II.6. Teologi Kristen dalam mencapai Keselamatan


Dasar keselamatan dalam Soteriologi Kristen adalah anugerah Allah melalui karya
penebusan Yesus Kristus bagi umat manusia. Thiessen menjelaskan hal tersebut secara
lengkap sebagai berikut: “Alkitab mengajarkan bahwa Allah telah menyediakan
keselamatan melalui pribadi dan kaya Putra-Nya. Sang Putra telah diutus untuk menjadi
manusia, mati ganti kita,bangkit kembali dari antara orang mati, naik kepada Allah
Bapa, menerima kedudukan yang berkuasa disebelah kanan Allah, dan menghadap
Allah atas nama orang percaya. Ia akan datang kembali untuk meyempurnakan
10
Manaf, Abdul, Sejarah Agama-agama, ( Semarang: IAIN Walisongo Press, 1993), 40-43
11
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru II. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 270-
273.
12
Alister E McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997),
113-125.
penebusan”.13 Anugerah Allah atas manusia melalui karya penebusan Kristus
merupakan cara Allah untuk menyelamatkan manusia.14 Alkitab mengajarkan dengan
jelas bahwa manusia yang berdosa "telah diselamatkan dengan cuma-cuma melalui
“anugerah" (Roma 4:16). Jadi dasar pembenaran itu adalah kematian Kristus, dan
sarana yang olehnya pembenaran itu menjadi efektif adalah iman.15 Akan tetapi,
manusia harus merespon anugerah Allah tersebut bagi dirinya sendiri melalui iman.
Melalui penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa "karena anugerah oleh iman",
selanjutnya dinyatakan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada
orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8), maka manusia diselamatkan. Dikatakan
„jangan kamu memegahkan diri‟ artinya jangan kamu menyangka bahwa pekerjaan
yang kamu kerjakan adalah suatu jasa melainkan semuanya adalah kasih karunia. Harun
Hadiwijono menyatakan, “Menurut Roma 3: 21, 22, agar manusia dapat dibenarkan di
dalam penghakiman Allah, ia harus memiliki kebenaran Allah karena iman di dalam
Kristus Yesus.”16

II.7. Perbuatan Baik dalam Islam dan Kristen


Balasan perbuatan baik didunia adalah berupa rahmat (kasih sayang), berkah
(manfaat) dan rejeki yang halal dari Allah. Adapun balasan perbuatan baik kelak di
akhirat bagi seseorang yang melakukannya adalah kehidupan abadi di surga, sebaliknya
bagi setiap pendosa, di akhirat kelak akan mendapat siksaan atau kehidupan di
akhirat.17

َ ‫َوأَحْ ِسن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬


‫ك‬
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik
kepadamu” 
(Al-Qashas: 77)
Cara pertama, Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat,
bahwa setiap hari Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita. Sejak mata ini terbuka
di pagi hari, Allah telah memberi kebaikan berupa udara yang segar, kekuatan untuk

13
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematik, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1993), 291
14
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1995), 261
15
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru II, (Bandung: Yayasan KH, 1999), 201-202.
16
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 407.
17
Ahmad Dimyati, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008), 104
bangun, kemampuan untuk melihat dan semua pemberian yang mustahil dapat kita
hitung.
ِ ‫َمن َجاء بِ ْال َح َسنَ ِة فَلَهُ خَ ْي ٌر ِّم ْنهَا َو َمن َجاء بِال َّسيِّئَ ِة فَاَل يُجْ َزى الَّ ِذينَ َع ِملُوا ال َّسيِّئَا‬
َ‫ت إِاَّل َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat
(pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan
(membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya
diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-Qashas: 84)
Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi
siapa yang mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan
kalimat “lebih baik” apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu
membayangkannya.
ِ ‫َمن َجاء بِ ْال َح َسنَ ِة فَلَهُ خَ ْي ٌر ِّم ْنهَا َو َمن َجاء بِال َّسيِّئَ ِة فَاَل يُجْ َزى الَّ ِذينَ َع ِملُوا ال َّسيِّئَا‬
َ‫ت إِاَّل َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat
(pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan
(membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya
diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-Qashas: 84)
Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi
siapa yang mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan
kalimat “lebih baik” apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu
membayangkannya.18
Perhatian Islam Terhadap al-Ihsân Salah satu yang menunjukkan
betapa besar perhatian Islam dalam masalah al-ihsan (perbuatan baik) dan tingginya
kedudukan amalan ini, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan dalam
kitab-Nya bahwa Dia mencintai kaum muhsiniin (orang-orang yang berbuat baik)
dan bersama mereka. Dengan kedudukannya ini, maka cukuplah bagi mereka untuk
mendapatkan kemuliaan dan keutamaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ‫َوأَحْ ِسنُوا ۛ إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬

…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang


yang berbuat baik. [al-Baqarah/2:195].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


18
https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/cara-al-quran-mengajak-
manusia-berbuat-baik/ diakses tanggal 09 oktober 2020 pukul 20:00 Wib
َ‫إِ َّن هَّللا َ َم َع الَّ ِذينَ اتَّقَوْ ا َوالَّ ِذينَ هُ ْم ُمحْ ِسنُون‬

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang


berbuat kebaikan. [an-Nahl/16:128].19

Dalam Alkitab perbuatan baik adalah jawaban manusia atas anugerah Allah, tetapi
manusia tidak memperoleh anugerah Allah oleh perbuatan baik itu. Perbuatan-
perbuatan baik yang hakikatnya merupakan jawaban terhadap anugerah Allah. Paulus
tidak menganggap remeh perbuatan baik (Flp. 2:12). Tekanan yang demikian kuat pada
keharusan berbuat baik kepada semua orang (Gal 5:22-6:10) dan meninggalkan
perbuatan kegelapan (Rm 13).20Galatia 5: 14 mengatakan “Sebab seluruh hukum Taurat
tercakup dalam satu firman ini, yaitu : “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
senidir”. Terlihat jelas bahwa Alkitab mengarahkan agar umatnya untuk mengasihi
sesamanya manusia, bukan sesama agamanya saja.

II.8. Tinjaun Religionum terhadap Pahala dan Anugerah dalam Perspektif Islam dan
Kristen dalam upaya Memaknai Keselamatan Serta Mewujudkan Kerukunan
Umat Beragama
Agama yang diakui secara sah oleh Negara Rapublik Indonesia adalah agama Islam,
agama Kristen [Protestan dan Katolik], agama Hindu, agama Buddha dan agama Konghuchu.
Kitab suci tersebut, tentunya membicarakan tentang kerukunan sebagai landasan dalam
hubungan di antara umat beragama sehingga saling menghormati dan menghargai, saling
toleransi dan rukun serta saling hidup perdampingan dengan harmonis. Bahkan Syahrin
Harahap menyatakan bahwa jika umat beragama bersungguh-sungguh mempelajari kitab
sucinya, segera akan diketahuinya bahwa kitab sucinya mengajarkan adanya hubungan antar
agama.21 Islam adalah agama kerukunan atau toleransi karena Islam hadir di Indonesia bukan
dengan penjajahan melainkan dengan keramahan dan saling menghormati yang dibawa oleh
para pedagang dan mubaligh muslim yang santun dan terbuka sehingga Islam di Indonesia
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
yang sangat toleran diterapkan di Indonesia. Hal ini, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul yang diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya, sebab Al-
19
https://almanhaj.or.id/3345-mari-berbuat-baik-selalu.html diakses tanggal 09 oktober 2020 pukul
20:30 Wib
20
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 342-343
21
Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan, {Jakarta: Prenada Media Group, 2011}, 58
Qur’an dan Sunnah Rasul adalah tidak memaksakan orang lain untuk mengikuti agama Islam
melainkan dengan kesadaran yang mendalam bukan dengan main-main, bahkan diberikan
kebebasan untuk memilih agama sesuai dengan kehendak hatinya, mengakui keaneragaman
penganut agama yang tidak dapat dipungkiri karena itu termasuk sunnahtullah, menghormati
dan menghargai perbedaan keyakinan agama dan menghargai pula bagi orang yang
berkomitkan terhadap agama yang dipercayai. 22
Pahala menurut Islam adalah dampak positif (kenikmatan, kesenangan) yang diterima
seseorang sebagai balasan dari melakukan ajaran-ajaran agama. Misalnnya karena seseorang
melakukan semua rukun Islam, ia akan masuk surge dengan berbagai kesenangan.
Kebalikannya adalah doasa, yaitu dampak negative yang diderita sebagai akibat dari
perbuatan jahat. Kristen menggangap bahwa pahala adalah upah yang diterima seseorang
karena perbuatannya yang baik menurut pandangan keagamaan (Rom 2: 7, Kolose 3:24,
Ibrani 11: 6). Keselamatan seseorang tergantung kepada jumlah pahala yang dibuatnya.
Apabila jumlah pahala melebihi dosa-dosanya maka seseorang itu sudahlah mesti selamat.
Paham ini sudah dimodifikasi oleh anugerah Allah bukan oleh karena jasa manusia. dan
seiring berjalannya waktu agar paham ini tidak menjadi keliru maka dikatakanlah iman tanpa
karya bukanlah iman yang benar (Yakub 2:26). Iman dan anugerah ini akan mengerjakan
perbuatan baik.23
Maka ketika Islam itu memahami akan cara mendapatkan pahala dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin perbuatan baik, baik dalam bentuk amal, dan ajaran-
ajaran pokoknya selama hidupnya sehingga umat islam memiliki pahala yang dapat menjadi
bekalnya setelah ia di dunia ini. Dan dimana Ketika Kristen mendapatkan anugerah yang
datangnya dari Allah dan terlihat buahnya dari kehidupannya bahwa dia sudah diselamatkan.
Maka terlihatlah perpaduan akan mendapatkan pahala dan menunjukkan bahwa dirinya
mendapatkan anugerah yang datangnya dari Allah mampu membangun kerukunan umat
beragama.

III. Analisa Penyeminar


Dalam Islam mereka mempercayai akan pahala yang harus mereka dapatkan selama
hidupnya dan pahala itu akan mereka peroleh nantinya saat mereka berada di akhirat. Maka
banyak yang dilakukan oleh Islam untuk mendapatkan pahala mereka melakukan amalan

22
Ap. Budiyono HD, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman, (Yogyakarta: Kanisius, 1983),
284
23
Ahmad Rivai Harahap, Ensiklopedia Praktis Kerukunan Umat Beragama, (Medan: IKAPi, 2012), 446
yang baik ataupun perbuatan baik selama hidupnya. Dalam Kristen telah dipahami bahwa
seseorang yang percaya akan Kehadiran Kristus telah mendapatkan anugerah yaitu
keselamatan. Dan saat dirinya mendapatkan Anugerah itu, maka ada buah dari anugerah yang
ia terima dari Allah yaitu pembuktian bahwa dirinya sudah mendapatkan anugerah terlihat
dalam kehidupanya sehari-hari.
Dapat kita lihat bahwa agama memiliki penawaran tersendiri kepada umatnya untuk
memperoleh keselamatan yang sudah menjadi doktrin masing-masing dari Agama. Tetapi
yang dapat penulis tawarkan dari pahala dan anugerah ini bahwa ketika masing-masing umat
Islam melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan pahala dan Kristen memberikan
pembuktian bahwa dirinya di selamatkan karena Anugerah dari Allah dalam kehidupannya.
Baiklah mereka melakukannya tidak hanya pada sesama agamanya. Baiklah perbuatan baik
itu dilakukan tidak ada batasnya kepada siapa ia melakukan perbuatan baik itu. Dengan
dimikian maka agama itu tidak hanya fokus pada dirinya, dan tidak berpikir bahwa pahala
yang ia terima hanyalah kepada sesama umat agama yang dianutnya. Dan Kristen tidak
beranggapan bahwa saat dia memperoleh keselamatan maka itu sudah selesai begitu saja.
Ada dari pembuktian dari anugerah yang ia terima dalam hidupnya. Maka inilah menurut
penyeminar yang harus di bangun dalam perbuatannya. Sehingga ini bisa membangun
kerukunan umat beragama. Namun untuk itu semua ada peran yang penting untuk
mengarahkan ini agar terwujud, yaitu dengan kesadaran tokoh agamanya ataupun yang
menjadi pengajar dalam agama itu sendiri bahwa pentingnya kerukunan itu perlu dan
membuat wadah-wadah untuk mendukung ini. Menyuarakan bahwa pahala bukan hanya
untuk sesama umatnya, tapi kepada sesamanya, dan pembuktian dari anugerah haruslah
dihidupi dalam kehidupan sehari-hari pada sesamanya. Sehingga ini mampu membangun
pluralisme ini terwujud ditengah-tengah masyarakat. Dan perbuatan baik yang diajarkan
Islam dan Kristen adalah sama-sama mengarah kepada perbuatan baik kepada sesama
manusia, dan terus berbuat baik menurut ajaran agama masing-masing. Dan ini mampu
membangun pluralisme agama jika pemuka agamanya mampu mengarahkan pandangan yang
baik dan benar dengan pahala berbuat baik dan Anugerah yang diterima dan membuah
hasilkannya dalam hidupnya.

IV. Kesimpulan
Setiap agama tentulah mengajarkan hal yang baik kepada pengikutnya. Dan setiap
manusia memiliki agama adalah untuk memperoleh keselamatan yang kekal nantinya, baik
itu dari Islam itu sendiri ataupun dari Kristen itu sendiri. Maka dalam agama Islam mereka
menyakini mntuk mendapatkan pahala yang datangnya dari Allah SWT, mereka haruslah
melakukan amal ataupun perbuatan baik mereka selama hidup didunia, begitu juga dengan
umat Kristen dimana ketika mereka menyakini Anugerah hadir dalam hidupnya, maka
dirinya haruslah menujukkan buah dari anugerah yang dirinya dapat dalam kehidupan.
Artinya bahwa amal yang dilakukan oleh umat Islam untuk mendapatkan pahala, dan buah
dari anugerah yang diperoleh umat Kristen. Kiranya ini membawa kehidupannya untuk
mampu berbuat baik kepada sesamanya manusia tanpa melihat ras dan agamanya.
V. Daftar Pustaka

Sumber Buku :
Abdul Manaf, , Sejarah Agama-agama,  Semarang: IAIN Walisongo Press, 1993
Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2009
Daftary Farhad, Tradisi-tradisi Intelektual Islam, Erlangga, 2002
Dimyati Ahmad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008
Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru II. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992
Hadiwijono Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1995
Harahap Syahrin, Teologi Kerukunan, Jakarta: Prenada Media Group, 2011
Harahap Syahrin (editor), Ensiklopedi Akidah Islam, Jakarta : Penerbit Kencana, 2003
HD Ap. Budiyono, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman, Yogyakarta:
Kanisius, 1983
Ladd George Eldon, Teologi Perjanjian Baru II, Bandung: Yayasan KH, 1999
Madjid Nurcholish, Eniklopedia Nurcholish Madjid Pemikiran Islam di Kanvas
Peradaban Bandung: Mizan, 2006
McGrath Alister E, Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997
Monib Muhammad, 8 Pintu Surga, Jakarta: Media Komputindo, 2011
Rivai Ahmad Harahap, Ensiklopedia Praktis Kerukunan Umat Beragama, Medan:
IKAPi, 2012
Smith, Huston,  Agama-Agama Besar Dunia, Jakarta:: YOI,2008
Thiessen Henry C., Teologi Sistematik, Malang: Penerbit Gandum Mas, 1993
KBBI, (Jakarta: PT Gramedia Pustaa Utama, 2015), 998
Sumber Internet :
http://niia1993.blogspot.com/2013/03/pahala-dan-dosa.html, Pahala dan Dosa,
Diakses tanggal 10 Oktober 2020 pukul 20:00 Wib
https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/cara-al-quran-
mengajak-manusia-berbuat-baik/ diakses tanggal 09 oktober pukul 20:00 Wib
https://almanhaj.or.id/3345-mari-berbuat-baik-selalu.html diakses tanggal 09
Oktober2020 pukul 20:30 Wib

Anda mungkin juga menyukai