Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

RESUME BUKU

Nama : Kaisya Wilda Fadilla


NIM : 11220820000128
Kelas : 3A - Akuntansi
Mata Kuliah : Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dosen : Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.
Sumber : Studi Islam 1 Kajian Islam Kontemporer

Bab 1, Studi Islam dan Ulumul Quran: Menyoal Perdebatan Munasabah


Al-Qur’an
Dalam sejarah, studi kajian terhadap Al-Qur’an telah berjalan cukup panjang. Al-
Qur’an meruapakan wahyu yang berisi tentang dunia manusia. Al-Qur’an
diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia hingga akhir hayat.
Dalam Qamus al-Munjif, Louis Ma’luf menyebutkan secara harfiah kata munasabah
diambil dari kata nasaba-yunasibu-munasabatan yang berarti dekat. AL-
Munasabah memiliki sinonim dengan kata AL-Muqarabah yang berarti kedekatan.
Lahirnya pengetahuan tentang korelasi (Munasabah), bermula dari kenyataan bahwa
sistematika Al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam mushaf Utsmani sekarang tidak
berdasarkan pada kronologis turunannya. Itulah sebab mengapa terjadi perbedaan
pendapat di kalangan ulama Salaf tentang urutan surat di dalam Al-Qur’an.
Menurut Abu Ja’far ibn Nuhas penyusunan Al-Quran itu berasal dari Nabi SAW
dan kegiatan ini berlangsung Ketika nabi masih hidup, sementara pengumpulan Al-
Qur’an dalam satu mushaf adalah berdasarkan petunjuk yang sama.
Bab 2, Studi Islam dan Kajian hadis: Wacana Pemahaman Hadis
Misoginis, Menggali Akar Sosio-Kultural
Seiring dengan pembahasan hak-hak asasi manusia, kajian hadis misoginis menjadi
topik yang sangat hangat. Pemahaman terhadap hadis-haids misoginis
meninggalkan persoalan bahkan memicu perdebatan. Perbedaan laki-laki dan
perempuan sampai sekarang masih meyimpan beberapa masalah, baik dari segi
kejadian maupun peran yang diemban dalam masyarakat.
Secara terminologi misoginis digunakan untuk doktrin-doktrin sebuah aliran
pemikiran yang secara zahir memojokkan dan merendahkan derajat perempuan.
Sedangkan dalam KBBI diartikan orang yang membenci Wanita.
Dalam berbagai literatur diungkapkan tentang bagaimana Islam mengentaskan
bebagai ketidakadilan terutama jika dikaitkan dengan persoalan kaum perempuan
dari penindasan. Dari keterangan tersebut menandakan banyak kesalahpahaman
dalam menjelaskan persoalan hadis-hadis misoginis yang jarang akhirnya terjadi
penuduhan yang tidak baik.

Bab 3, Studi Islam dan Kajian Fikih Waris Persepektif Jender


Isu-isu jender adalah tema yang sering dibicarakan oleh kelompok feminisme
Muslim, apalagi jika hal tersebut menyangkut untuk membedakan antara laki-laki
dan perempuan. Secara normatif Al-Qur’an telah menegaskan adanya kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan, tetapi secara tekstual Al-Qur’an menyatakan
adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh kaum laki-laki atas kaum perempuan
seperti dalam pembagian harta warisan. Laki-laki mendapatkan bagian yang lebih
banyak disbandingkan bagian yang diterima oleh perempuan.
Dalam Islam laki-laki mempunyai kewajiban untuk membayar mahar kepada
perempuan yang dinikahinya kemudian bertanggung jawab atas penghidupan istri
dan anak-anaknya. Sementara itu perempuan tidak berkewajiban ntuk mebiayai
kehidupan rumah tangganya melainkan semua kebutuhannya telah ditanggung oleh
suaminya.
Kembali kepada warisan, menurut Sebagian besar ahli hukum islam warisan
merupakan semua harta benda yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal
dunia baik berupa benda bergerak meupun benda tetap, termasuk barang/uang
pinjamandan juga barang yang ada sangkut pautnya dengan hak orang lain,
misalnya barang yang digadaikan sebagai jaminan atas utangnya Ketika pewaris
masih hidup.
Dalam QS. AN-Nisa ayat 11-12, 176 dijelaskan bahwa porsi seorang laki-laki sama
dengan porsi dua orang perempuan dalam satu tingkatan, baik dalam tingkatan
anak, saudara ataupun antara suami dengan istri.

Bab 4, Studi Islam dan Tasawuf : Menyingkap Dimensi Rohani Manusia


Pada hakikatnya manusia tediri dari dua dimensi yaitu dimensi jasmani dan rohani.
Pendidikan diantara dua dimensi tersebut harus seimbang, terutama pada dimensi
rohani. Apabila di dimensi rohani minim pendidikan terhadapnya, maka akan terjadi
bencana akhlak. Tidak ada lagi makhluk yang memiliki kejujuran, kepedulian,
tanggung jawab, saling menghargai dan lain-lain.
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk
manusia . Di dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan semua tentang manusia. Mulai
dari akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid kepada manusia, menyucikan
manusia dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal-hal yang dapat
membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual sosial manusia.
Sehingga manusia dapat mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam Al-Qur’an, kata roh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Karakteristik roh
yang berasal dari Allah SWT. dan beribadan kepada-Nya, memperoleh ilmu
pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada
nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang
dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh
karena itu, manusia layak menjadi khalifah Allah SWT.

Bab 5, Studi Islam dan Kajian Ekonomi Syariah


Bank Syariah pada awalnya didirika karena kenyataan terdapatnya sebagian
penduduk yang beragama Islam di Indonesia yang tidak bersedia memanfaatkan
jasa perbankan konvensional, disebabkan ketidaksesuaian keyakinan mereka
terhadap sistem operasional perbankan yang menggunakan instrumen bunga. Hal ini
didukung temuan survei BI yang mendapatkan 30 persen dari umat Islam yang tidak
mau berhubung dengan bunga bank. Pengistilahan ekonomi syariah atau perbankan
syariah' sesungguhnya tidak ditemukan dalam khazanah klasik. Hanya saja ekonomi
dalam beberapa kajian fikih masuk dalam bab mu'amalah, sehingga pengistilahan
ekonomi syariah diidentikkan dengan istilah mu'amalah.
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/8/PBI/2000 Pasal 1, Bank Syariah
adalah bank umum (sebagaimana yang dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998) yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Adapun unit usaha syariah adalah unit
kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang bank syariah.
Menurut Antonio" dalam Ratnawati, 12 terdapat empat perbedaan mendasar antara
bank konvensional dengan bank syariah. Pertama dari segi akad dan legalitas.
Kedua, mengenai struktur organisasi. Ketiga, mengenai bisnis dan usaha yang
dibiayai. Keempat, mengenai lingkungan kerja dan corporate culture.

Bab 6, Studi Islam dan Filsafat dalam Pendekatan Agama


Filsafat adalah berpikir secara kritis; sistematis; menghasilkan sesuatu yang runtut;
berpikir secara rasional dan bersifat komprehensif yang bisa jadi berangkat dari akal
tanpa adanya pembatas apapun, termasuk terkadang juga menabrak aturan agama.
Berbeda dengan pendekatan agama yang mengagungkan akal, akan tetapi dilarang
bertabrakan dengan wahyu. Bahkan, dengan alasan apapun ketika akal sudah pada
titik tertentu yang tidak dapat memecahkan persoalan, maka disitulah peranan
agama menuntun. Tanpa agama, maka akan tersesat. Hubungan antara filsafat dan
agama dalam sejarah kadang-kadang dekat dan baik, dan kadang-kadang jauh dan
buruk.
Filsafat dapat membantu merumuskan pertanyaan-pertanyaan kritis yang
menggugah agama dengan mengacu pada hasil ilmu pengetahuan dan ideologi-
ideologi masa kita. Kritik ideologi sangat dibutuhkan agama dalam dua arah.
Filsafat tidak sekedar mengutuk apa yang tidak sesuai dengan pandangan kita
sendiri, melainkan menggunakan argumentasi rasional.
Ada beberapa metode dalam kajian filsafat ini, yaitu metode dan pendekatan tafsir
menjunjung rasionalits berpikir, metode penalaran: pendekatan dan coraknya dan
metode mawdhu’i.

Bab 7, Studi Islam dan Pendidikan Berbasis Al-Qur’an


Secara etimologis, kata tafsir (Ing: exegesis) berasal dari bahasa Arab, fassara-
yufassiru-tafsiran. Derivasi ini mengandung pengertian: menyingkap (al-Kasyfu),
memperjelas (idzhar) atau menjelaskan. Tuntutan bagi terjadinya Al-Qur'an yang
salih likulli zaman wa makan, Quraish Shihab mengistilahkan dengan
"membumikan Al-Qur'an".
Membumikan Al-Qur'an merupakan sebuah keniscayaan. Sebagai kitab suci
terakhir, Al-Qur'an menerobos perkembangan zaman, melintasi batas-batas
geografis, dan menembus lapisan-lapisan budaya yang pluralistik. Karena memang
kandungannya selalu sejalan dengan kemaslahatan manusia. Di mana terdapat
kemaslahatan di situ ditemukan tuntunan Al-Qur'an dan di mana terdapat tuntunan
Al-Qur'an, di situ terdapat kemaslahatan.
Dalam Al-Qur'an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan
sangat penting, jika Al-Qur'an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan
beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi
untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.
Pendidikan diartikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia jasmani dan rohani, agar menjadi manusia yang
berkepribadian. Pendidikan Islam menurut Nauqib Al Attas (1984: 52) merupakan
proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan dalam
diri manusia mengenai objek-objek yang benar sehingga hal itu akan membimbing
manusia ke arah pengenalan dan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan dalam
kehidupan.

Bab 8, Studi Islam dan Potret Tafsir Nusantara


Dalam pengantar Tafsir al-Mishbah, M. Quraish Shihab mengemukakan paling
sedikit enam macam keserasian hubungan bagian-bagian Al-Qur'an. keserasian
yang dimaksud adalah:
1. Keserasian kata demi kata dalam satu surah
2. Keserasian kandungan ayat dengan fashilat (penutup ayat tersebut)
3. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya
4. Keserasian uraian awal/mukaddimah satu surah dengan penutupnya
5. Keserasian penutup surah dengan uraian awal (mukaddimah) surah
sesudahnya;
6. Keserasian tema surah dengan nama surah.

Potret tafsir nusantara:


1. Tafsir Marah Labid karya Imam Nawawi Al-Jawi
2. Tafsir al-Azhar karya Hamka
3. Tafsir Depag yang disempurnakan

Bab 9, Studi Islam dan Tafsir Kontemporer atas Pemikiran Nasr Hamid
Abu Zayd dan Muhammad Arkoun
Karangan Abu Zayd memberikan makna kontemporer pada Al-Qur'an dengan
menafsirkannya sebagaisebuah teks linguistik yang tidak dapat dilepaskan
dari aturan Bahasa Arab yang dipengaruhi olehkerangka budaya yang
mengelilinginya. Pandangannya membentuk pemahaman yang memisahkan
agamadan pemikiran keagamaan ke dalam dua konsep yang berbeda.
Di sisi lain, Muhammad Arkoun tampil dengan pemikiran kontemporer
yang kental dipengaruhi olehgerakan (post) strukturalis Prancis, yang
menggunakan metode historisme dan ilmu barat modern yangdiciptakan oleh
pemikir untuk diterapkan dalam kajian Islam. Arkoun mengusung sejumlah konsep
sepertikorpus, episteme, wacana, dekonstruksi, mitos, logosentrisme, dan aktan
dalam kajiannya. Metodenyamemandang makna sacra doctrina dan
menetapkan kriteriologi sebagai aturan dalam penafsiran,sementara dalam
pembacaannya, ia mencari keteraturan, unsur antropologi, dan konteks sejarah

Bab 10, Studi Islam dan Analisis Sosiologis-Antropologis: Meneguhkan


Tradisi Pesantren di Nusantara
Secara tradisi pesantren, sebuah institusi Pendidikan Islam dapat disebut pesantren
kalau ia memiliki elemen-elemen utama yang lazim dikenal di dunia pesantren.
Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Pesantren
berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari
kata Cantrik (bahasa Sansekerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu
mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam
sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga ada dalam bahasa Tamil,
yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut
berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-
buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.
Pesantren pada umumnya bergerak dalam pendidikan Islam. Peran ini merupakan
ciri utama yang mewarnai sejarah pesantren di Nusantara. Kaum muslimin
Indonesia mengirim anak-anak mereka ke pesantren untuk belajar agama Islam
(tafaqquh fi al-Din) dengan harapan mereka tumbuh menjadi Muslim yang baik dan
total (kaffah), yang melaksanakan ajaran Islam secara konsisten dalam kehidupan
sehari-hari.

Bab 11, Studi Islam dan Tafsir Ahkam


Muhammad Husayn al-Dzahabì dalam pendahuluan al-Tafsûr wa al-Mufassirûn
menyebutkan bahwa ada empat macam tafsir yang berkembang: "tafsir corak ilmi
(al-laun al-ilm)" yaitu tafsir berdasarkan pada pendekatan ilmiah,"tafsir corak
mazhab (al-laun al 'madzhab)", yaitu tafsir berdasarkan mazhab teologi atau fikih
yang dianut oleh para mufasir, "tafsir bercorak ilhadì (al-laun al-"ilhad)" , yaitu
tafsir yang menggunakan pendekatan menyimpang dari kelaziman dan "tafsir corak
sastra-sosial (al-laun al-adab al-ijtima’)", yaitu tafsir yang menggunakan pendekatan
sastra dan berpijak pada realitas sosial.
Istilah ayat al-ahkam terdiri atas dua kata yaitu "ayat" dan "ahkam", ayat adalah
bentuk jamak dari ayat yang secara harfiyah berarti tanda. Kata ayat kadang juga
diartikan dengan pengajaran, urusan yang mengherankan dan sekelompok manusia.
Adapun yang dimaksud "ayat" dalam hal ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an yaitu
bagian tertentu dari Al-Qur'an yang tersusun atas satu atau beberapa jumlah
(kalimat) walau dalam bentuk takdir (prakiraan) sekalipun, yang memiliki tempat
permulaan dan tempat berhenti yang bersifat mandiri dalam sebuah surat.
Tafsir fikih atau ayat-ayat ahkam (hukum) telah tumbuh dan berkembang semenjak
era Rasulullah Saw., karena ia merupakan bagian dari Al-Qur'an yang diturunkan
Allah kepadanya. Jenis tafsir ini termasuk bagian dari tafsir Rasulullah Saw. yang
telah disampaikan kepada manusia, karena banyak sekali dari ayat-ayat yang
diturunkan kepada Rasulullah Saw. merupakan ayat-ayat "al-far'iyah" (subtansial),
yang dikenal "al- mushtalah" dalam terminologi fikih.

Bab 12, Studi Islam dan Kajian Tikrar Al-Qur’an dalam Surat Al-
Rahman
Al-Tikrår merupakan bentuk infinitif (masdar) dari Karrara yang berarti
mengulangi. Adapun menurut istilah, Ibnu Atsir mendefinisikan al-tikrär adalah:
Sebuah lafadz yang menunjukkan kepada suatu makna dengan berulang-ulang."
Definisi lain yaitu dari Ibnu Naqib, ia mengartikan al-tikrar dengan: Lafadz yang
keluar dari seorang pembicara lalu mengulanginya dengan lafadz yang sama, baik
lafadz yang diulanginya tersebut semantik dengan lafadz yang ia keluarkan ataupun
tidak, atau ungkapan tersebut hanya dengan maknanya bukan dengan lafadz yang
sama.
Dapat disimpulkan bahwa al-tikrar fiâ al-Qur'an adalah pengulangan redaksi kalimat
atau ayat dalam Al-Qur'an dua kali atau lebih, baik itu terjadi pada lafalnya ataupun
maknanya dengan tujuan dan alasan tertentu.
Surah Al-Rahman adalah surah ke-55 dalam Al-Qur'an. Surah ini tergolong surat
makkiyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Al-Rahman yang berarti Yang Maha
Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini.
Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surah ini
menerangkan kepemurahan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan
memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat
nanti. Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali Fabiayyi ala'i Rabbikuma
tukadzdzibân ("Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?") yang
terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada
manusia.

Anda mungkin juga menyukai