Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Islam Tayangan utama dalam Islam adalah saat


Rasulullah Jibril bertemu dengan Nabi Muhammad SAW yang berada di
Gua Hira, pada kesempatan itu Rasulullah Jibril membaca dan mengikuti
apa yang dibacakan kepadanya. Secara spesifik surat Al-'Alaq refren 1-5
merupakan bukti bangkitnya Islam yang dikukuhkan dengan pengajaran
dan sekolah sebagai landasan pendirian setelah Iman, Islam dan Ihsan.
(Mahmudi, 2019). Kualitas dan etika ini harus menjadi salah satu esensi
perbaikan yang membawa kemajuan, kebaikan, dan kebahagiaan bagi
umat manusia yang individualism maupun social. (R Mulyana, 2004).
Saat ini, Dunia harus lebih membutuhkan Ilmu Pendidikan Islam,
Apalagi melihat kurangnya didikan orang tua, yang menyebabkan
beberapa anak tidak mengetahui Pendidikan Islam karena Pendidikan
Islam membawa pengaruh yang sangat besar bagi peradaban dunia, baik
itu pembelajaran di masa lalu, dan arah ke masa depan semuanya
mencakup dalam Pendidikan Islam. Bahkan Ibnu Sina sudah menegaskan
bahwa “Seluruh potensi yang dimiliki seorang, dari segi fisik, intelektual,
dan karakternya, semuanya harus dikembengan agar kiranya mendapatkan
pencapaian diri sendiri secara maksimal”. Pendidikan memiliki komponen
dan aspek berdasarkan penduan ajaran Islam. Nabi Muhammd SAW
menekankan adanya ajaran nilai-nilai serta informasi dalam metode
pendidikannya, berilmu dan kreatif. Jika prinsip-prinsip Islam tidak di
terapkamn, maka situasi keadaan masyarakat akan memburukdan
kurangnya kemajuan pada manusia yang akan memberikan masalah besar
bagi peradaban dunia.

1
2

Al-Qur’an dan Pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan sampai


kapanpun. Karena Pendidikan dalam Islam adalah suatu senjata untuk
membentuk perilaku manusia berdasarkan pedoman Al-Qur’an dan itu
saling berhubungan satu sama lain. Dan itu sangat berpengaruh terhadap
tingkah laku manusia yang sangat memberikan efek cinta pada agama
Islam. Baik buruknya perilaku manusia sangat ditentukan oleh lemah dan
kuatnya dorongan terhadap diri sendiri bahkan terhadap potensi yang ada
dalam diri. Jika dalam diri manusia tersebut didominasi oleh pikiran dan
perbuatan yang baik atau positif maka manusia tersebut akan cenderung
berbuat baik. Tapi sebaliknya, jika hati dan pikiran manusia memiliki
pikiran yang condong kepada negative dan lebih sering berbuat maksiat,
Maksud dari pernyataan ini adalah mengantarkan manusia bahwa perilaku
yang di maksud adalah mengontrol kepada Akhlak kita.
Dzam Al-Hawa adalah salah satu Kitab yang memiliki urgensi di
bidang Akhlak, untuk membina Akhlak manusia agar lebih baik lagi, agar
tertata. Serta buku ini memiliki tutorial menjadi Umat yang lebih
baikSebagai seorang Muslim yang taat atas perintah Allah, kita harus
mengetahui apa saja nilai-nilai Pendidikan Islam yang tercantum pada
Kitab ini, karena Kitab ini banyak sekali petu ah, nasihat serta obat yang
bisa menyembuhkan hati dari kerasnya arus hawa nafsu.
Melalui Kitab ini, Ibnu Al-Jauzi berusaha untuk menyampaikan
Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam kitabnya agar dapat di implikasikan
penelitiannya serta dapat dirasakan di kemudian hari oleh umat di era
modern ini.
Dzam Al-Hawa adalah Kitab yang menceritakan tentang muslim
yang menyikapi hawa nafsunya. Buku ini ditulis sedemikian rupa dengan
urgensi-urgemsi Akhlak di dalamnya. Yang di mana antaranya berisi
dukungan dari hadits-hadits nabi yang mengantarkan manusia pada
kejamnya hawa nafsu, yang memberikan gambaran umum bahwa ada
sebenarnya cara jitu bagaimana caranya bisa terhindar dari pikiran jahat
3

untuk mengikuti hawa nafsu yang sudah terancang di kepala, Hanya saja
umat manusia belum menyadarinya.
Ibnu Al-Jauzi memberikan penegasan dalam buku ini berupa
beberapa hal yang menyangkut Akhlak. Dimana Akhlak adalah hal yang
sangat harus benar-benar di bina, di pelajari bagaimana harus menguasai
fikiran agar tidak terjadi dan tidak terbuat hal-hal yang merusak moral serta
Akhlak.
Kitab ini sangat berhubungan dengan Akhlak dimana di zaman
yang sudah Modern yang disebut dengan Kontemporer, yang sering sekali
anak muda lalai akan Akhlak. Kitab ini memberikan gambaran yang bagus
tentang apa yang akan terjadi. Selain itu, di masa yang sudah lanjut ini,
orang-orang dapat mengetahui dengan cepat arus zaman yang sangat
canggih ini.
Secara etimologis, etika dapat diartikan sebagai sifat yang tiada habisnya
dari setiap orang yang juga disebut dengan watak atau watak. Kata Etika
berasal dari bahasa Arab yaitu Khuluqun (‫ )خلق‬yang menurut bahasanya
berarti budi pekerti, tingkah laku atau budi pekerti. (Muhammad Alim,
2011)
Dalam penalaran biasa, etika pada umumnya mempunyai arti kebiasaan,
toleransi, kebiasaan, dan sama dengan arti kata moral yang juga bertumpu
pada tingkah laku. Dalam bahasa Yunani, Etika digunakan dengan kata
ethos, ethikos, yang kemudian menjadi moral, kemudian disempurnakan
dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi Morals. (Rizal Mustansyir, 2003)
Menurut Abudin Nata, Etika adalah kegiatan yang dilakukan manusia
secara otomatis, namun kegiatan tersebut tertanam dalam jaringan dan
menyatu dengan ruh, sehingga dalam melakukan kegiatan tersebut tidak
lagi memerlukan pemikiran. (Abudin Nata, 1997)
Makna etika dalam tuturan, seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti
tertentu seperti Ibnu Maskawaih, menggambarkan bahwa etika adalah
kondisi jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tanpa berpikir terlebih dahulu. Karakter adalah suatu keadaan dimana ruh
4

bertindak tanpa memikirkan atau memikirkan secara mendalam, dan


keadaan ini merupakan tanda bahwa ia dipandang secara mendalam dan
keadaan ini ada dua macam. Pertama, alam adalah sesuatu yang bertolak
belakang dengan karakter, misalnya pada orang-orang yang merasa mudah
karena jumlahnya terlalu sedikit. Kedua, terbentuknya kecenderungan-
kecenderungan dan praktik-praktik, yang mula-mula muncul karena
pemikiran dan pemikiran, namun kemudian tetap saja muncul melalui
praktik ini dipertimbangkan dan dipikirkan.
Dari pengertian para ahli di atas, Pada dasarnya etika harus
mencakup dua keadaan, yaitu kegiatan tersebut harus dilakukan berulang-
ulang dalam suatu struktur yang sama sehingga dapat berubah menjadi
suatu kecenderungan yang meresap ke dalam ruh. Terlebih lagi kegiatan-
kegiatan tersebut hendaknya berkembang secara efektif karena refleksi
dari ruh dan tanpa perenungan dan pertimbangan, atau setidak-tidaknya
bukan karena ketegangan atau tekanan dan dampak dari pihak lain.
Dari penjelasan di atas, para ilmuwan beralasan bahwa etika
merupakan cerminan atau tolak ukur bagi setiap tingkah laku, pendekatan
terhadap pembicaraan atau proses berpikir dan tingkah laku seseorang baik
positif maupun negatif, baik diperbandingkan dengan diri sendiri, individu
atau dengan Allah SWT. . Dengan demikian, etika merupakan landasan
pendirian manusia atau landasan pokok dalam perkembangan individu
manusia seutuhnya yang akan diingat oleh individu sebagai ciri dari diri
kita sendiri.
Begitu pula dengan Pendidikan Moral, yaitu pendidikan yang memuat
pokok-pokok etika dan cita-cita moral, kecenderungan-kecenderungan
yang harus dimiliki generasi muda dan menjadikan kecenderungan-
kecenderungan tersebut sejak dini. Ia berkembang dan berkarya dengan
landasan keimanan kepada Allah dan diajarkan untuk menjadi pribadi
yang berakhlak mulia, memohon pertolongan Allah dan diajarkan untuk
berserah diri kepada Allah, maka dengan sendirinya ia akan memperoleh
kehebatan. (Raharja, 1999)
5

Instruksi etika ini mengikuti dan memberikan pelatihan sehubungan


dengan etika dan pengetahuan tentang jiwa. Instruksi moral juga dapat
diuraikan sebagai berikut:
a Kegiatan instruktif
b Informasi tentang sekolah/pelatihan
c Dukungan tubuh, jiwa dan tubuh. (Yatimi Abdullah, 2007)
Pendidikan akhlak ini juga termasuk kedalam latihan untuk mental
dan fisik yang di mana kita ditugaskan untuk memiliki budaya tinggi
untuk melakukan kewajiban sesuai komitmen dan kewajiban dalam
menjaga etika manusia sebagai pekerja Tuhan. Pendidikan moral juga
dapat melahirkan karakter dan memberikan tanggung jawab. Persekolahan
kahlak ini mempunyai 2 spekulasi yang hampir tidak ada pelatihan di
lapangan atau pengalaman, namun masyarakat dapat tetap menyendiri,
menilai dan mengambil manfaat dari kesalahan yang dilakukannya.
Menurut Ibnu Maskawaih, penerapan etika sebenarnya ingin
mengarahkan generasi muda milenial menjadi manusia yang
berpengalaman dalam perasaan memiliki mentalitas yang matang secara
sosial, tulus dan berjiwa, serta memiliki cara pandang yang berkarakter
setara dengan yang dianjurkan oleh Al-Qur'an. 'an dan Hadits Nabi
Muhammad SAW. Kemajuan moral merupakan salah satu cara untuk
membentuk perubahan mental manusia terhadap suatu peristiwa tingktan
moral, budi pekerti yang luhur dan berasusila serta memiliki mental yang
kuat.
Sumber pendidikan Akhlak secara keseluruhan ajaran islam. Yang
meliputi Al-Qur’an, yang memiliki peran menjadi pedoman hidup
manusoia serta menjadi asas bagi setoiap muslim, maka dasar dari
pendidikan Akhlak berumber dari Al-Qur’an yang menjadi sasarean patuh
umat islam. Allah berfirman dalam Qur’an surah Al-Lukman ayat 13-14;

١٣ ‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم‬
6

‫َو َو َّصْيَنا اِاْل ْنَس اَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّو ِفَص اُلٗه ِفْي َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِل َد ْيَۗك‬
١٤ ‫ِاَلَّي اْلَم ِص ْيُر‬

Melalui Tafsir Al-Muyassar, Ayat di atas sudah jelas bahwa Allah


memerintahkan manusia untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
ayah dan ibunya. Ibunya yang mengira ia dalam kondisi sangat lemah
kemudian menyapihnya setelah lama menyusuinya.

Kemudian yang kedua adalah Hadits yang memuat ungkapan-ungkapan


cara berperilaku Nabi yang dipandang ada kaitannya dengan penjelasan
Al-Qur'an, khususnya dalam permasalahan yang diulas. Allah berfirman
dalam surah An-Najm ayat 3-4 :

٤ ‫ ِاْن ُهَو ِااَّل َو ْح ٌي ُّيْو ٰح ۙى‬٣ ‫َو َم ا َيْنِط ُق َع ِن اْلَهٰو ى‬

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tafsir Al-Muyassar, Allah


telah menyatakan melalui bintang-bintang di senja hari, bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak akan tersesat dari jalan dan arah serta kebenaran.
Maka ia berada pada puncak istiqamah, keseimbangan dan kelurusan di
jalan Allah. Dan terlebih lagi perkataannya tidak muncul dari sesuatu
selain keinginan. Al-Qur'an dan As-Sunnah hanyalah wahyu dari Allah

Cakupan etika meliputi etika terhadap Allah, etika terhadap


individu, dan etika terhadap lingkungan. ini adalah urgensi dimana kita
harus meletakkan diman akita harus bersikap, demi melatih kepribadian
yang baik, kita juga harus banyak mencari ilmu, menguiras ilmu, belajar
dari pengalaman yang juga sama-sama kita pernah alami.

Dalam hal ini Akhlak memiliki tahta tertinggi dalam memimpin


fikiran kita dalam menjalani hidup. Yang kita lakukan sehari-hari,
berinteraksi dengan orang lain adalah akhlak. Menjaga pandangan, cara
kita bergaul dengan lawan jenis, dan tentang ketertarikan kita dengan
lawan jenis.
7

Di dalam diri manusia terdapat dua komponen yang sangat


mempengaruhi pola fikir, pertama rasa was-was dan kedua batin. Keduanya
memiliki hubungan yang sangat baik, karen adi dalam diri manusia
memiliki rasa ingin berbuat baik dan buruk. Semua itu di kontrol oleh
fikiran memiliki hak dalam menentukan apakah manusia tersebut berbuat
baik atau buru. Suara hati yang timbul dari manusia, berupa perintah untuk
melakukan kebaikan lalu rasa was-was lah yang mempertimbangannya
seiring dengar suara batin yang menerka apakah hal yang akan di lakukan
tersebut berdampak baik atau buruk.
(Zahruddin A.R & Hasanuddin Sinaga, 2004)

Manusia di ciptakan oleh Allah mempunyai Akhlak yang berfungsi


sebagai inspirasi dan inspirasi untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidup
atau menjauhkan diri dari marabahaya yang menimpa. Jika manusia tidak
nafsu makan dan minum maka ia akan menjadi lemah, lemah dan, yang
mengejutkan, kemudian mereka akan mati.
Oleh karena itu, penting untuk membaca ulasan ini karena banyak
orang membaca buku ini dan memiliki saran untuk itu dalam rutinitas
sehari-hari mereka. Berkenaan dengan permasalahan tersebut, para
ilmuwan menjadi tertarik untuk memimpin eksplorasi yang dibingkai
dalam sebuah proposal penelitian dengan judul:
“Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kitab Dzam Al-Hawa
karya Ibnu Al-Jauzi”

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah yang di buat penulis dalam penelitian ini adalah


untuk melihat nilai-nilai Pendidikan islam. Namun berbeda dengan para
ulama lainnya, yang melihat nilai Pendidikan Islam melalui studi kasus di
dunia nyata. Tapi kali ini, penulis hanya fokus pada Nilai Pendidikan
Agama Islam di bidang Akhlak. Namun, untuk mempermudahkan peneliti
mencari nilai-nilai Pendidikan islam, peneliti hanya terfokus menggunakan
8

kitab Dzam Al-Hawa. Jadi, Batasan masalah penulisan ini adalah Kitab
Dzam Al-Hawa karya Ibnu Al-Jauzi yang meliputi:
a. Tentang Menjaga Pandangan
b. Tentang Bergaul dengan Lawan Jenis
c. Tentang Zina

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berikut adalah dipertimbangakan berdasarkan


Informasi latar belakang yang diberikan oleh penulis dalam sesuai dengan
latar belakang di atas:
1. Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam kitab Dzam Al-
Hawa karya Ibnu Al-Jauzi?
2. Bagaimana Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Kitab
Dzam Al-Hawa karya Ibnu Al-Jauzi dengan Pendidikan Kontemporer?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam kitab
Dzam Al-Hawa karya Ibnu Al-Jauzi.
2. Untuk mengetahui relevansi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
kitab Dzam Al-Hawa karya Ibnu Al-Jauzi dengan Pendidikan
Kontemporer.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Secara Teoritis
Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya wawasan dalam khazah
keilmuan, terkhusus pada Pendidikan Akhlak dalam Kitab Dzam Al-
Hawa.
2. Secara Praktis
9

Penelitian ini diharapkan dapan berguna menjadi bahan masukan


ataupun pendapat serta dapat memberikan Nasihat dalam Pendidikan
Akhlak. Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan
dalam menambah wawasan yang lebih matang. Dan penelitian ini daman
menjadikan informasi yang penting bagi manusia agar dapat lebih mudah
dalam Pendidikan Akhlak.
BAB II

ACUAN TEORI

2.1 Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam

2.1.1 Pengertian Nilai

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nilai mempunyai


makna, khususnya sifat atau benda yang penting dan sesuatu yang sangat
berharga bagi manusia (Eko Saputro, 2015). Dalam arti lain, rujukan Kata
Bahasa Indonesia Besar sekali mencirikan harga diri sebagai sesuatu yang
sangat berharga dan menyempurnakan nilai kemanusiaan dengan diikuti
oleh hakikat-hakikat sesuai dengan normal.
Nilai adalah kaidah-kaidah yang berlaku tanpa adanya pembedaan
antara peran elemen penyususnnya, yang menetapkan perilaku yang
diharapkan untuk suatu sistem yang telah berinteraksi dengan
lingkungannya. Nilai telah memberikan prioratas utama pada semua
system social dalam pemeliharaan strukturnya. (Arifin, 2008) . Adapun
beberapa para ahli mengemukakan pendapat mereka tentang nilai yaitu;
a. Menurut Dr. Al Rasyidin, Nilai merupakan suatu keyakinan tembus
yang akan menjadi acuan tingkah laku atau tujuan definitif kehadiran
(metode realitas langsung atau akhir) yang merupakan kecenderungan
terhadap asal usul yang lebih tinggi (asal mula yang terbaik) atau asal
usul apa pun yang ada dan oleh-oleh. dipandang hebat.
b. Sebagaimana dikemukakan oleh Sidi Ghazalba, Nilai merupakan
sesuatu yang konseptual dan ideal, sifat dasar yang diajarkan Islam
antara lain keyakinan, Islam dan Ihsan yang mempunyai kewajiban
solidaritas yang sangat diperlukan dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. yang lainnya. (Mawardi Lubis, 2014)
c. Menurut Linda dan Richard Eyre, Nilai adalah norma perilaku dan
sikap yang membentuk sikap. Tentang kehidupan, serta bagaimana
kita menjalani hari-hari dengan berinteraksi dengan orang-orang.

12
13

d. Menurut Steeman, Nilai adalah suatu makna yang menyhedikan


kerangka acuan, tempat untuk memulai, dan adlan untuk menerima
keberadaan.
e. Menurut Chabib Toha, Nilai adalah konsep yang tak beraturan
yang memiliki idealism. Nilai adalah suatu konsep abstrak, bukan
termasuk fakta, tapi agar benar, mereka harus di dukung oleh
adanya bukti. Untuk memahami apa yang di inginkan, di sukai,
atau di benci itu sangat penting. (Chabib Thoha, 2006)
f. Menurut Milton dan James Bank, nilai adalah semacam keyakinan
yang ada dalam kerangka keyakinan ketika seseorang telah
bertindak atau menjauhi suatu peristiwa atau telah melakukan
sesuatu yang baik atau buruk.. (Chabib Thoha, 2019)

Nilai-nilai Islam dalam Pendidikan lingkungan hidup sangat di


perlukan bentuk perwujudan lebih jauh lagi, perhatian terhadap iklim.
Dalam kehidupan manusia, ada sesuatu yang fundamental dan sangat
bermanfaat, sehingga kelestarian manusia atau masyarakat tetap terjaga
dan manusia akan memberikan apresiasi terhadap sesuatu yang berharga
dan luar biasa berharganya selama-lamanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia sudah


selayaknya mempunyai aqidah, misalnya saja keyakinan-keyakinan pokok
yang bersifat wajib, karena kita berpegang pada pedoman dan standar yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT. Karena pada hakikatnya mengikuti jalan
yang telah ditunjukkan oleh para Nabi dan Saksi yang dimaknai dalam
sugesti dan hadis yang pada akhirnya sampai pada inti pelajaran Islam,
khususnya Etika. (Mawardi Lubis, 2014)

Kelebihan pesantren ada pada setiap cara berperilaku, artinya


nilai-nilai diberi perluasan yang tegas, artinya nilai-nilai bersifat terdidik
dan sesuai dengan hikmah keislaman. (Eko Saputra, 2015)
14

2.1.2 Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam Bahasa Indonesia, kata ‘Pendidikan’ berasal dari kata didik.


Ditambahkan awalan 'pe' dan tambahannya ditambah 'an'. Keduanya
memiliki arti 'latihan', khususnya hal-hal, latihan instruksional, teknik, dll.
Menurut bahasa Yunani, instruksi menyiratkan metode pengajaran yang
secara umum berarti bagaimana mengajar anak-anak. (Muntahibin Nafis,
n.d.)
Dalam bahasa Arab, pendidikan Islam dibedakan menjadi 3 istilah
yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Dalam ungkapan Arab Ta'dib dari kata
sekolah, Ta'dib mempunyai mashdar, dari kata tindakan adaba. Adab yang
berkaitan langsung dengan pengguguran dosa manusiadari segala kotoran,
yaitu proses dimana pembagian ilmu, pemahaman, tanggung jawab, dan
penanaman kepercayaan yang terjadi sehingga pengguguran dosa manusai
disebut adab, adalah dua kata pertama yang membentuk kata Al-
Tarbiyyah.
Ada beberapa pendapat ilmuan tentang mendefinisikan arti dari
Pendidikan Islam serta tujuannya, yaitu;
a. Menurut Muhammad Yusuf Al-Qardawi, Pendidikan Islam
bertujuan untuk mendidikan manusia. Yang meliputi akal, hati,
jiwa, raga, akhlak, serta keterampilan. Oleh karena itu, Pendidikan
Islam mendidik manusia untuk hidup aman dan damai dari konflik
dan menghadapi kejahatan serta manis pahitnya kehidupan di dunia
ini. (Yusuf Al-Qardhawi, 1980)
b. Menurut Arifin, Pendidikan Islam adalah system pendidilkan yang
mencakup pembahasan keterampilan hidup karena agama islam
telah berkembang menjadi pedoman bagi seluruh aspek tuntunan
kehidupan manusia.
c. Menurut Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Ajaran Islam
memiliki banyak sekali segi, dan Pendidikan adalah salah satunya.
15

Yang tidak dapat dipisahkan dari kerangka tujuan hidup manusia.


(Azyumardi Azra, 2000)
d. Menurut Zakiyah Drajat, pendidikanm Islam adalah upaya untuk
memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik agar
setelah mereka menyelesaikan pendidikannya, mereka dapat faham
dan menerapkan ajaran Islam dan mengubahnya menjadi pedoman
hidup untuk masa depan.
e. Menurut Endang Sarifudin Ansari, Pengertian Pendidikan Islam
di lihat sebagai suatu proses kepemimpinan (memimpin,
membimbing dan mengasuh. Peserta didik dengan topik
pengembangan jiwa yang meliputi fikiran, perasaan, serta
kehendak dan lain sebagainya. Tubuh subjek studi melalui
penggunaan sumber daya khusus untuk tujuan-tujuan tertentu.
Sasaran untuk jangka waktu, metode tertentu dan peralatan yang
ada menuju untuk penciptaan orang disertai dengan ajaran islam.
(Zakiyah Drajat, 2002)
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh
Ilmuan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa, Pendidikan
Islam adalah suatu kesadaran, tujuan, kegiatan yang di lakukan oleh
seorang tenaga pendidik untuk membentuk jiwa peserta didik, termasuk
diri jhasmani dan rohaninya. Dan yang berlandaskan pada ajaran isla, dan
agama dalam membentuk kepribadian yang utama. Sesuai dengan hukum
Islam dalam kehidupan, sehingga kelak memperoleh kebahagiaan dunia
dan di akhirat.

2.1.3 Sumber Pendidikan Agama Islam

Kata Sumber berasal dari Bahasa asing, yaitu Bahasa Arab yang
disebut mashdar yang jamaknya mashadir, yang dapat diartikan starting
point (titik point). Seringkali, kosakata dasar, prinsip tumpeng tindik
menjadi sumber pengetahuan dan nilai-nilai yang akan digunakan dan
16

terdapat dalam Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai sumber


Penduidikan Islam. (Abudin Nata, 2012)
Berikut ini adalah beberapa Sumber dari Pendidikan Islam yaitu;
a. Al-Qur’an
Al-Quran adalah sumber utama yang tidak pernah di
kalahlan dengan sumber manapun terkait dengan kandungan dan
isinya. Pemdidikan Islam di dalam Al-Qur’an menyajikan gagasan
Pendidikan yang menyeluruh; tetapi karena cakupan dan
kompleksitas dan terbatasnya daya fikir manusia, jadi sanagt sulit
untuk mengekspornya dan benar, itu juga memiliki dampak yang
sangat signifikan. Akibatnya, Umat Islam hendaknya menjadikan
Al-Quran sebagai pelajaran Islam. (Abdurrahman An-Nahlawi,
2006)
Abdul Wahab Khallaf mencirikan Al-Quran sebagai
“ungkapan Allah yang diturunkan melalui utusan suci Jibril dan
kemudian diberikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, anak
Abdullah, dengan pengucapan bahasa Arab dan mempunyai makna
mendasar sebagai hujjah atau tanda dan pembuktian. bahwa
Rasulullah secara berwibawa berubah menjadi seorang dakwah dan
menjadi pembantu manusia dan pembantu bagi orang-orang yang
membacanya.” (Ramayulis, 2010)
Sesuai keterangan di atas, Nabi mendapatkan
pengungkapan tentang Pendidikan Ketat Islam dalam Al-Qur'an
surah Al-‘Alaq ayat 1-5:

‫ ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم‬٢ ‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق‬١ ‫ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق‬

٥ ‫ َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم‬٤ ‫ اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم‬٣

Dalam Tafsir Al-Muyassar, Allah memerintahkan Nabi


Muhammad untuk membaca, sesungguhnya bahwa Rabmu itu
17

benar-benar banyak sekali kebaikannya dan sangat luas kemurahan


hatinya. Dialah yang telah mengajarkan makhluknya dengan pena.
b. As-Sunnah
As-Sunnah di artikan sebagai suatu gambaran sebagai suatu
hal yang di peroleh dari Nabi Muhammad yang terdiri dari
perkataan, perbuatan, perjanjian, atribut fisik atau mental, baik
sebelum dan sesudah menjadi nabi. Ada dua yang me njadi
keunggulan dari As-Sunnah di bidang Pendidikan. Keunggulan
yang pertama adalah As-Sunnah ini dapat lebih jelas dalam
menjelaskan penjelasan Al-Quran serta konsep dan kesempurnaan
Pendidikan Islam sesuai dengan tafsirnya. Llau yang Kedua adalah
As-Sunnah dapat menjadi pedoman yang sangat baik dalam
memeilih strategi pembelajaran. (H. Ahmad, 2005)

‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُألَتِّم َم َم َك اِرَم اَألْخ الِق‬


“Aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan Akhlak”.
(HR. Al-Baihaqi dalam Al-Adab Al-Mufrad nomor 273)
Makna dari Hadits di atas sudah sangat jelas, Umat Islam
dapat memahami bahwa tujuannya yaitu untuk menyempurnakan
nilai dan norma mansusia. Masyarakat rabbani, atau masyarakat
yang mengenyam Pendidikan Islam, yang wujudnya berhasil
berkat adanya Rasulullah Muhammad Saw. Bahkan Robert L.
Gullick, Jr mengakui bahwa Nabi Muahmmad SAW dalam
melaksanakan pendidikan dalam bukunya yang berjudul
Muhammad sang Pendidik. Prinsip ini tidak hanya di akui sebagai
keimanan untuk mendasarkan pendidikan Islam terutama pada
bidang Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain itu, ada sisi kebenaran
yang di dukung oleh data historisdan akal sehat. Jadi masuk akal
agar kita kembali ke jalan kebenaran untuk menegakkan keadilan.
(Ramayulis, 2002)

c. Ijtihad
18

Ijtihad adalah Fuqaha, yang diartikan sebagai proses


penentu sesuatu menjadi hukum syariat Islam dengan
menggunakan semua ilmu yang di berikan oleg semua Ilmuan
syariat Islam. Dalam hal ini Ijtihad mencakup semua aspek dalam
kehidupan, tersmasuk kaitannya dengan Pendidikan, meskipun
masih di panatu oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.
d. Sejarah Islam
Tujuan dari Sejarah Islam itu sendiri adalah untuk
mendokumentasikan sejarah atau kejadian islam terdahulu, yang
juga encakup pada Pendidikan. Informasi tentang perkembangan
dan kemunduran pendidikan masa lalu juga dapat di temukan pada
sejarah Islam.
e. Mashalahat al-Mursalah dan Uruf
Mashalahat al-Mursalah dan Uruf menunjukkan masalah
dengan individu. Adapun beberapa ahli menafsirkan bahwa yang
paling di gunakan adalah undang-undang, aturan, atau peraturan
untuk kemaslahatan umat tetapi tidak disebutkan secara khusus
dalam Al-Qur’an. Misalnya pada perkawinan yang harus memiliki
akta nikah agar di anggap sebagai suatu perkawinan yang sah.
Meskipun Al-Qur’an maupun As-Sunnah tidak secara eksplisit
menyatakan seperti itu. Hal ini di setujui sebagai bukti yang sah
dan diberikan perlindungan oleh hukum. Demikian juga Uruf, yang
merupakan kebiasaan masyarakat, yang diwujudkan dalam
perkataan, perbuatan, dan kesepakatan yang telah dilaksanakan
secara terus menerus.
Ada tiga kriteria dalam mengeluarkan mushalil al-
mursalah, yaitu;
1) Apa saja yang menjadi penegasan, setelah mealui
tahapan observasi dan analisis, justru membawa
manfaat serta menolak adanya mudharat.
19

2) Manfaat yang diterima adalah manfaat yang bersifat


universal atau secara umum yang berlaku pada setia
masyarakat di muka bumi.
3) Keputusan yang dibuat tidak dapat bertentangan dengan
prinsip dasar dari Al-Qur’an.

2.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan dari Pendidikan


Agama Islam adalah untuk mengembangkan individu yang berilmu, selain
memiliki ilmu manusia juga harus mengamalkan ilmu tersebut dalam
menjalani kehidupan sehari-hari tanpa mencari-cari pujian. Selain terfokus
pada sanjungan, kehormatan, atau hal-hal materi, amal harus dimltivasi
oleh keinginan yang tulus untuk menyenangkan Allah SWT. (Al-Ghazali,
2009)
Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa ukhrawi dan orientasi duniawi
adalah komponen kunci dari Ilmu pendidikan Islam. Pendidikan Islam
yang harus menciptakan insahn yang beriman serta pribadi-pribadi yang
tangguh yang mampu menhadapi setiap adanya tantangan yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari. (Masarudin Siregar, 1999)
Sebagai Seorang Muslim, Pada saat Manusia Mati lalu dalam
keadaan tunduk kepada Allah itu adalah puncak dari ketaqwaan kita dalam
beriman kepada Allah, Karena Proses kematian jelas terungkap dalam
usaha-usaha yang berhubungan dengan pendidikan. Ini menandai bahwa
dari proses pendidikan yang merupakan tujuan akhir dari pelajaran Islam
yang hanya dua dari sekian banyaknya tujuan yang berfungsi sebagai
pegangan kita.

2.2.1 Tujuan Umum Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Agama Islam memiliki Tujuan umum yaitu agar
semua upaya pendidikan yang termasuk kepada pengajaran dan teknik
20

lainnya, yang harus dipenuhi semua aspek manusia, termasuk sikap,


tingkah laku, penampilan, kebiasan, dan sudut pandang yang termasuk
pada tujuan umum. Dalam setiap tingkat usia manusia, kecerdasan,
keadaan, dan kondisi yang memiliki tujuan umum yang berbeda
dengan kerangkanya. Meski kecil dan berkualitan jauh dari katya baik,
individu yang telah mengenyam pendidikan yang harus menunjukkan
bahwa manusialah yang bertaqwa.
Penulis mengambil beberapa pendapat para profesionalisme
dalam bidang ini dan menentukan apa yang di maksud dengan tujuan
pendidikan Islam secara umum:
1) Al-Saibani menyebutkan bahwa tujuan dari Penddidikan Islam
termasuk kepada semua yang mengarah kepada pengetahuan,
dan kemampuan manusia yang bertujuan untuk mengubah
prilaku masyarakat. Prilaku masyarakat dan memperkaya
pengalaman masyarakat dan individu.
2) Al-Abrasyi menggambarkan tujuan pendidikan Islam yaitu
pengembangan moral serta mempersiapkan manusia yang
memiliki kehupan yang menguasai ilmu, akhirat dan
pengabdian kepada masyarakat.
3) Menurut Asma Hasan Fhmi, tujuan utama dari Pendidikan
Islam adalah pengembangan moral dan etika, pengembangan
kepribadian serta tujuan dari agama islam.
4) Menurut Munir Mursi, mengenyam pendidikan akan membuat
kita menjadi bahagia pada saat ini dan di akhirat tentunya,
karena mengabdi kepada Allah dengan cara membela diri akan
menjadikan kita sebagai insan yang memiliki ikatan Agama
Islam yang kuat serta memajukan Tujuan umat islam.
(Ahmad Tafsir, 2005)

Jadi, dari pemaparan ilmuan di atas dapat kita simpulkan bahwa,


Tujuan pendikan Islam adalah hal yang ingin di capai dengan menjalankan
upaya-upaya untuk membangun ajaran Islam. Pada hakikatnya ini sangat
21

penting untuk membangun jiwa dan moral kita serta pencapaian iman di
kehidupan dunia dan di akhirat agar lebih mempererat hubungan kita
kepada Allah SWT.
2.2.2 Tujuan Khusus Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk mengahsilakn


individu yang beriman yang mencerminkan cita-cita kepada Islam dan
dapat hidup dengan kaya, bahagia serta aman damai. Hal ini juga memiliki
kesamaan dengan tujuan akhir umat islam. Produktif dan berbuah dan
menciptakan individu yang dapat menjadi khalifah di kehidupan
mendatang dan dengan fitrah serta kehendak yang maha esa dapat bebas
jasmani dan rohani bisa memegang jabatan khalifah di muka bumi ini
dengan tetao menjaga ketaqwaan dan keimanan kepada Allah Yang Maha
Esa.

Peningkatan semngat keagamaan dan moral bagi setiap


individuserta pengembangan peningkatan ketaqwaan manusia yang
merupakan perkembangan yang sangat di inginkan dalam pendidikan
islam adalah yang di maksud dengan tujuan khusus pendidikan islam.
Oleh karena itu, peneliti menarik keimpulan bahwa tujuan pendidikan
islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dalam kehidupan dunia serta
juga menjadi kebahagiaan di akhirat kelak.

2.2.3 Materi dan Nilai-nilai dalam Pendidikan Agama Islam

Adapun beberapa yang mencakup ruang lingkup nilai-nilai dalam


Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Aqidah
Aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu Aqada-ya’qidu-
aqdan. Yaitu mengumpulkan atau membentangi. Istilah ini dapat
menimbulkan kata aqidah yang kemudian Endang Syarifuddin
Ansari berpendapat bahwa aqidah alah suatu keyakinan hidup
dalam arti tersendiri, yaitu ikrar dari hati. (Syafruddin Anshari Endang, 1992)
22

. Menurut Nasaruddin Razak, aqiqah adalah yng


telah diyakini oleh umat Islam sebagai suatu kebenaran.
(Nazaruddin Razak, 1993) . Aqidah adalah hal yang harus di
dahulukan sebelum segala sesuatu tersebut terdahului oleh
kepercayaan. Keyakinan itu harus teguh dan tidak diwarnai dengan
adanya ketidakpastian.
Tingkah laku anak sangat di pengaruhi oleh bagaimana
nilai-nilai aqidah tersebut setelah di luruskan dan anak tidak dapat
mengembangkan kepribadianntya secara mandiri oleh orang tuanya
yang menanggung tanggung jawab besar menjadi seorang
pengasuh utama. Sistem pendidikan ini dapat di kembangkan
karena tidak dapat mewakili pembinaan.
(Muhammad Nur Abdullah Hafizh, 1997)
. Jadi Aqidah dapat kita simpulkan adalah
suatu kepercayaan yang didasarkan oleh gagasan yang mencakup
semua aktivitas dan prilaku manusia adalah sah hukumnya. Anak
sangat membutuhkan tambahan pengajaran aqidah yang intensif
karena sebagai orang dewasa, mereka tidak tersentuk oleh
lingkungan mereka. Anak-anak yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT akan lahir ketika orang tua menanamkan rasa
keimanan yang kuat.
Menurut Abdurrahman An-Nahlawi “Iman merupakan
landasan aqidah yang menjadi patokan guru dan ulam adala
membangun Pendidikan Agama Islam”.
(Abdurrahman An-Nahlawi, 2010)
. Masa kecil merupakan masa yang sangat penting
untuk membina dan pendapatkan ilmu berupa ajaran aqidah karena
anak-anak memiliki banyak sekali keuntungan yang tidak akan
mereka dapatkan nanti ketika sudah beranjak dewasa. Karena apa
yang tlah di tanamkan dalam diri anak tersebut mereka akn terus
tumbuh dalam keadaan dimana mereka mendapatkan pengajaran
ilmu ketika mereka kecil, itulah hal mengapa anak-anak harus
mendapatkan perhatian khusus dalam setiap pertumbuhan yang
23

akan dijalaninya. Allah berfirman didalam Al-Qur’an Surah An-


Nisa ayat 136 yang berbunyi;

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ٰا ِم ُنْو ا ِباِهّٰلل َو َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب اَّلِذ ْي َنَّز َل َع ٰل ى َر ُسْو ِلٖه َو اْلِكٰت ِب‬
‫ٰۤل‬
‫اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل ِم ْن َقْبُلۗ َو َم ْن َّيْكُفْر ِباِهّٰلل َو َم ِٕىَك ِتٖه َو ُكُتِبٖه َو ُرُس ِلٖه َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر‬
١٣٦ ‫َفَقْد َض َّل َض ٰل اًل ۢ َبِع ْيًدا‬
Menurut Tafsir Al-Misbah, ayat ini merupakan perintah untuk
berimaan kepada Allah, malaikat, rasul, dan hari akhir serta menjadikan
hal tersebut sebagaui dasar dari Agama. Oleh karena itu, pada saat
manusia kufur terhadap malaikat, Allah, Rasul, Kitab, dan hari akbhir
maka ia benar-benar dalam kesesatan yang sangat nyata.
Dari penjelasan ayat di atas, dapat di simpulkan bahwa setiap
orang yang beriman harus beriman kepada Allah dari segala yang telah di
tetapkan oleh Nya. Aqidah adalah suatu keyakinan terhadap apa yang di
perintahkan Allah. Dalam islam, rukun iman berisi tentang hal-hal yang
harus mempercayai adanya malaikat, rasul, kita-kitab, hari akhir dan
percaya kepada qadha dan qadhar dari Allah. Dalam menanamkan
kepercayaan seperti yang telah dipaparkan, pendidik memiliki tanggung
jawab untuk memimpin dan mengarahkan anakn agar dapat berinisiatif
dan memiliki startegi, serta menanamkan keyakinan agama yang kuat pada
diri mereka sejak diri hari. Siswa yang di ajarkan tentang ajaran agama
Islam yang telah di berikan lebih dari sekedar ilmu pengetahuan, mereka
di ajarkan untuk mengemban ilmu ajaran islam yang kedepannya dapat
mereka terapkan dalam kehidupan seharfi-hari.
b. Akhlak
Akhlak berarti tabiat, atau sama artinya denganbudi pekerti. Dari
pandangan ini, ditegaskan bahwa moral tersebut sangat berkaitan dengan
bagaimana orang beraksi dan bertindak satu sama lain. Akhlak adalah ilmu
yang telah menjelaskan makna yang baik dan buruk, menjelaskan apa yang
24

harus di gapai dan mengungkapkan bagaiman caranya melakukan apa


yang harus di lakukan.
a) Akhlak kepada Allah
Allah menjelaskan dalam Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56
yang berbunyi :

٥٦ ‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬

Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Kementrian
Agama RI 2002)

Menurut Tafsir Al-Misbah, Dari Ayat di atas Allah


menciptakan Manusia dengan syarat harus beriman dan
menyembah serta beribadah pada Nya. Makanya manusia
memiliki kewajiban untuk mempunyai sikap tunduk kepada
Allah sebagai sang pencipta. Karena makhluk hidup pada
umumnya memiliki kewajiban kepada pencitanya.
Allah memberikan kepada mereka panca indra berupa
pendengaran, penglihatan, pemikiran dan perasaan adalh indera.
Seperti halnya di jelaskan Allah dalan Qur’an surah An-Nahl ayat
78 yaitu:

‫َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّوَجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر‬

٧٨ ‫َو اَاْلْفِٕـَد َة َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

Menurut Tafsir Tahlili, Allah telah menerangkan tentang


bagaimana dan apa yang di sebut dengan kegaiban dan keajaiban
yang sangat dengan manusi, yakni kesempurnaan dalam proses
perkembangan janin.

Yang ketiga Allah menyediakan sumber daya Selain itu,


fungsi-fungsi yang diperlukan untuk daya tahan manusia yang
25

meliputi makanan yang diproduksi dengan menggunakan bahan


nabati, air, udara, hewan dan kebutuhan lainnya. Allah berfirman
dalam Al-Qur'an surah Al-Jasiyah ayat 12-13 yaitu :

۞ ‫ُهّٰللَا اَّلِذ ْي َس َّخ َر َلُك ُم اْلَبْح َر ِلَتْج ِر َي اْلُفْلُك ِفْيِه ِبَاْم ِر ٖه َو ِلَتْبَتُغ ْو ا ِم ْن َفْض ِلٖه َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َۚن‬
‫ َو َس َّخ َر َلُك ْم َّم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِض َجِم ْيًعا ِّم ْنُه‬١٢

١٣ ‫ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن‬

Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, Al-Qur'an ini merupakan


penolong yang menunjukkan dan membimbing mereka ke jalan
yang benar. Terlebih lagi, orang yang menahan diri untuk tidak
mendapatkan Gurunya akan ditolak dan dianggap sebagai
penyiksaan yang sangat sulit.

b) Akhlak terhadap sesama manusia.


Menurut Asmaran, Islam memerintahkan pengikutnya
untuk mempraktikkan kebebasan mereka sendiri dan bertindak
wajar terhadap diri mereka sendiri. Islam mengatur
keistimewaan orang, orang lain, dan masyarakat agar tidak
terjadi bentrokan. Semua orang harus bekerja sama dalam
mengembangkan peraturan Tuhan. Kemudian etika terhadap
individu merupakan cara kita merealisasikan akhlak yang baim
untuk berkomuniaksi dengan orang lain.
Sesama manusia kita harus saling menasehati, ketika ada
teman yang sekiranya melenceng dari kehidupannya, kita
sebagai teman harus memberikan nasehat, serta
mengajarkannya hal yang baik. Menolong manusia lainnya
ketika harus menerima bantuan, bersikap adil jujur, tidak
meninggi diri karena meninggi dir akan membuat orang lain
beranggapan bahwa kita adalah umat yang angkuh dan
26

sombong, Allah berfirman dalam Qur’an surah Luqman ayat 18


yang berbunyi :

‫َو اَل ُتَص ِّعْر َخَّد َك ِللَّناِس َو اَل َتْم ِش ِفى اَاْلْر ِض َم َر ًح ۗا ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ْخ َتاٍل‬

١٨ ‫َفُخ ْو ٍۚر‬

Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, Selain itu, jangan sombong.


Cobalah untuk tidak mengabaikan orang-orang dengan sombong dan
jangan berjalan di muka bumi dengan egois. Bersikaplah rendah hati
tanpa henti terhadap semua orang. Tidak diragukan lagi, Allah dapat
melakukannya tanpa dan tidak memberikan kasih sayang-Nya kepada
orang-orang yang mementingkan diri sendiri dan bergembira atas diri
mereka sendiri.

c. Fikih
Fikih secara bahasa memiliki arti faham atau mengerti.
(T.M Hasbi Ash-Shidqy, 2005)
Allah berfirman dalam Qur’an surah At-
Taubah ayat 122 :
‫۞ َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّفًۗة َفَلْو اَل َنَفَر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُهْم َطۤا ِٕىَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهْو ا‬
١٢٢ ࣖ ‫ِفى الِّدْيِن َو ِلُيْنِذ ُرْو ا َقْو َم ُهْم ِاَذ ا َر َج ُع ْٓو ا ِاَلْيِهْم َلَع َّلُهْم َيْح َذ ُرْو َن‬
Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, Pada bagian
sebelumnya dijelaskan tentang pahala yang Allah janjikan kepada
orang-orang yang melakukan sesuatu yang bermanfaat. Bait ini
memberi makna akan pentingnya pembagian tugas kerja yang
diselaraskan dengan pernyataan bahwa tidak pantas bagi
penganutnya untuk berperang semua sehingga hal-hal yang
berbeda diabaikan. Mengapa tidak ada beberapa dari setiap
kelompok di antara mereka yang benar-benar mengembangkan
informasi ketat mereka dan memperingatkan mereka dengan
menyebarkan informasi ini kepada kerabat mereka ketika mereka
kembali dari perang atau tugas apa pun? Informasi ketat ini penting
27

agar mereka bisa menjaga diri. terlebih lagi, berhati-hatilah agar


tidak melakukan pelanggaran.
Secara bahasa, fiqh berasal dari kata faqaha ((‫ )فقه‬yang
berarti “memahami” dan “memahami”. Dalam ungkapan syar’i,
kajian fiqh disinggung sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-
hukum. amali syar'i (yang masuk akal) yang kepastiannya telah
diusahakan melalui beberapa reaksi pemahaman top to bottom atas
usulannya yang sangat rinci dalam Al-Qur’an dan hadis.
(Hasbi al-Shiddiqy, 1981)
Sedangkan pengertian Fikih menurut istilah adalah
:
‫مجموعة األحكام الشرعية العملية المكتسبة من أدَلتها التفصيلَي ة‬

Hukum syar’i yang di maksud dari hadis di atas adalah


kegiatan yang telah diberikan hukum yang sebenarnya dan diambil
dari syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kata 'amali
dalam pengertian tersebut tersirat sebagai penjelasan bahwa bidang
kajiannya adalah informasi yang hanya dikaitkan dengan kegiatan
'amaliyah atau mukallaf dan tidak mengecualikan keyakinan atau
i'tikad atau mukallaf. Sedangkan yang tersirat dalam seluk beluk
pertentangan adalah pertentangan-pertentangan yang terkandung
dan diperkenalkan dalam teks, yang tersendiri dan terfokus pada
suatu peraturan.

d. Sejarah Islam
Di dalam Kamus Umum Indonesi telah di sebutkan
Rangkaian pengalaman tersebut mengandung tiga implikasi, yaitu
asal usul atau titik tolak tertentu, peristiwa yang benar-benar terjadi
sebelumnya, serta ilmu pengetahuan, informasi atau dongeng
tentang peristiwa yang benar-benar terjadi. (W.J.S
Poerwadatminta, 1952)
Sebagaimana ditunjukkan dalam perspektif pendidikan
Islam, tujuan menampilkan sejarah antara lain:
28

1. Ujian dan mengambil motivasi dari semua kesempatan yang


dapat diverifikasi sehingga dalam ranah persekolahan, guru dan
buku sebagai semacam sudut pandang harus diarahkan pada
tujuan.
2. Mengkaji penampakan sunnatullah bagi individu dan segala usia.
Sunnah ini akan mempengaruhi individu di segala usia karena
sesuai dengan kepribadiannya.
Latar belakang sejarah peradaban Islam adalah setiap
peristiwa yang mampu dilakukan oleh manusia pada masa lampau
sebagai tanda atau wujud dari aktivitas umat Islam yang dilandasi
oleh hikmah Islam. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa yang
telah dilakukan oleh umat Islam sejak masuknya agama Islam
hingga saat ini merupakan sebuah penyelidikan terhadap latar
belakang sejarah kemajuan Islam.
Tempatan sejarah adalah sebagai suatu ilmu, khususnya
sebagai suatu disiplin ilmu yang berupaya mencari informasi apa
saja yang dapat diperoleh dari masa lalu. Misalnya saja masa lalu
masyarakat Islam. Disiplin ini sejajar dengan disiplin ilmu
sosiologi lainnya yang harus dilihat dari kualitasnya sebagai
informasi tentang masyarakat, seperti teori politik, ilmu sosial,
studi manusia, dan penelitian otak.
Peristiwa-peristiwa yang dialami umat Islam dipusatkan
pada umumnya, tidak hanya sekedar mengkaji sisi positifnya saja,
peristiwa-peristiwa yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia
juga harus menjadi penolong, misalnya saja titik-titik cinta,
keterbukaan dan penyempurnaan berbagai macam informasi yang
telah dicapai. Namun peristiwa buruk yang pernah dialami umat
Islam di masa lalu antara lain konflik antar individu umat Islam,
yaitu Perang Jamal dan Pertempuran Shiffin pada masa Khalifah
Ali Nin Abi Thalib, pembunuh dan kekuatan. di perebutkan. Itu
29

adalah pembelajaran yang dapat di ambil serta menjadi ibrah bagi


umat islam di zaman sekarang.

2.2.4 Ayat-ayat dalam Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan manusia untuk


menjalani hari-hari di dunia, dimana kita harus memperbaiki kecerdasan
kita untuk mengubah mindset anak bangsa tentang agama, dan dengan ini
kita dapat menyampaikanya dengan memberikan dalil-dalil ayat Al-Qur’an
berupa informasi mengenai pendidikoan Islam. Adapun ayat-ayat Al-
Qur’an yang mengandung Pendidikan Islam di antaranya yaitu :
1. Surah Al-‘Alaq ayat 1-5

٣ ‫ ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم‬٢ ‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق‬١ ‫ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق‬

٥ ‫ َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم‬٤ ‫اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم‬

Surah ini disepakati oleh para ulama telah turun di Mekkah


sebelum Nabi Muhammad SAW Hijrah. Lalu para ulama juga
sepakat bahwa Wahyu yang prtama kali turun adalah Surah
Al-‘Alaq yang terdiri dari 5 ayat.
(Muhammad Husainal At-Tabataba’i, n.d.)
. Lalu Ibnu Asyur memberikan pendapat yang
berbeda dari pernyataan di atas, yaitu Al-‘Alaq turun dengan 5 ayat
pada tanggal 17 Ramadhan yang di kutip oleh Quraish Shihab.
Pendapat ini lah yang kita pakai sekarang, dan banyak di setujui
juga oleh banyak ulama. (Quraish Shihab, 2004)
Menurut Ibnu Katsir, bahwa surah Al-‘Alaq ayat 1-5 ini
merupakan surat yang sangat sering di perbincangkan, karena
sebagai saksi bahkan sebagai bukti turunnya Al-Qur’an yaang lalu
di berikan kepada hamba-hambanya. Dan ini adalah sebagai
pegangan erat bahwa Islam resmi menjadi ajaran yang wajib di
taati oleh setiap manusia. Ini adalah suatu nikmat yang di berikan
Allah kepada hambanya sebagai Peringatan tentang proses awal
30

penciptaan manusia.
(Abu Fida Al-Hafiz Ibnu Katsir Al Dimisqi, n.d.)

2. Surah Al-Mujadalah ayat 11


‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم‬
‫َو ِاَذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفاْنُشُز ْو ا َيْر َف ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت‬
‫ِع‬
١١ ‫َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬

Ayat ini Maksudnya, jika di antara umat Islam ada orang


yang diminta oleh Kurir Allah untuk bangkit untuk memberikan
kesempatan kepada orang tertentu untuk turun, atau mereka
diminta keluar terlebih dahulu, maka mereka harus berdiri atau
keluar, karena Ia ingin memberikan penghargaan kepada orang-
orang tersebut, harus menjauh dari orang lain untuk memikirkan
hal-hal yang mendesak, atau menyelesaikan tugas-tugas yang harus
segera diselesaikan.

Dari bagian ini dapat dirasakan hal-hal sebagai berikut:

1. Para mitra berlomba-lomba mencari tempat yang dekat


dengan Kurir Allah agar tidak sulit mendengar perkataan
yang beliau sampaikan kepada mereka.

2. Permintaan untuk memberikan tempat kepada seseorang yang


baru saja muncul, merupakan usulan, jika memungkinkan,
untuk menciptakan rasa kekeluargaan di antara mereka yang
hadir.

3. Sesungguhnya setiap orang yang memberikan kesempatan


kepada pekerja Allah untuk melakukan hal-hal yang
bermanfaat, maka Allah juga akan memberinya tempat di
dunia dan di akhirat.
31

Memberikan ruang kepada individu Muslim dalam pergaulan


dan upaya untuk mencari kesederhanaan dan kebajikan, berusaha
memuaskan saudaranya, memberikan bantuan, dan lain-lain adalah
beberapa di antara hal-hal yang disarankan. Rasulullah saw. Beliau
bersabda:

‫ (رواه مسلم عن أبي هريرة‬. ‫َوُهللا ِفى َع ْو ِن اْلَعْبِد َم اَك اَن اْلَعْبُد ِفي َع ْو ِن َأِخ ْيِه‬

Dengan asumsi kita fokus pada arti dari refrain di atas,


maka ada ketentuan yang ditentukan dalam bagian ini, yaitu bahwa
orang-orang yang menghadiri suatu pertemuan, baik datang tepat
waktu atau terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, sarat
dengan persaudaraan dan perlawanan bersama. . Bagi individu
yang muncul lebih dulu, sebaiknya menempati tempat di depan,
sehingga individu yang datang belakangan tidak perlu melangkahi
atau membuat kesal individu yang sudah proaktif muncul. Bagi
individu yang datang lebih lambat dari waktu yang diharapkan,
biarkan mereka mengakui keadaan yang mereka alami, seperti
tidak mendapatkan tempat duduk. Hal ini tersirat oleh sabda Nabi
saw:

‫َال ُيِقْيُم الَّرُجُل الَّرُج َل ِم ْن َم ْقَعِدِه ُثَّم َيْج ِلُس ِفْيِه َو ٰل ِكْن َتَفَّس ُحْو ا َو َتَو َّس ُعْو ا‬.

(‫)رواه مسلم عن ابن عمر‬

Akhir bait ini bermakna bahwa Allah akan meninggikan


keadaan dengan orang-orang yang beriman, bertaqwa dan
akomodatif kepada-Nya, menunaikan perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, berupaya menciptakan lingkungan yang rukun,
aman dan tenteram di mata masyarakat. , serta individu mahir yang
menggunakan informasi untuk menjaga ekspresi Allah. Dari bagian
ini terlihat bahwa orang-orang yang paling tinggi derajatnya dalam
melihat Allah adalah orang-orang yang menerima dan mempunyai
32

informasi. Informasi ini dilatih sesuai dengan arahan Allah dan


Kurir-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui


segala apa yang dilakukan manusia, tidak ada sesuatu pun yang
disembunyikan dari-Nya. Ia akan memberikan upah yang adil
sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Perbuatan besar akan
dibalas dengan surga, sedangkan perbuatan yang cerdik dan haram
akan dibalas dengan azab neraka. (Tafsir Kementrian Agama RI)

3. Surah Shad ayat 29

٢٩ ‫ِكٰت ٌب َاْنَز ْلٰن ُه ِاَلْيَك ُم ٰب َر ٌك ِّلَيَّد َّبُر ْٓو ا ٰا ٰي ِتٖه َو ِلَيَتَذَّك َر ُاوُلوا اَاْلْلَباِب‬

Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya kitab Al-Qur'an yang


Kami turunkan kepadamu adalah kitab yang sarat dengan
anugerah. Kami telah mengungkapnya agar mereka dapat
menghayati dan memahami bait-baitnya sehingga orang-orang
yang berjiwa sehat dapat memanfaatkan otaknya untuk mengambil
manfaat darinya dan menetapkan apa yang dikandungnya sebagai
kejadian biasa.
Allah memahami bahwa Dia telah membuka Al-Qur'an kepada
Kurir Allah dan para penyembahnya. Al-Qur'an merupakan kitab
ideal yang berisi arahan yang sangat bermanfaat bagi umat
manusia. Arahan ini menuntun manusia untuk hidup sejahtera di
dunia dan berbahagia dalam kehidupan setelah kematian. Dengan
mempertimbangkan unsur-unsurnya, manusia akan menemukan
cara untuk mengendalikan manfaat kehidupan di planet ini. Bagian
dan cerita dari individu masa lalu menjadi contoh dalam mengejar
tujuan hidup dan menjauhkan diri dari rintangan dan hambatan
yang menghalangi mereka mencapai tujuan hidup. Al-Qur'an
dibuka dengan tekad untuk merenungkan isi-isinya, lalu
33

memahaminya dengan makna yang benar, lalu kemudian


mengamalkannya sebagaimana mestinya. Pemahaman yang benar
diperoleh dengan mengikuti arahan dakwah, dengan bantuan
informasi yang kita miliki, baik yang berhubungan dengan bahasa
maupun kemajuan masyarakat. Demikian pula, dalam memusatkan
perhatian pada petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam buku ini,
buku itu harus didasarkan pada arahan para misionaris dan
berupaya membumbui pertemuan mereka dengan informasi yang
muncul karena pertemuan dan pertimbangan mereka.

Ibnu Mas’ud mengatakan:

‫َك اَن الَّرُجُل ِفْيَنا ِإَذ ا َتَع َّلَم َع ْش َر َاَياٍت ِم َن اْلُقْر آِن لَم ْ َيَتَج اَو ْز ُهَّن َح َّتى َيْع َلَم َم ا‬
)‫ (رواه أحمد‬.‫ِفْيَها َو َيْع َلَم ِبَم ا ِفْيَها‬

Artinya : Orang-orang di antara kami apabila belajar


sepuluh ayat Al-Qur'an, mereka tidak pindah ke ayat lain,
sampai memahami kandungan sepuluh ayat tersebut dan
mengamalkan isinya.(Riwayat Ahmad)

4. Surah At-Taubah ayat 122

۞ ‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّفًۗة َفَلْو اَل َنَفَر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُهْم َطۤا ِٕىَفٌة ِّلَيَتَفَّقُهْو ا ِفى الِّدْيِن‬

١٢٢ ࣖ ‫َو ِلُيْنِذ ُرْو ا َقْو َم ُهْم ِاَذ ا َر َج ُع ْٓو ا ِاَلْيِه ْم َلَع َّلُهْم َيْح َذ ُرْو َن‬

Sesuai Tafsir Al-Misbah, pada bagian ini Allah memberi


pengertian bahwa tidak semua umatnya perlu berperang, jika
dengan sedikit keberuntungan beberapa umat Islam dapat
menyelesaikan konflik. Namun harus ada pembagian usaha di mata
masyarakat, ada yang terjun ke medan tempur, dan ada pula yang
harus mempelajari dan mengembangkan agama Islam, sehingga
hikmah agama itu dapat dididik secara seragam, dan dakwah dapat
34

diselesaikan dalam waktu dekat. cara yang lebih layak dan bernilai
sehingga ketabahan mental individu Islam dapat tergerak.

Konflik berarti mengatasi musuh-musuh Islam dan


mengamankan jalan ajaran Islam. Saat ini yang tiada habisnya
memusatkan perhatian pada ilmu-ilmu yang ketat bertujuan untuk
mendidik individu dan membina agama Islam, sehingga cenderung
tersebar dan dipersepsikan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, bagian ini memiliki kaitan erat dengan


refrein-reff sebelumnya, karena keduanya memberikan makna
hukum jihad, namun dalam berbagai bidang dan cara.

Individu yang mempunyai informasi hendaknya menjadi


penerang dan penuntun bagi sesamanya. Dia harus menyebarkan
wawasannya dan membimbing orang lain untuk mendapatkan
informasi juga. Selain itu, ia juga harus melatih wawasannya untuk
menjadi panutan dan teladan bagi orang-orang di sekitarnya dalam
tunduk pada prinsip dan hikmah yang ketat.

Dalam hal ini, para ulama Islam telah menetapkan suatu kaidah
yang berbunyi:

‫َم ا َال َيِتُّم اْلَو اِج ُب ِإَّال ِبِه َفُهَو َو اِج ٌب‬

Mengingat besarnya kemampuan ilmu pengetahuan dan


peneliti, beberapa negara Islam mengecualikan ulama (peneliti)
dan mahasiswa di universitas-universitas ketat dari bantuan militer,
sehingga pendidikan dan peningkatan ilmu pengetahuan dapat
terus berjalan sesuai harapan, kecuali ketika negara sedang dalam
keadaan darurat. menghadapi risiko besar yang harus dihadapi.
oleh seluruh lapisan masyarakat.

5. Surah Al-Baqarah ayat 31


35

‫ٰۤل‬
‫َو َع َّلَم ٰا َد َم اَاْلْس َم ۤا َء ُك َّلَها ُثَّم َع َر َض ُهْم َع َلى اْلَم ِٕىَك ِة َفَقاَل َاْۢن ِبُٔـْو ِنْي ِبَاْس َم ۤا ِء ٰٓهُؤ ۤاَل ِء ِاْن ُكْنُتْم‬

٣١ ‫ٰص ِدِقْيَن‬

Sesuai Tafsir Al-Misbah, refrein ini memberi makna bahwa


Allah SWT memperlihatkan Adam AS. nama, kewajiban dan
pekerjaan seperti Nabi dan Saksi, kewajiban dan kemampuan
sebagai kepala individu. Manusia memang binatang yang bisa
dididik (educable), padahal mereka harus dididik (educandus),
karena ketika baru dikandung, anak-anak manusia tidak bisa
berbuat apa-apa, pelengkap, otak dan jiwa mereka seperti namun
lemah. Namun setelah melalui sistem pendidikan, anak-anak
manusia yang tidak bisa berbuat apa-apa kemudian berkreasi dan
melalui pendidikan yang menyeluruh, manusia bisa melakukan apa
saja.

Adam adalah manusia utama dan belum ada manusia lain yang
memperlihatkannya, sehingga Allah dengan lugas memerintahkan
dan mendidiknya. Selain itu, Adam pun siap menjadi khalifah,
khususnya pionir di muka bumi. Bagaimana pun, cara Allah dalam
mendidik dan mendidik Adam tidak menyukai manusia yang saling
mencontohkan, namun dengan mendidik secara lugas dan
memberinya kesempatan untuk menumbuhkan daya nalarnya
sehingga ia dapat mengetahui setiap nama-nama yang ada di
hadapannya.

Setelah Dia menunjukkan nama-nama ini kepada Adam, Allah


menunjukkan benda-benda itu kepada para rasul suci dan Dia
meminta mereka untuk menyebutkan nama-nama benda yang telah
diajarkan kepada Adam namun ternyata mereka tidak dapat
menyebutkannya. Hal ini untuk menunjukkan terbatasnya
informasi pada para rasul surgawi agar mereka mengetahui
keutamaan Adam sebagai manusia atas mereka, sehingga mereka
36

mengetahui tingkat keilmuan Allah dalam memilih manusia


sebagai khalifah. Hal ini juga menunjukkan bahwa posisi khalifah,
khususnya dalam mengatur semua hal dan menjaga kebenaran dan
keadilan di planet ini, memerlukan banyak informasi, kapasitas,
dan kekuatan spekulasi yang sangat terasa.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Latar Penelitian

Latar Penelitian dalam hal ini menyangkut kedalam Alokasi waktu,


tempat, hal yang di amati serta keadaan saat meneliti. Peneliti melakukan
kajian terhadap Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kitab Dzam Al-Hawa
karya Ibnu Al-Jauzi. Jadi peneliti menggunakan Library Research yakni
jenis penelitian menyeluruh terhadap bahan pustaka terkait dengan apa
yang dilakukan sebagai bagian dari studi yang mengatasi suatu masalah
yang sering dikenal dengan tinjauan pustaka atau penelitian pustaka.
Dalam hal ini peneliti menggali informasi denagn menggunakan buku
Dzam Al Hawa karya Ibnu Al-Jauzi sebagai buku panduan untuk
mendapatkan informasi seputar Nilai Pendidikan Islam.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan peneliti dalam kajian ini adalah Buku Dzam Al-
Hawa karya Ibnu Al-Jauzi yang merupakan metode library research. Dan
ada dua sumber yang di ambil untuk meneliti, yaitu
1. Sumber Data Primer
Agar informasi tertentu diperoleh dari sumber-sumber khusus yang
memuat data-data pokok atau informasi hasil pemeriksaan, untuk itu
sumber utama yang digunakan analis adalah buku Dzam Al-Hawa
karya Ibnu Al-Jauzi.
2. Sumber Data Skunder
Khususnya sumber informasi yang membantu buku utama dan
berhubungan dengan objek ujian. Dalam acara ini, pakar
memanfaatkan sumber-sumber data skunder yang terdiri dari buku-
buku, jurnal, artikel serta penelitian terdahulu yang di tulis dan di

39
40

terbitkan sebagai suatu penelitian yang akan mendukung argumen-


argumen agar saling terpenuhi pendat semua para ahli dan di
cntumkan di penulisan ini.

3.3 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono, pengertian dari Metode Penelitian adalah cara


ilmiah untuk mendapatkan data agar dapat di deskripsikan, di buktikan,
dikembangkan serta dapat di kemukakan teori, dan teori tersebut dapat di
pecahkan, mendapatkan solusi serta dapat menjadi pedoman bagi hidup
manusia. (Sugiyono, 2014) . Pada kesempatan ini, Peneliti menggunakan
metode penelitian Library Reseach atau metode kepustakaan.
Library Research merupakan jenis oenelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif tidak mengolah data dari angka, atau dapat di katakan atau dapat
mendapatkan informasi dari dari olahan data yang akan merangkai suatu
proses kerja dengan mencocokkan data tersebut sesuai dengan data di
lapangan, ini biasa disebut dengan penelitian kuantitatif. Sedangan metode
penelitian kualitatif adalah teknik pengumpulan data yang bersumber dari
data yang sudah real yang bersumber dari buku, jurnal bahkan artikel dan
pengalaman terdahulu.
Library Research ini menggali informasi yang objeknya bersumber
dari buku, jurnal ilmiah yang akan di padu padankan pendapat, sehingga
masalah tersebut bisa terpecahkan dan dapat di mengerti apa yang tidak di
mengerti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data Yang digunakan para ilmuwan dalam


penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu
mencari data, mengumpulkan informasi dengan melihat catatan harian dan
mensurvei sumber informasi yang dirujuk dalam proklamasi di atas.
41

Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam eksplorasi pustaka ini


adalah :
a. Peneliti membaca dan mencari informasi yang berkaitan dengan tema
dan tujuan penelitian pada buku utama yaitu kitab Dzammul Hawa.
b. Menambahkan dalil-dalil serta hadist yang berkaitan dengan point
yang telah di ambil dari kitab Dzam Al-Hawa.
c. Menghubungkan sumber utama dengan buku-buku , jurnal, artikel
yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
d. Menggabungkan tujuan penelitian dengan sumber yang di dapat lalu
temukan inti dari permasalahannya.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah prosedur untuk mengumpulkan informasi


dari beberapa buku dan sumber lain secara metodis sehingga orang lain
dapat mengerti dan memahami serta dapat merealisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Lalu, dengan menggunakan pendekatan menganalisis
konten, yang dimana prosedut lebih menekankan pada pemberian terkhusus
dari ide-ide dibalik beberapa pernyataan dan melakukan analisis dari data
yang diperoleh.
Menurut Weper dan Moleong, “peneliti konten adalah suatu strategi
penelitian yang menggunakan berbaik teknik untuk menghasilkan hasil yang
akan di dapat” metode ini yang paling bahyak di terapkan dalam berbagai
kajian teks tertulis maupun tidak tertulis. Data adalah sumber data yang akan
dipilih sebagai bahan dasar untuk menganalisis masalah. Selain itu, dalamm
pendekatan itu, buku-buku dalan bidang yang sama dapat dikontraskan satu
sama lain, baik dari segi perbedaan gaya dalam penulisan maupun dari segi
seberapa baiknya meraka melayani publik atau khalayak sasaran utama
tertentu.
42

Dalam content anlysis ini dapat dilakukan beberapa langkah-langkah


yaitu:
1) Perhatikan buku dasar yang akan menetapkan norma isi buku
di bidang penggunaan hipotetis dan membumi.
2) Menyelesaikan eksplorasi untuk menentukan teknik yang akan
diambil, apakah dilakukan pada keseluruhan butir dalam buku,
bagian demi bagian, artikel demi artikel, mengisolasi outline
dari teks, dan sebagainya. Melakukan kontemplasi dengan
membandingkan beberapa penilaian peneliti .
3) Sorotan pada penetapan karena penyelidikan yang
menyangkut pemeriksaan yang sangat penting sebagai
penjabaran butir-butir buku, baik secara umum maupun bagian
demi bagian.. (Soejono & Abdurrahman, n.d.)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Biografi Ibnu Al-Jauzi


4.1.1 Nama, Kelahiran dan Sifatnya
Ibnu Al-Jauzi memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Ali
bin Muhammad bin Ali bin Ubaid bin Abdillah bin Haamadi bin
Ahmad bin Muhammad bin Ja’far bin Abdillah bin Al-Qasim bin
A-Nadhr bib Al-Qasim bin Muhammad bin Abdullah Al-Faqih
Al-Qasim bin Muhammad bin Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
Al-Baihaqi Al-Hambali Al-Wa’izh.
Beliau lahir pada tahun 506 H, ada juga beberapa ulama
mengatakan bahwa Ibnu Al-Jauzi dilahirkan pada tahun 510 H.
Al-Muwaffaq Abdullatif mengatakan Ibnu Al-Jauzi adalah
seorang yang rupawan, hebat dalam hal kepribadian, suara merdu,
perkembangan yang ramah, dan obrolan konyol yang dapat
melibatkan teman-temannya. Pakaian yang biasa dikenakannya
adalah pakaian terbaik yang terbuat dari bahan berwarna putih,
halus dan harum sekali. Ia mempunyai otak yang bijaksana,
penalaran yang tegas, dan pemahaman yang luar biasa.
Seperti yang diungkapkan Muhammad Canister Abdil Jalil
Al-Mauqani, ia pernah meminum jus dari buah Baladzar. Oleh
karena itu, rambut di wajahnya rontok dan hanya tersisa sedikit.
Kemudian, bulu wajah tersebut dibersihkan hingga berwarna
gelap hingga meninggal. (Siyaru A’lam an-Nubala’ 21/378)
4.1.2 Tabiat Ibnu Al-Jauzi
Ibnu Al-Jauzi dikenal sebagai orang yang piawai dalam
memberikan nasihat. A-Hafidz Ibnu Katsir menyatakan bahwa,
“Ibnu Al-Jauzi memiliki keunggulan bidamg ceramah yang tidak
akan bisa di kalahkan oleh siapapun yang ingin
melampauinya.kepiawaiannya tidak tertandingi dalam bidang ini,

43
44

baik dari segi metode penyampaian, pemilihan kata, kefasihan


dalam berbicara, ketinggian kajian bahasa, serta pendikatan
terhadap sesuatu yang asing”

4.1.3 Guru dan Murid Ibnu Al-Jauzi


Abu Dhahabi mengatakan “Guru-guru Ibnu Al-Jauzi
adalah Abu Al-Qasim bin Al-Hushain, Abu Abdillah AlHusain bin
Muhammad Al Bari’, Ali bin Abdil Wahid Ad Dainuri, Ahmad bin
Ahmad Al-Mutawkkili, Ismail bin Abi Shaleh Al-Muadzdzin, Al-
Faqih Abu Al-Hasan bin Az-Zaghuni, Hibatullahbin ath Thabari
Al-Hariri, Abu Ghalib bin Al-Banna’, Abu Bakar Muhammad Al
Husain, Abu Ghanlib Muhammad bin Al-Hasan Al-Mawardi, Abu
Al-Qasim Abdullah bin Muhammad Al-Asbihani Al-Khatib, Al-
Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdil Baqi Al-Anshari”. Dan
ada juga Guru-guru lainya sebanyak 80 orang.
Adz-Dzahabi mengatakan bahwa murid Ibnu Al-Jauzi
adalah “Muhyiddin Yusuf (yang merupakan anaknya seorang
guru besar di Daar Al Mu’tasyim Billah), Ali An Nasikh (anaknya
yang paling besar) Al-Waizh Syamsuddin Yusuf bin Farghali Al-
Hanafi (yang erupakan cucunya penulis Mi’raz Az-Zaman), Al-
Hafiz Abdul Ghani, Syeikh Muawaffaquddin Ibnu Qudamah, Ibnu
Dubaitsi, Ibnu An-Najar, Ibnu Khalil, Adh..Dhiya’, Al..Yaldhani.
(Suyaru a’lam an nubala’; 21/367)

4.1.4 Kitab dan Karyanya

Di antara karya-karyanya yang pernah di cetak di


antaranya;

1. Nawaasikul Quraan
2. Zaadul Masirfii ‘Ilmit Tafsir
3. Dzammul Hawa
45

4. Talqih Fuhum Ahlil Atsar


5. Shifatus Shofwa
6. Shaidul Khatir
7. Al-Qushshashwalmudzakkirun
8. Al-Mishbahul Mudhi’
9. Al-Muntaazham Fii Tariikhil Muluk wal Umam
10. Al-Maudhuuaat
11. Al-;illaul Mutanaahiyah fill Aahaadits Al-Wahiyah
12. Nuzhatul A’yunan Nawazhir Fii Ilmi wujuh Wan Nazha ir

4.1.5 Wafat

Ibnu Al-Jauzi wafat di kota Baghdad pada Jum’at 12


Ramadhan 597 H, tepatnya pada waktu sore di antara Maghrib
dan Isya dan di makamkan dekat dengan makam Imam Ahmad
bin Hambal. Saat mendengar kabar meninggal Ibnu Al-Jauzi,
orang-orang merasa gelisah dan pintu-pintu pasarpun di tutup.
Jenazahnya di hadiri oleh banya masyarakat pada waktu itu. Di
junjung di atas kepala lautan manusia yang menghantarkan
jenazah ke masjid Jami’ Al-Manshur untuk di semayamkan.

Salat jenazah dipimpin oleh anaknya sendiri, Al-Qasim Ali


karena ulama dan para tokoh penting salat pada shaf terdepan di
antara lautan manusia yang ada di masjid. Pada saat Ibnu Al-Jauzi
wafat, bertepatan saat musim panas pada bula Ramadhan.

4.2 Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kitab Dzam Al-Hawa


karya Ibnu Al-Jauzi
Sesuai dengan Batasan masalah yang telah penulis tetapkan,
disini penulis akan membahas dan menganalisis Nilai-Nilai
46

Pendidikan Agama Islam dalam Kitab Dzam Al-Hawa karya Ibnu


Al-Jauzi kedalam 3 pembagian Pembahasan, yaitu

4.2.1 Menjaga Pandangan

Ibnul Hushain mengabarkan kepada kami, ia mengatakan


bahwa Ibnul Mundzib mengabarkan pada kami lalu ia berkata
Ahmad bin Ja’far mengabarkan kepada kami, ia berkata Abdullah
bin Ahmad bin Hambal bercerita kepada kami, ia berkata bapakku
bercerita kepadaku, ia berkata Yahya bin Ishaq bercerita kepada
kami, ia berkata, Hammad bin Salamah bercerita kepada kami, dari
Muahammad bin Ishaq dari Muhammad bin Ibrahim, dari Salaah,
dari Abu Ath-Thufail, dari Ali, ia berkata Rasulullah bersabda;
” Jangan kamu susul satu pandangan mata dengan
pandangan berikutnya, karena milikmulah yang pertama dan bukan
milikmulah yang kedua”
Ketahuilah Allah memberikan taufik kepadamu,
sesungguhnya pandangan adalah pembawa berita bagi hati.
Pandangan menyampaikan berita dan hal-hal yang dilihatnya,
mengukir rupa-rupanya ke dalamnya dan juga pikiran berputar
sehingga menyibukkannya dari fikiran tentang hal-hal yang
bermanfaat di akhirat. Allah berfiman dalam dalam surah An-Nur
ayat 30 yang berbunyi;
‫ُقْل ِّلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َيُغ ُّض ْو ا ِم ْن َاْبَص اِرِهْم َو َيْح َفُظْو ا ُفُرْو َج ُهْۗم ٰذ ِلَك َاْز ٰك ى َلُهْۗم ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر ِبَم ا َيْص َنُعْو َن‬
47

Menurut Tafsir Al-Mishbah, Pada ayat ini Allah


memerintahkan Kurir-Nya dan orang-orang yang menerimanya,
agar mereka memantau dan membatasi pandangan mereka dari hal-
hal yang haram untuk mereka lihat, kecuali hal-hal tertentu yang
boleh mereka lihat. Jika secara kebetulan atau tidak sengaja
pandangan mereka terpusat pada sesuatu yang dilarang, mereka
segera mengalihkan pandangan mereka untuk berusaha tidak
melihat hal-hal yang haram.
Selain itu, Allah meminta Kurir-Nya untuk memerintahkan
kepada laki-laki penerima agar mereka melindungi organ
reproduksinya dari demonstrasi tidak etis seperti perselingkuhan,
homoseksualitas, dll. Ungkapan Nabi Muhammad SAW yang
dijelaskan oleh Ahmad.
ِ ‫اْح َفْظ َعْو َر َتَك ِاَّال ِم ْن َز ْو َجِتَك َاْو َم ا َم َلَك ْت َيِم ْيُنَك‬

Melindungi mata dari melihat hal-hal yang haram dan


menjaga aurat agar tidak melakukan perselingkuhan atau
homoseksual adalah kegiatan yang agung dan sakral, baik bagi
jiwa maupun agama.

Allah berpesan kepada Kurir-Nya untuk mengingatkan para


penerima wanita agar tidak melihat barang-barang yang tidak halal
bagi mereka, seperti bagian rahasia laki-laki atau perempuan,
terutama antara bagian tengah dan lutut bagi laki-laki dan seluruh
tubuh bagi perempuan. Demikian pula mereka diminta untuk
menjaga kemaluannya (farji) agar tidak terjerumus ke dalam
lembah kekafiran, atau terlihat oleh orang lain..

Sabda Rasulullah Saw.


‫َع ْن ُاِّم َس َلَم َة َأَّنَها َكاَنْت ِع ْنَد َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو َم ْيُم ْو َنُة َفَأْقَبَل اْبُن‬
‫ُاِّم َم ْكُتْو ِم َفَد َخ َل َع َلْيِه َو ٰذ ِلَك َبْع َد َم ا َأَم َر َنا ِباْلِح َج اِب َفَقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى هللاُ َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
48

‫ِاْح َتِج َبا ِم ْنُه َفُقْلُت َياَر ُسْو َل ِهللا َأَلْيَس ُهَو َأْع َم ى َال ُيْبِص ُرَنا َو َال َيْع ِرُفَنا ؟ َفَقاَل َر ُسْو ُل ِهللا‬
‫ رواه ابو داود والترمذى‬. ‫َص َّلى ِهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْو ُع ْم ًياَو ِاْن َأْنُتَم ا َأَلْس ُتَم ا ُتْبِصَر اِنِه ؟‬
Dari Ummu Salamah, bahwa ketika dia dan Maimunah
sedang dekat dengan Kurir Allah, Abdullah wadah Umi Maktum
datang dan pergi ke tempat Nabi (sekitar saat itu ada permintaan
hijab). Kurir Allah meminta Ummu Salamah dan Maimunah untuk
mengambil perlindungan (memakai jilbab) dari wadah Abdullah
Umi Maktum, Ummu Salamah berkata, Wahai Kurir Allah, apakah
dia akan mengatakan bahwa dia tunanetra dan tidak memiliki
gagasan yang paling berkabut dan mengenal kami ?, jawab
Rasulullah, apakah kalian berdua tunanetra dan tidak dapat
melihatnya? (Sejarah Abu Dāud dan at-Tirmidzi)
Selain itu, wanita juga diharapkan menutup kepala dan
dada dengan jilbab, sehingga rambut, leher, dan dada tidak terlihat.
Mengingat kecenderungan wanita untuk menutup kepala namun
menarik kain kafan ke belakang sehingga leher dan sebagian dada
terlihat, hal ini biasanya diharapkan oleh wanita yang tidak sadar.
Selain itu, wanita juga dilarang memperlihatkan
permatanya kepada orang lain, kecuali benda-benda yang tidak
boleh ditutup-tutupi, seperti cincin, eyeshadow, henna, dan lain-
lain. Berbeda dengan gelang tangan, gelang kaki, aksesoris,
mahkota, syal, lingkaran. , yang semuanya dilarang untuk
diperlihatkan, karena terdapat pada bagian-bagian tubuh yang
penting bagi alat kelamin perempuan, karena barang-barang
tersebut terdapat pada lengan, betis, leher, kepala, dan sebagainya.
pada. lebih jauh lagi, telinga yang tidak boleh dilihat orang lain.
Perhiasan ini hanya boleh dilihat oleh pasangannya,
padahal pasangannya boleh saja melihat seluruh bagian tubuh
pasangannya, ayahnya, ayah dari pasangannya (dalam peraturan),
anak-anaknya, anak-anak dari pasangannya, dia sanak saudaranya,
anak dari saudara-saudaranya, anak-anaknya. saudara
49

perempuannya, karena kedekatan mereka, karena jarang terjadi


sesuatu yang tidak patut terjadi pada mereka. Demikian pula
perhiasan dapat dilihat oleh individu perempuan muslim, atau
pekerja yang dimilikinya, atau pekerja laki-laki/pengurus rumah
tangga yang sebenarnya menginginkan perempuan, baik karena
sudah tua, lemah, atau karena auratnya sudah ada. telah dipotong.
Perhiasan juga bisa diperlihatkan dan dilihat oleh remaja yang
belum paham tentang alat kelamin wanita, sehingga hasrat tersebut
tidak akan muncul karena belum mempunyai nafsu terhadap
wanita.
Selain perempuan dilarang memperlihatkan permata,
mereka juga dilarang menginjakkan kakinya, untuk
memperlihatkan atau memperlihatkan perhiasan yang
dikenakannya yang seharusnya ditutup-tutupi. Wanita-wanita ini
sering kali dengan sengaja memasukkan sesuatu ke dalam gelang
kaki mereka, sehingga mereka mengeluarkan suara saat berjalan,
bahkan dengan santai, agar terlihat jelas. Karena orang-orang
tertentu kadang-kadang lebih tertarik pada suara yang jelas
daripada benda aslinya, meskipun benda itu ada di betis wanita.
Pada akhirnya Allah memerintahkan agar manusia meminta
maaf dan bangun serta menaati dan setia menjalankan perintah-
Nya, menjauhi larangan-Nya, seperti membatasi pandangan,
menjaga privasi, tidak memasuki rumah orang lain tanpa izin dan
menyampaikan kabar baik, dengan asumsi mereka melakukan hal
tersebut. mereka akan bahagia baik di planet ini maupun di akhirat.
Ibnu Al- Jauzi mengatakan bahwa Ketahuilah,
bahwasannya Allah selalu memebimbingmu bagaikan seorang
reporter yang selalu mengikuti targetnya dan memberikan
informasi. Kemudian informasi itu di olah dan digambarkan
setelahnya lalu muncullah suatu gambaran di pikiran dan pikiran
inilah yang akan membawa manusia kepada jalan yang benar
50

menuju akhirat. Tapi sebaliknya, apabila manusia salah


menggunakan pikiran tersebut dan malam menggunakan pikiran
ke jalan yang salah, maka jalan akan menanggung akibatnya di
akhirat kelak.
Karena pandangan mata adalah pemicu dari tumbuhnya
godaan nafsu di dalam hati, maka syariat memerintahkan agar
manusia menhannya dan melihat perkara-perkara yang memiliki
dampak bahaya. Jika manusia tidak melalukan yang Allah
perintahkan, padahal ia mengetahui bahwasannya Allah
melarangnya dalam mengikuti godaan nafsu jahat, maka kamu
akan mendapatkan apa yang pantas kamu dapatkan.
Ibnu Al- Jauzi mengatakan, pada saat itu Abul Hasan bin
Ahmad bin Jahsyawaih Al-Harbi yang setiap kalinya berjalan
keluar pasti di kepalanya terpasang sehelai kain, yang berfungsi
untuk menjaga pandangannya agar tidak lepas kontrol. Suatu
ketika, ia bertamu kerumah saudarinya lalu ia melihat ada
keramaian sekelompok wanita. Dan ia berkata, “suruh keramaian
itu menjauhiku agar aku tidak melihat mereka”.

Pada suatu hari, ada seseorang yang melihat wanita, lalu


wanita itu membuatnya jatuh hati padanya dan rasa cintaku
padanya semakin kuat. Maka jiwaku membisikku, “engkau dalam
musibah besar karena di uji oleh sesuatu yang belum jelas bagimu,
sebab pandangan pertama belum dapat menggambarkan suatu
hbungan yang pasti, karena saat memandang, kamu belum
mengetahui sifat buruk dan baik dari wanita itu, mengapa kamu
tidak memandangnya lagi? Bukankan dengan memandangnya lagi
untuk memastikan dan hatimu juga akan lega”
Menurutmu, bagaimana bisa bisikan jiwa bisa seperti ini?
Aku menjawab, “Bisikan itu tidak boleh kamu turuti,
karena empat hal;
51

Pertama, pandangan kedua itu tidak halal.


Kedua, jika kamu memandangnya lagi, kemungkinan besar
rasa merana yang kamu rasakan akan semakin parah. Karena yang
membuat kamu terkesima dalam pandangan pertama itu karena
kecantikannya. Mengapa kamu mengambil resiki dengan
memandangnya sekali lagi? Bisa jadi yang kamu lihat nanti akan
lebih dari yang kamu lohat dari yang pertama, dan membuat
hatimu tersiksa.
Ketiga, ketika kamu hendak melihatnya lagi, disitulah iblis
bermain dengan membuat kamu semakin terobsesi dengan objek
yang kamu lihat menjadi terlihat lebih cantik, padahal sebenarnya
tidak. Setelajh itu kamu tidak akan di tolong Allah yang sudah
pasti akan terjauh.
Keempat, kamu sedang berada di bawah naungan Allah
dengan cara meinggalkan perkara yang kamu sukai. Sementara itu
kamu memuaskan keinginanmu sehingga ketika aapa yang kamu
pandang tidak kamu sukai lagi, maka kamu meninggalkannya.
Dengan begitu, kamu meninggalkannya karena sudah tidak seuai
dengan keinginanmu, bukan karena Allah.
Ketahuilah, Allah melimpahkan taufik kepadamu,
bahwasannya jika kamu mematuhi apa yang ia perintahkan berupa
menjaga pandangan pertam kali, maka kamu akan selamat dati
semua mara bahaya. Jika kamu mengulang-ulang pandanganmu,
maka pandanagn itu akan tertanam dan akan kesulitan untuk
mencabutnya. Jika kamu telah mengalami seperti itu, maka
pengobatannya adalah menjaga pandangan setelah itu memutus
keinginan-keinginan dengan cara menutup pandangan. Jika sudah,
maka pengobatan terhadap penyakit yang sudah ada dalam hatim
akan mudah. Hal itu karena ada aliran banjir, kemudian arirannya
tertutup maka genangan sisa banjir tersebut akan cepat mengering.
Tidak ada pengobatan terhadap penyakit di hati yang lebih kuat
52

dari pada memutus sebab-sebabnya. Kemudian mecegah pola pikir


tentng takut akan siksan Allah. Ketika kamu mengamalkan
pengobatan ini, maka dekatkanlah harapan-harapan
keselamatanmu. Dan jika kamu membiarkan hasrat, maka hasrat
ini akan naik ke tingkat yang lebih tekad, kemudian tekad
menggerakkan anggota-anggota tubuh.

4.2.2 Bergaul dengan Lawan Jenis

Rasulullah bersabda,
“Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan
perempuan dan janganlah perempuan berpergian kecuali
bersama dengan mahramnya”
Dari Hadist tersebut, Ibnu Al-Jauzi menjelaskan bahwa saat
seorang laki-laki bergaul dengan perempuan apapun bisa saja
terjadi, meskipun dalam hal yang jauh dari kegiatan yang negatif,
tapi tidak menutup kemungkinan untuk dipastikan tidak
bersentuhan, membahas sesuatu yang negatif, duduk berdekatan
dan jika berduaan dengan yang bukan muhrim bisa di pastikan
pasti nafsu akan meraja lela, mulai dari fikiran yang mengkosep
apa yang akan di lakukan, lalu menimbang apaka akan melakukan
atau tidak, dan pada akhirnya tindakan pun terjadi, tangan dapat
menyentuh, batin dapat merasakan serta nafsu pun menguasai
pikiran dan akal, sehingga tak terhentikan.
Memang saat kita bergaul dengan lawan jenis, saat
membahas atau sharing ilmu pengetahuan, kita bisa mendapatkan
ilmu, mendapatkan wawasan, membuka fikiran yang dapat
menambah sumber pendidikan. Tapi di balik itu semua kita juga
bisa terjerumus kedalam hal yang tidak di ingninkan. Allah
berfirman dalam Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13,
53

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬
‫َخ ِبْيٌر‬

Dalam ayat ini, Masuk akal bahwa Tuhan menciptakan


manusia dari laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa) dan
menjadikan mereka berbangsa, bersuku, dan berbeda warna kulit,
bukan untuk saling mencela, melainkan agar mereka saling sadar
dan membantu. . Allah dapat hidup tanpa orang-orang yang
menunjukkan egoisme dalam silsilah, kedudukan, atau
kekayaannya, mengingat orang yang paling mulia di antara
manusia dalam memandang Allah hanyalah orang yang umumnya
bertaqwa kepada-Nya.

Kecenderungan manusia untuk melihat kebesaran selalu


dikaitkan dengan identitas dan kelimpahan. Padahal, sebagaimana
petunjuk Allah, orang yang paling terhormat adalah orang yang
pada umumnya beriman kepada-Nya. (Tafsir Al-Mishbah)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa ia


berkata:

‫َطاَف َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َلى َر اِح َلِت ِه اْلَقْص َو اِء َي ْو َم اْلَفْتِح َو اْس َتَلَم‬
‫الُّر ْك ُن ِبِم ْح َجِنِه َو َم ا َو َج َد َلَها ُم َناًخ ا ِفى اْلَم ْس ِج ِد َح َّتى ُأْخ ِر َج ْت ِإَلى َبْطِن اْل َو اِد ِّي َف ُأِنْيَخ ْت ُثَّم‬
‫ َأَّم ا َبْعُد َأُّيَها الَّناُس َف ِإَّن َهللا َق ْد َأْذ َهَب َع ْنُك ْم ُع ِبَّي َة اْلَج اِهِلَّي ِة َي ا‬: ‫َحِم َد َهللا َو َأْثَنى َع َلْيِه ُثَّم َقاَل‬
‫ ِبٌّر َتِقٌّي َك ِرْيٌم َع َلى َر ِّب ِه َو َف اِج ٌر َش ِقٌّي َهِّيٌن َع َلى َر ِّب ِه ُثَّم َتَال‬: ‫َأُّيَها الَّناُس ِإَّنَم ا الَّناُس َر ُج َالِن‬
‫(َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُأْنَثى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعْو ًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفْو ا) َح تَّى َقَر َأ اآلَي َة‬
)‫ َأُقْو ُل َقْو ِلى َهَذ ا َو َاْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم ) (رواه ابن حبان والترمذي عن ابن عمر‬: ‫ُثَّم َقاَل‬

Nabi melakukan tawaf pada untanya yang telinganya cacat


(agak terpotong) setibanya di Fat Makkah (Kemerdekaan Mekah).
Kemudian, pada saat itulah dia menyentuh tiang penyangga Ka'bah
dengan tongkat yang ujungnya melengkung. Dia tidak dapat
menemukan tempat untuk menggerakkan untanya di masjid
54

sehingga dia membawa unta itu ke lembah dan berlari ke sana.


Kemudian Kurir Allah memuji Allah dan memuji-Nya, lalu
kemudian berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah
menghilangkan darimu sifat egois dan keangkuhan karena lupa.
Wahai manusia, sesungguhnya ada dua macam manusia: orang-
orang yang mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, bertaqwa, dan
terhormat dalam melihat Penguasanya. Terlebih lagi, orang-orang
yang durhaka, menyedihkan dan menjijikkan dalam melihat
Gurunya. Kemudian dia membacakan sampai batas terjauh bait
tersebut, lalu berkata, “Ini itulah yang aku ucapkan, dan aku
mohon ampun kepada Allah untuk diriku sendiri dan kamu.
(Sejarah At-Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Yang pasti, Allah Maha Toleran terhadap penyesalan,


Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam ruh dan otak
manusia. Di penghujung refrein, Allah menyatakan bahwa Dia
Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dalam hati manusia
dan mengetahui segala aktivitasnya.

Ibnu Al-Jauzi mengatakan, Maka berhati-hatilah saudariku,


jangan coba-coba kamu mendekati sebuah petaka yang akan
mendatakangkan keburukan bagimu. Orang-orang yang berdekatan
dengan fitnah maka akan sulit dengan untuk selamat darinya. Maka
berjauhlah saat kamu sudah akan dekat dengan fitnah tersebut,
sebagaimana saat kamu hati-hati disertai dengam selamat,
berdekatan dengan fitnah disertai dengan musibah yang akan
menimpamu. Sedikit sekali orang yang selamat dari fitnah.
Bagaimanapun dia tidak akan selamat walaupun hanya sekedar
memikirkan, dan membersihkannya dalam hati. Yang jelas, ia tidak
akan selamat dari fikiran, angan-angan, hawa nafsu dan akhlak
yang tercela.
55

4.2.3 Zina
Ketahuilah bahwasannya zina termasuk kedalam dosa
besar, namun zina itu bertingkat-tingkat, satu tingkatan terkadang
lebih berat dosanya dari tingkatan yang lainnya. Zina yang paling
berat adalah saat laki-laki dan perempuan masih ada hubungan
mahram tetapi mereka melakukan hubungan saat tercampurnya
sperma dan nasab. Begitu juga seorang laki-dan perempuan yang
belum halal, seorang laki dengan istri orang, seorang wanita
dengan suami orang.
Allah berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 32,

‫َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز ٰن ٓى ِاَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًةۗ َو َس ۤا َء َس ِبْياًل‬

Manurut Tafsir Al-Mishbah, Larangan melakukan


perselingkuhan dikomunikasikan dengan melarang menuju ke arah
perselingkuhan untuk memberikan kesan yang masuk akal bahwa
dalam keadaan apa pun, menuju ke arah perselingkuhan tidak dapat
diterima, apalagi melakukannya. Dengan pengungkapan seperti ini,
pasti ada yang ingin memahami bahwa larangan melakukan
perselingkuhan itu merupakan larangan yang berat sehingga
memang harus dijauhi.

Yang dimaksud dengan perselingkuhan adalah hubungan


seks antara laki-laki dan perempuan di luar nikah, tanpa
memandang apakah laki-laki atau perempuan itu melakukan
hubungan badan secara halal, dan bukan karena percampuran.

Pada bagian di atas, Allah SWT melarang pekerja-Nya


bergerak ke arah demonstrasi kekafiran. Artinya melakukan
perbuatan-perbuatan yang mengarah pada perselingkuhan,
misalnya kecerobohan tanpa kendali di kalangan masyarakat,
membaca tulisan animasi, menonton drama dan film yang memiliki
56

kualitas membangkitkan gairah wanita, serta menyebarkan hiburan


seksual dan aktivitas cabul. Inilah yang terjadi bermanfaat bagi
perselingkuhan.

Kemudian Allah memberikan motivasi yang


melatarbelakangi mengapa kekafiran diharamkan. Penjelasan yang
dirujuk pada akhir bagian ini adalah karena perselingkuhan
sebenarnya merupakan tindakan yang tidak dapat ditoleransi dan
menimbulkan banyak kerugian, antara lain:

1. Merusak silsilah, yang menyebabkan seseorang menjadi ragu


terhadap keturunan anaknya, apakah anak yang dikandungnya
merupakan keturunannya atau akibat perselingkuhan. Keraguan
pasangan bahwa pasangannya melakukan perselingkuhan
dengan pria lain menyebabkan masalah lain, seperti perpisahan
dan kesulitan dalam pendidikan anak dan status sahnya.
Keadaan seperti ini mengganggu perkembangan psikologis anak
dan menghilangkan kebutuhan sosialnya.

2. Menimbulkan kegoncangan dan keresahan di kalangan


masyarakat, karena kehormatan tidak dijunjung tinggi.
Banyaknya pembunuhan yang terjadi di depan umum
disebabkan oleh individu-individu dari masyarakat tersebut yang
melakukan perselingkuhan.

3. Menghilangkan ketentraman hidup yang terpaut. Nama besar


seorang wanita atau pria yang melakukan perselingkuhan akan
tercoreng di mata publik. Ketenangan hidup menikah tidak akan
pernah bisa dipahami, dan hubungan kasih sayang di antara
pasangan akan rusak.

4. Melenyapkan keluarga. Pasangan bukan sekadar pemuas hasrat,


namun juga sekutu dalam kehidupan keluarga dan mendorong
kemajuan keluarga. Dengan demikian, apabila suami/istri
57

bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga, maka isteri


wajib memenuhinya, baik harta benda maupun anak-anak dan
kebutuhan keluarga. Jadi jika pasangan atau suami dirusak oleh
perselingkuhan, kehancuran keluarga sulit untuk dihindari.

5. Meluasnya perselingkuhan di mata masyarakat menyebabkan


berkembangnya berbagai penyakit kelamin seperti sifilis
(penguasa singa). Selain itu juga menimbulkan penyebaran
penyakit atau penyakit yang melenyapkan sistem kekebalan
tubuh korbannya, sehingga orang tersebut akan meninggal
dengan lambat.

Jadi, cenderung dikatakan bahwa demonstrasi


perselingkuhan adalah demonstrasi yang luar biasa menyedihkan,
yang menyebabkan musnahnya keturunan, membuat kaget dan
gelisah di mata masyarakat, memusnahkan ketenangan hidup
menikah, memusnahkan keluarga yang sebenarnya, dan merusak
kemanusiaan. menghormati. Jika perilaku ini dibiarkan lepas
kendali di depan umum, berarti manusia berada pada level yang
sama dengan makhluk hidup.. (Tafsir Al-Mishbah).

Ibnu Al-Jauzi mengatakan, Akibat buruk dari maksiat ini


pastilah sangat buruk. Kalau di awal pasti maksiat itu sangatlah
enak di jalani, tanpa adanya beban, tapi lihatlah akhirnya, pasti
akan menderita dan merasakan apa yang akan di dapatkan. Namun,
tidak jarang kepedihan itu di awal pasti sudah kita rasakan. Oleh
karena itu, siapa yang menginginkan hidup bahagia, hendaklah ia
selalu bertaqwa.

4.3 Relavansi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kitab Dzam Al-
Hawa karya Ibnu Al-Jauzi dengan Pendidikan Kontemporer
58

1. Menjaga Pandangan
‫ُقْل ِّلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َيُغ ُّض ْو ا ِم ْن َاْبَص اِر ِهْم َو َيْح َفُظْو ا ُفُرْو َج ُهْۗم ٰذ ِلَك َاْز ٰك ى َلُهْۗم ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر ِبَم ا َيْص َنُعْو َن‬

Menurut Tafsir Al-Mishbah, Setelah pemaknaan akhlak


bersilaturahmi pada bait sebelumnya, pada bagian ini Allah SWT
pemaknaan akhlak bersilaturahmi, baik di dalam rumah maupun di
luar rumah. Wahai Nabi Muhammad, ketahuilah para laki-laki
yang menerima dengan teguh bahwa mereka menjaga matanya dari
memandang apa pun yang haram untuk dilihat, dan mintalah
mereka untuk mengawasi auratnya berdasarkan apa yang haram
bagi mereka. Hal ini lebih membersihkan jiwa mereka sehingga
mereka tidak terjerumus dalam kegiatan yang haram.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
(Tafsir Al-Mishbah)
Menjaga pandangan adalah hal yang sepele. Tapi
kenyataannya manusia bisa berlarut-larut dalam pandangan. Saat
manusia terlalu mengikuti nafsu, maka akan terus menerus
dilakukan karena sudah merasa enak dengan apa yang dilihat.
Tidak menyalahkan laki-laki saja, tetapi perempuan juga harus
pandai menjaga, melindungi diri dari pandangan-pandangan lelaki
yang bahkan melihat dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Di zaman yang sudah modern, kita disuguhkan oleh
teknologi yang semakin canggih. Tapi, kita sebagai orang yang
berilmu agar tidak terlalu mengikuti arus teknologi yang lama
kelamaan akan mencuci otak manusia sehingga akan terjerumus ke
dalam teknologi dan mengabaikan panduan akhlak, perintah yang
telah Allah berikan. Alangkah baiknya agar kita menaati perintah
Allah yang juga senantiasa akan mengantarkan kita ke jalan yang
benar.

2. Bergaul dengan lawan Jenis


59

Anak muda di zaman yang sudah modern ini tidak boleh


mengabaikan sesuatu yang di anggap enteng, seperti bergaul
dengan lawan jenis. Manusia harus mengetahui batasan apa saja
yang harus menjadi benteng bagi diri sendiri, contohnya bergaul
dengan akal sehat tanpa menimbulkan nafsu yang akan
menggerakkan anggota tubuh untuk menyentuh, merangkul,
menggandeng dan berjabat tangan. Banyak sekali hal yang dapat di
lakukan untuk menghindarinya, salah satunya jangan terlalu dekat,
jangan terlalu merespon.
Allah melarang manusia untuk berdua-duaan dengan lawan
jenis. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa berduaan
saja tidak boleh, apalagi menyentuh, merangkul dan termasuk hal
lainya. Dengan pedoman tersebut seharusnya manusia dapat
menggunakan akal sehatnya dalam mencerna hal ini. Saat Allah
sudah memerintahkan, haram bagi kita untuk melanggarnya dan
wajib bagi kita untuk menaatinya.

3. Zina
Pada zaman kontemporer ini manusia tidak boleh
terjerumus kedalam tindakan dan perilaku yang di awal memang
dapat suatu kenikmatan yang tiada tara, tapi di akhir allah bahkan
akan melipat gandakan dosa bagi pendosa zina. Mendengar kata
“Zina” saja kita pasti mengarah ke hal yang negatif. Apalagi Saat
melihat, mendengar dan melakukan. Dengan adanya
perkembangan teknologi yang memajukan anak bangsa, bukan
mengembangkan pendidikan anak yang harus pandai mengontrol
pergaulan, pertemanan dengan orang-orang yang bahkan tidak tahu
isi pikiran dan otaknya, bisa saja akan berbuat kasar.
Masa depan itu terletak pada diri sendiri. Kalau diri sendiri
tidak pandai mengontrol akal dan pikiran, maka hawa nafsulah
yang akan menguasai otak. Melihat banyaknya fenomena
60

belakangan ini, anak di bawah umur yang hamil akibat ulah


pergaulan bebas. Kalau di lihat-lihat, sebenarnya peran orang
tualah yang seharusnya menjadi hal nomor satu bagian mendidik.
Mendidik bagaimana agar anak tidak terjerumus kepada maksiat,
tidak pacaran bahkan tidak boleh melakukan hubungan layaknya
suami dan istri. Karena orang tualah yang mmeberikan peran
penting dalam mengatur tingkah laku anak.
Bagi pemuda-pemuda saat ini yang akan menjadi calon
orang tua, harus sudah bisa memperbaiki diri, bisa membedakan
hal yang baik dan buruk, agar suatu ketika saat suda menjadi orang
tua bisa mengajarkan kepada anaknya agar menjauhi maksiat, dan
memberikan contoh kejam dari negatifnya kegiatan zina ini.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kitab Dzam Al-Hawa
Karya Ibnu Al-Jauzi yang peneliti teliti adalah urgensi dibidang
Akhlak. Ada 3 pembagian pembahasan yang menuju kepada Akhlak
yaitu Menjaga Pandangan, Bergaul dengan lawan jenis, dan Zina.
Dimana ketiga sub materi ini lebih mengajarkan bagaimana dan apa
yang harus di lakukan untuk menghindari perbuatan keji tersebut yang
dapat mengantarkan kita pada jalan yang sesat. Ibnu Al-Jauzi
menegaskan bahwa Orang-orang yang berdekatan dengan fitnah maka
akan sulit dengan untuk selamat darinya. Maka berjauhlah saat sudah
akan dekat dengan fitnah tersebut, sebagaimana saat hati-hati disertai
dengan selamat, berdekatan dengan fitnah disertai dengan musibah
yang akan menimpa.
b. Relavansi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kitab Dzam Al-
Hawa Karya Ibnu Al-Jauzi dengan Pendidikan Kontemporer adalah
terkait dengan isu-isu yang berhubungan dengan dunia pendidikan
yang tidak lagi tersentuh oleh aturan-aturan zaman dan berkembang
sesuai zaman sekarang lalu di hubungan dengan buku ini yang
membahas urgensi di bidang akhlak serta arah kepada cara
membimbing, mengatur, menjaga diri dari perbuatan dan menjaudi
dari segala yang Allah larang. Hubungannya pada pendidikan
kontemporer meliputi sesuatu hal yang terencanan untuk
mengembangakn apotensi anak didik berdasarkan kaidah-kaidah
agama islam di masa sekarang ini.

62
63

5.2 Saran
1. Sebaiknya para pembaca kitab Dzam Al-Hawa Karya Ibnu Al-Jauzi ini
mengetahui apa saja Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kitab
Dzam Al-Hawa Karya Ibnu Al-Jauzi.
2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam menjadi suatu hal yang sangat
penting untuk di pelajari karena diharapkan agar peneliti selanjutnya
dapat mengangkat materi yang dapat di kaitkan dengan pendapat-
pendapat ulama modern untuk memperluas pembahasan.
3. Ibnu Al-Jauzi memiliki keilmuan yang luas serta menguasai banyak
cabang ilmu, termasuk Akhlak. Dengan ini peneliti mengharapkan
untuk memperdalam dan mempelajari serta membahas tentang
pendapat Ibnu Al-Jauzi lainnya, terutama tentang Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai