Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AGAMA ISLAM
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas individu
mata kuliah: Agama Islam
Dosen Pengampu: SISWANTO, SAG.M.PDI

Disusun oleh:

Sela Widiasih 235190020

PROGRAM STUDI GIZI


UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan izin
rahmat dan kuasa-Nya lah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Agama Islam”.
Pada kesempatan ini, tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata
Kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita khususnya mengenai “Pendidikan Agam Islam”.
Saya juga menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu Saya berharap kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Bandar Lampung,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................i
Kata Pengantar………………………………………………………………………ii
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A. Memahami Era Revolusi Industri .................................................................. 2
B. Tanatangan Dan Peluang Di Era Revolusi Industri ....................................... 4
C. Tantangan dan Peluang Profesi Bimbingan Dan Konseling
Di Era Revolusi ............................................................................................ 5
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 18
A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penulisan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama dan Agama Islam
1. Pengertian Islam dan Agama Islam

Islam berasal dari bahasa Arab “aslama” yang berarti menyerahkan diri,
tunduk, patuh, taat, selamat, aman dan sejahtera. Dengan demikian, Islam
mengandung arti penyerahan diri, ketundukan, kepatuhan dan ketaatan
sepenuhnya kepada Allah yang selanjutnya melahirkan keselamatan, keamanan
dan kesejahteraan bagi manusia dan lingkungannya. Islam adalah “agama yang
diturunkan Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, berisi perintah,
larangan dan petunjuk untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di
dunia dan akhirat.” Orang yang memeluk agama Islam disebut muslim.

Dalam bahasa Al-Qur’an, agama disebut dengan “din” yang berarti keadaan
berhutang, kepatuhan, kecenderungan atau tendensi alamiah, dan kekuasaan
yang bijaksana. Pengertian din ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Manusia
pada hakikatnya berhutang kepada Allah karena Allah telah menciptakan dan
memberikan kehidupan kepadanya. Kesadaran akan hal ini kemudian melahirkan
kepatuhan dan ketundukan kepada sang Pencipta dimana kepatuhan dan
ketundukan itu pada dasarnya memang merupakan suatu kecenderungan
alamiah (fitrah) sejak manusia dilahirkan. Dengan kepatuhan dan ketundukan
kepada Allah, manusia akan hidup selamat dan bahagia karena selalu berada di
bawah bimbingan dan perlindungan dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan
Maha Bijaksana.

Jadi ajaran Islam berintikan dua hal. Pertama, ajaran yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) yang meliputi kepercayaan
dan penyembahan sehingga Islam secara jelas mengajarkan sistem iman dan
sistem ibadah. Yang pertama disebut rukun iman, sedangkan yang kedua disebut
rukun Islam. Kedua, ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablum minannas) dan juga dengan makhluk lainnya dan alam
semesta. Karena itu, Islam mempunyai ajaran tentang dimensi politik, ekonomi,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, lingkungan dan lain
sebagainya

2. Tujuan, Fungsi Agama Islam

Al-Qur’an menyebutkan sejumlah nama bagi manusia, di antaranya basyar,


insan, nas, dan bani Adam. Basyar mengacu pada segi fisik dan naluri manusia
yang berbeda dengan makhluk lain (QS 23:33). Insan menunjukkan manusia
dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga; merupakan makhluk terbaik yang

2
diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan (QS 55:3-4 dan 95:4).
Nas menunjukkan sifatnya yang berkelompok sesama jenisnya (QS 114:1).
Sedangkan Bani Adam menunjukkan pada semua manusia sebagai makhluk
sosial (QS 17:70).

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi.


Dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia memiliki keistimewaan, yaitu:

a. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dari segi penciptaan (QS
95:4). Kesempurnaan manusia dapat dilihat pada bentuk dan struktur
tubuhnya, gejala- gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi
pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya yang melalui
tahapan-tahapan tertentu, dan sebagainya.
b. Manusia dianugerahi akal, perasaan dan kebebasan berbuat (free will)
untuk memilih jalan yang baik dan buruk, namun pilihannya itu kelak harus
ia pertanggungjawabkan di pengadilan akhirat.
c. Manusia diciptakan untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah (QS 51:56).
Pengabdian manusia dilakukan melalui dua jalur, khusus dan umum.
Pengabdian melalui jalur khusus adalah dengan melaksanakan ibadah
khusus yang telah ditentukan bentuk dan waktunya, seperti shalat, puasa,
zakat, dan haji. Sedangkan pengabdian melalui jalur umum diwujudkan
dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik (amal shaleh) yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat dengan niat ikhlas untuk
mencari keridhaan Allah.
d. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah (wakil Allah) yang bertugas
memakmurkan kehidupan di muka bumi (QS 2:30). Untuk melaksanakan
tugas kekhalifahan, manusia diberi petunjuk suci berupa Al-Qur’an dan
Hadits

Pada hakikatnya, manusia mempunyai potensi dasar (fitrah) yang positif


(hanif). Artinya, manusia sebenarnya selalu cenderung ke arah kebaikan dan
kebenaran (QS 30:30). Apabila manusia melakukan kejahatan, maka itu adalah
pengaruh yang datang dari luar dirinya, dari setan dan nafsu yang jelek. Selain
itu, dalam pandangan Islam setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Tidak
ada istilah dosa asal, dosa keturunan ataupun dosa warisan. Manusia
bertanggung jawab secara individual atas segala perbuatannya (QS 52:21).

3. Pentingnya Agama Islam

Kebutuhan manusia terdiri atas dua bagian, yaitu kebutuhan alamiah dan
kebutuhan bukan alamiah. Kebutuhan alamiah (fitrah) adalah hal-hal yang

3
dibutuhkan manusia sebagai manusia yang tidak bisa diganti dengan hal yang
lain, misalnya kebutuhan agama, harga diri, kasih sayang, rasa aman,
berkeluarga, berkeindahan, aktualisasi diri dan lain-lain.

Secara alami manusia memiliki potensi dasar mengakui Tuhan atau


beragama. Fitrah perasaan keagamaan pada diri manusia itu ada dalam perasaan
batin atau nuraninya. Fitrah ini tidak bisa digantikan dengan kebutuhan yang
lain. Fitrah agama inilah yang membedakan manusia dengan hewan atau
makhluk lainnya. Kenyataan ditemukannya berbagai macam agama dalam
masyarakat sejak dahulu hingga kini membuktikan bahwa hidup di bawah sistem
keyakinan tertentu adalah tabiat yang merata pada manusia. Tabiat ini telah ada
sejak manusia dilahirkan.
4. Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Islam rahmatan lil alamin merupakan simbol komitmen bersama untuk


menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengajarkan kepekaan sosial,
berempati terhadap berbagai persoalan yang menimpa orang lain sehingga
setiap individu atau pun kelompok sosial terjamin hak-haknya sebagai manusia
yang merdeka dan bermartabat. Singkatnya, dengan melaksanakan ajaran Islam
yang rahmatan lil alamin, berarti seorang muslim telah mentransendensi,
merefleksi, mengapresiasi, sekaligus mentransformasikan nilai-nilai moral Ilahi
yang suci dan sangat mulia menuju nilai-nilai insani dalam realitas sosial. Oleh
karena itu, untuk memahami rahmatan lil alamin. Machasin (2011: 137)
menegaskan bahwa proses diversifikasi sangat diperlukan untuk memberikan
lebih banyak pilihan walaupun misalkan hanya dalam ranah kajian. Islam sendiri
mengakui keberagaman sebagai sebuah keniscayaan dan sangat terbuka pada
budaya atau tradisi lokal selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Bahkan, keberhasilan dakwah Islam terletak pada kemampuannya menyatu
dengan tradisi lokal karena bagaimanapun juga sesuatu yang sudah dikenal akan
lebih mudah diterima.

B. Sumber sumber Ajaran Islam.


1. Pengertian Al-Qur'an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah s.w.t. kepada Nabi
Muhammad s.a.w. sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan
kehidupannya. Al-Qur’an secara bahasa berarti bacaan. Arti ini dapat dilihat
dalam QS 75:17-18 sebagai berikut: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka
ikutilah bacaan itu.” Adapun pengertian yang utuh mengenai Al-Qur’an adalah
firman Allah s.w.t. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. melalui

4
Malaikat Jibril AS dengan lafal-lafal yang berbahasa Arab untuk menjadi undang-
undang dan petunjuk bagi manusia, serta menjadi sarana pendekatan diri dan
ibadah kepada Allah dengan membacanya, yang terhimpun dalam satu mushaf
diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, yang
disampaikan secara mutawatir dari generasi ke generasi.

2. Proses Nuzul Qur'an

Apabila Al-Qur’an sepenuhnya adalah wahyu Allah, maka As-Sunnah adalah


berasal dari Nabi Muhammad s.a.w. As-Sunnah menurut bahasa berarti jalan
hidup yang dijalani atau dibiasakan, baik jalan itu terpuji maupun tercela, baik
maupun buruk. Pengertian serupa ini sejalan dengan bunyi hadits Nabi yang
artinya, “Barangsiapa membuat sunnah yang terpuji, maka baginya pahala
sunnah itu dan pahala orang lain yang mengamalkannya, dan barangsiapa
menciptakan sunnah yang tercela, maka ia mendapat dosa sunnah buruk itu dan
dosa orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat” (HR. Muslim).

Pengertian sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi


Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau.
As-Sunnah biasanya juga disebut hadits. As-Sunnah terdiri atas tiga kategori:

a. Sunnah qauliyah, yaitu ucapan Nabi yang didengar oleh para sahabat dan
disampaikan kepada orang lain. Misalnya sahabat berkata: Nabi Muhammad
s.a.w. bersabda: “Siapa yang tidak shalat karena tidur atau karena lupa
hendaklah ia mengerjakan shalat itu ketika ia telah ingat”.
b. Sunnah fi’liyah, yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w. yang
dilihat atau diketahui oleh sahabat kemudian disampaikannya kepada orang
lain dengan ucapannya. Misalnya sahabat berkata: “Saya melihat Nabi
Muhammad s.a.w. melakukan shalat sunnat dua rakaat setelah shalat Zuhur”.
c. Sunnah taqririyah, yaitu perbuatan seseorang sahabat yang dilakukan di
hadapan atau sepengetahuan Nabi, tetapi tidak ditanggapi atau tidak dicegah
oleh Nabi. Diamnya Nabi tersebut disampaikan oleh sahabat lain dengan
ucapannya. Misalnya seseorang sahabat memakan daging biawak di hadapan
Nabi. Nabi mengetahui apa yang dimakan sahabat tersebut, tetapi beliau
tidak melarangnya. Kisah tersebut kemudian disampaikan oleh sahabat yang
mengetahuinya dengan ucapannya: “Saya melihat seseorang sahabat
memakan biawak di dekat Nabi, beliau mengetahui tetapi tidak
melarangnya”.
3. Periodesasi Pembukuan Al-Qur'an

Pada periodesasi tarikh tasri’ ulama membagi menjadi beberapa periode,


yakni: pertama, masa Nabi Muhammad. Masa ini disebut masa pembentukan (al-

5
insya' a. wa al-takwin) lamanya 22 tahun dan beberapa bulan sejak beliau (Nabi
Muhammad) diangkat menjadi rasul sampai dengan wafatnya (610-632 M).1
Sumber perundang-undangan hukum Islam pada fase ini terhimpun dalam satu
sumber yakni, Wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW dari sisi Allah.

Kedua, masa sahabatsejak tahun 11 Hijriah masa hingga akhir abad I Hijriah
dan dikenal sebuah istilah “Ijtihad”. Masa ini berlangsung 90 tahun sebagai
penjelas dan penyempurnaan (al-tafsir wa al-takmil). Periode ini adalah periode
interpertasi terhadap undang-undang tasyri’ dan terbukanya pintu-pintu
pengkajian hukum terhadap peristiwa yang tidak ada ketetapan hukumnya
secara jelas. Setelah hukum-hukum syariat sempurna pada masa Nabi, lalu
pindah ke zaman para sahabat. Tidak adanya nabi maka mereka harus memikul
tanggung jawab mencari sumber-sumber syariat yang ada agar dapat menjawab
segala perkembangan dan kejadian yang terus berlansung dan tidak ada nash
dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Ketiga, masa tabi’in merupakan masa setelah berakhirnya masa khulafaur


Rasyidin, pemerintahannya dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang
sebelumnya menjadi gubernur Damaskus.Di periode ini, tabi’in tidak harus
melihat baginda Rasulullah Saw. Sebab jika ia melihatnya, maka termasuk
sahabat Rasulullah. Selain itu juga tidak diisyaratkan harus bertemu dengan
sahabat seperti dikuatkan oleh para ulama ahli hadits, tidak diisyaratkan harus
meriwayatkan hadits dari seorang sahabat, namun cukup hanya melihat dan
bertemu ketika ia sudah berusia tamyiz (baligh).3 Pada setiap zaman
pengambilan hukum Islam selalu ada pembaharuan dalam istinbath al-ahkam
yang memiliki perbedaan dari setiap madzhab. Perbedaan ini menunjukan
bahwa ilmu pengetahuan tentang Islam sangat luas sehingga tidak masalah
dalam dunia Islam. Kemajuan peradaban Islam terjadi adanya aliran-aliran politik
secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya: perluasan wilayah dan perbedaan penggunaan
Ra’yu.

Keempat, Masa taklid. Masa ini disebut masa jumud atau stagnasi. Dimulai
sejak pertengahan abad IV Hijriah sampai dengan hanya Allah yang
mengetahuinya.4Kelima, Masa Kebangkitan, pada masa ini ‘ulama mulai gencar
menyuarakan untuk melepaskan diri dari taklid sehingga umat Islam dapat
berkembang.

4. Isi Kandungan Al-Qur'an

Al- Qur’an adalah sumber pendidkan serta ilmu pengetahuan yang


mendidik manusia dengan dengan bahasa yang lembut, balaqhah yang

6
indah, sehingga Al- Qur’an mampu perubahan terhadap pendidkan serta
mampu mengajak para ilmuan agar ikut menggali, memahami, serta
menggali apa saja yang terkandung didalamnya dengan tujuan agar
manusia lebih dekat kepada Allah SWT. Di dalam Al- Qur”an memiliki
banyak kandungan yang isinya memuat bermacam macam aspek
kehidupan, salah satunya tentang kehidupan manusia, tidak ada penuntun
serta dasar yang melebihi Al- Qur’an, yang didalamnya berisi bermacam-
macam hikmah kehidupan, alam beserta isinya yang tidak akan
pernah putus untuk selalu dipelajari serta dikaji Sudah suatu hal yang
tidak dapat di pungkiri bahwa Al- Qur’an merupakan petunjuk bagi
manusia, cara penyampaian yang variatif serta serta dikemas sedemikian
rupa. Dimana didalamnya berisi, informasi, larangan, perintah serta telah
dimodifikasi edalam bentuk kisah yang mengandung pelajaran, disebut
sebagai kisah- kisah Al -Qur’an.
5. Kedudukan Al-Qur'an dalam sumber Agama Islam
Al-Qur’an merupakan sebuah wahyu yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang bertujuan untuk menjadi payung hukum sekaligus
sebagai petunjuk dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Adanya al-
Qur’an sebagai petuntuk bukan sebagai satu-satunya sebagai alternatif bagi
manusia untuk menempatkan alQur’an sebagai motivator. Tujuannya tidak lain,
agar manusia dapat berpacu pada hal yang positif dalam kehidupan sehari-
harinya. Sehingga dalam al-Qur’an membahas pada segala sektor pada
kebutuhan bagi seluruh manusia. Hal tersebut bisa terbukti bahwa dalam al-
Qur’an banyak ditemukan tentang ayat-ayat yang menjelaskan pada segala aspek
yang dapat melengkapi pada sektor kehidupan bagi seluruh umat manusia, baik
petunjuk yang bersifat global maupun bersifat terperinci. Kedua hal tersebut
tentu memerlukan adanya sebuah penerimaan keimanan, serta membutuhkan
pada pendekatan aqli sebagai bentuk upaya yang dapat memfungsikan pada
segala hal yang dapat mengantar pada manusia pada tujuan lebih baik sesuai
dengan yang sudah al-Qur’an konsepkan, begitu juga denngan sebuah bentuk
peningkatan pada Pendidikan.
Oleh karenanya keududukan al-Qur’an dalam dunia pendidikan menjadi
sumber rujukan utama, sebab semuanya terlahir dari pada al-Qur’an. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh pakar pendidikan Islam, bahwa sumber
rujukan dasar dalam pendidikan Islam terdapat tiga hal, yaitu al-Qur’an, hadist,
ijtihad. Dengan kata lain, bahwa yang dijadikan rujukan pertama dalam
pendidikan adalah al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an merupakan sebuah petunjuk
yang paling terlengkap dalam menjalankan kehidupan sebagai pedoman bagi
seluruh umat manusia yang bersifat universal dengan tanpa pandang bulu.
Keperluan ajaran dalam al-Qur’an juga termasuk ilmu pengetahuan yang tinggi,
serta al-Qur’an merupakan sebuah kalam yang mulia yang mana esensi dari pada
al-Qur’an tidak dapat dipahami, terkecuali bagi orangorang yang mempunyai
jiwa yang suci serta mempunyai akal yang cerdas untuk memahaminya.
6. Kewajiban Muslim Terhadap Agama

7
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subyek
pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing lembaga pendidikan. Namun
secara umum, Abdul majid mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama
Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan menanamkan keimanan
dan ketakwaan dilakukanoleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuh kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan
tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan-nya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian menta, yaitu
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama Islam
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
C. As-Sunnah / Al-Hadist
1. Pengertian Sunnah atau Hadist
Arti sunah dari segi bahasa adalah jalan yang bisa dilalui atau suatu cara
yang senantiasa dilakukan,tanpa mempermasalahkan,apakah cara tersebut
baik atau buruk, Sunnah menurut syar’i adalah segala sesuatu yang bersumber
dari Rosul baik yang berupa perkataan (sunahqauliah), perbuatan (sunah fi’liah)
dan ketetapan (sunah takririah). Secara terminologi,pengertian sunah bisa
dilihat dari tiga disiplin ilmu;
a. Ilmu hadist,para ahli hadis mengidentikkan sunah dengan hadist,yaitu segala
sesuatu disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW,baik perkataan dan
perbuatan,maupun ketetapanya.
b. Ilmu Ushul Fiqh,menurutnya ulama ahli ushul fiqh,sunah adalah segala yang
diriwayatkan dari Nabi SAW,berupa perbuatan,perkataan,dan ketetapan
yang berkaitan dengan hukum.
c. Ilmu Fiqih,pengertian sunah menurut ahli fiqih hampir sama dengan
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli ushul fiqh akan tetapi istilah
dalam fiqh juga dimaksukan salah satu hukum taklifi,yang artinya suatu
perbuatan yang akan mendapatkan pahala bila dikerjakan dan tidak berdosa
apabila ditinggalkan.

8
Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan
Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil alsyar’i), sama
dengan Al-Qur’an dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang menunjukkannya.
Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang
kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an
sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa
Hadits juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak
kebenaran Hadits sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa,
tetapai juga murtad hukumnya.
2. Macam macam Sunnah atau Hadist
Sunnah sebagai sumber hukum Islam dan dalil hukum Islam kedua,
dibedakan atas 3 (tiga) macam:
a. Sunnah Fi’liyyah
Adalah perbuatan yg dilakukan Nabi SAW yg dilihat, diketahui dan
disampaikan para sahabat kepada orang lain. Misal: tata cara shalat yg
ditunjukkan Rasulullah SAW Kemudian disampaikan sahabat yg melihat atau
mengetahuinya kepada orang lain.
b. Sunnah Qauliyyah
Adalah ucapan Nabi Saw. yg didengar oleh dan disampaikan seseorang atau
beberapa sahabat kepada orang lain. Misal, sabda rasulullah yg diriwayatkan
Abu Hurairah: Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat
alFatihah. (HR. Bukhari-Muslim)
c. Sunnah Taqririyyah
Adalah perbuatan atau ucapan sahabat yg dilakukan dihadapan atau
sepengetahuan Nabi Saw. Tetapi Nabi hanya diam dan tidak mencegahnya.
Sikap diam dan tidak mencegah dari Nabi Saw menunjukkan persetujuan
(taqriri) Nabi Saw terhadap perbuatan sahabat tersebut.

Ditinjau dari segi kualitas orang-orang yg meriwayatkan hadits, maka hadits


dapat dibedakan menjadi hadits shahih, hadits hasan dan hadits dhaif.
a. Hadits shahih
Adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna (kuat)
ingatannya, sanadnya bersambungsambung, tidak berillat, dan tidak janggal
(syadz). ◦ Syarat-syarat hadits shahih adalah:
 Orang yang meriwayatkan (rawi) adil
 Rawi sempurna (kuat) ingatan nya
 Sanad (rangkaian rawi) bersambung, tidak putus.
 Hadits itu tidak berillat
 Hadits itu tidak janggal (syadz).
b. Hadits Hasan
adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil namun kurang kuat
ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan tidak janggal.
c. Hadits Dhaif
adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat
hadits shahih atau hadits hasan.
3. Kedudukan dan Fungsi Hadist

9
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang kadang
memperluas hukum dalamAl-Qur‟an atau menetapkan sendiri hukum
di luar apa yang ditentukan Allah dalam Al-Quran.Kedudukan Hadits
sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-
Quran,tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena
memang untuk itulah Nabi ditugaskan Allah SWT. Namun dalam
kedudukan hadits sebagai dalil yang berdiri sendiri dansebagai sumber
kedua setelah Al-Quran, menjadi bahan perbincangan dikalangan
ulama.Perbincangan ini muncul di sebabkan oleh keterangan Allah
sendiri yang menjelaskan bahwa AlQuran atau ajaran Islam itu telah
sempurna. Oleh karenanya tidak perlu lagi ditambah olehsumber
lain.Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai
sumber atau dalil kedua setelahAl-Quran dan mempunyai kekuatan
untuk ditaati serta mengikat untuk semua umat Islam. Adapun
perbandingan hadits dengan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw yang terjaga
sepanjang masadari segalabentuk perubahan, baik lafalnya maupun
seluruh isinya sampai pada aspek hurufnya. Al-Qur'anjuga kitab
disampaikan secara berangsur-angsur.
b. Meriwayatkan Al-Qur'an tidak boleh hanya maknanya saja,
melainkan harus dihafalkansebagaimana adanya. Sedangkan hadis
qudsi boleh diriwayatkan maknanya saja. Bahkan, masihbisa
dikritisi sanad ataupun matannya layaknya hadis-hadis lain.
c. Mushaf Al-Qur'an harus dipegang dalam keadaan suci dari hadas
kecil maupun hadas besarterlebih bagi kalangan mazhab Syafi'i.
Sedangkan hadis qudsi boleh dibaca meski sedang dalamkeadaan
berhadas.
d. Ayat Al-Qur'an harus dibaca saat salat, sedangkan hadis qudsi
tidak dibaca saat salat .
e. Membaca Al-Qur'an mendatangkan pahala yang dihitung 10 kebaikan
setiap huruf demihuruf.
D. Sumber Ajaran Islam
1. Pengertian Iztihad
Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata
"ijtihad" dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang mudah/ringan. Pengertian
ijtihad menurut istilah hukum Islam ialah mencurahkan tenaga (memeras
pikiran) untuk menemukan hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil syara’,
dan tanpa cara-cara tertentu Usaha tersebut merupakan pemikiran dengan
kemampuan sendiri semata-mata.
2. Macam macam Iztihad

10
Secara garis besarnya ijtihad dibagi atas dua bagian, yaitu Ijtihad Fard dan
Ijtihad Jama.
1. Ijtihad fard}i adalah ijtihad yang dilakukan oleh perseorangan atau beberapa
orang yang tak ada keterangan bahwa mujtahid lain menyetujuinya dalam
suatu perkara. Ijtihad semacam inilah yang pernah dibenarkan oleh
Rasu>lulla>h kepada Muaz ketika Rasul mengutusnya untuk menjadi qat}’i di
Yaman. Sesuai dengan pula ijtihad yang pernah dilakukan Umar bin Khattab
kepada Abu> Mu>sa Al-Asya>ri dan Syuraikh.
2. Ijtihad Jama>’i, adalah suatu ijtihad dalam suatu perkara yang disepakati oleh
semua mujtahidin.ijtihad semacam ini yang dimaksud oleh Hadis\ Ali ketika
menanyakan kepada Rasul tentang urusan yang tidak ditemukan hukumnya
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Kegunaan Iztihad
Faqih dan fuqa>ha melakukan ijtihad apabila dalam suatu peristiwa yang
terjadi tidak ada dasar hukum atau petunjuk nas-nas Al-Qur’an. Manusia secara
kodrati terdiri atas jasmani dan rohani. Rohani itu berfungsi untuk memahami
apa yang dilihat oleh manusia, apa yang dialami oleh akal pikiran yang sekaligus
berfungsi untuk memahami segala sesuatu yang ada dalam jagat raya ini.
Sekalipun tidak ada petunjuk dari agama, manusia dapat menggunakan akalnya
untuk memperoleh kebahagiaan hidupnya.
Dari sifat kodrati manusia itu sendiri dalam perjuangan kehidupan untuk
kebahagiaan lahir batin dari dunia sampai ke akhirat, ijtihad dapat dianggap
sebagai kebutuhan pokok dari setiap insan, sedangkan kebahagiaan lahir batin
dan ketentraman hidup yang dituntut itu adalah berdasarkan hukum syara’.
Untuk memahami ketentuan-ketentuan hukum syara’, itu ijtihad merupakan
kebutuhan utama. Kita mengetahui akal manusia berbeda denganmakhluk lain
dan perbedaan yang paling menonjol antara manusia dengan makhluk lain
adalah akal.
4. Kedudukan Iztihad dalam Sumber Ajaran Islam
Dibukanya pintu ijtihad dalam hukum Islam tidak berarti bahwa setiap orang
dapat melakukan ijtihad. Hanya orang-orang memiliki syarat tertentulah yang
mampu berijtihad. kedududkan tersebut ialah berikut ini:
a. Mengetahui bahasa arab dengan segala seginya, sehingga memungkinkan dia
menguasai pengertian susunan katakatanya. Hal ini karena objek pertama
bagi orang yang berijtihad ialah pemahaman terhadap nas}-nas} Al-Qur’a>n
dan Hadis\ yang berbahasa Arab. Sehingga ia dapat menetapkan aturan-
aturan bahasa dalam pengambilan hukum darinya.
b. Mengetahui Al-Qur’a>n, dalam hal ini adalah hukum-hukum yang dibawa oleh
Al-Qur’a>n beserta ayat-ayatnya dan mengetahui cara pengambilan hukum
dari ayat tersebut.sehingga apabila tersjadi suatu peristawa ia dapat

11
menunjuk ayat-ayat Al-Qur’a>n dan Hadis\ yang berbahasa syarat itu pun
sangat diperlukan untuk mengetahui sebabsebab turunnya suatu ayat serta
riwayat-riwayat yang berhubungan dengan permintaan. Ayat-ayat Al-Qur’a>n
yang bertalian dengan hukum tidaklah banyak. Di samping itu ada juga khitab
tafsir yang khusus menafsirkan ayat-ayat tersebut. Bahkan ayat-ayat tersebut
dapat dikumpulkan satu sama lain menurut isi pembicaraannya, seperti ayat-
ayat yang bertalian dengan perkawinan, talak, dan sebagasinya, seperti yang
dilakukan oleh John Lalbaume.
c. Mengetahui segi-segi pemakaian qiyas, seperti illat dan hikmah penetapan
hukum, serta mengetahui fakta-fakta yang ada nas-}nya dan yang tidak ada
nas}nya. Selain itu harus mengetahui urf orangdan jalan-jalan yang dapat
banyak mendapatkan kebaikan atau keburukannya.
E. Kerangka Dasar Ajaran Agama Islam
1. Pengertian Aqidah
Secara bahasa (etimologi), aqidah diambil dari kata al-aqdu yang berarti asy-
syaddu ( pengikatan ), ar-babtu (ikatan ), al-itsaaqu ( mengikat ), ats-tsubut
( penetapan ), al-ihkam ( penguatan ). Aqidah juga bermakna ilmu yang
mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti, wajib dimiliki oleh
setiap orang di dunia. AlQur’an mengajarkan aqidah tauhid kepada kita yaitu
menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu, yang tidak pernah tidur
dan tidak beranak pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun
iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut
sebagai orang orang kafir.
Secara istilah ( terminologi ) yang umum, aqidah adalah iman yang teguh
dan pasti yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Ada
definisi lain yaitu, aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan
jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh
dan kokoh yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata
lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang
yang meyakininya dan harus sesuai dengan kenyataanya Maka Aqidah Islamiyah
adalah keimanan yang pasti kepada Allah SWT dengan melaksanakan kwajiban
bertauhid kepadaNya, beriman kepada para MalaikatNya, Rasul-RasulNya, Hari
Kiamat, dan Taqdir yang baik dan yang buruk.5 Dan mengimani pula seluruh apa
apa yang telah shahih tentang prinsip prinsip agama (ushuluddin).
2. Ruang Lingkup Aqidah

12
BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Tantangan yang dihadapi profesi bimbingan dan konseling di era
revolusi 4.0, di antaranya adalah 1) konselor dituntut untuk mampu
memanaatkan kemajuan teknologi dan memberi pelayanan kepada konseli
yang lebih personal dan profesional, 2) Para konselor perlu meningkatkan
kemampuan literasi yang meliputi, lierasi data, literasi teknologi dan
literasi manusia. 3) pemanfaatan artificial counselor untuk menggantikan
sebagian tugas konselor, 4) Munculnya berbagai berbagai perubahan
perilaku dan gaya hidup seperti Phubbing, fomo (fear of missing out),
kecanduan game online, kecanduan atas pujian & pengakuan (likes, share,
love), altruism, cyber romance, cyber bullying, bahkan turunnya moral
akibat perkembangan teknologi. 5) adanya perubahan perilaku dan sikap
pada generasi Z, 5) Konselor perlu segera bertransformasi diri menjadi
seorang yang mampu memanfaatkan era digital, untuk pengembangan
profesi BK. 6) Konselor dituntut untuk menjadi life long learner, kreatif
dan inovatif, guru BK penggerak, reflektif, kolaboratif, student/ conselee
centered, serta mampu menerapkan bimbingan dan konseling multikultural,
7) Lembaga pendidikan konselor (jurusan BK) harus mampu membentuk
calon konselor yang memiliki

B. Saran
Meningkatkan kualitas diri dan kemampuan diri, serta
memanfaatkan berbagai perkembangan teknologi informasi untuk
mendukung kemajuan profesi BK. 2) Akses informasi yang semakin
mudah dan bervariasi, sangat membantu dalam pelaksanaan layanan BK
yang menarik. 3) Konselor dapat mengembangkan diri sebagai, conten
creator, influencer, dan pengembang platform serta penyedia hosting dalam
mengembangkan profesi bimbingan dan konseling. 4) Adanya peluang
yang sangat besar memanfaatkan media online berbagai aplikasi dan

14
platorm untuk mendukung pencapaian tujuan bimbingan dan konseling. 5)
Adanya peluang untuk memanfaatkan karakteristik generasi z yang
cenderung aktif belajar, sensing, global dan visual, dalam memberikan
layanan bimbingan dann konseling, baik itu layanan yang berfungsi
pencegahan dan pengentasan permasalahan. 6) Memfaatkan konselor
buatan (artificial counselor), 7) Pelaksanaan proses konseling, baik
individu maupun kelompok dapat memanfaatkan media online seperti WA,
zoom, google meet dan sebagainya,

DAFTAR PUSTAKA

Imawanty & Andi Bakhtiar Fransiska. (2019). Guru Bimbingan Dan


Konseling Berkualitas Di Era Revolusi 4.0: Pembelajar, Kompeten,

15
Dan Up To Date. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
FKIPUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa. Vol. 2, No.1, 2019, hal.
147–153.
Nurkholis, M.A dan Badawi. (2019). Profesionalisme Guru Di Era Revolusi
Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Pgri Palembang 12 Januari 2019.
Satria, Arif. (2020). Strategi Perguruan Tinggi Menghadapi Revolusi Industri
4.0. Makalah disampaikan pada Mimbar Ilmiah Universitas Negeri
Surabaya,14 Februari 2020.
Sarjun, Amdani, & Anisa Mawarni. (2019). Pengembangan Intervensi
Konseling Naratif Berbasis Digital dalam Menjawab Tantangan era
revolusi Industri 4.0. Indonesian Journal of Educational Counseling.
ursalim, Mochamad. (2017). Peran Konselor Dalam Mengantisipasi Krisis
Moral Anak Dan Remaja Melalui Pemanfaatan Media “Baru” Jurnal
Bikotetik. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2017, 37–72.

16

Anda mungkin juga menyukai