Oleh
1618011056
28
Kelompok Diskusi 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas laporan akhir ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Agama
Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas
ahad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, umi Dr. Dra.
Nunung Rodliyah, M.A yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya,
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Saya berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi siapa saja, sebab intisari dari tugas
ini merupakan salah satu syiar agama yang wajib disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Selaku penyususn, saya mohon maaf yang setulus-tulusnya apabila makalah ini memiliki
banyak kekurangan, serta saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi penyempurnaan tugas akhir ini.
(1618011056)
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
1. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
3
BAB 1
I. PENDAHULUAN
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi
untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena
tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan
berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau
implusif (seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan
narkoba dan main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai
dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan
agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang
maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah
satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa
nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
III. PEMBAHASAN
A. MANUSIA
1. Pengertian Manusia dalam Alquran
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam Man the Unknown, bahwa banyak
kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan
manusia sendiri.
Istilah kunci yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar disebut dalam Al-Quran 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian
manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian
kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Quran yang dapat dikelompokkan
dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung
amanah (QS Al-Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif
dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Maarij [70]:19-21) dan ketiga al-
insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri
(QS Al-Hijr [15]:28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia
psikologis dan spiritual.
Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Quran mengacu kepada manusia
sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman
padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)
4
Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapatdisimpulkan bahwa manusia
adalah mahkluk biologis,psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan
diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-
hukum yang berlaku (sunnatullah).
C. AGAMA
1. Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan din dalam bahasa Arab
dan Semit, atau dalam bahasa Inggris religion. Dari arti bahasa (etimologi) agama berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun.
Sedangkan kata din menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang,
balasan atau kebiasaan. 6
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulisoleh Anshari bahwa walaupun
agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri, mempunyai
riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian teknis terminologis ketiga
istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu:
a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas
adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b. Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya
Maha Mutlak tersebut.
c. Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga adalah satu
sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia sesama manusia
dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan termaktub diatas.
Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang dipersatukan
yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap
sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama adalah pencarian
manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat
mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
Dengan demikian, mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa
hingga saaat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat ditarima secara universal.[6]
2. Syarat-Syarat Agama
D. KARATERISTIK AGAMA
Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya bangunan yang
sempurna. Seperti dalam salah satu sabda nabi Muhammmad,bahwa beliau adalah
penyempurna bangunan agama tauhid yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul sebelum
kedatangan beliau.
7
Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yang kokoh, tegas, dan
jelas. Rangka yang baik adalah rangka yang menguatkan bangunan yang akan dibangun
diatasnya. Memiliki ukuran yang simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan yang tepat
karena berperan sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang cukup
atau memiliki perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah sebaik-baiknya agama
dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman kehidupan manusia, untuk
menjalani kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan pedoman atau pegangan dalam
menjalani kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada agama. Dewasa ini agama
mengalami beralih dan berpedoman kepada akal logikanya. Padahal akal dan logika manusia
memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan agama telah disusun
sedemikian rupa oleh sang pencipta agar menjadi pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat
dari skularisme ini mnimbulkan gaya hidup baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup
hedomisme dan pragmatis.
Adapun karakteristik agama pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Agama adalah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan(keyakinan) terhadap eksistensi suatu
yang absolut(mutlak), diluar diri manusia yang merupakan pangkal pertama dari segala
sesuatu termasuk dunia dengan segala isinya.
2. Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan(penyembahan) dari manusia kepada suatu
yang absolut.
3. Agama adlah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yang menjadi pola hubungan manusiawi
antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari yang absolut.
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan
kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak
dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yang mereka
rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon
bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang
aman, selamat dan sejahtera. Tetapi apa dan siapa kekuatan gaib yang mereka rasakan
sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon
peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya da
kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan
desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan
demikian rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah manusia.
IV. KESIMPULAN
Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua
predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia
sebagai khalifah Allah), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan
kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada
sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama)
merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah
manusia.
V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang hukum syari, semoga bermanfaat
bagi pembaca pada umumnyadan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak
lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami
butuhkan, guna memperbaiki makalah selanjutnya.