Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH UMUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MANUSIA DAN AGAMA

Oleh

REVA DWI YANTY

1618011056

28

Kelompok Diskusi 7

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas laporan akhir ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Agama
Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas
ahad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, umi Dr. Dra.
Nunung Rodliyah, M.A yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya,
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Saya berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi siapa saja, sebab intisari dari tugas
ini merupakan salah satu syiar agama yang wajib disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Selaku penyususn, saya mohon maaf yang setulus-tulusnya apabila makalah ini memiliki
banyak kekurangan, serta saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi penyempurnaan tugas akhir ini.

Bandar Lampung, 27 Juli 2017

Reva Dwi Yanty

(1618011056)

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2

Daftar Isi............................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

1. Latar Belakang .................................................................................................... 4


2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

A. Pengertian Agama ............................................................................................... 4


B. Hakikat Manusia ................................................................................................. 5
1. Konsep Manusia dalam Berbagai Perspektif................................................. 5
2. Tujuan Penciptaan Manusia .......................................................................... 6
C. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama ......................................... 6
1. Latar Belakang Firah Manusia ...................................................................... 6
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia ........................................................... 7
3, Tantangan Manusia ....................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................

1. Kesimpulan ......................................................................................................... 9

3
BAB 1
I. PENDAHULUAN
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi
untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena
tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan
berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau
implusif (seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan
narkoba dan main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai
dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan
agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang
maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah
satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa
nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

II. RUMUSAN MASALAH


Untuk mengkaji masalahan yang terdapat dalam makalah Manusia dan Agama ini,
kelompok kami akan membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas:
1. Pengertian manusia
2. Hakekat manusia
3. Pengertian agama
4. Karateristik agama
5. Hubungan agama dengan manusia dalam kehidupan

III. PEMBAHASAN
A. MANUSIA
1. Pengertian Manusia dalam Alquran
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam Man the Unknown, bahwa banyak
kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan
manusia sendiri.
Istilah kunci yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk pada pengertian manusia
menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar disebut dalam Al-Quran 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian
manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian
kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Quran yang dapat dikelompokkan
dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung
amanah (QS Al-Ahzab [3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif
dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Maarij [70]:19-21) dan ketiga al-
insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri
(QS Al-Hijr [15]:28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia
psikologis dan spiritual.
Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Quran mengacu kepada manusia
sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman
padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)
4
Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapatdisimpulkan bahwa manusia
adalah mahkluk biologis,psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan
diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-
hukum yang berlaku (sunnatullah).

2. Tujuan Penciptaan Manusia


Kata Abdi berasal dari kata bahasa Arab yang artinya memperhambakan diri, ibadah
(mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-
Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat
pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian
yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai
dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.

3. Fungsi dan Kedudukan Manusia


Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang keluar dari mulut
tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Quran sebagai satu kitab
yang abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi khalifah
(pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (QS Al-
Anam [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah menganugerahkan kepada manusia
segala yang ada dibumi, semula itu untuk kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu
seluruh apa yang ada dibumi ini. QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung jawab
kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu
menghambakan dirinyakepada Allah Swt.
Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih
rendah martabatnya daripada manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak
tunduk kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk kepada-Nya
saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus menaklukanya, dengan kata
lain manusia harus membebaskan dirinya dari mensakralkan atau menuhankan alam.
Jadi dari uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan secara singkat bahwa manusia
hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat
statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya
didunia sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah [2]:30); al-Anam [6]:165), mengantur alam
dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam
masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.
B. HAKEKAT MANUSIA
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
3. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
4. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
5. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
6. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
5
7. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan
sosial.
8. Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban, mencari
jwaban berarti mencari kebenaran.

1. Hakikat Manusia Menurut Al-Quran


Al-Quran memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai
cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan
Adam dan istrinya diturunkan dari surga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada
hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai
makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci
dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban
dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan
sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah.
Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu .
Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu
selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut
mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat
seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang
saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan
jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia
berkualitas mutaqqin di atas.
Gambaran al-Quran tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada
teorisuperego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan
yang pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa
manusia.
Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai
tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran
dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan
melalui superego (nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah)
berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia.Sebaliknya, superego pun
sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instink, intuisi, dan
intelegensi ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama bekerja secara matang
dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja
ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang negatif, ego yang
merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.
2. Hakekat Manusia (Menurut Islam - Mohammad Sholihuddin, M.HI)
Manusia terdiri dari sekumpulan organ tubuh, zat kimia, dan unsur biologis yang semuanya
itu terdiri dari zat dan materi Secara Spiritual manusia adalah roh atau jiwa. Secara Dualisme
manusia terdiri dari dua subtansi, yaitu jasmani dan ruhani (Jasad dan roh). Potensi dasar
manusia menurut jasmani ialah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun,
di darat, laut maupun udara. Dan jika dari Ruhani, manusia mempunyai akal dan hati untuk
berfikir(kognitif), rasa(affektif), dan perilaku(psikomotorik). Manusia diciptakan dengan
untuk mempunyai kecerdasan.

C. AGAMA
1. Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan din dalam bahasa Arab
dan Semit, atau dalam bahasa Inggris religion. Dari arti bahasa (etimologi) agama berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun.
Sedangkan kata din menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang,
balasan atau kebiasaan. 6
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulisoleh Anshari bahwa walaupun
agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri, mempunyai
riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian teknis terminologis ketiga
istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu:
a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas
adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b. Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya
Maha Mutlak tersebut.
c. Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga adalah satu
sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia sesama manusia
dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan termaktub diatas.

Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang dipersatukan
yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap
sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama adalah pencarian
manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat
mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
Dengan demikian, mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa
hingga saaat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat ditarima secara universal.[6]
2. Syarat-Syarat Agama

a. Percaya dengan adanya Tuhan


b. Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya
c. Mempunyai tempat suci
d. Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan
e. Mempunyai hari raya keagamaan
3. Unsur-Unsur Agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam.
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh
penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
4. Fungsi Agama
Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
Pedoman perasaan keyakinan
Pedoman keberadaan
Pengungkapan estetika (keindahan)
Pedoman rekreasi dan hiburan
Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

D. KARATERISTIK AGAMA
Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya bangunan yang
sempurna. Seperti dalam salah satu sabda nabi Muhammmad,bahwa beliau adalah
penyempurna bangunan agama tauhid yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul sebelum
kedatangan beliau.
7
Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yang kokoh, tegas, dan
jelas. Rangka yang baik adalah rangka yang menguatkan bangunan yang akan dibangun
diatasnya. Memiliki ukuran yang simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan yang tepat
karena berperan sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang cukup
atau memiliki perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah sebaik-baiknya agama
dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai pedoman kehidupan manusia, untuk
menjalani kehidupannya dibumi. Manusia akan kehilangan pedoman atau pegangan dalam
menjalani kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada agama. Dewasa ini agama
mengalami beralih dan berpedoman kepada akal logikanya. Padahal akal dan logika manusia
memiliki keterbatasan yaitu keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan agama telah disusun
sedemikian rupa oleh sang pencipta agar menjadi pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat
dari skularisme ini mnimbulkan gaya hidup baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup
hedomisme dan pragmatis.
Adapun karakteristik agama pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Agama adalah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan(keyakinan) terhadap eksistensi suatu
yang absolut(mutlak), diluar diri manusia yang merupakan pangkal pertama dari segala
sesuatu termasuk dunia dengan segala isinya.
2. Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan(penyembahan) dari manusia kepada suatu
yang absolut.
3. Agama adlah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yang menjadi pola hubungan manusiawi
antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari yang absolut.

E. HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA DALAM KEHIDUPAN

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal manusia berbudaya, agama dan
kehidupan beragama tersebut telah menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak
dan bentuk dari semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan
berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan goib yang mereka
rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka harus berkomunikasi untuk memohon
bantuan dan pertolongan kepada kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang
aman, selamat dan sejahtera. Tetapi apa dan siapa kekuatan gaib yang mereka rasakan
sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara berkomunikasi dan memohon
peeerlindungan dan bantuan tersebut, mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya da
kebutuhan akan bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan
desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku keagamaan. Dengan
demikian rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah manusia.

1. Perkembangan Agama Dan Kehidupan Budaya Manusia

Pada tahap awalnya nampak bahwa agama mendominasi kehidupan budaya


masyarakat, kemudian dengan adanya perkembangan akal dan budidaya manusia, maka mulai
nampak gejala terjadinya proses pergeseran dominasi agama tersebut, yang pada giliran
selanjutnya tersingkirkan dalam kehidupan budaya suatu masyarakat. Namun demikan dengan
tersingkirnya dominasi agama itu, maka pertumbuhan dan perkembangan sistem budaya dan
peradaban manusia nampak menjadi kehilangan arah dan tujuannya yang pasti, sehingga
mereka memerlukan lagi terhadap agama, bukan sebagai yang mendomianasi, tetapi sebagai
petunjuk da pengarah kehidupan mereka.
Perkembangan agama dan kehidupan budaya umat manusia dalam proses sejarah yang
panjang tersebut dapat dilihat secara selintas pada pertumbuhan dan perkembangan manusia
secara individual. Pada tahap awalnya kehidupan manusia diliputi oleh ketidak-tahuan dan
ketidak-berdayaan, sehingga sifat ketergantungan pada orang tua (yang memelihara) sangat
menonjol. Setelah akal fikiran dan kemampuan budidayanya tumbuh dan berkembang
8
, maka sifat ketergantungan itu semakin berkurang, dan setelah menginajak dewasa sifat
kemandiriannya inilah manusia memerlukan adanya pedoman hidup, karena tanpa
pedoman/tujuan yang pasti, maka kemandirian akan menimbulkan kekacauan dan malapetaka
dalam kehidupan manusia. Kemudian pada masa tua, dimana kemampuan akal fikiran dan
budidaya manusia sudah mulai berkurang, maka manusia memerlukan kembali tempat
bergantung yang pasti sebagai tempat kembali.
Kalau di hubungkan dengan hukum perkembangan, ketiga tahap perkembangan jiwa
atau masyarakat/budaya manusia itu adalah pada tahap awal (masa kanak-kanak) disebut
dengan tahap teologik, fiktif; masa remaja (masa tumbuh dan berkembangnya pemikiran
abstrak) sebagai tahap metafisik atau abstrak; dan masa dewasa sebagai tahappositif atau riil.
Sedangkan masa tua sebagai kelanjutan perkembangan lebih lanjut dari tahap positif atau riil
tersebut.

IV. KESIMPULAN

Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua
predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia
sebagai khalifah Allah), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan
kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada
sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama)
merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan fitrah
manusia.

V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang hukum syari, semoga bermanfaat
bagi pembaca pada umumnyadan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak
lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami
butuhkan, guna memperbaiki makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai