Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Konsep kebebasan dalam Islam, asal mulanya adalah konsep ikhtiar dan taqdir , yang
berkaitan dengan kebebasan atau tidaknya manusia dalam melakukan perbuatannya,
dalam terminologi teologi atau agama. Kemudian setelah terjadinya kontak dengan dunia
barat konsep tersebut berkembang menjadi lebih luas cakupannya. Seperti kebebasan
berekspresi atau mengemukakan pendapat, berfikir, kebebasan berpolitik atau kebebasan
ekonomi.
Lalu manusia juga diberikan keleluasan oleh Allah, Apakah akan mengikuti perintahnya
atau malah mengabaikan perintahnya. Bahkan dalam Alquran, Manusia diberikan
kebebasan untuk memilih agama/ keyakinan dengan konsekuensi surga / neraka.
Q.S Al kahfi ayat 29 dan artinya :Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang
zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek.
Tentang kebebasan berakidah, Allah Juga berfirman “Dan jika Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman semua manusia di bumi seluruhnya. Maka, apakah kamu akan memaksa
manusia supaya mereka semua menjadi mukmin?” (Yunus, 29) dan, “Tidak ada paksaan
dalam beragama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah!”
(Al-Baqarah: 256).
Dalam hal Kebebasan akal dan berpendapat, “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang
telah mati. Allah berfirman: Apakah kamu belum percaya? Ibrahim menjawab: Tentu saja
saya percaya, tetapi supaya hati saya bertambah mantap.” (Al-Baqarah: 260) dan,
“Sesungguhnya Aku telah mengulang-ulang bagi manusia dalam Al-qur’an ini pelbagai
perumpamaan, dan manusia adalah makhluq yang paling banyak membantah.” (Al-Kahfi:
54).
Sedangkan dalam hal kebebasan berkehendak, “Dan, seorang manusia tidak
mendapatkan selain apa-apa yang telah diupayakannya. Dan, pelbagai upayanya itu kelak
akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan
yang paling sempurna. Dan, kepada Tuhanmulah segala sesuatu akan bermuara.” (An-
Najm, 39-42).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Salah satu bentuk kebebasan lainnya ialah kebebasan beragama atau yang sering
diungkapkan dengan kemaslahatan agama. Syariat Islam menjamin terpeliharanya kelima
hak pokok yang diberikan Allah SWT kepada manusia bagi terciptanya kemaslahatan
kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Jaminan ini melandasi hubungan antar warga masyarakat atas dasar sikap saling
menghormati yang akan menimbulkan sikap tenggang dan saling mengerti antara satu
dengan yang lain. Terlepas dari sejarah yang mencatat penindasan, kepicikan pandangan
dan kezaliman yang pernah terjadi terhadap kelompok minoritas agama, sejarah umat
manusia membuktikan bahwa toleransi adalah bagian inheren bagi kehidupan manusia itu
sendiri.
Toleransi merupakan hal yang tetap dibutuhkan demi berjalannya transformasi sosial
sepanjang sejarah umat manusia. Bahkan sejarah membuktikan bahwa agama merupakan
dobrakan moral atas kungkungan yang ketat dari pandangan yang dominan yang berwatak
menindas.
Hal tersebut telah dibuktikan oleh Islam dengan dobrakannya atas ketidakadilan
wawasan hidup jahiliah yang dianut mayoritas bangsa Arab di zamannya. Manusia di
tempatkan pada martabat yang tinggi dan merupakan karunia pemberian Tuhan
kepadanya, bukan pemberian manusia lain dan bukan pula pemberian negara atau
superioritas lainnya.
Alquran menjelaskan hal ini secara tegas untuk memperkuat prinsip kemuliaan martabat
manusia yang dinyatakan dengan ungkapan yang mutlaq, yaitu Banî dam. Kemuliaan
martabat manusia mencakup seluruh umat manusia tanpa kecuali. Jaminan terhadap
perlindungan harkat dan martabat manusia datang dan berasal dari Allah SWT dari sifat
Raẖmân dan Raẖim-Nya. Implikasi yang terkandung dari prinsip ini adalah bahwa tunduk
dan hormat pada kekuasaan Allah S.w.t. haruslah sekaligus berarti menghormati jaminan
dan ketentuan Allah SWT yang dalam hal ini berarti menghormati dan mengakui martabat
setiap manusia.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma. Ada saja Muslim
yang hanya mengaku beriman, tapi lalai menger jakan amal saleh. Padahal, jika memang
benar-benar beriman, seharusnya melaksanakan ibadah dan amal kebaikan lainnya secara
berkelanjutan. lmu, iman, dan amal di dalam islam memiliki keterkaitan dan harmoni satu
sama lain. Ibaratnya, apabila salah satu darinya tidak dipunya, maka tidak sempurna
bagian yang lainnya. Contohnya peran dan fungsi ilmu yang akan memengaruhi iman dan
amal seseorang. Apabila seseorang memiliki ilmu, maka akan bertambah amal dan
imannya. Sebaliknya jika seseorang tidak berilmu, maka imannya akan goyah dan amal
perbuatannya tidak banyak sebab ia bingung dan tidak tahu tentang kewajiban, tata cara,
serta manfaat dari ibadah yang dia lakukan. Oleh karena itu, iman dan amal baru akan
bernilai apabila dilandasi oleh ilmu.

Di dalam Al-Quran Surah Al Isra ayat 36 Allah berfirmah mengenai pentingnya ilmu untuk
melakukan amal perbuatan.

Berikut ini terjemahannya. "Janganlah mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya, sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai
pertanggungjawabaannya".

Larangan untuk mengikuti dengan tunduk (taqlid) terhadap apa yang didapat baik tradisi,
kepercayaan, ilmu, dan sebagainya lebih dapat dipahami bahwa Al-Qur'an sangat
mendukung peran ilmu terhadap iman . Demikian karena, menurut Al-Qur'an, boleh jadi
yang diikutinya itu berbuat salah atau sesat. Salah satu larangan taqlid itu adalah pada QS
Al-Baqarah ayat 170:
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab, "(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami
(melakukannya)." Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak
mendapat petunjuk."

3. Masyarakat Madani adalah baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur yang diartikan sebagai
negeri yang baik di atas keridhaan Allah. Atau suatu masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Upaya yang dapat dilakukan umat
beragama dalam mewujudkan masyarakat madani :
 Menjaga perdamaian antar umat
 Menerapkan ilmu agama dan akhlak
 Bersikap adil
 Menumbuhkan sikap keagamaan
 Melaksanakan dan Taat akan perintah Allah SWT.
 menerapkan studi agama
 menumbuhkan kesadaran pluralism
 bermusyawarah
 Menumbuhkannya sikap saling pengertian antara sesama umat beragama
 melakukan usaha-usaha penumbuhan sikap-sikap demokratis, pluralis, dan toleran
kepada umat beragama sejak dini melalui pendidikan islam mewajibkan umatnya
untuk berdakwah, akan tetapi dakwah tersebut juga harus disampaikan dengan cara
yang baik dan manusiawi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. Al-Quran adalah penuntun ummat yang tentunya didalamnya terdapat ayat-ayat yang
membahas kebebasan, yang antara lain:
 Kebebasan berekspresi
Berekspresi dalam ajaran Agama Islam satu kebebasan kebebasan yang memiliki
kaidah dan prinsip yang tegas dan jelas dalam ajaran Agama Islam. Kebebasan
berekspresi hal yang wajar, tetapi sesuai dengan koridor yang telah ditentukan.
Dalam berekspresi ajaran Agama Islam melarang mempertunjukkan penghinaan
atas hal sakral yang diyakini seseorang. Tidak dibenarkan melakukan penghinaan satu
kaum. Dalam berekspresi dalam ajaran Agama Islam mewajibkan mencegah dan
merubah kemungkaran. Sangat tegas mencegah dan mengubah kemungkaran itu
yakni dengan tangan, dengan kata-kata dan minimal dengan hati atau tidak ikut dalam
kemungkaran itu meskipun masuk kategori selemah-lemah iman.
Allah SWT menyuruh manusia untuk memperhatikan alam jagat raya, bumi dan
langit. Artinya manusia harus memahami seni dan berekspresi di bumi Allah SWT ini.
Seni dapat didefinisikan sebagai wujud ekspresi keindahan. Sedangkan keindahan itu
menjadi satu sifat yang melekat pada Allah SWT. Hal ini terdapat pada Al-Qur’an Surah
Qaf ayat 6 yang artinya,
“Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana cara Kami meninggikannya (membangunnya) dan menghiasinya, dan tidak
terdapat retak-retak sedikit pun?”
“Kamu memperoleh pandangan yang indah ketika kamu membawanya kembali ke
kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan” (QS Al-Nahl : 6).
 Kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat
Kebebasan berpikir merupakan salah satu fitrah manusia atau watak aslinya. Termasuk
dalam pengertian ini adalah kebebasan manusia menggunakan pikirannya untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Dalam ajaran Islam, kebebasan berpikir sangat
dihargai, sehingga orang yang berani menyatakan pendapatnya yang benar di hadapan
penguasa yang otoriter atau zalim, dinilai sebagai suatu perjuangan yang paling mulia.

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


Kebebasan berpikir juga mengandung maksud dan tujuan, agar manusia terbebas dari
keraguan dan taqlid buta, bahkan Islam mendorong untuk bebas memikirkan tentang
alam semesta, tentang dirinya, dan tentang apa yang dilihat dan didengar.
Sebagaimana bunyi firman Allah SWT :
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan
tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan
diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya”. (QS Ar-Rum
: 8)
“…. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : “Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran dari padanya melainkan orang-orang yang berakal.” (QS Ali
Imran:7)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”
mereka menjawab : “Tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari perbuatan nenek moyang kami.” Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?” (QS Al – Baqarah : 170).
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari Jin
dan Manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk
melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak
dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak,
bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”. (QS. Al A’raf :179).
" Katakanlah, "Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah)
memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir.
Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."( QS. Al-'Ankabut/29:20:)
Kebebasan berpikir, menyatakan pendapat dan berbeda pendapat termasuk
dalam kategori kebebasan yang universal. Islam mengakui dan melindungi prinsip ini.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Kebebasan berpikir dan kebebasan menyatakan pendapat harus berdasarkan


kepada tanggung jawab yang tidak boleh menganggu ketertiban umum atau
menimbulkan suasana permusuhan di kalangan manusia sendiri.
Kebebasan untuk berbeda pendapat juga merupakan hak seseorang dalam Islam.
Hak tersebut dapat digunakan oleh setiap orang, misalnya dalam suatu forum
musyawarah. Setiap orang bebas menyatakan pendapatnya, sekalipun berbeda
dengan orang lain. Dalam ajaran Islam, perbedaan pendapat di kalangan umat Islam
dipandang sebagai suatu rahmat.
 Kebebasan Beragama
Al-Qur'an membahas mengenai kebebasan beragama, walaupun Allah menurunkan
rasul-rasul-Nya, namun para rasul itu tidaklah dapat memaksa untuk beriman
Hal ini dinyatakan dalam QS Qaaf ayat 45:
artinya: " Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-
kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan
Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku."
Dalam ayat lain Al-Qur'an menyatakan bahwa manusia berhak untuk memilih agama.
Demikian dinyatakan dalam QS. Al-Kahfi/18:29:
Artinya: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
Dalam Qs Al-Baqarah ayat 256 menyatakan para rasul bukanlah pemaksa dan juga
karena manusia berhak memilih agama, maka jelaslah tidak ada paksaan dalam
beragama:
" Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui."
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

 Musyawarah
Musyawarah adalah cara yang sangat mulia dalam menyikapi suatu persoalan. Karena
dengan cara bermusyawarah ini, selisih paham dan pendapat dapat diselesaikan
dengan hasil keputusan yang baik serta tidak merugikan pihak manapun.
Bermusyawarah bisa dilakukan di mana saja, mulai dari lingkup kehidupan rumah
tangga, dalam kehidupan sosial bermasyarakat, hingga di tempat kerja.
Musyawarah disebutkan dalam Al-Quran pada ayat-ayat berikut:
“.... Seseorang tidak dibebani melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita karena anaknya, dan jangan pula seorang ayah (menderita)
karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin
menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak
ada dosa bagi keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat terhadap apa
yang kamu kerjakan.”( Q.S Al-Baqarah: 233)
Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah sampai
kepadaku sebuah surat yang mulia.” (29) Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman yang
isinya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
(30) janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri.” (31) Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar,
berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini). Belum pernah aku memutuskan suatu
perkara sebelum kalian hadir dalam majelis(ku).” (32) Mereka menjawab, “Kita memiliki
kekuatan dan keberanian yang luar biasa, akan tetapi keputusan berada di tanganmu.
Maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.” (33) Dia (Balqis) berkata,
“Sesungguhnya apabila para raja menaklukkan suatu negeri, mereka tentu akan
membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina, dan
demikian pula yang akan mereka perbuat. (34) Dan sungguh, aku akan mengirim
utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang
akan dibawa kembali oleh para utusan itu.” (An-Naml: 29-35)
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

“Maka berkat rahmat Allah lah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
akan menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”( Q.S Ali Imran:
159)

 Kebebasan berpindah tempat


Setiap manusia berhak untuk mencari penghidupan yang layak, yang bisa dilakukan
dengan cara berpindah tempat. Al-Quran mengatur kebebasan ini dalam ayat-ayat:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan


berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Baqarah: 218)
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari
sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung
halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang gugur, pasti akan
Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah
ada pahala yang baik.”( Q.S Ali Imran: 195)
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai