Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KEADILAN KEPEMIMPINAN dan KERUKUNAN”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Doen Pengampu Mata Kuliah : Drs. H. La Ijaa, M.si

Disusun Oleh Kelompok : IV


Zarina Fitryawati (162301076)
Wa Ode Satriani Ien (162301061)
Nur Tilna (162301092)
Hayun (162301104)
Awiyudin (162301109)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAU-BAU 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan karunia-Nya kepada kita semua. Berkat karunia-Nya pula, kami selaku
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dengan tema Keadilan Kepemimpinan dan Kerukunan.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. La Ijaa


M.si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan bimbingan terkait tugas ini. Tanpa bimbingan dari beliau kami tidak
akan dapat menyelesaikan tugas ini dalam waktu yang telah di tentukan.

Kami menyadari bnyak kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Oleh
karena itu, kami selaku penulis mengharapakan masukan dan saran pembaca agar
kedepannya dapat menjadi bahan evaluasi saya dalam membuat makalah
kedepannya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
terkhususnya dalam pembaca.

Baubau, 29 November 2023

Penulis

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab


ataskepemimpinannya.” Mungkin kata-kata tersebut yang paling cocok dan
pas bagi setiap orangmuslim di seantero jagad raya ini. Kenapa tidak,
manusia diturunkan di bumi ini adalahsebagai khalifah yang memakmurkan
dan menyemarakkan dunia. Mungkin kita juga sepakat bahwa pada setiap
individu manusia muslim adalah seorang pemimpin. Yakni
memimpindirinya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.Dan
semua masyarakat pastinyatidak menginginkan pemimpin yang brutal akan
kekuasaan, keegoisan, dan kesombongan.Tapi yang dibutuhkan masyarakat
adalah pemimpin yang memiliki jiwa keadilan dan rasakasih saying yang
natinya bisa menumbuhkan kerukunan khususnya dalam pembangunanantar
umat beragama.
Berbicara tentang “kepemimpinan”, sungguh alangkah menumbuhkan
jiwa semangat bagi setiap muslim yang peduli akan iman yang diembannya.
Jika kita menoleh jauh ke belakang tentang sejarah awal Islam, tentulah kita
akan menemukan banyak pelajaran yangluar biasa apabila diaplikasikan
dalam dunia modern sekarang, khususnya dalam hal“keadilan,
kepemimpinan, dan kerukunan”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan keadilan, kepemimpinan, dan kerukunan
menurut islam?
2. Babagaimana upaya dalam Pembangunan kehidupan beragama

BAB II PEMBAHASAN

A. Keadilan
1.Makna Keadilan
Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil dari bahasa Arab “adl”.
Kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti “sama”.
Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat immaterial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan: (1) tidak berat
sebelah/tidak memihak, (2) berpihak kepada kebenaran, dan (3) sepatutnya/tidak
sewenang-wenang.“Persamaan” yang merupakan makna asal kata “adil” itulah yang
menjadikan pelakunya tidak berpihak , dan pada dasarnya pula seorang yang adil
berpihak kepada yang benar kareana baik yang benar dan yang salah sama-sama harus
mempeoleh haknya. Dengan
demikian, ia melakukan sesuatu “yang patut” lagi “tidak sewenang-wenang”.

Keadilan diungkapkan oleh Al-


Qur’an antara lain dengan kata-kata al-‘adl, al-qisth, almizan, dan dengan
menafikan kezaliman. ‘Adl, yang berarti “sama”, member kesan adanya dua pihak atau
lebih; karena hanya jika satu pihak, tidak akan terjadi “persamaan”. Qisth arti
asalnya adalah “bagian” (yang wajar dan patut). Ini tidak harus mengantarkan adanya
“persamaan”. Bukankah “bagian” dapat Saja diperoleh oleh satu pihak? Karena itu, kata qisth
lebih umum dari pada kata ‘adl, dan karena itu pula ketika Al-Quran menuntut
seseorang untk berlaku adil terhadap dirinya sendiri, kata qisth itulah yang
digunakannya. Perhatikan firman Allah dalam surat An-Nisa’ (4): 135, yang
artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak al-
qisth (keadilan),menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap
dirimu sendiri…..
Mizan berasal dari kata wazn yang berarti timbangan. Oleh karena
itu, mizan, adalah “alat untuk menimbang”. Namun dapat pula berarti

“keadilan”, karena bahasa seringkali menyebut “alat” untuk makna


“hasil penggunaan alat itu”.

2.Keadilan dalam Al-Quran

Keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh Al-Quran amat beragam, tidak
hanya pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berselisih,
melainkan Al-Quran jugamenuntut keadilan tehadap diri sendiri , baik ketika
berucap, menulis, atau bersikap batin.Al-
Quran memandang kepemimpinan sebagai “perjanjian ilahi” yang melahirkan
tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu (hai Ibrahim)
pemimpin untuk
seluruh umat manusia
. “Dia (Ibrahim) berkata, “(Saya bermohon agar) termasuk juga
keturunan-
keturunanku.” Allah berfirman, “Perjanjian
-
Ku ini tidak akan diterima oleh orangorang yang zalim” (QS
Al-Baqarah (2): 124).Bahkan Al-Quran menegaskan bahwa alam raya ini ditgakkan atas
dasar keadilan
Artinya:"Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan)".
(neraca kesetimbangan) (QS Ar Rahman (55):7)”
Walhasil, dalam Al-Quran dapat ditumukan pembicaraan tentangkeadilan, dari
tauhid sampai keyakinan mengenai hari kebangkitan, darinubuwwah (kenabian)
hinggan kepemimpinan, dan dari individu hingamasyarakat. Keadilan adalah syarat bagi
terciptanya kesmpurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan sekaligus
jalan terdekatmenuju kebahagiaan ukhrawi.3.

Keadilan Mencakup Semua HalSeperti dikemukakan diatas, Allah menciptakan


dan mengelolaalamraya ini dengan keadilan, dan menuntut agar keadilan
mencakupsemua aspek kehidupan. Akidah, syariat atau hukum, akhlak, bahkan
cintadan benci.
Dan kamu pasti tidak akan dapat berlaku adil diantara wanita-wanita(istri-istrimu
dalam cinta), walaupn kamu berusaha keras ingin berbuatdemikian. Karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yangkamu cintai), dan membiarkan
yang lain terkatung-katung (QS Al-
Nisa’ (4):129)
Keadilan harus ditegakkan dimana pun, kapan pun, dan terhadap
siapa pun.Bahkan jika perlu dengan tindakan tegas. Salah satu ayat AlQur’an
menggandengkan “timbangan” (alatukur yang adil) dengan “besi”
yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk member isyarat bahwa
kekerasan adalah salah satu cara untuk menegakkan keadilan.
B. KEPEMIMPINAN

1.Masalah Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-2hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaansampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan
lainnya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka “Kepemimpinan”
artinya, perihal pemipin; cara memimpin.Dalam bahasa inggris pemimpin itu
disebut leader,kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Ada lagi
istilah kepemimpinan secaraspiritual dan empiris. Pengertiannya, spiritual
adalah kepemimpinan yang mampu mentaati perintah dan larangan Allah dan
Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam dalam semua aspekkehidupan. Secara empiris
kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat ( H. NawawiHadar, 2001 : 17 &
27).Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukanapa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan
sertakekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan
yang tak dapatdipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu samalainnya, tetapi banyak faktor.2.

Macamnya PemimpinAdapun macamnya pemimpin itu sendiri, yakni:

a.Pemimpin Formal
Yaitu orang yang secara resmi diangkat dalam jabatan kepemimpinan, teratur
dalamsuatu organisasi pemerintahansecara hiearki, tergambar dalam suatu gambar baganyang
tergantung di kantor-kantor kepemimpinan.

b.Pemimpin Non Formal


Yakni seperti organisasi non pemerintah tetapi hiarki.

c.Pemimpin Informal
Yakni seorang individu yang walaupun tidak mendapat pengangkatan secara
yuridisformal sebagai pemimpin, tapi memiliki sejumlah kualitas ( objektif dan
subjektif) , yangmemungkinkan mencapai kedudukan sebagai orang yang dapat
mempengaruhikelakuan serta tindakan suatu kelompok masyarakat baik dalam arti
positif maupunnegatif.

3.Potensi Kepemimpinan
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang
berkaitan satu dengan
lainnya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka “Kepemimpinan”
artinya, perihal pemipin; cara memimpin.Dalam bahasa inggris pemimpin itu
disebut leader,kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Ada lagi
istilah kepemimpinan secaraspiritual dan empiris. Pengertiannya, spiritual
adalah kepemimpinan yang mampu mentaati perintah dan larangan Allah dan
Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam dalam semua aspekkehidupan. Secara empiris
kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat ( H. NawawiHadar, 2001 : 17 &
27).Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukanapa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan
sertakekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan
yang tak dapatdipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu samalainnya, tetapi banyak faktor.2.

Macamnya PemimpinAdapun macamnya pemimpin itu sendiri, yakni:a.

Pemimpin FormalYaitu orang yang secara resmi diangkat dalam jabatan


kepemimpinan, teratur dalamsuatu organisasi pemerintahansecara hiearki, tergambar dalam
suatu gambar baganyang tergantung di kantor-kantor kepemimpinan. b.

Pemimpin Non FormalYakni seperti organisasi non pemerintah tetapi hiarki.c.

Pemimpin InformalYakni seorang individu yang walaupun tidak mendapat


pengangkatan secara yuridisformal sebagai pemimpin, tapi memiliki sejumlah
kualitas ( objektif dan subjektif) , yangmemungkinkan mencapai kedudukan sebagai
orang yang dapat mempengaruhikelakuan serta tindakan suatu kelompok masyarakat
baik dalam arti positif maupunnegatif.3.

Potensi KepemimpinanKepemimpinan dalam islam adalah tanggung jawab dan


pelayanan yang utuh untuk dinullah.Keberhasilan dakwah banyak bergantung
pada tumbuhnya shaf pendukung yang memilikikejelasan dan tanggung jawab
pembagian tugas dan sitem perekrutan yang baik, karena inisangat menentukan
tercapainya tujuan. Dari sini semua membutuhkan pemimpi yang adil, berilmu,
dan terampil dan menguasai permasalahan.Ada beberapa cirri yang
menunjukkankemampuan memimpn seseorang:a.

Mampu untuk mengikat dengan pemikiran dan kepribadiannya. b.

Kerja yang terus menerus dan berlanjut serta sabar dan tidak mudah putus asa.c.

Mampu mengarahkan seorang menjadi dinamis dan rukun.d.

Mendidik, mengarahkan dan menjaga kader-kadernya dari kebinasaan.e.

Pandai membagi waktu, waspada, cerdik, (cepat dan tepat merespon setiap kejadian)
sertamemiliki bashirah (mata hati) dengan segala potensinya inilah seoran pemimpin dengan
idzinAllah mampu membawa organisasinya melangkah benar.

4.

Identifikasi Kepemimpinan RasulullahDalam sejarah kepemimpinan Rasulullah

Perwujudan Kepemimpinan OtoriterRasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah


pemimpin yang sangat keras dalammenghadapi orang-orang kafir dan dalam memberikan
hukuman serta pelaksanaan petunjuk
dan tuntunan Allah Subhanahu Wata’ala lainnya. Tidak ada yang boleh dibantah,
jika telah di
wahyukan Allah swt, Tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan pemberian saran,
pendapat,kreativitas dan inisiatif, sehingga berarti suatu perintah harus
dilaksanakan dan larangan harusdijauhi/ditinggalkan. b.

Perwujudan Kepemimpinan Laissez FaireDalam menyeru umat islam


terlihat kepemimpinan Rasulullah saw, yang bersifat laissezfaire(bebas). Beliau
tidak memaksa dengan kekerasan , akan tetapi beliau hanya diperintaholeh Allah
swt untuk menyeru dan memperingatkan keberuntungan bagi yang mendengar
dankerugian bagi yang berlaku angkuh dan sombong, menolak seruan
beliau.Setiap manusiadiberi kebebasan untuk mengimani Kalimat Syahadat.Jika
menolak beriman, Rasullullah tidakakan memaksanya, namun
tetap memperingatkan celakah dirinya yang telah keliru memilih.c.

Perwujudan Kepemimpinan DemokratisPrinsip-prinsip demokratis yang dibangun


Rasulullah saw, pada masa hidup beliau selalu
berhubungan dengan ummat yang dipimpnnya, terutama para sahabat yang
sangat akrab.Olehkarenanya stiap ummat tidak dibatasi untuk berkomunikasi
dengan beliau sebagai pemimpin.Diantaranya ada yang datang minta petunjuk,
petuah dan nasihat, disamping itu ada juga yang bermaksud menyampaikan
pendapat, masalah yang dihadapinya dan melaporkan segalasesuatu yang perlu
diketahui oleh Rasulullah saw.

5. Dalil-Dalil Tentang Kepemimpinana.

Pemimpin yang Maha Mutlak (absolute) hanyalah Allah SWT. (al-Mulk 1; al-
Ma’idah 18)
b.

“Kepemimpinan” Allah SWT terhadap alam ini, sebagian didelegasikan untuk


manusia
,
sesuai dengan kehendaknya (Ali ‘Imran 26).
c.

Sesuai dengan adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia, maka


tingkatkepemimpinan yang dipercayakan oleh Allah pun berbeda-beda pula (al-
An’am(165)
d.Status kepemimpinan yang ada pada manusia hanya sebagai amanat dari Allah SWT.
(HR.Muslim), yang sewaktu-waktu diberikan kepada seseorang yang irenggut dari seseorang
( Ali‘Imran 26).
e.Oleh karena itulah untuk seorang pemimpin diperlukan syarat yang khusus, yang
meliputisyarat-syarat:1.
Kemampuan memimpin sesuai dengan jabatannya (HR. Bukhari).2.
Dukungan kecintaan dari bawahannya (HR. Muslim dan lain-lain).3.
Terdiri dari orang terbaik, termampu dalam jabatan tersebut (HR. Hakim).4.
Berakhlak, taqwa ( al-Anfal 34) terutama shalat dan zakat (al-
Ma’idah 54-55).
f.Sejumlah kelompok manusia yang tidak boleh dijadikan pemimpin ummat
islam:1.Kafirin (al-Anfal 73 ; an- Nisa’ 138; 139 dan 144. Al-A’raf).
2.Yahudi dan Nasrani (al
-ma’idah 51-53). 3. Yang mempermainkan agama atau mempermainkan shalat
(al-ma’idah 56-57). 4. Musuh Allah dan musush orang mu’min (al-mumtahana 1)
5. Yang lebih mencintai kekufuran daripada iman (at-taubah 23) 6. Yang di luar
golongan orang mu’min (ali-imran 118).

C.Kerukunan1.

Masalah KerukunanSesuai pembahasan masalah kerukunan, kerukunan secara bahasa berasal


darikata rukun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti baik dan
damai,tidak bertengkar. Kerukunan artinya perihal hidup rukun, hidup rukun damai
sesame anak bangsa dan sesame ummat beragama. Lebih-lebih agama masalah
hak asasi manusiadan ia sangat peka, masalah kecil saja bisa memicu terjadinya
pergesekan.Adanya kerukunan hidup beragama adalah merupakan salah satu syarat
mutlakterwujudnya stabilitas politik dan ekonomi. Oleh karena kerja sama
pemerintah,masyarakat beragama dalam mewujudkan iklim kerukunan beragama
sangatdipelukan. Kerukunan yang diistilahkan oleh pemerinah mencakup
tiga kerukunan,yaitu kerukunan inten ummat beragama, kerukunan antar ummat beragama,
dankerukunan ummat beragama dengan pemerintah.2.

Hubungan KerukunanDalam ajaran islam kemurnian akidah harus


dijaga. Olehkarenanya ada pendapat mengatakan, tidak ada toleransi dalam akidah

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap,
dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama. Keadilan adalah suatu sikap dan tindakan
2proporsional. Sedangkan kerukunan adalah baik dan damai, tidak
bertengkar.Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia harus
bisa menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dengan adil dan di setiap langkah
sebagai seorang pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum
Muslimin agar selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai
khalifah Allah di bumi. Dan sebagai khalifah sudah sepantasnya manusia hidup
dengan rukun baik ukhuwah islamiyah, ukhuwahwathoniyah, dan ukhuwah
basyariyah 5yang nantinya juga untuk mewujudkan kehidupan antarumat beragama
dengan rukun dan damai.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Miftah Faridl,1980. “Pokok - pokok Ajaran Islam”. Edisi Pertama. Bandung:
Penerbit
Pustaka Bandung.
M. Quraish Shihab, 1996. “Wawasan Al-Quran”.
Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Mizan.
Dr. Musa Subaiti,1996. “Akhlak Keluarga Muhammad SAW.” Jakarta: Penerbit
Lentera. Andiansyah, Lutfy. “Keadialan, Kepemimpinan, dan Kerukunan.”
06 September 2016.
http://lutfyra.blogspot.co.id/2014/12/keadilan-kepemimpinandan-kerukunan.htm.

Anda mungkin juga menyukai