Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kepemimpinan, Keadilan, dan Kerukunan (Menurut Agama

Islam)
TUGAS MATAKULIAH PENDIDIKAN AGAMA
Kepemimpinan, Keadilan, dan Kerukunan
(Menurut Agama Islam)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
A. MUSONNIFIN AZIZ
NIM: A34160004

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
2016

[Type the document title]


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Kepemimpinan,
Keadilan, dan Kerukunan (Menurut Agama Islam). Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang agama Islam, khususnya dalam
peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dan tidak hanya itu penulis ingin memaparkan
tentang keadilan dan kerukunan yang ketiga istilah diatas berkaitan satu sama lain, ia bisa
berhubungan dengan politik, kemasyarakatan, dan agama.. Di samping itu, makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadar akan
keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih baik, dan
tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari kebodohan
imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha
Pencipta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian
dirinya. Amin.

Sidoarjo, 19 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ......................................................................... ....1

B.

Rumusan Masalah .......................................................................................... 1


BAB II PENJELASAN KEPEMIMPINAN, KEADILAN, DAN KERUKUNAN

A.

Kepemimpinan ............................................................................................... 1

1.

Masalah Kepemimpinan ..................................................................................1

1.

Macamnya Pemimpin...................................................................................... 2

2.

Potensi Kepemimpinan ................................................................................... 2

3.

Identifikasi Kepemimpinan Rasulullah .......................................................... 3

4.

Dalil-Dalil Tentang Kepemimpinan .................................................................3

B.

Keadilan ...........................................................................................................4

1.

Makna Keadilan...............................................................................................4

2.

Keadilan Dalam Al-Quran..............................................................................5

3.

Keadilan Mencakup Semua Hal.......................................................................6

C.

Kerukunan .......................................................................................................6

1.

Makna Kerukunan............................................................................................6

2.

Hubungan Kerukunan. 6
BAB III PEMBANGUNAN KEHIDUPAN BERAGAMA

1.

Cara Islam Dalam Pembangunan Kehidupan Beragama................................ 7


BABIV PENUTUP

A.

Kesimpulan .................................................................................................... 8

B.

Saran .............................................................................................................. 8
REFERENSI................................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Mungkin kata-kata tersebut yang paling cocok dan pas bagi setiap orang
muslim di seantero jagad raya ini. Kenapa tidak, manusia diturunkan di bumi ini adalah
sebagai khalifah yang memakmurkan dan menyemarakkan dunia. Mungkin kita juga sepakat
bahwa pada setiap individu manusia muslim adalah seorang pemimpin. Yakni memimpin
dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.Dan semua masyarakat pastinya
tidak menginginkan pemimpin yang brutal akan kekuasaan, keegoisan, dan kesombongan.
Tapi yang dibutuhkan masyarakat adalah pemimpin yang memiliki jiwa keadilan dan rasa
kasih saying yang natinya bisa menumbuhkan kerukunan khususnya dalam pembangunan
antar umat beragama.
Berbicara tentang kepemimpinan, sungguh alangkah menumbuhkan jiwa semangat
bagi setiap muslim yang peduli akan iman yang diembannya. Jika kita menoleh jauh ke
belakang tentang sejarah awal Islam, tentulah kita akan menemukan banyak pelajaran yang
luar biasa apabila diaplikasikan dalam dunia modern sekarang, khususnya dalam hal
kepemimpinan, keadilan, dan kerukunan.

B.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan, keadilan, dan kerukunan menurut islam? Dan
bagaimana upaya dalam pembangunan kehidupan beragama?

A.

BAB II
PENJELASAN KEPEMIMPINAN, KEADILAN, DAN KERUKUNAN
Kepemimpinan

1. Masalah Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan
lainnya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka Kepemimpinan

artinya, perihal pemipin; cara memimpin.Dalam bahasa inggris pemimpin itu disebut leader,
kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership. Ada lagi istilah kepemimpinan secara
spiritual dan empiris. Pengertiannya, spiritual adalah kepemimpinan yang mampu mentaati
perintah dan larangan Allah dan Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam dalam semua aspek
kehidupan. Secara empiris kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat ( H. Nawawi
Hadar, 2001 : 17 & 27).
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor.

2. Macamnya Pemimpin
Adapun macamnya pemimpin itu sendiri, yakni:
a. Pemimpin Formal
Yaitu orang yang secara resmi diangkat dalam jabatan kepemimpinan, teratur dalam
suatu organisasi pemerintahansecara hiearki, tergambar dalam suatu gambar bagan
yang tergantung di kantor-kantor kepemimpinan.
b. Pemimpin Non Formal
Yakni seperti organisasi non pemerintah tetapi hiarki.
c. Pemimpin Informal
Yakni seorang individu yang walaupun tidak mendapat pengangkatan secara yuridis
formal sebagai pemimpin, tapi memiliki sejumlah kualitas ( objektif dan subjektif) , yang
memungkinkan mencapai kedudukan sebagai orang yang dapat mempengaruhi
kelakuan serta tindakan suatu kelompok masyarakat baik dalam arti positif maupun
negatif.

3. Potensi Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam islam adalah tanggung jawab dan pelayanan yang utuh untuk dinullah.
Keberhasilan dakwah banyak bergantung pada tumbuhnya shaf pendukung yang memiliki
kejelasan dan tanggung jawab pembagian tugas dan sitem perekrutan yang baik, karena ini
sangat menentukan tercapainya tujuan. Dari sini semua membutuhkan pemimpi yang adil,
berilmu, dan terampil dan menguasai permasalahan.Ada beberapa cirri yang menunjukkan
kemampuan memimpn seseorang:
a. Mampu untuk mengikat dengan pemikiran dan kepribadiannya.
b. Kerja yang terus menerus dan berlanjut serta sabar dan tidak mudah putus asa.
c. Mampu mengarahkan seorang menjadi dinamis dan rukun.

d. Mendidik, mengarahkan dan menjaga kader-kadernya dari kebinasaan.


e. Pandai membagi waktu, waspada, cerdik, (cepat dan tepat merespon setiap kejadian) serta
memiliki bashirah (mata hati) dengan segala potensinya inilah seoran pemimpin dengan idzin
Allah mampu membawa organisasinya melangkah benar.

4. Identifikasi Kepemimpinan Rasulullah


Dalam sejarah kepemimpinan Rasulullah maka dilakukan identifikasi kepemimpinan
Rasulullah, sebagai berikut:
a. Perwujudan Kepemimpinan Otoriter
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah pemimpin yang sangat keras dalam
menghadapi orang-orang kafir dan dalam memberikan hukuman serta pelaksanaan petunjuk
dan tuntunan Allah Subhanahu Wataala lainnya. Tidak ada yang boleh dibantah, jika telah di
wahyukan Allah swt, Tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan pemberian saran, pendapat,
kreativitas dan inisiatif, sehingga berarti suatu perintah harus dilaksanakan dan larangan harus
dijauhi/ditinggalkan.
b. Perwujudan Kepemimpinan Laissez Faire
Dalam menyeru umat islam terlihat kepemimpinan Rasulullah saw, yang bersifat laissez
faire(bebas). Beliau tidak memaksa dengan kekerasan , akan tetapi beliau hanya diperintah
oleh Allah swt untuk menyeru dan memperingatkan keberuntungan bagi yang mendengar dan
kerugian bagi yang berlaku angkuh dan sombong, menolak seruan beliau.Setiap manusia
diberi kebebasan untuk mengimani Kalimat Syahadat.Jika menolak beriman, Rasullullah tidak
akan memaksanya, namun tetap memperingatkan celakah dirinya yang telah keliru memilih.
c. Perwujudan Kepemimpinan Demokratis
Prinsip-prinsip demokratis yang dibangun Rasulullah saw, pada masa hidup beliau selalu
berhubungan dengan ummat yang dipimpnnya, terutama para sahabat yang sangat akrab.Oleh
karenanya stiap ummat tidak dibatasi untuk berkomunikasi dengan beliau sebagai pemimpin.
Diantaranya ada yang datang minta petunjuk, petuah dan nasihat, disamping itu ada juga yang
bermaksud menyampaikan pendapat, masalah yang dihadapinya dan melaporkan segala
sesuatu yang perlu diketahui oleh Rasulullaj saw.

5. Dalil-Dalil Tentang Kepemimpinan


a. Pemimpin yang Maha Mutlak (absolute) hanyalah Allah SWT. (al-Mulk 1; al-Maidah 18)
b. Kepemimpinan Allah SWT terhadap alam ini, sebagian didelegasikan untuk manusia ,
sesuai dengan kehendaknya (Ali Imran 26).
c. Sesuai dengan adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia, maka tingkat
kepemimpinan yang dipercayakan oleh Allah pun berbeda-beda pula (al-Anam 165).

d. Status kepemimpinan yang ada pada manusia hanya sebagai amanat dari Allah SWT. (HR.
Muslim), yang sewaktu-waktu diberikan kepada seseorang yang irenggut dari seseorang ( Ali
Imran 26).
e. Oleh karena itulah untuk seorang pemimpin diperlukan syarat yang khusus, yang meliputi
syarat-syarat:
1. Kemampuan memimpin sesuai dengan jabatannya (HR. Bukhari).
2. Dukungan kecintaan dari bawahannya (HR. Muslim dan lain-lain).
3. Terdiri dari orang terbaik, termampu dalam jabatan tersebut (HR. Hakim).
4. Berakhlak, taqwa ( al-Anfal 34) terutama shalat dan zakat (al-Maidah 54-55).
f. Sejumlah kelompok manusia yang tidak boleh dijadikan pemimpin ummat islam:
1. Kafirin (al-Anfal 73 ; an-Nisa 138; 139 dan 144. Al-Araf).
2. Yahudi dan Nasrani (al-Maidah 51-53).
3. Yang mempermainkan agama atau mempermainkan shalat (al-Maidah 56-57).
4. Musuh Allah dan musuh orang mumin (al-Mumtahanah 1).
5. Yang lebih mencintai kekufuran daripada iman (at-Taubah 23).
6. Yang di luar golongan orang mumin (Ali Imran 118).

B.

Keadilan

1. Makna Keadilan
Keadilan adalah kata jadian dari kata adil yang terambil dari bahasa Arab adl.
Kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti sama.
Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat immaterial. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata adil diartikan: (1) tidak berat sebelah/tidak memihak, (2)
berpihak kepada kebenaran, dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.
Persamaan yang merupakan makna asal kata adil itulah yang menjadikan pelakunya
tidak berpihak , dan pada dasarnya pula seorang yang adil berpihak kepada yang benar
kareana baik yang benar dan yang salah sama-sama harus mempeoleh haknya. Dengan
demikian, ia melakukan sesuatu yang patut lagi tidak sewenang-wenang.

Keadilan diungkapkan oleh Al-Quran antara lain dengan kata-kata al-adl, al-qisth, almizan, dan dengan menafikan kezaliman. Adl, yang berarti sama, member kesan adanya
dua pihak atau lebih; karena hanya jika satu pihak, tidak akan terjadi persamaan.
Qisth arti asalnya adalah bagian (yang wajar dan patut). Ini tidak
harus mengantarkan adanya persamaan. Bukankah bagian dapat saja
diperoleh oleh satu pihak? Karena itu, kata qisth lebih umum daripada kata
adl, dank arena itu pula ketika Al-Quran menuntut seseorang untk berlaku
adil terhadap dirinya sendiri, kata qisth itulah yang digunakannya.
Perhatikan firman Allah dalam surat An-Nisa (4): 135, yang artinya Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak al-qisth (keadilan),
menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri..
Mizan berasal dari kata wazn yang berarti timbangan. Oleh karena
itu, mizan, adalah alat untuk menimbang. Namun dapat pula berarti
keadilan, karena bahasa seringkali menyebut alat untuk makna hasil
penggunaan alat itu.
2. Keadilan dalam Al-Quran
Keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh Al-Quran amat beragam, tidak hanya pada
proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berselisih, melainkan Al-Quran juga
menuntut keadilan tehadap diri sendiri , baik ketika berucap, menulis, atau bersikap batin.
Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian ilahi yang melahirkan
tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan.
Allah berfirman, Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu (hai Ibrahim) pemimpin untuk
seluruh umat manusia. Dia (Ibrahim) berkata, (Saya bermohon agar) termasuk juga
keturunan-keturunanku. Allah berfirman, Perjanjian-Ku ini tidak akan diterima oleh orangorang yang zalim (QS Al-Baqarah (2): 124).
Bahkan Al-Quran menegaskan bahwa alam raya ini ditgakkan atas dasar keadilan:





Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan

(neraca kesetimbangan) (QS Ar Rahman (55):7)


Walhasil, dalam Al-Quran dapat ditumukan pembicaraan tentang
keadilan, dari tauhid sampai keyakinan mengenai hari kebangkitan, dari
nubuwwah (kenabian) hinggan kepemimpinan, dan dari individu hinga
masyarakat. Keadilan adalah syarat bagi terciptanya kesmpurnaan
pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan sekaligus jalan terdekat
menuju kebahagiaan ukhrawi.

3. Keadilan Mencakup Semua Hal


Seperti dikemukakan diatas, Allah menciptakan dan mengelola
alamraya ini dengan keadilan, dan menuntut agar keadilan mencakup
semua aspek kehidupan. Akidah, syariat atau hukum, akhlak, bahkan cinta
dan benci.
Dan kamu pasti tidak akan dapat berlaku adil diantara wanita-wanita
(istri-istrimu dalam cinta), walaupn kamu berusaha keras ingin berbuat
demikian. Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai), dan membiarkan yang lain terkatung-katung (QS Al-Nisa (4):
129)
Keadilan harus ditegakkan dimana pun, kapan pun, dan terhadap
siapa pun.Bahkan jika perlu dengan tindakan tegas. Salah satu ayat AlQuran menggandengkan timbangan (alat ukur yang adil) dengan besi
yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk member isyarat
bahwa kekerasan adalah salah satu cara untuk menegakkan keadilan.
C.

Kerukunan

1. Masalah Kerukunan
Sesuai pembahasan masalah kerukunan, kerukunan secara bahasa berasal dari
kata rukun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti baik dan damai, tidak
bertengkar. Kerukunan artinya perihal hidup rukun, hidup rukun damai sesame anak
bangsa dan sesame ummat beragama. Lebih-lebih agama masalah hak asasi manusia
dan ia sangat peka, masalah kecil saja bisa memicu terjadinya pergesekan.
Adanya kerukunan hidup beragama adalah merupakan salah satu syarat mutlak
terwujudnya stabilitas politik dan ekonomi. Oleh karena kerja sama pemerintah,
masyarakat beragama dalam mewujudkan iklim kerukunan beragama sangat
dipelukan. Kerukunan yang diistilahkan oleh pemerinah mencakup tiga kerukunan,
yaitu kerukunan inten ummat beragama, kerukunan antar ummat beragama, dan
kerukunan ummat beragama dengan pemerintah.

2. Hubungan Kerukunan
Dalam ajaran islam kemurnian akidah harus dijaga. Oleh
karenanya ada pendapat mengatakan, tidak ada toleransi dalam akidah.
Al-Quran yang berbicara masalah ini adalah tersebut dalam surah AlKafirun ayat 1-6:
Artinya katakanlah hal kaum kafir. Aku tidak menyembah apa yang
kamu sembah. Dan tidak pula kamu menyembah apa uang aku sembah.
Apa bukan penyembah sebagaimana (cara) kamu menyembah. Dan kamu

bukan penyembah sebagaimana (cara) kamu menyembah. Untuk kamulah


agama kamu dan untukkulah agamaku (QS. Al-Kafirun ayat 1-6). Jadi
toleransi agama menurut ajaran islam adalah sikap lapang dada untuk
membiarkan bagi pemeluk agama lain dalam menjalankan menurut
agama yang diyakininya. Jika maksud toleransi ini dijalankan dengan
benar akan terwujudlah kerukunan antar ummat beragama. Adapun
kerukunan intern ummat beragama, khususnya ummat islam sekarang.
Karena ummat Islam ini secara organisator, banyak sekali organisasinya,
seperti Muhammadiya, Nahdlatul Ulama, Persis, Mathlatul Anwar, dan lainlainnya. Maka kerukunan ini harus dibina melalui forum/kegiatan ukhuwah
islamiyah dan ditingkatkan dengan ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah
basyariah.
Persahabatan adalah obyek yang dibicarakan orang sejak
masyarakat terbentuk, dan seseorang tidak mungkin tidak bermasyarakat
kecuali dia abnormal dan jahat. Berpikir tentang persahabatan adalah
sesuatu yang baik dan sangat dianjurkan.Para pemikir terdahulu,
sebagaimana juga yang terkemudian, selalu memikirkan hal itu. Mereka
selalu memikirkan cara untuk menarik sahabat-sahabat dan kawan-kawan.
Jika kaum Muslim memiliki semangat persaudaraan yang tinggi ini,
maka mereka dapat diibaratkan sebagai tubuh yang satu, yang seluruh
bagiannya secara serempak memikul kewajiban-kewajiban hidup, sejak
dari yang paling mudah hingga yang tersulit. Mereka memiliki semangat
bekorban dalam membela kebersamaan dan mempertahankan prinsipprinsip Islam yang mewarnai diri mereka, membentuk moral, menyatukan
perasaan, dan menumbuhkan kesadaran mereka untuk saling hidup yang
rukun.

BAB III
PEMBANGUNAN KEHIDUPAN BERAGAMA
A.

Cara Islam Dalam Pembangunan Kehidupan Beragama


Kebebasan beragama menurut pandangan islam berarti bahwa setiap agama
diakui eksistensinya dan kepada para pemeluknya diberikan hak sebebas-bebasnya untuk
memberlakukan hukum-hukum agama dan pandangan hidupnya, selama tidak bertabrakan
dengan moral dasar manusia dan tidak mengganggu ketertiban umum. Maka dalam hal ini
Islam memberlakukan etika dalam pembangunan kehidupan beragama yang pastinya dalam
hal ini ditinjau dari perspektif dokrinal Islam ada empat hal yang harus diingat. Pertama,
sebagai agama Tauhid, Islam mengajarkan adanya kesatuan penciptaan. Kedua, Islam
mengajarkan kesatuan manusia. Manusia adalah makhluk atau masterpiece di antara segala

makhluk Allah dan walaupun terdiri dari berbagai jenid bangsa dan warna kulit, beraneka
ragam dalam bahasa dan agama, manusia memiliki asal yang sama. Asal-usul manusia yang
sama ini memperkuat dorongan untuk menghilangkan segala bentuk dan manifesti
diskriminasi antar manusia. Ketiga, kesatuan petunjuk dan yang keempat sebagai
konsekuensi logis dari ketiga hal diatas.
Dengan adanya empat kesatuan fundamental seperti diterangkan diatas, maka seorang
manusia Muslim harus mengetahui dan berusaha untuk mengabdi kepada Tuhan serta
menolong segenap ummat manusia dengan formula singkat . Hal ini dengan jelas tampak dari
pandangan Al-Quran yang mendasarkan bahwa manusia Muslim harus memiliki toleransi
terhadap eksistensi agama lain dengan melarang adanya paksaan dalam beragama. Akan tetapi
kata-kata tidak ada paksaan dalam di dalam agama, tidak berarti bahwa islam mentolerir
praktek-praktek yang bertentangan dengan kemanusiaan dan kebebasan tanpa batas, sekalipu
praktek-praktek a- manusiawi dibenarkan oleh suatu keyakinan tertentu.
Kebebasan beragama menurut pandangan islam berarti bahwa setiap agama diakui
eksistnsinya dan kepada para pemeluknya diberikan hak sebebas-bebasnya untuk
memberlakukan hukum hukum agama dan pandangan hidupnya. Sekali lagi, selama tidak
bertabrakan dengan moral dasar manusia dan tidak menganggu ketertiban umum. Dalam
hubungan antara Islam dengan agama-agama lain, Kristen dan Yahudi mndapatkan tempat
khusus dalam Al-Quran. Sebagai ahli kitab, mereka dipanggil oleh Al-Quran agar bersama
kaum muslimin mereka dapat menjalin ttik-tiik persamaan fundamental, yaitu keyakinan pada
Tuhan Allah Yang Maha Esa dan ekualitas manusia dihadapan Tuhan di mana tidak ada
manusia yang lebih superior dibandingkan manusia lainnya sehingga tidak dibenarkan adanya
eksploitasi manusia atas manusia lainnya.

BAB IV
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama. Keadilan adalah suatu sikap dan tindakan proporsional. Sedangkan kerukunan
adalah baik dan damai, tidak bertengkar.
Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia harus bisa
menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dengan adil dan di setiap langkah sebagai
seorang pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu
berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di bumi. Dan sebagai
khalifah sudah sepantasnya manusia hidup dengan rukun baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah
wathoniyah, dan ukhuwah basyariyahyang nantinya juga untuk mewujudkan kehidupan antar
umat beragama dengan rukun dan damai.

B.

SARAN

Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan mahasiswa
hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita yang berupa
makalah khususnya mata kuliah pendidikan agama islam, kita membuat sendiri agar
kedepannya kita menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di kalangan masyarakat
maupun dunian kerja

REFERENSI
Drs. Miftah Faridl,1980. Pokok-pokok Ajaran Islam. Edisi Pertama. Bandung: Penerbit
Pustaka Bandung.
M. Quraish Shihab, 1996. Wawasan Al-Quran. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Mizan.
Dr. Musa Subaiti,1996. Akhlak Keluarga Muhammad SAW. Jakarta: Penerbit
Lentera.

Andiansyah, Lutfy. Keadialan, Kepemimpinan, dan Kerukunan. 06 September 2016.


http://lutfyra.blogspot.co.id/2014/12/keadilan-kepemimpinan-dan-kerukunan.htm

R
e
a

k
s
i
:

SLIDE

Cari

TEMPAT DOWNLOAD
PENGIKUT
WINDOWS LIVE MESSENGER + FACEBOOK
YOUTUBE

dede suhendar. Template Picture Win

Anda mungkin juga menyukai