Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TEORI DASAR KEPEMIMPINAN PROFETIK”


(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Profetik)
Dosen Pengampu : Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Fahrul Haqqi At-tamimi (22420013)


2. Bagus Darmawan (22420018)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Dasar Kepemimpinan Dasar Profetik” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu ,
penulis megucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak atas
bimbingan, arahan, dan kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam
pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Aka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca makalah ini. Aamiin

Metro, 3 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Pendekatan Dasar Al-Qur’an dan Sunnah.......................................3
2.2 Pendekatan Teori Tradisional dan Modern......................................4
2.3 Prinsip Kepemimpinan Profetik........................................................5
BAB III PENUTUP......................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu
menarik untuk disikusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam, sudah
ada dan beerkembang tepatnya pasca Rasulullah saw. wafat. Wacana
kepemimpnan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi
setelah baginda Nabi Muhammad saw. wafat.1 Islam adalah agama yang
sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah swt. maupun
yang berhubungan dengan manusia, termasuk di antaranya masalah
kepemimpinan di pemerintahan.2 Kepemimpinan dalam Islam bukanlah
kekuasaan, bukan pula jabatan dan kewenangan yang mesti dibanggakan,
lebih-lebih bagi barang dagangan yang dapat diperjual-belikan. Hakekat
kepemimpinan dalam Islam adalah amanah yang haurs dijalankan dengan
baik dan dipertanggung jawabkan bukan saja di dunia tapi juga di hadapan
Allah nanti di akhirat. Dan Allah swt. mengutuk orang-orang yang tidak
menjalankan kepemimpinannya secara profesional dan proporsional.
Menurut konsep Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan
fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam pembangunan
masyarakat Islam maupun Non-Islam. Dalam kehidupan berjama’ah,
pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Dan ia pun
memiliki kekuasaan yang sangat strategis didalam mengatur pola (minhaj)
dan gerakan (harakah). Karena di dalam kecakapannya atau dalam
memimpin akan mengarahkan umatnya kepada tujuan yang ingin dapat
dicapai. Pemimpin berada pada posisi yang berpengaruh dalam
kepentingan umatnya, apabila ada seorang jama’ahnya yang memiliki
pemimpin prima (sangat baik), produktif dan lebih cakap
pengembangannya dan pembangkitan daya juangnya dan juga kreatifitas

1
amaliyah, dengan dipastikan dalam perjalananya umatnya akan mencapai
titik keberhasilan. Begitupun sebaliknya, dan manakala suatu jama’ah
dipimpin oleh orang yang memiliki kelemahan, baik dalam keilmuan,
manajerial, maupun dalam pemahamannya dan nilai tanggungjawab, serta
lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan
tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama’ah akan mengalami
kemunduran, bahkan mengalami kehancuran. Oleh karena itu Islam
memandang kepemimpinan memiliki posisi yang lebih strategis dalam
terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun Wa
Robbun Ghofur, yaitu dimana di dalam masyarakat Islami yang 3 sistem
kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam sehingga mencapai
tingkat kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakatnya. Maka dari itu, pentingnya kita memahami terkait
kepemimpinan yang sesuai dengan ajaran islam dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.

1.2. RUMUSAN MASALAH


 Bagaimana pendekatan dasar Al-Qur’an dan Sunnah
 Bagaimana pendekatan teori tradisional dan modern
 Bagaimana prinsip kepemimpinan profetik

1.3. TUJUAN
 Untuk mengetahui bagaimana menjadikan dasar Al-Qur’an dan Sunnah
dalam praktik kepemimpinan profetik
 Untuk mengetahui bagaimana langkah - langkah pendekatan teori
tradisional yang baik dan benar dalam praktik kepemimpinan profetik
 Umtuk mengetahui bagaimana prinsip kepemimpinan profetik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENDEKATAN DASAR AL-QUR’AN DAN SUNNAH


Al-Quran dan Sunnah merupakan pedoman dan landasan bagi kaum muslimin
dalam menjalankan kehidupan, karena di dalamnya terdapat berbagai aturan, baik
yang berhubungan dengan aturan dunia maupun akhirat. Ajaran yang terkandung
dalam al-Qur’an, membimbing manusia ke jalan yang benar dan tidak tersesat
sehingga manusia memiliki kepercayaan dan akidah yang benar dan lurus,
peraturan dan hukum yang baik, serta akhlak mulia dan terpuji dalam mencapai
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat
Pemahaman terhadap al-Qur’an dan hadis wajib dimiliki oleh seluruh umat yang
mengimaninya terlebih sejak dini agar lebih membekas dan bermakna. Dalam
tulisan ini, kita akan membahas tentang al-Qur’an dan Hadis beserta ruang
lingkupnya.
Pendekatan dasar Al-Qur’an dan sunnah ini perlu di pahami dan di pelajari
secara mendalam, salah satunya yaitu dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah
sebagai landasan dasar utama dalam hal kepemimpinan
Dasar-dasar Kepemimpinan
Pertama, tidak mengambil orang kafir atau orang yang tidak beriman sebagai
pemimpin bagi orang-orang muslim karena bagaimanapun akan mempengaruhi
kualitas keberagamaan rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an; Surat An-Nisaa: 144.

Kedua, tidak mengangkat pemimpin dari orang-orang yang mempermainkan


Agama Islam, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah: 57.
Ketiga, pemimpin harus mempunyai keahlian di bidangnya, pemberian tugas atau
wewenang kepada yang tidak berkompeten akan mengakibatkan rusaknya
pekerjaan bahkan organisasi yang menaunginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah
sa.  “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah masa kehancurannya”. (HR Bukhori dan Muslim).

3
Keempat, pemimpin harus bisa diterima (acceptable), mencintai dan dicintai
umatnya, mendoakan dan didoakan oleh umatnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah
saw. “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai
kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk
pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu
melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).
Kelima, pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan
kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang
menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah,
sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Alquran, Surat Al-Maidah: 8. Keenam,
pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah swt yang terkumpul dalam
Asmaul Husna dan sifat-sifat Rasul-rasul-Nya. Demikian praktek pendekatan Al-
Qur’an dan sunnah dalam hal kepemimpinan.

2.2. PENDEKATAN TEORI TRADISIONAL DAN MODERN


Komunikasi yang teradopsi dari kemajuan IPTEK mengakibatkan terjadinya
pergeseran nilai, baik bersifat positif maupun negatif. Nilai-nilai positif bisa
dilihat melalui perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Barat yang
menjadikan Islam semakin kaya akan nilai-nilai kebudayaan melalui pembuktian
sains dan teknologi. Selain itu dampak negatifnya tidak bisa disangkal berupa
merosotnya nilai-nilai moralitas sebagian umat Islam yang cenderung menerima
dan mengadopsi  nilai-nilai budaya Barat tanpa filtrasi terlebih dahulu.
Dakwah merupakan sebuah ajakan atau seruan kepada manusia untuk menuju
jalan yang baik, namun seringkali kita jumpai adanya dakwah yang sifatnya
memaksa, ekstrem, bahkan sampai melakukan hal hal yang menyalahi aturan
dalam beragama. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena kurangnya ilmu dan metode
dalam melakukan dakwah itu sendiri, yang menyebabkan kesalahan bahkan bisa
berakibat fatal. Maka dari itu, sangat perlu memahami keadaan yang ada saat ini,
dimana kita tinggal, apakah Bersama masyarakat yang masih tradisional dan
percaya pada hal hal mistis, ataukah Bersama masyarakat yang sifatnya sudah
modern dan tahu tentang banyak hal.

4
Pendekatan teori tradisional salahsatunya yaitu yang telah di terapkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan yaitu tajdid, berdakwah secara langsung, berbaur dengan
masyarakat dengan melakukan pemurnian islam yang disebut dengan tajdid itu
sendiri. Yang dulu masih banyak terjadi hal-hal yang menyimpang dari ajaran
(tahayyul bid’ah churrofat). Serta meneruskan juga beberapa hal yang sudah ada
sejak dulu
Pendekatan teori modern lebih kepada pemanfaatan dan pemikiran-pemikiran
yang ada pada jaman sekarang, seperti bahasannya pada hal kontemporer atau
yang belum ada di jaman dahulu. Tak bis akita menyamakan semua hukum yang
ada di jaman dulu dengan sekarang, karena akan salah kaprah jadinya semisal
menggunakan handphone bid’ah karena tidak ada di jaman Rosul, yang pada
intinya teori pendekatan modern ini lebih kepada keluasan berpikir, tidak kaku
pada berbedaan dan mampu menjadikan apa saja yang sudah modern ini menjadi
ladang dakwah.

2.3. PRINSIP KEPEMIMPINAN PROFETIK


Kepemimpinan yang ideal menurut agama Islam adalah kepemimpinan
seperti apa yang telah dicontohkan Rasullullh SAW karena dalam dirinya terdapat
suri teladan yang baik dimana Rasullulah menjadi pemimpin yang dicintai,
dipercaya, pembimbing, berkepribadian, dan abdi (Rivai, 2009:524).
Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam memberikan prinsip-
prinsip dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan sesuai
dengan ajaranyang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Amrozi (2012:141)
mengatakan kepemimpinan menurut islam, yaitu tauhid, musyawarah (syura), adil
(al-‘adalah), dan kebebasan berfikir (al-hurriyah).
1. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan dasar utama pemimpin islam dalam menjalankan
kepemimpinan islam. Karim (2007:42) menerjemahkan nilai tauhid
adalah pemilik primer langit, bumi dan seisinya adalah Allah SWT,
sedangkan manusia diberi amanah untuk mengelolahnya. Jadi manusia
dianggap sebagai pemilik sekunder. Noor (2011:94) menyatakan
paradigma tauhid berupa keesaan Allah dan kepasrahan total kepada-

5
Nya, mencegah manusia dari berbuat fasad (kerusakan) di muka bumi
karena orientasinya adalah takwa (rasa takut kepada Allah). Tauhid
merupakan hal yang sangat penting dijadikan landasan bagi seorang
pemimpin sebagai sebuah prinsip yang kokoh dalam melaksanakan
kepemimpinannya (Amrozi, 2012: 144). Rivai (2013:66) menyatakan
kepemimpinan dalam pandangan AlQuran bukan sekedar kontrk sosial
antara sang pemimpin dengan masyarakat datu bawahannya, tetapi
juga merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT.
2. Prinsip Musyawarah (syura) Mengutamakan musyawarah sebagai
prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Quran
dengan jelas menyatakan bahwa seseorang yang menyebut dirinya
sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang
berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Asy-Syuura ayat 38 yang artinya: “dan (bagi)
orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
3. Prinsip Kebebasan Berpikir (alhurriyah) Pemimpin yang baik adalah
mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota
kelompok untuk mampu mengemukakan kritiknya secara konstruktif.
Mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau
keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan
jawaban atas setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam
memimpin, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana
kebebasan berpikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas,
saling kritik dan saling menasehati satu sama lain, sehingga para
pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan
yang menjadi kepentingan bersama (Rivai, 2009:167). Pemimpin yang
selalu berlapang dada akan menerima semua kriktikan dari bawahan
sehingga lebih mudah memperbaiki kualitas kepemimpinannya di
masa yang akan datang (Rivai, 2013:90).

6
4. Prinsip Adil (al-‘adalah) Pemimpin sepatutnya mampu
memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Dalam konteks organisasai, keadilan seorang pemimpin
menjadi faktor yang menentukan kinerja dan motivasi seorang
bawahan (Rivai, 2013:88). Keadilan sendiri pada dasarnya memiliki
dua makna yang sering dikemukakan oleh para ulama. Pertama adil
dalam arti sama, artinya tidak membeda-bedakan satu sama lain.
Persamaan yang dimaksud adalah persamaan hak. Hal ini dilakukan
untuk memutuskan suatu perkara atau hukum (Amrozi, 2012:151).
Kedua, adil dalam arti seimbang, keadilan identik dengan kesesuaian.
Sementara itu, kesesuaian dan keseimbangan tidak mengharuskan
adanya persamaan kadar yang besar dan kecilnya ditentukan oleh
fungsi yang diharapkan darinya (Amrozi, 2012:152).

7
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
-Pendekatan dasar melalui Al-Qur’an dan Sunnah dalam kepemimpinan
semua telah ada, tiap tiap kita dituntut untuk menerapkannya dalam
kehidupan.
-Pendekatan teori tradisional dan modern mencakup cara dan semua yang ada
dalam perihal kepemimpinan yang bersifat dan berpikir terbuka, dengan batas
batas yang sudah ada di Al-Qur’an dan Sunnah
-Prinsip kepemimpinan profetik ada 4, yaitu prinsip tauhid, prinsip
musyawarah, prinsip kebebasan berpikir, dan prinsip adil.
3.2. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin .A., 2017, Konsep Kepemimpinan Di Dalam Al-Qur’an,


https://kumparan.com/aji-muttaqin/konsep-kepemimpinan-didalam-al-qur-an-
oleh-aji-muttaqin, 04 Oktober 2022 (12:21)

Zulkarnaini .Z., 2015, Dakwah Islam Di-Era Modern,


https://media.neliti.com/media/publications/127613-ID-dakwah-islam-di-era-
modern.pdf, 04 Oktober 2022 (12:25)

Mujahidin .A., 2016, Islam dan Kepemimpinan,


https://www.uin-suska.ac.id/2016/04/18/islam-dan-kepemimpinan-sebuah-
catatan-untuk-pemimpin-dan-calon-pemimpin-muslim-akhmad-mujahidin/, 04
Oktober 2022 (12:29)

Anda mungkin juga menyukai