Disusun oleh :
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Dasar Kepemimpinan Dasar Profetik” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu ,
penulis megucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak atas
bimbingan, arahan, dan kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam
pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Aka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca makalah ini. Aamiin
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Pendekatan Dasar Al-Qur’an dan Sunnah.......................................3
2.2 Pendekatan Teori Tradisional dan Modern......................................4
2.3 Prinsip Kepemimpinan Profetik........................................................5
BAB III PENUTUP......................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
amaliyah, dengan dipastikan dalam perjalananya umatnya akan mencapai
titik keberhasilan. Begitupun sebaliknya, dan manakala suatu jama’ah
dipimpin oleh orang yang memiliki kelemahan, baik dalam keilmuan,
manajerial, maupun dalam pemahamannya dan nilai tanggungjawab, serta
lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan
tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama’ah akan mengalami
kemunduran, bahkan mengalami kehancuran. Oleh karena itu Islam
memandang kepemimpinan memiliki posisi yang lebih strategis dalam
terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun Wa
Robbun Ghofur, yaitu dimana di dalam masyarakat Islami yang 3 sistem
kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam sehingga mencapai
tingkat kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakatnya. Maka dari itu, pentingnya kita memahami terkait
kepemimpinan yang sesuai dengan ajaran islam dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana menjadikan dasar Al-Qur’an dan Sunnah
dalam praktik kepemimpinan profetik
Untuk mengetahui bagaimana langkah - langkah pendekatan teori
tradisional yang baik dan benar dalam praktik kepemimpinan profetik
Umtuk mengetahui bagaimana prinsip kepemimpinan profetik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Keempat, pemimpin harus bisa diterima (acceptable), mencintai dan dicintai
umatnya, mendoakan dan didoakan oleh umatnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah
saw. “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai
kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk
pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu
melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).
Kelima, pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan
kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang
menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah,
sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Alquran, Surat Al-Maidah: 8. Keenam,
pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah swt yang terkumpul dalam
Asmaul Husna dan sifat-sifat Rasul-rasul-Nya. Demikian praktek pendekatan Al-
Qur’an dan sunnah dalam hal kepemimpinan.
4
Pendekatan teori tradisional salahsatunya yaitu yang telah di terapkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan yaitu tajdid, berdakwah secara langsung, berbaur dengan
masyarakat dengan melakukan pemurnian islam yang disebut dengan tajdid itu
sendiri. Yang dulu masih banyak terjadi hal-hal yang menyimpang dari ajaran
(tahayyul bid’ah churrofat). Serta meneruskan juga beberapa hal yang sudah ada
sejak dulu
Pendekatan teori modern lebih kepada pemanfaatan dan pemikiran-pemikiran
yang ada pada jaman sekarang, seperti bahasannya pada hal kontemporer atau
yang belum ada di jaman dahulu. Tak bis akita menyamakan semua hukum yang
ada di jaman dulu dengan sekarang, karena akan salah kaprah jadinya semisal
menggunakan handphone bid’ah karena tidak ada di jaman Rosul, yang pada
intinya teori pendekatan modern ini lebih kepada keluasan berpikir, tidak kaku
pada berbedaan dan mampu menjadikan apa saja yang sudah modern ini menjadi
ladang dakwah.
5
Nya, mencegah manusia dari berbuat fasad (kerusakan) di muka bumi
karena orientasinya adalah takwa (rasa takut kepada Allah). Tauhid
merupakan hal yang sangat penting dijadikan landasan bagi seorang
pemimpin sebagai sebuah prinsip yang kokoh dalam melaksanakan
kepemimpinannya (Amrozi, 2012: 144). Rivai (2013:66) menyatakan
kepemimpinan dalam pandangan AlQuran bukan sekedar kontrk sosial
antara sang pemimpin dengan masyarakat datu bawahannya, tetapi
juga merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT.
2. Prinsip Musyawarah (syura) Mengutamakan musyawarah sebagai
prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Quran
dengan jelas menyatakan bahwa seseorang yang menyebut dirinya
sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang
berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Asy-Syuura ayat 38 yang artinya: “dan (bagi)
orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
3. Prinsip Kebebasan Berpikir (alhurriyah) Pemimpin yang baik adalah
mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota
kelompok untuk mampu mengemukakan kritiknya secara konstruktif.
Mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau
keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan
jawaban atas setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam
memimpin, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana
kebebasan berpikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas,
saling kritik dan saling menasehati satu sama lain, sehingga para
pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan
yang menjadi kepentingan bersama (Rivai, 2009:167). Pemimpin yang
selalu berlapang dada akan menerima semua kriktikan dari bawahan
sehingga lebih mudah memperbaiki kualitas kepemimpinannya di
masa yang akan datang (Rivai, 2013:90).
6
4. Prinsip Adil (al-‘adalah) Pemimpin sepatutnya mampu
memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Dalam konteks organisasai, keadilan seorang pemimpin
menjadi faktor yang menentukan kinerja dan motivasi seorang
bawahan (Rivai, 2013:88). Keadilan sendiri pada dasarnya memiliki
dua makna yang sering dikemukakan oleh para ulama. Pertama adil
dalam arti sama, artinya tidak membeda-bedakan satu sama lain.
Persamaan yang dimaksud adalah persamaan hak. Hal ini dilakukan
untuk memutuskan suatu perkara atau hukum (Amrozi, 2012:151).
Kedua, adil dalam arti seimbang, keadilan identik dengan kesesuaian.
Sementara itu, kesesuaian dan keseimbangan tidak mengharuskan
adanya persamaan kadar yang besar dan kecilnya ditentukan oleh
fungsi yang diharapkan darinya (Amrozi, 2012:152).
7
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
-Pendekatan dasar melalui Al-Qur’an dan Sunnah dalam kepemimpinan
semua telah ada, tiap tiap kita dituntut untuk menerapkannya dalam
kehidupan.
-Pendekatan teori tradisional dan modern mencakup cara dan semua yang ada
dalam perihal kepemimpinan yang bersifat dan berpikir terbuka, dengan batas
batas yang sudah ada di Al-Qur’an dan Sunnah
-Prinsip kepemimpinan profetik ada 4, yaitu prinsip tauhid, prinsip
musyawarah, prinsip kebebasan berpikir, dan prinsip adil.
3.2. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
8
DAFTAR PUSTAKA