Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh,


Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah dari mata kuliah Pendidikan Agama yang berjudul Aqidah dalam
Kepemimpinan
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini disusun sebagai syarat UAS semester ganjil mata kuliah Pendidikan
Agama tahun ajaran 2018/2019 yang diampu oleh Bapak Moch Taufiq Ridho,
M.Pd..
Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf bilamana isi makalah
ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat. Dengan ini saya
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah
SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Akhir kata,
Wassalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh

Penyusun,

Sleman , 14 Januari 2019

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI .......................................................................................................... II
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Aqidah dalam Kepemimpinan...........................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Aqidah dalam Kepemimpinan ........................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................2
2.1 Pengertian Kepemimpinan ...........................................................................2
2.2 Peranan Kepemimpinan ...............................................................................2
2.3 Pengertian Aqidah ........................................................................................3
2.4 Model Kepemimpinan dalam Prespektif Islam ............................................3
2.5 Gaya Kepemimpinan Rasullah SAW ...........................................................6
2.6 Tokoh Kepemimpinan dalam Sejarah Islam ................................................8
BAB 3. PENUTUP................................................................................................14
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................14
3.2 Saran .........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

II
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Aqidah dalam Kepemimpinan


Perkara yang paling asasi ditekankan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah dalam proses
mewujudkan dan melahirkan pemerintahan Islam adalah “soal kepemimpinan”.
Karena begitu pentingnya masalah ini sehingga para ulama –baik yang klasik
maupun modern merasa perlumenulis secara khusus tema ini dalam berbagai
karyanya. Hal ini misalnya sebagaimana diungkapkan oleh al-Shahrastani. Ia
mengatakan: “permasalahan yang paling besar berlaku dikalangan umat Islam
adalah tentang kepemimpinan (al-Imamah). Tidak pernah berlaku dalam zaman
manapun, peperangan yang lebih besar di kalangan umat Islam dari pada yang
berlakukarena masalah kepemimpinan.”
Begitu pentingnya masalah kepemimpinan sehingga dalam al-Qur’an, Allah
mewajibkanakan kepatuhan terhadap pemimpin. Sebagaimana diungkapkan
dalam al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allâh dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(al- Qur’an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS: al-Nisa’ : 4:59).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kepemimpinan?
2. Apa pengertian dari Aqidah?
3. Apa saja contoh pemimpinan yang beraqidah?
4. Siapa saja tokoh pemimpin Islam?

1.3 Tujuan Aqidah dalam Kepemimpinan


1. Mengetahui makna kepemimpinan
2. Mengetahui makna dari aqidah
3. Mengetahui apa-apa saja yang harus ada dalam kepemimpinan islam

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin
kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah
mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik
seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.

2.2 Peranan Kepemimpinan


Tiap organisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa
masalah manusia yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat
perkembangan dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah.
Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman
intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan
seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu dicarilah orang yang mempunyai
sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai syarat suksesnya seorang pemimpin.
Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan
sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu
analisa tentan gunsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada kita,
syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif
dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa pembahasan
besar. Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin yang dipelajari. Konsepsi baru
tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh
seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang
membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta
memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan, bahwa pemimpin
itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi kelompoknya.
Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan
bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin
dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu :
 Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.
 Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
 Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.

2
 Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan
kelompok.
 Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman.

2.3 Pengertian Aqidah


‘Aqidah (‫ )ا َ ْلعَ ِق ْيدَة‬menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (‫)العَ ْقد‬
ْ
yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(‫ )الت َّ ْوثِيْق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan
yang kuat, al-ihkaamu (‫ )اْ ِإلحْ كَام‬yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan
ar-rabthu biquw-wah (‫الربْط‬ َّ ‫ ) ِبق َّوة‬yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan
taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya,
Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh
apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus)
dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah
maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan
As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.

2.4 Model Kepemimpinan dalam Prespektif Islam


Islam telah memandang kepimpinan sebagai salah satu sifat yang dimiliki oleh
setiap manusia yang hidup di muka bumi ini.
Dimana masing-masing dari mereka memiliki hak yang sama untuk bisa
memimpin dan mengendalikan satu sama lain. Untuk itu, islam juga menegaskan
jika kepemimpinan dengan gaya modern mungkin tidak sama dengan apa yang
dipandang dalam islam. Berikut pandangan islam mengenai model kepemimpinan
yang luhur:
1) Beriman dan Bertakwa Kepada Allah SWT
Di dalam perspektif islam seorang pemimpin harus memiliko model
kepemimpinan yang baik dan luhur. Baik dan luhur diartikan sebagai sesuatu yang
tetap harus berlandaskan pada dasar-dasar agamanya termasuk mengenai iman
dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

3
Apabila seorang pemimpin ingin rakyatnya atau seseorang yang berada di
bawahnya memiliki sifat yang baik dan memiliki iman dan takwa kepada Allah
SWT. Maka iapun harus memiliki sifat yang sama agar apa yang dilakukannya
menjadi seni tauladan yang baik bagi rakyatnya.
2) Memenuhi Hal Rakyat
Seorang pemimpin harus mampu memenuhi setiap hak dari rakyatnya. Apabila
hak yang dimilikinya telah dirampas oleh orang lain yang tidak bertanggung
jawab. Maka seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk mengembalikan hal
tersebut kepada orang yang bersangkutan.
Hal ini juga diterapkan dalam masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar. Dimana
Belia selalu berusaha untuk memenuhi setiap hak dari rakyat yang dipimpinnya
dapa masa itu.
3) Siddiq (Jujur)
Selain dapat menegakan Imamah dan Imaroh, seorang pemimpin juga harus
memiliki sifat yang ditanamkannya melalui jiwa kepemimpinannya. Di sini sifat
seorang pemimpin haruslah jujur (As-Siddiq). Tidak hanya jujur, melainkan
mereka diharapkan mampu menanamkan jiwa kebenaran yang dilakukannya
untuk mencapai tujuan bersama.
Hal ini sangat bertentangan dengan hukum membeli jabatan dalam islam yang
banyak kita ketahui saat ini. Karena keutamaan jujur dalam islam menjadi
tauladan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
4) Tabligh (Aktif dan Aspiratif)
Selain memiliki model kepemimpinan yang bersifat jujur dan terbuka, seorang
pemimpin diharapkan memiliki keaktifan serta apirasi yang bisa menanamkan
jiwa kepemimpinannya secara benar dan adil. Di dalam islam seorang pemimpin
harus menyampaikan apa yang benar dan apa yang salah. Tidak memihak satu
sama lain melainkan harus dinyatakan dengan kebenaran. Hal ini seperti halnya
penerapan kebenaran prakmatis dalam ajaran islam.
5) Amanah (Terpercaya)
Tidak hanya As-Siddiq dan At-Tabligh, melainkan juga harus amanah. Amanah
dalam islam dapat diartikan sebagai kepercayaan yang diembannya sebagai
pemuka atau seorang pemimpin. Di dalam islam kepercayaan seorang pemimpin
harus benar-benar dijaganya. Hal ini menunjukan jika dalam jiwa
kepemimpinannya ia adalah orang yang dapat dipercaya untuk mengemban tugas
dan tanggung jawabnya kepada orang banyak.

4
6) Fathonah (Cerdas)
Seorang pemimpin juga harus menanamkan jiwa atas kemampuan yang
dimiliknya. Di sini bukan berarti ia harus menyombongkan dirinya atas
kemampuan yang dimiliki. Melainkan dapat menempatkan kemampuan dan daya
intelektualnya pada hal-hal yang bisa meningkatkan sebuah kemajuan bersama
kesombongan dalam islam Karena menunjukan seseorang yang memiliki sifat
tidak baik.
7) Tidak Otoriter
Otoriter adalah sifat untuk memaksakan kehendak orang lain. Sifat ini sama
seperti egois atau hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau
mendengarkan nasehat atau saran dan masukan dari orang lain.
Dalam hal ini islam sangat tidak menyukai pemimpin yang memiliki sifat otoriter
seperti ini. Dimana seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan kepentingan
antara Habluminanass dan Habluminallah secara seimbang dalam kehidupannya.
8) Memiliki Integritas Tinggi
Sebagai seorang pemimpin, integritas juga sangat penting untuk diterapkan.
Dimana islam memandang seorang pemimpin sebagai orang yang disegani dan
ditiru tingkah dan perbuatannya untuk tujuan yang lebih baik.
Dari apa yang dilakukannya, maka ia harus mempertanggung jawabkannya di hari
akhir nanti. Untuk itu, model kepemimpinan yang memiliki integritas tinggi
seperti ini juga harus dilakukan demi tujuan yang lebih baik lagi.
9) Menjalin Kerjasama
Model kepemimpinan dalam perspektif islam juga harus mengandung tindakan
yang bisa dilakukan bersama-sama. Menjalin sebuah kerjasama dengan pihak atau
orang lain memang bisa membantu sebagaian besar pekerjaan atau masalah yang
dihadapi. Untuk itu, seorang pemimpin diharapkan mampu memenuhi semua
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik dan selesai
tepat waktu.
Model kepemimpinan seperti ini juga sudah dijalankan oleh Khalifat Abu Umar
dan dilanjudkan oleh Ummar bin Khattab. Dimana pada masa kepemimpinan Abu
Bakar, beliau sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan yang dilakukan dengan
jalan bekerjasa sama. Hal ini juga sempat Beliau katakan sebagai berikut: “ Bila
Aku berlaku baik yakni dalam menjalankan tugasku, maka bantulah Aku.”
Hal ini menjelaskan jika kerjasama antar sesama pemimpin juga harus dilakukan
demi tujuan bersama untuk memajukan sebuah bangsa dan negaranya. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang berfirman: “Tolong-menolonglah kami

5
dalm hal kebaikan (ketaqwaan) dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam hal
dosa atau kemaksiatan.” (QS. 5 : 2). Hal ini sama halnya fungsi agama.
10) Memberantas Kezaliman
Di dalam islam kezaliman merupakan sebuah sikap dan tindakan yang sangat
dilarang. Dimana sikap dan tindakan seperti ini dapat merugikan orang lain dan
dapat meruntuhkan pondasi sebuah bangsa dan negara.
Untuk itu, islam menganjurkan jika seorang pemimpin selain menjauhkan dirinya
dari sikap dan tindakan tercela seperti ini. Mereka juga memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk memberantas adanya kezaliman pada kelompok atau
organisasi yang dipimpinnya.
Dari penjelasan mengenai model kepemimpinan dalam perspektif islam di atas.
Maka dapat diartikan jika seorang pemimpin harus menerapkan hal baik dalam
masa kepemimpinannya. Bukan berarti jabatan atau kedudukannya dimanfaatkan
untuk hal-hal yang justru merugikan bagi orang lain. Hal ini juga telah dijelaskan
dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
“Dan Kami jadikan diantara mereka adalah pemimpin-pemimpin yang dapat
memberikan petunjuk dengan perintah Kami. Dan mereka telah menyakini
ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajadah: 24).
Dari dalil di atas dapat disimpulkan jika setiap manusia yang terlahir adalah
seorang pemimpin. Yang mana mereka telah diberi petunjuk untuk melakukan
perintah-perintah Allah SWT sesuai dengan ajaran islam sebagai agamanya.

2.5 Gaya Kepemimpinan Rasullah SAW


Kepemimpinan merupakan sebuah modal yang harus dimiliki oleh para pemimpin
yang hendak menjadi pemimpin. Biasanya, masing-masing pemimpin memiliki
model mereka sendiri dalam memimpin sebuah organisasi baik formal maupun
non-formal atau organisasi yang sangat besar.
Model kepemimpinan dibagi menjadi 5 gaya kepemimpinan, yaitu Otokratis,
Militeristis, Paternalistis, Kharismatik, dan Demokratis. Dari kelima model
kepemimpinan di atas masing-masing ada penganutnya. Namun yang paling
berhasil dan paling fenomenal seorang pemimpin yang pernah ada di dunia ini
adalah Rasulullah SAW. Beliau berhasil karena mampu mengkombinasikan
kelima model kepemimpinan di atas sehingga model kepemimpinan yang dianut
oleh beliau menjadi sempurna.
Hampir tidak ada sejarah yang menceritakan kecacatan yang Rasulullah lakukan
selama beliau menjadi pemimpin. Hal ini dilakukan karena dari model-model
terdapat kelemahan dan juga kelebihan dari masing-masing model kepemimpinan

6
tersebut. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan adalah pribadi dari seorang
pemimpin itu. Rasulullah sebagai pemimpin merupakan anugrah tersendiri, atau
keistimewaan yang diberikan Allah kepada Rasulullah saw. Karena pada dasarnya
Rasulullah adalah utusan terakhir untuk seluruh umat manusia atau sebagai
pemimpin umat manusia.

Rasulullah SAW adalah contoh pemimpin sempurna yang pernah ada selama ini.
Karena beliau mengkombinasikan antara akhlakul karimah dengan model
kepemimpinan yang ada. Kekuatan akhlak yang Rasulullah miliki mampu
menciptakan kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dengan kekuatan itu,
Rasulullah menjadi mampu menegakan dan menyebarkanajarannya keseluruh
penjuru dunia. Walaupun begitu, karena kemuliaannya tadi, tidak ada rasa
sombong, ujub atau membanggakan diri sedikitpun yang timbul pada diri
Rasulullah SAW.

Inilah yang membedakan Rasulullah dengan pemimpin-pemimpin yang ada saat


ini. Mereka sangat haus dengan kedudukan, harta, bahkan hal-hal yang menurut
mereka dapat membuatnya kaya di dunia ini, sehingga mereka dapat menjalankan
segala keinginan mereka sesuai nafsu yang mereka inginkan. Oleh karena itu,
ketika ada pertanyaan model kepemimpinan apa yang harus kita jalankan, maka
jawaban yang harus timbul adalah poin yang keenam yaitu model atau gaya
kepemimpinan Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan Rasulullah SAW-lah
seorang pemimpin yang sudah diakui oleh dunia dalam berbagai hal, baik dari
segi akhlak dan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Oleh karena itu,
pemimpin yang relevan dengan keadaan saat ini adalah seorang pemimpin yang
paling mengenal siapa itu Nabi Muhammad SAW dan mengamalkan segala
bentuk ajaran/risalah yang beliau bawa. Selain itu pemimpin saat ini haruslah
benar-benar memusatkan perhatiannya terhadap amanah yang ia emban. Dan yang
tidak perlu dilupakan adalah keadilan yang harus ditegakan dalam kinerjanya
kelak 50

Dalam Sejarah dan kebudayaan Islam sebagaimana yang ditulis Hasan Ibrahim
(2001:141) diuraikan bahwa kesuksesan kepemimpinan Rasulullah SAW antara
lain ini disebabkan oleh:
 Dalam memimpin, beliau mengunakan sistem musyawarah.
 Beliau menghargai orang lain, baik lawan maupun kawan.
 Sifat ramah, kelembutan perangai menjadi lekat dengan pribadi beliau, akan
tetapi beliau juga dapat bersifat keras dan tegas beliau ketika dibutuhkan.
 Lebih mementingkan umat daripada diri beliau sendiri.
 Cepat menguasai situasi dan kondisi, serta tegar menghadapi musuh.

7
 Sebagai koordinator dan pemersatu ummat.
 Prestasi dan jangkauan beliau di segala bidang.
 Keberhasilan beliau sebagai perekat dasar-dasar perdamaian dan penyatu
kehidupan yang berkesinambungan.
 Beliau merupakan pembawa rahmat bagi seluruh alam.
 Beliau menerapkan aturan dengan konsisten. Tidak memandang bulu dan
tidak pilih kasih.
Pada sumber lain menerangkan bahwa kunci kesuksesan pada diri Rasulullah
SAW, terdapat pada 4 kekuatan kepemimpinan:
 Kekuatan Inspirasi
 Kekuatan motivasi
 Kekuatan solusi
 Kekuatan memprediksi (kejadian dimasa depan)
Dalam pelaksanaannya, Rasulullah sangat dekat dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Penyebutan “sahabat” menunjukkan kedekatan pemimpin dengan
yang dipimpin. Ini pula yang menyebabkan terbentuk ikatan emosi yang kuat dan
rasa saling percaya yang tinggi. Dari yang dicontohkan Rasulullah SAW, minimal
empat hal yang harus ada dan melekat pada diri seorang pemimpin dan atau calon
pemimpin atau Imam yaitu: Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.

2.6 Tokoh Kepemimpinan dalam Sejarah Islam


1) Abu Ja’far al-Manshur
Laki-laki tangguh ini adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam
sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah. Dialah pencetus ide Daulah Abasiyah. Dia
juru taktik dan tokoh intelektual di belakang saudaranya Abu al-Abbas as-Safah,
khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Saat kekuasaan Daulah Umayyah telah masuk ke wilayah Andalusia hingga Asia
Tengah, mulailah terjadi kegoncangan. Damaskus (ibu kota Daulah Umayyah)
sulit me-manage wilayah kekuasaannya yang begitu besar sekaligus memiliki
ragam budaya yang berbeda. Para sejarawan menyebutkan bahwa faktor utama
runtuhnya Dualah Umayyah adalah kegagalan mereka berinteraksi dengan ragam
etnik dan budaya yang heterogen. Dan di saat itu pula orang-orang Abbasiyah
menyerukan perlawanan.

8
Abu Ja’far al-Manshur begitu jeli melihat kelemahan Daulah Umayyah. Ia pandai
memposisikan diri di kalangan orang-orang Persia dan Asia Tengah. Ia tahu
bagaimana mengarahkan potensi perbedaan etnik dan budaya menjadi sebuah
energi positif yang membangun, tidak melulu menghembuskan energi negatif
yang hanya memicu sengketa dan perpecahan. Melihat geopolitik Timur Tengah
saat ini, kecerdasan Abu Ja’far al-Manshur menyatukan Persia dan Arab belum
bisa ditiru oleh pemimpin-pemimpin di era modern ini.
Di negeri yang sedang dibangun Abu Ja’far, tidak ada identitas kesukuan.
Identitas seseorang hanya disandarkan pada Islam saja. hebatnya, ia juga mampu
mengkompromikan antara budaya Arab dan Persia yang dikenal sangat sulit
bersatu. Para khalifah Abbasiyah berikutnya mendapatkan warisan berharga
berupa pondasi masyarakat yang kokoh. Hingga karakter Abbasiyah ini luntur
ditandai dengan munculnya Dinasti Buwaihi dan Saljuk. Dan akhirnya runtuh di
tangan bangsa Mongol pada tahun 656 H/1258 M.
2) Abdurrahman ad-Dakhil
Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan hidup
yang luar biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah II seperti
membaca kisah dongeng. Kalau Anda takjub dengan anak muda membuat
“kerajaan” bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta pencapaian, atau dengan Mark
Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan lebih takjub lagi dengan
kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia belia, ia mendirikan kerajaan dalam
arti senyatanya. –atas izin Allah- Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat
tinggi, memimpin puluhan ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya,
memadamkan puluhan pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan
pedang, semua itu ia lakukan sejak berusia 19 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19 tahun.
Menjadi penguasa tunggal di Andalusia pada usia 29 tahun. Dan terus memegang
kekuasaan selama sekitar 34 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
al-Umawi. Pada saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi pembantaian
besar-besaran terhadap bani Umayyah. Termasuk Abdurrahman bin Muawiyah
bin Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur menyelamatkan diri. Saat
dalam pelarian itu, ia menyaksikan dua orang saudaranya dibunuh di hadapannya.
Ia terus berlari menuju Syam kemudian Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia
menyeberang ke Andalusia. Di sanalah ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.
Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya
ad-Dakhil pada tahun 138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang
kokoh di Jazirah Iberia itu. Tidak sampai setahun, ad-Dakhil telah berhasil
mengokohkan posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil menguasai
Zaragoza dan Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas kecerdikannya

9
melobi kekuatan militer bangsa Frank untuk membantunya. Kemudian ia
menguasai kota-kota lainnya.
Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa mengetahui
bagaimana kehandalan politik anak muda yang bernama Abdurrahman bin
Muawiyah ini. Kalau level partai, level nasional saja sulit menyatukan pendapat,
kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa
merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja untuknya.
3) Alib Arselan as-Saljuki
Garis batas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk –orang-orang Turki- meluas dengan
pesat. Mulai dari Asia Tengah hingga ibu kota Daulah Abbasiyah di Baghdad.
Kekuatan dinasti ini terus tumbuh hingga ia menjadi penguasa seluruh wilayah
Islam. Dinasti ini menguasai orang-orang Buwaihi dan melindungi Abbasi,
khususnya dari gangguan Syiah Fatimi (Daulah Ubaidiyah) yang menyebarkan
ideologi Syiah Ismaili.
Di balik kejayaan Dinasti Saljuk ada nama Alib Arselan sebagai tokoh utamanya.
Orang-orang Turki patut berbangga karena lahir seorang Alib Arselan di
tengah-tengah mereka. Alib Arselan pernah memukul mundur 200.000 pasukan
Romawi hanya dengan 20.000 pasukan saja. 1 banding 10. Pasukan adidaya
Romawi yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya. Pasukan yang kuat yang
disangka tak terkalahkan itu takluk dengan pasukan yang jauh lebih sedikit
jumlahnya. Sejak saat itu, pengaruh Romawi di Asia kecil melemah hingga
akhirnya ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.
Saat ini, melihat kebijakan Tayib Recep Erdogan saja kita kagum. Bagaimana
pula kiranya Alib Arselan yang berhasil meruntuhkan mental negara adidaya
kemudian menguasainya.
4) Nuruddin Zanki
Nuruddin Zanki, ia adalah pahlawan Islam yang berhasil mengusir tentara Salib
diari tanah Suriah dan sebagian wilayah Palestina. Mungkin namanya tidak
sepopuler Shalahuddin al-Ayyubi, tapi dialah yang membuka jalan bagi
Shalahuddin untuk membebaskan Jerusalem.
Setelah menggantikan ayahnya sebagai penguasa Aleppo, Nuruddin berusaha
sekuat tenaga menyatukan wilayah-wilayah Syam. Ia membebaskan Damaskus,
Baalbek, Edessa, Harran, dan Mosul. Setelah itu ia mengarahkan pasukannya
menuju Palestina menghadapai Pasukan Salib. Ia juga menghadapi orang-orang
Salib di Mesir. Dan kemudian memasukkan wilayah-wilayah tersebut di bawah
kekuasaannya.
Sama seperti Alib Arselan, Nuruddin Zanki juga dikenal sebagai seorang yang
shaleh dan zuhud. Ia memberi perhatian yang besar terhadap perkembangan

10
agama Islam. Saa wafat pada tahun 569 H/1174, Nuruddin telah membangun
banyak masjid, madrasah, rumah sakit, dan rumah para musafir.
5) Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahuddin al-Ayyubi adalah penerus perjuangan Nuruddin Zanki. Dilahirkan
dari suku Kurdi, Shalahuddin tumbuh besar di wilayah Syam karena ayahnya
pindah ke Aleppo membantu perjuangan Imaduddin Zanki, ayah dari Nuruddin
Zanki. Di Aleppo Shalahuddin kecil mempelajari agama dan kemiliteran.
Kemudian ia bergabung ke dalam pasukan pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang
merupakan salah seorang panglima pasukan Nuruddin Zanki.
Di bawah bimbingan Nuruffin Zanki, karir Shalahuddin terus menanjak, hingga ia
diamanahi untuk memimpin Mesir setelah mengusir orang-orang Fatimiyah dari
wilayah Sunni itu. setelah Nuruddin wafat, Shalahuddin menempati
kekuasaannya. Ia pun jadi pemimpin Mesir dan Syam. Misi pembebasan
Jerusalem pun dilanjutkan.
Pada Perang Hattin tahun 583 H/1187 M, Shalahuddin berhasil mengalahkan
Pasukan Salib. Dalam waktu hanya tiga bulan, wilayah-wilayah yang dikuasai
Tentara Salib; Acre, Beirut, Sidon, Nablus, Jaffa, dan Ashkelon kembali ke tangan
kaum muslimin. Kemudian Jerusalem setelah 88 tahun dikuasai oleh Pasukan
Salib.
6) Saifuddin Qutuz
Saifuddin Qutuz adalah orang kepercayaan Sultan al-Mu’iz Izuddin Aibek dan
anaknya, Sultan al-Manshur Ali. Salah satu prestasi terbesarnya adalah
mengalahkan pasukan Mongol yang tak terkahlahkan itu.
Ketika Mongol sampai di wilayah Syam, mereka mengutus duta kepada Qutuz,
agar menyerah dan tunduk kepada Mongol. Tunduk kepada orang Aisa Tengah
yang nomaden yang telah menjelma menjadi kekuatan dunia. Kekuatan besar
yang telah mengalahkan negeri sebesar Tiongkok. Kekuatan besar yang tak ada
satu pun negeri-negeri Timur mampu membuat mereka mundur.
Beberapa riwayat sejarah menyebutkan, Qutuz membalas sikap Mongol yang
menganggap remeh Daulah Mamluk ini dengan memenggal para utusan itu.
kemudian memajang kepala mereka di depan Gerbang Zuwaylah, salah satu
gerbang di Kota Kuno Kairo, Mesir. Hal ini menegaskan sikap Daulah Mamluk,
mereka menyambut genderang perang yang ditabuh Mongol terhadap
negara-negara Islam. Peristiwa ini mengawali perang besar yang kita kenal
dengan Perang Ainjalut. Perang paling bersejarah dalam perjalanan Kota Kairo.
Perang yang –atas izin Allah- menyelematkan peradaban Islam dari keganasan
bangsa Mongol.

11
Mengalahkan Mongol hanya dengan bermodal keberanian, sama saja
menyerahkan leher-leher kaum muslimin untuk disembelih. Tentu butuh strategi
dan perhitungan yang jitu. Mongol telah mengalahkan Cina, bangsa yang kuat dan
memiliki peradaban yang mapan. Mengalahkan Abbasiyah yang telah berkuasa di
tanah Arab berabad-abad. Oleh karena itu, pencapaian Qutuz dengan
mengalahkan Mongol adalah sesuatu yang luar biasa. Selain itu, moral kaum
muslimin pun kembali meninggi.
7) Yusuf bin Tasyafin
Yusuf bin Tasyafin, sang singa Murabithin. Kecerdasannya tampak saat Penguasa
Murabithin di Maroko, Amir Abu Bakar, menunjuknya sebagai penguasa wilayah
Sijilmasa. Kemudian Abu Bakar menyerahkan kekuasaan Daulah Murabithin
kepadanya secara utuh. Dimulailah masa keemasan Murabithin hingga 45 tahun
berikutnya.
Yusuf mulai membangun kota Marrakesh. Memperluas kekuasaan Murabithin
hingga meliputi seluruh wilayah Maroko dan Aljazair. Kemudian menuju
Andalusia, menyelamatkan kaum muslimin setelah jatuhnya Kota Toledo ke
tangan orang-orang Nasrani. Ia terus masuk ke Andalusia hingga berhasil
mengalahkan Raja Alfonso dari Kerajaan Kastilia pada tahun 479 H/1086 M.
8) Muhammad al-Fatih
Muhammad al-Fatih adalah seorang pemimpin Daulah Utsmani yang sangat
dikenal. Ia memegang kekuasaan Utsmani pada tahun 855 H/1451 M dan berhasil
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 857 H/1453 M. Ia memerintah kerajaan
ini selama 30 tahun.
Selain digelari dengan al-Fatih, ia juga disebut dengan Kaisar Romawi, karena
mewarisi kerajaan Romawi Bizantium. Ia juga dikenal dengan Tuan Dua Benua
dan Dua Lautan, karena menguasai Anatolia dan Balkan serta merajai Laut Aegea
dan Laut Hitam.
Masa pemerintah Muhammad al-Fatih dikenal dengan masa reformasi Daulah
Utsmani. Ia membuat tata aturan yang berlaku merata di wilayah kekuasaannya.
Keistimewaan pemerintahannya ditandai dengan penjagaan luar biasa terhadap
masyarakat pedangang dan perkembangan diplomasi dengan wilayah-wilayah
tetangga.
Selain dikenal sebagai pembuka jalan masuknya Islam ke Eropa, Muhammad
al-Fatih juga dikenal sebagai seorang yang toleran. Semua lapisan masyarakat
Istanbul mengetahui hal itu. Ia sering berdiskusi dengan cendekiawan Itali dan
Yunani di Kota Balata. Menunjukkan betapa terbukanya dia. Dalam
pemerintahannya, gereja Kristen ortodoks di Turki tetap berjalan normal seperti
sebelumnya, hingga ditutup di masa pemerintahan Turki modern di abad ke-20

12
9) Sultan Salim I
Hanya 8 tahun saja Sultan Salim I memerintah Daulah Utsmani, namun
pencapaiannya begitu luar biasa. Mesir, Suriah, dan Hijaz menjadi bagian dari
Utsmani. Inilah kali pertama Daulah Utsmani menjadi penguasa wilayah bumi
terbesar.
Pada masa pemerintah Sultan Salim I, muncul ancaman di wilayah timur Utsmani
dari Kerajaan Syiah Shafawi di Iran. Orang-orang Persia itu mulai mengancam
Anatolia. Sultan Salim I “membeli” “dagangan” mereka. terjadilah pertempuran
melawan Syiah Shafawi di perbatasan Timur Utsmani, di Sungai Eufrat, pada
tahun 920 H/1514 M. Dari peperangan tersebut, wilayah Turkmenistan dan
Kurdistan menjadi bagian dari Utsmani.
Pada tahun 922 dan 923 H/1516 dan 1517, wilayah Mesir dan Syam menjadi
wilayah Utsmani. Kemudian syarif Mekah menyerahkan kekuasaannya atas
Mekah dan Madinah kepada Sultan Salim I di Kairo.
10) Sultan Sulaiman al-Qanuni
Setelah Sultan Salim I wafat, kekuasaan Utsmani dipegang oleh anaknya,
Sulaiman al-Qanuni (926-974 H/1520-1566 M). Sultan Sulaiman mengikuti
kebijakan pendahulunya dalam kemiliteran. Namun di masa pemeritahannya,
hukum, kebudayaan, dan tata kota lebih tersusun rapi. Oleh karena itu, masa
pemerintahannya terkenal dengan puncak kejayaan peradaban Utsmani.
Pada masa Sultan Sulaiman wilayah Beograd –ibu kota Serbia sekarang-, Rhodes,
Hungaria, dan Wina –ibu kota Austria- menjadi wilayah Turki Utsmani. Sultan
Sulaiman melakukan aktivitas militer besar-besaran sebanyak tiga kali
menghadapi Daulah Shafawi yang berpaham Syiah. Pertama pada tahun 941
H/1534 M ketika orang-orang Shafawi masuk ke Kota Erzurum di bagian timur
Turki sekarang. Kedua, pada tahun 955 H/1548 M terjadi kontak senjata atas
wilayah Danau Van. Ketiga, tahun 961 H/ 1554 M.
Di masa ini juga muncul seorang pemimpin angkatan laut Utsmani yang terkenal,
Khairuddin Barbarosa. Barbarosa adalah seorang panglima angkata laut terbaik
dalam sejarah Islam. Jasanya sangat besar dalam menjaga Laut Mediterania,
Pantai Yunani, Venice (kota di Italia), dan Spanyol.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2) Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit
pun bagi orang yang meyakininya.
3) Minimal empat hal yang harus ada dan melekat pada diri seorang pemimpin
dan atau calon pemimpin atau Imam yaitu: Siddiq, Amanah, Tabligh dan
Fathonah.
4) Ada banyak tokoh-tokoh pemimpin islam, seperti Rasullah SAW., Sultan
Sulaiman, Sultan Salim I, Muhammad Al-Fatih, Yusuf bin Tasyafin,
Saifuddin Qutuz, Shalahuddin al-Ayyubi, Nuruddin Zanki, Alib Arselan
as-Saljuki, Abdurrahman ad-Dakhil, Abu Ja’far al-Manshur, dan lain-lain

3.2 Saran
Kedepannya dalam pembuatan makalah perncarian sumber diusahakan
menggunakan sumber bacaan berupa buku, bukan hanya bersumber dari internet
saja.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
https://www.ayat-kursi.com/2017/01/pengertian-aqidah-islam-dan.html
https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/model-kepemimpinan-dalam-pers
pektif-islam
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/11/gaya-kepemimpinan-rasulullah-saw.h
tml
https://kisahmuslim.com/5313-10-pemimpin-besar-dalam-sejarah-islam-12.html

15

Anda mungkin juga menyukai